Anda di halaman 1dari 24

Tn.

LK, 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan buram mendadak sejak 1 minggu
yang lalu. Mata tidak merah, tidak nyeri, tidak silau dan tidak ada kilatan cahaya. Riwayat trauma
tidak ada.. Sebenarnya sejak 1 tahun yang lalu Tn. LK sudah merasakan pada mata kanannya terdapat
bayangan. hitam beterbangan yang semakin banyak dan mengganggu penglihatannya. Saat itu Tn. LK
berkonsultasi dengan dokter spesialis mata, dikatakan ada perdarahan di dalam bola mata dan
disarankan utk dioperasi tetapi Tn LK merasa takut dioperasi sehingga penglihatannya semakin
buram. Tn. LK sangat berharap bahwa penglihatannya dapat pulih kembali agar dapat membaca Al
Qur'an seperti yang biasa dilakukannya setelah sholat maghrib.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelum penglihatannya terganggu, Tn LK sudah menggunakan kaca mata minus 0.50 dan plus 2.50
pada kedua mata. Keluhan penglihatan buram sudah dirasakan tn.LK sejak 3 tahun yang lalu. Tn. LK
merasakan penglihatan di kedua matanya seperti ada kabut tipis yang menghalanginya. Secara
perlahan penglihatan kedua mata menurun. Tn. LK sering berganti kaca mata di optik mata, namun
penglihatannya tetap kurang jelas. Petugas optik menganjurkan Tn. LK untuk periksa ke dokter mata.
Oleh dokter mata dikatakan kedua mata pasien terdapat kekeruhan lensa dan ada kelainan di saraf
matanya. Dokter mata menganjurkan untuk operasi lensa kedua mata. Tn. Lk menyetujui mata
kanannya dioperasi terlebih dahulu. Mata kanan Tn. LK dilakukan operasi pengangkatan lensa yang
disertai penanaman lensa implant. Tn. LK merasa senang karena mata kanannya bisa melihat jelas.
Namun, Tn LK tidak kontrol lagi ke dokter mata setelah mata kanan dioperasi karena kesibukannya.
Riwayat penyakit lainnya:
Sejak 8 tahun yang lalu Tn. LK pernah dinyatakan dokter bahwa ia mempunyai penyakit diabetes
mellitus tipe 2, namun Tn. LK tidak teratur minum obat. Akifitassehari-hari berdagang sayur di Pasar
Ciputat. Tn LK sering makan jajanan di warung padang, merokok dan jarang berolah raga.
Riwayat Keluarga:
Ibu penderita DM dan Ayah penderita hipertensi.
1. interpretasi data (fitri)
HASIL PEMERIKSAAN Tn. LK

Status Generalis:

Kesadaran: compos mentis (normal), TD 125/80 mmHg (pre hipertensi)

HR: 72x/menit ( normal) frek nadi normalnya pada dewasa 60-100x/menit

reguler, isi cukup, RR: 20x/m(normal) frek nafas normal 12-20x/ menit
, S: 36,7 C (normal) suhu tubuh normal 36,2-37,2
Kepala/leher : anemia (-). ikterik (-), KGB tidak teraba, THT baik (semua normal)

Thorax D Cor dalam batas normal, S1-S2 tunggal (normal)

Pulmo: Inspeksi — pergerakan simetris, retraksi (-) (normal)

Palpasi — fokal fremitus kanan sama dengan kiri (normal)

Perkusi — sonor/sonor (normal)

Auskultasi — vesikuler(+/+) (normal)

Abdomen » teraba soepel (normal) , nyeri tekan (-) (normal) , bising usus (+)

normal, hepar/limpa tidak teraba (normal)

Genitalia dan ekstremitas tidak ada kelainan ( normal)

Status Oftalmologis:

Kedudukan bola mata: ortoforia (normal)


Pergerakan bola mata: Baik ke segala arah (normal)

Tekanan intra okuler (TIO), Tekanan intraokular (TIO) adalah tekanan di dalam bola mata yang
terbentuk sebagai akibat dari produksi dan sirkulasi cairan bola mata secara terus menerus.
Normalnya : 10-2- mmhg

OD 17 mmHg (normal): OS 15 mmHg (normal)

OD: pupil bulat (normal), IOL (+) adanya lensa tanam(pseudophakia)

Intraocular Lens (IOL) adalah lensa mata sintetis yang biasanya ditanamkan untuk
mengganti lensa mata pasien yang terkena katarak.

OD:

Visus 1/60  pasien hanya dapat melihat jari tangan dalam jarak 1 m

Palpebra : dalam batas normal (normal)

Konjungtiva: dalam batas normal (normal)

Kornea: jernih (normal)

Bilik mata depan: dalam (normal)

Iris/pupil: bulat, isokor, reflek cahaya langsung/tak langsung

(+), Relative Afferent Pupillary Defect/RAPD (-), Neovaskularisasi) (—) (normal)

 Isokor → pupil kedua mata sama bentuk dan besarnya


 Refleks pupil langsung → mengecilnya pupil yang disinari.
 Refleks pupil tidak langsung (konsensual) →  mengecilnya pupil yang
tidak disinari. 
 Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD) adalah suatu kondisi di mana
pupil merespons secara berbeda terhadap rangsangan cahaya yang
dipancarkan pada satu mata pada satu waktu karena penyakit retina atau
saraf optik unilateral atau asimetris (hanya penyakit saraf optik yang terjadi di
depan badan genikulatum lateral)
 Neovaskularisasi adalah pembentukan pembuluh darah baru, yang
seringkali rapuh dan tidak sesuai lokasinya  terjadi pada retinopati
diabetikum proliferasi

Lensa: Intra ocular lens (+)  adanya lensa tanam(pseudophakia)


Intraocular Lens (IOL) adalah lensa mata sintetis yang biasanya ditanamkan untuk
mengganti lensa mata pasien yang terkena katarak.

Vitreous: perdarahan (+)  Kejadian perdarahan vitreus banyak ditemukan pada pasien
dengan retinopati diabetik proliferatif,  oklusi vena retina, posterior vitreous detachment, dan
trauma okular.

Funduskopi : samar-samar terlihat papil bulat,batas tegas.


Mata kanan: pupil bulat, IOL (intra ocular lens) (+)
OS

Visus 6/15  membutuhkan jarak 6 meter untuk dapat melihat suatu objek yang dapat
dilihat orang dengan tajam penglihatan normal pada jarak 15 meter

Palpebra: dalam batas normal (normal)

Konjungtiva: dalam batas normal (normal)

Kornea: jernih (normal)

Bilik mata depan: dalam (normal)

Iris/pupil: bulat, isokor, refleks cahaya langsung/tidak langsung

(+), RAPD (-), neovaskularisasi -

 Isokor → pupil kedua mata sama bentuk dan besarnya


 Refleks pupil langsung → mengecilnya pupil yang disinari.
 Refleks pupil tidak langsung (konsensual) →  mengecilnya pupil yang
tidak disinari. 
 Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD) adalah suatu kondisi di mana
pupil merespons secara berbeda terhadap rangsangan cahaya yang
dipancarkan pada satu mata pada satu waktu karena penyakit retina atau
saraf optik unilateral atau asimetris (hanya penyakit saraf optik yang terjadi di
depan badan genikulatum lateral)
 Neovaskularisasi adalah pembentukan pembuluh darah baru, yang
seringkali rapuh dan tidak sesuai lokasinya  terjadi pada retinopati
diabetikum proliferasi

Lensa: shadow test +  menandakan adanya katarak immature

Vitreous: Jernih  normal

Funduskopi: papil bulat, batas tegas, CDR 0,3: refleks makula

(+), arteri/vena 2/3, retina: mikroaneurisma (+), perdarahan dot

blot (+) 4 kuadran, hard exudat (+), neovascular on the disc (+)  gejala retinopati diabetik
Katarak diabetik ( katarak ini akan terlihat kelabu pada daerah pupil)
Ablasio retina traksional Normal

Ablasio retina traksional sering terjadi pada kasus retinopati diabetic, oklusi vena sentral atau
cabang,uveitis posterior

Lab :

Hb 13,1g/dl (normal)

ht 43 %, (normal)

leukosit 7.500 / mm3, (normal)

Eritrosit 4,5 (normal)

trombosit 255.000/uL, (normal)

GDS 346 mg/dl (hiperglikemia)


2. Etiologi (faktor resiko), epidemiologi dan klasifikasi

- Katarak (rara)

- Retino Diabetikum (syifa)

-Ablasio Retina (subhaan)

3. Patogenesis dan patofisiologi

- Katarak (dira)
- Retino Diabetikum (nadya)  akumulasi sorbitol menyababkan kekeruhan pd lensa, retinopati

Glukosa masuk ke sel sel ke retina karena buat masukin glukosa ke retina itu gk perlu insulin, karena
pada pemicu dia itu resistensi insulin karena dia diabet tipe 2
-Ablasio Retina (marsha)
4. Diagnosis(cara diagnosis : anamnesis,pemeriksaan yang harus dilakukan) dan diagnosis banding?

Diagnosis UTAMA (irham)


DD

- Katarak (salsa)

- Retino Diabetikum (afaef)

-Ablasio Retina (fitri)

Jawab :

Anamnesis :

- mennayakan apakah melihat Fotopsia: kilatan cahaya


akibat tarikan vitreous→ robekan retina , jik kena pembuluh darah retina→perdarahn vitreous

- Menanyakan apakah melihat Floater : sensasi lihat objek coklat kehitaman.


- Tanyakan apakah penglihatanya tertutupi tirai

Pemeriksaan fisik Mata

- Pemeriksaan tajam penglihatan


- Refleks pupil
- Pemeriksaan tanda trauma, 
- pemeriksaan lapangan pandang,
- pemeriksaan tekanan intraokular,
- pemeriksaan mata menggunakan  funduskopi
pemeriksaan penunjang meliputi

- funduskopi indirek dengan dilatasi pupil


- slit lamp
- pemeriksaan pencitraan orbita / ocular.

DD

- Uveitis Posterior

Uveitis posterior adalah proses peradangan pada segmen posterior uvea, yaitupada koroid, dan
disebut juga koroiditis. Karena dekatnya koroid pada retina, makapenyakit koroid hampir selalu
melibatkan retina ( korioretinitis ). Gejala khas dari uveitis posterior adalah tajam penglihatan yang
menurun,floating spot dan scotoma(pandangan terhalang)

- Posterior Vitreus Detachment

Gejala
Melihat bayang – bayang melayang kadang hilang –timbul (Floaters). Bisa seperti
bintik, rambut, awan, nyamuk, melayang-layang mengikuti gerak bola mata. Kadang
disertai sensasi seperti kilatan cahaya di pinggir mata.
- Central Retinal Artery Occlusion

Pasien akan mengeluhkan penurunan penglihatan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa disertai rasa
nyeri dan menetap pada salah satu mata.

- Uveal Effusion Syndrome

Penyebab uveal effusion syndrome adalah kelainan kongenital sklera, Gejala


Kehilangan penglihatan, penglihatan kabur Tekanan intraocular normal atau meningkat

5. Tatalaksana farmakologi, nonfarmakologi (edukasi, dan gizi) dan kegawatdaruratan

Talak

- Katarak (syifa)

- Retino Diabetikum (subhaan)

-Ablasio Retina (salsa)

Nonfrmako dan kegawatdaruratan

- Katarak (rara)
- Retino Diabetikum (adira)
-Ablasio Retina (marsha)

6.preventif, rehabilitasi komplikasi dan progosis?

- Katarak (afaef)

- Retino Diabetikum (nadya)

-Ablasio Retina (irham)

7. IMDB

Anda mungkin juga menyukai