Anda di halaman 1dari 18

Waham kebesaran=sombong

Flight of idea = ini suka ganti ganti topik

ASEPTIC = A(appearance and behavior

S(speech)

E(emotion)

P(perception)

T(thought)

I (insight)

C (cognitive function)

Orang autis beresiko terkena skizo

Waham ada objek

Halusinasi itu gk ada objek

Skizo itu kl lebih dari 6 bln

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS Jiwa oleh keluarganya karena bicara kacau
sejak 1 minggu yang lalu. Dua bulan yang lalu, istri pasien dirawat inap di RS karena kanker leher
rahim. Sebelumnya pasien merawat istrinya di rumah selama seminggu, lalu keadaan istri memburuk
hingga dibawa ke RS.

Pasien tinggal bersama istri dan seorang anaknya berusia 3 tahun. Sebulan yang lalu istri pasien
meninggal dunia. Pasien merasa sedih sekali karena tidak bisa menemani istrinya saat di ICU Rumah
Sakit dan harus mengasuh sang anak di rumah. Sebulan terakhir pasien terus menerus menangis,
tidak mau makan, berat badan turun 6 kg, merasa putus asa memikirkan masa depan dirinya dan
anaknya yang masih kecil. Pasien secara berulangkali mengatakan ingin mati saja, dan tidur hanya 2
jam sehari.

Sejak 1 minggu yang lalu, pasien bicara kacau, mendengar bisikan-bisikan di telinga yang
menyuruhnya membuang semua barang yang ada dikamar, menunjuk- nunjuk dan mengatakan
melihat almarhumah istrinya datang. Tadi malam pasien mencoba gantung diri dengan mengikatkan
sarung ke teralis jendela kamar, namun gagal karena tetangga pasien berdatangan setelah
mendengar anak pasien menangis.

Saat pemeriksaan klinis, pasien tampak bingung, bicara kacau, sesekali menangis keras, ingin mati
saja. Pasien mengaku mendengar suara yang menyuruhnya bunuh diri. Pasien bicara perlahan,
hampir tidak terdengar.

 
Tidak dijumpai adanya penyakit fisik atau masalah penyalahgunaan zat dan alkohol. Pasien
merupakan seorang kurir ekspedisi.

1. bagaimana hubungan depresi dengan skizofrenia?

Jawab :

Gangguan depresi merupakan kondisi kejiwaan yang diturunkan, Faktor genetik menyumbang 37%
untuk gejala depresi. beberapa kasus skizofrenia salah diklasifikasikan sebagai mayor depresi dan
juga terdapat beberapa kasus mayor depresi yang salah diklasifikasikan menjadi skizofrenia. Namun
sesungguhnya tidak ada hubungan antara depresi dengan skizofrenia karena depresi sebagai
kelainan dari jenis dan kategori yang berbeda dari skizofrenia sehingga depresi tidak akan
berkembang menjadi skizofrenia.

Salah satu faktor yang berperan dalam depresi psikotik adalah faktor genetik. Sebuat studi
kohort yang dilakukan oleh Castagnini, et al. menyatakan bahwa seseorang memiliki
peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat ketika memiliki faktor risiko genetik dibandingkan
tanpa riwayat genetik. Risiko ini semakin besar apabila dalam garis keluarga memiliki
riwayat skizofrenia dan/atau gangguan bipolar.

Skizofrenia jika tidak diobati dapat menyebabkan masalah fisik, emosi, dan perilaku yang
ekstrim yang memengaruhi setiap area kehidupan orang tersebut. Salah satu komplikasi
dan efek skizofrenia yang tidak diobati adalah depresi (komplikasi psikiatri).

2. bagaimana mekanisme ketidakseimbangan neurotransmitter mempengaruhi emosi negatif


dan positif? (ppt bu andam)

Jawab :
Emosi diatur oleh bagian dari system limbik yaitu amigdala, amigdala adalah pengatur emosi yang
lebih terkait dengan emosi negative.

Stimulus dari luar yang diperoleh dari indra penglihatan, pendengaran, dan raba akan diproses di
emotional system di system limbik lalu impuls impuls yang telah diproses dikirim ke hipotalamus lalu
akan terbentuk output berupa emotional expression.
Bagian dari amigdala yang terkait dengan emosi adalah nucleus sentral dan basal lateral. Proses
emosi dimulai dari basal lateral lalu ke nucleus sentral lalu informasi-informasi diproyeksikan ke
daerah yang terkait di system limbik lalu akan terbentuk output yang berbeda beda tergantung
daerah yang dikirimin impulsnya.

Dalam keadaan normal prefrontal kortekslah yang bertugas mengambil keputusan,emotional


expression. Namun Ketika terjadi stress menyebabkan amigdala secara terus menerus dirangsang
menyebabkan amigdala mengambil alih tugas dari pre frontal korteks sehingga akan menyebabkan
seseorang lebih emosional disbanding dnegan keadaan tidak stress. Emosi juga dipengaruhi oleh
neurohormone, neurohormone yang sudah tidak diperlukan akan di reuptake oleh neuron-neuron
ke daerah pre sinaps sehingga efeknya akan tidak berlebihan pada expresi emosi kita. Namun pada
kondisi stress akan terdapat impuls yang terus menerus masuk ke amigdala sehingga menyebabkan
kacaunya neurohormone yang menyebabkan kacau juga behaviour dari seseorang itu.
Pada orang orang yang memakai narkoba contohnya cocaine akan menyebabkan orang tersebut
merasa Bahagia terus dikarenakan cocaine berfungsi menginhibisi proses reuptake dari dopamine
sehingga menyebabkan dopamine akan terus terusan berada di daerah tersebut.

3. bagaimana patofisiologi dari gejala pasien (depresi dan skizofrenia)

Jawab

Depresi dapat terjadi karena adanya mekanisme


Patofisiologi dari masing-masing gejala depresi

o Kebingungan
Strees →koteks preforontal dan amgidala mengecil →menyebabkan kebingungan dan ingatan
buruk

o Bicara kacau
Fungsi bicara →membutuhkan kontrol motorik →depresi →kelemahan jalur
neurologis→kemampuan bicara lambat.

o Halusinasi

Fungsi dari dopamin  memengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan,


konsentrasi dan merasakan rasa sakit
bekerja dengan memberi respons pada saraf penglihatan

mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara,


penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu

Dopamin ke Ventral tegmental area (VTA) > behaviour arousal (Gairah adalah
keadaan fisiologis dan psikologis yang dibangunkan atau organ-organ indera
dirangsang ke titik persepsi.)

4. bagaimana definisi, klasifikasi, faktor risiko, etiologi dan epidemiologi, depresi

Jawab :

- Definisi
Sekelompok kondisi yang terkait dengan peningkatan atau penurunan suasana hati
seseorang.

Klasifikasi (World Health Organization (2020). Depression.

Merz, B. Harvard Health Publishing Harvard Medical School (2018). Six Common Depression Types.)

1. Depresi Mayor
Jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa
sepanjang waktu. Gejala yang timbul :

 Suasana hati yang murung dan suram


 Kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas lain yang sebelumnya disukai
 Perubahan berat badan
 Gangguan tidur
 Sering merasa lelah dan kurang berenergi
 Selalu merasa bersalah dan tidak berguna
 Sulit berkonsentrasi
 Kecenderungan untuk bunuh diri

Gejala bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.


2. Depresi Persisten
Kondisi depresi yang bersifat kronis. Gejala yang ditimbulkan sama dengan
depresi pada umumnya, hanya saja depresi jenis ini berlangsung lama bahkan
hingga bertahun-tahun. Seseorang dapat disebut menderita depresi persisten
apabila ia merasakan gejala depresi yang menetap selama setidaknya 2 bulan
secara terus menerus dan hilang timbul dalam waktu 2 tahun. Gejalanya tidak
selalu berat seperti depresi mayor, tetapi penderita sering kesulitan dalam
bersosialisasi dan menjalankan rutinitas sehari-hari.

Gangguan Bipolar
Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang
sangat drastis. Orang yang memiliki gangguan bipolar bisa merasa sangat
senang dan berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba menjadi sedih dan
depresi. Ketika berada dalam fase senang dan berenergi (mania atau
hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala berikut
ini:

 Optimis dan tidak bisa diam


 Sangat berenergi dan lebih bersemangat
 Percaya diri yang berlebihan
 Susah tidur atau merasa tidak perlu tidur
 Nafsu makan meningkat
 Banyak pikiran

Setelah berada dalam fase mania atau hipomania untuk beberapa waktu,
orang yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk ke fase
mood yang normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan
mood ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-
minggu.

Depresi Postpartum
Jenis depresi yang terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan. Ibu yang
menderita depresi postpartum dapat mengalami beberapa gejala, seperti:
 Selalu merasa tertekan
 Sulit berkonsentrasi
 Nafsu makan berkurang
 Susah tidur
 Merasa tidak pantas menjadi seorang ibu
 Sulit menghasilkan ASI atau menyusui
 Memiliki pikiran untuk menyakiti diri atau bayinya
Terkadang, depresi postpartum bisa menyerupai gangguan
psikologis lain yang disebut sindrom baby blues syndrome.
Meski gejalanya mirip, kedua kondisi tersebut merupakan hal
yang berbeda.
Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Premenstrual dysphoric disorder adalah jenis depresi yang menyerang wanita
pada saat menjelang menstruasi. Kondisi ini sering disebut sebagai sindrom
premenstruasi yang berat.
Wanita yang mengalami PMDD dapat mengalami beberapa gejala berikut ini:

 Mudah emosi dan tersinggung


 Sering merasa cemas secara berlebihan
 Sulit tidur
 Nyeri otot
 Kram perut
 Nafsu makan hilang atau justru bertambah
 Sakit kepala

Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 1 minggu sebelum menstruasi
dimulai dan akan menghilang setelah datang bulan.

- Factor resiko

o Genetic
Genetic merupakan factor penting dalam gangguan depresi, Faktor genetik
menyumbang 37% untuk gejala depresi.
o Keluarga
Seseorang yang terlahir sebagai anak pertama dikeluarga 2-10 x lebih beresiko
mengalami depresi berat.
o Psikososial
Peristiwa kehidupan biasanya akan membuat seseorang merasa tertekan (stress)
sehingga dapat mencetuskan terjadinya depresi.
o
- Etiologic
o Factor organobiologik
Pada orang depresi terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenic
seperti 5-hydraxyindoleacetic acid (5-HIAA), bomovanilic acid (HVA) dan 3-methaxy-
4-hydraxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darh,urin dan CSF.
o Norepinefrin
Reseptor b2-presipnatik pada depresi, yaitu aktifnya reseptor yang mengakibatkan
pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin.
o Dopamine
Aktivitas dopamine berkurang pada orang depresi. Jalur dopamine mesolimbic
mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamine D1 mungkin
hipoaktif pada depresi.
o Serotonin
Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin bertangguang jawab untuk
control regulasi afek,agresi,tidur dan nafsu makan. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa jumlah serotonin yang berkurang dei celah sinaps bertanggung jawab atas
terjadinya depresi.

- Epidemiologi

Gangguan depresi lebih sering terjadi pada perempuan dengan resiko 2x lebih besar
dibandingkan pada laki-laki. Gangguan ini rata-rfata terjadi pada usia sekitar 40 tahun an,
namun berdasarkan data terkini menunjukan bahwa gangguan depresi sering terjadi pada
usia kurang dari 20 tahun. Depresi juga paling sering terjadi pada oramng orang yang tidak
mempunya hubungan keluarga ataupun interpersonal yang kuat selain itu depresi lebih
sering terjadi pada masyarakat yang tinggal di perdesaan dibandingkan perkotaan.

5.diagnosis, diagnosis banding, prognosis, komplikasi dari depresi

Jawab :

- Diagnosis
o Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)
 Afek depresif
 Kehilangan minat
 Berkurangnya energi menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

o Gejala lainnya
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang bersalah dan tidak berguna
 Pandnagan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagsan atau perbuatan membahayakan diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang

Kriteria depresi

Depresi ringan = sekurang kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi, ditambah
harus ada 2 dari gejala lainnya
Depresi sedang = harus ada 2 dari 3 gejala utama ditambah sekurnag- kurangnya ada 3 dari
gejala lainnya
Depresi berat tanpa gejala psikotik = semua 3 gejala utama depresi, ditambah sekurang
kurangnya ada 4 gejala lainnya
Depresi berat dengan gejala psikotik = semua 3 gejala utama depresi, ditambah sekurang
kurangnya ada 4 gejala lainnya disertai adanya waham, halusinasi atau stupor depresif.

- DD (Major depressive disorder - statpearls - NCBI bookshelf [Internet]. [cited


2022Oct12]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559078/
Liwang F, Yuswar PW, Wijaya E, Sanjaya NP. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. 5th ed.
Jakarta; Media Aesculapius; 2020. p. 1115)

1.Demensia: terdapat gangguan memori dan kognitif


2.Gangguan ansietas: rasa cemas berlebihan, hipereaktivitas otonom
3.Spektrum skizofrenia: terdapat halusinasi atau waham
4.Anoreksia nervosa: berat badan menurun, perubahan pola makan
5..Difisiensi B12: anemia makrositik, parestesia, rasa kebal atau
kesemutan, gangguan memori
6. Konsumsi alkohol berlebihan
7. Penyalahgunaan zat terlarang: Riwayat pemakaian zat terlarang yang
bersifat depresan (dapat dilakukan tes urine)
Penyebab neurologis seperti accident serebrovaskular, multiple sclerosis,
hematoma subdural, epilepsi, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer:
penurunan daya ingat dan penurunan kemampuan kognitif

- Prognosis

Pasien dengan gangguan depresi berat biasanya cenderung untuk menjadi kronik
dan kambuh. Presentasi pasien lebih banyak yang tidak pulih. Pada pasien yang tidak
pulih akan mengalami gangguan distimik.

- Komplikasi

Depresi bisa menimbulkan gangguan fungsional yang signifikan, mengganggu


hubungan interpersonal, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup
pasien. Pasien-pasien dengan depresi juga berisiko tinggi mengalami gangguan
cemas dan penyalahgunaan zat, terutama pada pasien dengan usia muda. Hal ini
akan meningkatkan risiko bunuh diri.

6.tata laksana (farmakologi, non farmakologi, edukasi, pencegahan) depresi

Jawab :

- Rawat inap
Pasien depresi biasanya memiliki keinginan untuk bunuh diri dan melakukan hal-hal lain
yang dapat mencelakai dirinya.  Agar keselamatan pasien terjamin, maka pasien dianjurkan
untuk menjalani rawat inap.  Alasan lain sebagai pertimbangan kenapa pasien harus rawat
inap adalah jika pasien mengalami:
 Penurunan berat badan
 Insomnia
 Jika gejala bertambah berat  

- Farmakologi

Pemberian anti depresan, dengan mekanisme kerja untuk meningkatkan sesitivitas terhadap
neurotransmitter aminergik, menghambat reuptake neurotransmitter aminergik dan
menghambat penghancuran oleh enzim MAO (mono amine oxidase) sehingga terjadi
peningkatan jumlah neurotransmitter aminergik di neuron SSP. adapun obatnya berasal dari
golongan:
 Senyawa trisiklik: amityptiline, imipramine, opipramol, dan lain-lain
 Senyawa tetrasiklik: Maprotiline, minaserin, amoxapine, dan lain-lain
 Mono amin oxidase inhibitor reversible (MAOIR): Moclobemide
 Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI): Sertraline, Paroxetine, fluvoxamine,
dan lain-lain
Anti depresi atipika: Trazodone, Mirtazapine, tianeptine, dan lain-lain

Penggunaan obat akan memperlihatkan efek yang optimal setelah 3-4 minggu penggunaan. Efek
samping obat seperti gelisah, mual, muntah pada pemberian obat SSRI. Dan perasaan depresi pada
obat trisiklik  dan MAO.
Selain itu, efek samping penggunaan berlebihan dapat mengakibatkan kematian (trisiklik dan
tetrasiklik). Efek samping lain pada penggunaan anti depresan adalah penurunan libido, disfungsi
ereksi, dan anorgasmia.
Apabila setelah 3-6 minggu penggunaan obat hanya mendapat respons sekitar 20% atau hanya
ada respon parsial saja maka dosis obat dapat dinaikkan sampai dosis maksimal atau diberikan
augmentasi seperti Lithium dan psikostimulan yang dapat mempercepat perbaikan gejala.

- Non farmakologi
 ECT
 Psikoterapi dengan tujuan untuk membantu pasien mengembangkan strategi
coping atau strategi atasi stres dalam menghadapi stressor sehari-hari.
Digunakan sebagai terapi pendukung. Jenis terapi yang diberikan disesuaikan
dengan kondisi pasien, dapat diberikan psikoterapi suportif,  atau reedukatif
misalnya psikoterapi kognitif, terapi perilaku, atau terapi kognitif perilaku. 
Pada pasien dengan depresi berat disertai ciri psikotik hanya diberi terapi
psikoterapi suportif saja.  
 Terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai terapi primer untuk terapi
berat. Terapi keluarga dapat membantu pasien untuk mengurangi dan
menghadapi stress serta menghindari terjadinya kekambuhan. 
Terapi keluarga menguji peran pasien dalam keluarga dan peran keluarga
dalam kesembuhan pasien.

- Edukasi
Edukasi mengenai depresi dapat diberikan melalui seminar, penyuluhan ke sekolah,
lingkungan kerja, atau di Posyandu. Kepada masyarakat dan keluarga pasien.
Edukasi juga dapat berupa informasi mengenai depresi, cara pencegahan, dan cara
untuk mengatasinya. Dalam kegiatan edukasi juga diselipkan ajakan kepada
masyarakat untuk lebih sigap dan merangkul jika ada seseorang dengan gejala depresi
di sekitarnya.

- Pencegahan

Bicaralah dengan orang yang kamu percaya mengenai perasaan mu.


Cari bantuan profesional, bisa dimulai dengan ke tenaga kesehatan dan dokter.
Tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang sekitar.
Berolahraga secara teratur, biarpun olahraga ringan.
Biasakan untuk tetap makan dan tidur teratur.
Hindari penggunaan alkohol dan narkoba. Semua itu memperparah depresi.
Tetap lakukan hal-hal yang selalu kamu nikmati, bahkan ketika kehilangan selera
untuk melakukannya.
Tetap waspada dengan pikiran-pikiran negatif yang terus muncul serta kritik diri yang
berlebihan dan coba gantikan dengan pikiran-pikiran positif. Beri semangat dan
selamat pada diri kita sendiri atas apa yang sudah kita dapatkan. 

7.bagaimana definisi, klasifikasi, faktor risiko, etiologi dan epidemiologi, kizofrenia

Jawab :

- Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu schizo (split/perpecahan) dan phren (jiwa).
Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran,
perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan psikosis yang
terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik
diri (insight) (Sadock et al., 2014).

- Epidemiologi
Skizofrenia diidap oleh 24 juta orang atau 1 dari 300 orang di dunia. Skizofrenia lebih sering
diderita oleh remaja 20 tahunan dan lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan
perempuan.

- Etiologi
o Adanya ketidakseimbangan neurotransmitter seprti dopamine, serotonin dan alpha
adrenerrgik
o Preeclamsia
o Maternal malnutrition

- Faktor resiko
o Genetic
o Lingkungan
o Fungsi dan struktur dari otak
o Prenatal
o Postnatal
o Infeksi
o Penggunaan kanabis, dapat menimbulkan kevenderungan menderita psikosis
o Imigrasi, para imigran beresiko 4x lipat menderita skizofrenia.

- Klasifikasi
o Paranoid
Halusinasi yang mengancam penderita
o Katatonik
Memiliki gejala khas yaitu negativism, rigiditas, mutism dan fleksibilitas
o Hebefrenik
Adanya disorganisasi, afek dangkal(cekikikan) sering terjadi pada onset usia muda
(15-20 tahun)
o Tak terinci
Jika tidak memenuhi tiga tipe kriteria diatas. Biasanya para penderita skizofrenia tipe
ini ditandai dengan mampu bertahan dnegan posisi diam dalam waktu yang lama.

8.diagnosis, diagnosis banding, prognosis, komplikasi dari kizofrenia

Jawab :

- Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosis skizofrenia harus memenuhi minimal 2 kriteria ( 1 kriteria dari
warna hijau dan 1 lagi dari warna biru) dari 5 menurut DSM-5
o Delusi(waham)
o Halusinasi
o Kacau bicara
o Kacau perilakunya
o Negative symptomps (berkurangnya ekspresi emosi)

- Diagnosis banding
o Skizoafektif
o Gangguan afektif berat
o Stadium awal khorea, huntington,Wilson
o Epilepsi lobus temporalis
o Tumor lobus temporalis atau frontalis
o Penyalahgunaan obat dan alcohol

- Prognosis
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik, pasien secara berangsur angsur
menjadi semakin menarik diri dan tidak mampu berfungsi setelah bertahun-tahun.

- Komplikasi
Sebagian kecil pasien akan menjadi demensia, bisa beresiko bunuh diri.

9.tata laksana (farmakologi, non farmakologi, edukasi, pencegahan) kizofrenia

Jawab :

a. Fase Akut
1) Farmakoterapi
Langkah Pertama: 
• Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan. 
Langkah Kedua:
 • Dimulainya pemberian obat. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi
untuk mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan
segera perlu dipertimbangkan. 
Obat injeksi: 
1. Olanzapine, dosis 10 mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis
maksimum 30mg/hari. 
2. Aripriprazol, dosis 9,75 mg/injeksi (dosis maksimal 29,25 mg/hari), intramuskulus.
3.  Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam,
dosis maksimum 20mg/hari. 
4.  Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari.
Pada fase akut obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai
dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu,
sampai dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala. 

2) Psikoedukasi 
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan dan
peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi
keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan dukungan atau harapan,
menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu dilakukan.

3) Terapi lainnya
 ECT (terapi kejang listrik) dapat dilakukan pada Skizofrenia katatonik dan Skizofrenia
refrakter

b. Fase Stabilisasi
1) Farmakoterapi
Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10
minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat anti
psikotika jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.
2) Psikoedukasi 
Tujuan Intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga
dalam mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara
mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik
intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.

c. Fase Rumatan
 1) Farmakoterapi Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal
yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan
sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi
diberikan sampai lima tahun bahkan seumur hidup. 
2) Psikoedukasi 
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan
masyarakat.Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan
keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini
pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga
mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya.   
- Pencegahan

o Menjaga pola hidup sehat


o Melakukan kelola stress
o Melakukan relaksasi pikiran
o Menjaga relasi dan pergaulan yang sehat dengan orang lain
o Tidak menggunakan obat-obatan terlarang
o Tidak merokok dan tidak konsumsi alcohol
o Mencari bantuan medis bila mengaklami kendala dalam pikiran atau
kehidupan sosial

10.bagaimana analisis hasil wawancara pemeriksaan psikiatri

Jawab :

Afek : Depresif
Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek
disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala- gejala
lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan.

Mood : Hipotimik 
Hipotimik adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan
kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan
tentang kesedihan dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari
sikap murung dan perilakunya yang lamban.

Keserasian : Serasi 
Menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya

Proses Berpikir : Asosiasi Longgar 


 Arus pikiran dimana ide-ide bergeser dari satu subjek ke subjek lainnya
(flight of ideas) yang tidak saling berhubungan. 
 Pernyataan atau hal yang dikatakan tidak berhubungan antar kalimat
dengan kalimat lainnya dan penderita tidak sadar akan hal tersebut.

Pembicaraan : Spontan dan Lancar 


Volume : kecil, Intonasi : Sedang, Frekuensi : Lambat, Artikulasi Kurang
Jelas
Volume curah verbalnya lembut dan kelancaran terputus-putus oleh intervalnya
yang cukup panjang. Ujaran egosentris tidak hilang tetapi mengalami
transformasi genetik dan berbuah menjadi apa yang dinamakan inner speech.
Inner speech merupakan satu ujaran, yakni pemikiran yang berkaitan dengan
kata. Tingkah laku emosional yang berhubungan dengan depresi itu adalah
universal. Banyaknya perkataan yang depresif ditandai oleh topik yang
menyedihkan, dan mengutuk diri sendiri. Oleh karena itu tidak mampu
menikmati kehidupan dan cenderung mengakhirinya.

Isi pikiran

Anda mungkin juga menyukai