Anda di halaman 1dari 25

1. Embriologi normal pada sistem indra yang terkait. ( Sadler TW, Langman J.

Langman's
Medical Embriology. 12th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2001. )

- penglihatan (sipa)

Mata mulai tampak pada mudigah berusia 22 hari sebagai


sepasang alur dangkal di samping otak depan. Seiring penutupan tabung saraf, kedua alur ini
membentuk kantong luar di otak depan, yaitu vesikula oftalmika (optic vesicle).

Kemudian vesikula oftalmika mulai mengalami invaginasi


dan membentuk cawan optik (optic cup) berdinding ganda

MINGGU KE-6

Lapisan dalam dan luar dari cawan dipisahkan oleh suatu lumen, yaitu ruang intraretina Invaginasi
tidak terbatas membentuk fisura koroidea. Pembentukan fisura ini memungkinkan arteri hialoidea
mencapai ruangan dalam mata. Selama minggu ketujuh, bibir-bibir fisura koroidea menyatu, dan
mulut cawan optik menjadi lubang bulat, yaitu bakal pupil. Selama proses ini, sel-sel ektoderm
permukaan, mulai memanjang dan membentuk plakoda lentis. Plakoda ini kemudian mengalami
invaginasi dan berkembang menjadi vesikula lentis (lens vesicle). Selama minggu kelima, vesikula
lentis terpisah dari ektoderm permukaan dan berada di mulut cawan optic.
Lapisan luar dari cawan optik, ditandai oleh granula-granula pigmen kecil, dikenal sebagai lapisan
pigmen retina

lapisan dalam (saraf)

Empat perlima bagian posterior, pars optika retinae,berdiferensiasi menjadi sel batang (rod), sel
kerucut (cone), lapisan inti luar, lapisan inti dalam, dan lapisan sel ganglion

Seperlima lapisan dalam bagian anterior, yaitu pars seka retinae, tetap memiliki ketebalan satu lapis
sel. Bagian ini kemudian terbagi menjadi pars iridika retinae, yang membentuk lapisan dalam iris,
dan pars siliaris retinae yang ikut serta membentuk korpus siliare

Pada akhir minggu kelima, primordium mata seluruhnya dikelilingi oleh mesenkim longgar. Jaringan
ini segera berdiferensiasi dibagian dalam membentuk lapisan yang kaya pembuluh darah yang
dikenal sebagai koroid; lapisan luar berkembang menjadi sklera.
Selama minggu ketujuh, fisura koroidea menutup, dan terbentuk suatu terowongan sempit di dalam
tangkai optik. Akibat peningkatan jumlah serabut saraf yang terus- menerus, dinding dalam tangkai
terus tumbuh, dan dinding dalam dan luar tangkai menyatu. Dengan demikian, tangkai optik
berubah menjadi nervus optikus. Bagian tengahnya mengandung sebagian dari arteri hialoidea yang
kemudian dinamai arteri sentralis retinae.

- Pendengaran

Petunjuk pertama terbentuknya telinga dapat ditemukan pada mudigah


berusia 22 hari sebagai suatu penebalan ektoderm permukaan di kedua
sisi rombensefalon (Gambar 19.1). Penebalan ini, plakoda otika, dengan
cepat mengalami invaginasi dan membentuk vesikula otika atau
auditorik (otocyst).
Pendengaran (telinga dalam)

Invaginasi

Selama perkembangan selanjutnya, setiap vesikula terbagi menjadi

(1)komponen ventral yang membentuk sakulus dan duktus koklearis dan

(2) komponen dorsal yang membentuk utrikulus, kanalis semisirkularis dan duktus endolimfatikus
Bersama-sama, struktur epitel ini membentuk labirin membranosa.

Sakulus, Koklea, dan Organ Corti


Di minggu keenam perkembangan, sakulus membentuk kantong keluar berbentuk tubulus di kutub
bawahnya (lihat Gambar 19.3C-E). Kantong keluar, duktus koklearis, menembus mesenkim sekitar
secara spiral hingga akhir minggu kedelapan, saat duktus ini telah menyelesaikan 2,5 putaran
(Gambar 19.3D,E). Hubungannya dengan bagian lain sakulus kemudian hanya berupa sebuah saluran
sempit yang disebut duktus reuniens.

Utrikulus dan Kanalis Semisirkularis

Selama minggu keenam perkembangan, kanalis semi-sirkularis muncul sebagai kantong luar gepeng
dari bagian utrikulus vesikula otika (Gambar 19.6A,B). Bagian tengah dinding dari kantong ini pada
akhirnya melekat satu sama lain (Gambar 19.6B,C) dan lenyap, menyebabkan terbentuknya tiga
kanalis semisirkularis (Gambar 19.6). Sementara salahsatu ujung dari setiap kanalis mengalami
dilatasi untuk membentuk krus ampulare, ujung lainnya, krus nonampulare, tidak melebar (Gambar
19.6).

Pendengaran (telinga tengah)


Kavitas Timpani dan Tuba Auditiva
 Kavitas timpani (rongga timpani), yang berawal di endoderm, berasal
dari kantong faring pertama (Gambar 19.7). Kantong ini meluas ke
arah lateral dan berkontak dengan dasar celah faring pertama. Bagian
distal kantong, resesus tubotimpanikus, melebar dan membentuk kavitas
timpani primitif, dan bagian proksimal tetap sempit dan membentuk tuba
auditiva (tuba Eustachii) (Gambar 19.7B dan 19.8), yang
menghubungkan kavitas timpani dengan nasofaring.

Pendengaran (telinga luar)


Meatus Akustikus Eksternus

Meatus akustikus eksternus dibentuk dari bagian dorsal celah faring pertama (Gambar 19.7A). Di
awal bulan ketiga, sel-sel epitel di dasar meatus berproliferasi, membentuk lempeng epitel padat,
sumbat liang telinga (meatal plug) (Gambar 19.7B). Di bulan ketujuh, sumbat ini luruh, dan lapisan
epitel dasar meatus ikut membentuk gendang telinga definitif. Kadang, sumbat hang telinga
menetap hingga lahir, yang menyebabkan tuli kongenital. Gendang Telinga atau Membrana
Timpanika. Gendang telinga dibentuk dari (1) lapisan epitel ektoderm di dasar meatus akustikus, (2)
lapisan epitel endoderm di kavitas timpani, dan (3) lapisan intermediat jaringan ikat (Gambar 19.9B)
yang membentuk stratum fibrosum. Bagian utama gendang telinga melekat erat ke tangkai maleus
(Gambar 19.8 dan 19.9B), dan bagian sisanya membentuk pemisah antara meatus akustikus
eksternus dan kavitas timpani.

Aurikula

Aurikula (daun telinga) dibentuk dari enam

proliferasi mesenkim di ujung dorsal arkus faring pertama dan kedua, yang mengelilingi celah faring
pertama (Gambar 19.10). Penebalan ini (tonjolan aurikula; auricular hillocks), tiga di masing-masing
sisi meatus eksternus, kemudian menyatu dan membentuk aurikula definitif (Gambar 19.10).

Karena penyatuan tonjolan aurikula merupakan proses yang rumit, kelainan pembentukan aurikula
cukup sering dijumpai. Mula-mula, telinga luar berada di regio bawah leher (Gambar 19.10A,B),
namun dengan berkembangnya mandibula, telinga
luar naik ke samping kepala setinggi mata.

- penghidu (apaep)

Di akhir minggu keempat, mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan dibentuk terutama oleh
arkus faring pertama membentuk

 Prominensia maksilaris
 Prominensia mandibularis
 Prominensia frontonasalis, Di kedua sisi prominensia frontonasalis, penebalan lokal
ektoderm permukaan, plakoda nasalis.

Selama minggu kelima, plakoda nasalis melakukan invaginasi untuk membentuk fovea
nasalis (lekukan hidung). Dalam prosesnya, plakoda nasalis membuat suatu hubungan
jaringan yang mengelilingi setiap lekukan dan membentuk prominensia nasalis. (prominensia
nasalis lateralis dan prominensia nasalis mediana).
Selama 2 minggu berikutnya, prominensia maksilaris semakin bertambah besar. Secara
bersamaan, prominensia ini tumbuh ke medial, menekan prominensia nasalis mediana ke
arah garis tengah. Selanjutnya, celah di antara prominensia nasalis mediana dan
prominensia maksilaris lenyap, dan keduanya menyatu

Sel di plakoda nasalis (plakoda olfaktoria) berdiferensiasi menjadi neuron sensorik primer
dari epitel nasal

- pengecap (subhan)
Lidah muncul di mudigah sekitar usia 4 minggu dalam bentuk dua
penebalan lidah lateral dan satu penebalan medial, tuberkulum impar
(Gambar 17.17A). Ketiga penebalan ini berasal dari arkus faring
pertama. Penebalan medial kedua, kopula,atau eminensia
hipobrankialis, dibentuk oleh mesoderm dari arkus kedua, ketiga dan
sebagian arkus keempat. Pada akhirnya, pe-nebalan medial 
ketiga, dibentuk oleh bagian posterior arkus keempat, yang menandakan
pembentukan epiglotis. Sewaktu bertambah besar, penebalan lidah
lateral ini tumbuh menutupi tuberkulum impar dan menyatu, membentuk
dua pertiga anterior, atau korpus linguae (Gambar 17.17). Sejak mukosa
yang melapisi korpus linguae berasal dari arkus faring pertama,
persarafan sensorik ke area ini diberikan oleh n. mandibularis (cabang n.
trigeminus).Korpus linguae dipisahkan dari sepertiga posterior oleh alur
berbentuk huruf V, sulkus  terminalis(Gambar 17.17B). Bagian posterior,
atau pangkal lidah berasal dari arkus faring kedua, ketiga dan sebagian
arkus keempat. Fakta bahwa persarafan sensorik ke bagian lidah ini
disuplai oleh n. glosofaringeus menunjukkan bahwa jaringan dari arkus
ketiga tumbuh melampaui arkus kedua. Epiglotis dan bagian paling
posterior lidah disarafi oleh n. laringeus superior, yang mencerminkan
perkembangannya berasal dari arkus keempat. Beberapa otot lidah
kemungkinan berdiferensiasi in situ, tetapi sebagian besar dibentuk oleh
mioblas yang berasal dari somit oksipital. Dengan demikian, otot-otot
lidah disarafi oleh n. hipoglosus. Persarafan sensorik umum lidah mudah
dipahami. Korpus linguae disarafi oleh n. trigeminus, nervus arkus
pertama; pangkal lidah disarafi oleh n. glosofaringeus dan n. vagus,
masing-masing adalah nervus arkus ketiga dan keempat. Persarafan
sensorik khusus (pengecap) di dua pertiga anterior lidah diberikan oleh
cabang korda timpani dari nervus fasialis, sementara sepertiga posterior
disarafi oleh n. glosofaringeus.

2. Anatomi normal pada pada sistem indra yang terkait.

- pendengaran (nadya)

Telinga secara umum dibagi menjadi 3 bagian :


A. Eksternal

B. Medial

C. Internal

Telinga dipersarafi oleh nervous 8


- penglihatan (caca)

Tulang pembentuk rongga orbita =

Os Frontalis, Os Sphenoid, Os Zygomaticum, Os

Maxillaris, Os Lakrimal, Os Ethmoid


- penghidu (adira)

Kerangka hidung terdiri atas tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Bagian kranialnya adalah tulang
sehingga sering terkena pada saat terjadi fraktur pada wajah, sedangkan bagian kaudal-distal adalah
tulang rawan sehingga itu lebih lentur dan kurang berisiko. Potongan kaudal proksimal dari cuping
hidung (Alae nasi) terdiri dari jaringan ikat dengan potongan tulang rawan kecil.

Kedua lubang hidung dipisahkan oleh sekat hidung (Septum nasi), yang bagian bawahnya yang
berupa tulang rawan dan berukuran lebih kecil

- pengecap (fitri)
Jawab :

Fungsi motoris lidah penting untuk mengunyah, menelan, dan berbicara, sedangkan fungsi
sensorisnya diperlukan untuk pengecap. Permukaan lidah (dorsum linguae) diselaputi oleh tunica
mucosa linguae, tunica mucosa linguae bagian depan akan melipat menjadi berbagai macam papilla.
Dorsum linguae dibagi menjadi ujung (apex linguae), badan(corpus linguae) dan pangkal (radix
linguae). Bagian berbentuk “v” pada dorsum (sulcus terminalis) membagi lidah menjadi bagian
depan (pars anterior) dan bagian belakang(pars posterior). Pars anterior akan membentuk 2/3 lidah
sedangkan pars posterior membentuk 1/3 lidah.

Otot-otot lidah dibagi menjadi otot lidah bagian luar dan dalam.

Otot-otot lidah luar adalah:

¥ M.genioglossus,

¥ M.hyoglossus,

¥ M.palatoglossus, dan

M.styloglossus

Otot-otot lidah dalam adalah:

¥ M.longitudinalis superior,

¥ M.longitudinalis inferior,

¥ M.transversus linguae, dan

¥ M.verticalis linguae.

Otot-otot luar menggerakkan lidah secara menyeluruh, sedangkan otot-otot dalam mengubah
bentuk lidah. Seluruh otot-otot lidah diinervasi oleh N.hypoglossus (saraf kranial XII).
Kita bisa merasakan suatu rasa karena adanya taste bud di lidah, taste bud adanya di papilla lidah.
Taste bud paling banyak terdapat di papilla circumvallate.

Terdapat beberapa nervous yang mengatur rasa, presepsi sentuhan, suhu di lidah yaitu :

¥ N.lingualis (V3)  persepsi seperti sentuhan, rasa nyeri, dan suhu

N. vagus  terdapat sedikit taste bud di faring

¥ N.glossopharyngeus (IX)  mengatur 1/3 bagian dari lidah belakang

¥ N.facialis(VII)  mengatur 2/3 anterior lidah

3. Histologi normal pada pada sistem indra yang terkait.

- pendengaran (irham)
- penglihatan (rara)

  

Kornea lensa

- penghidu (fitri)
Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yang terletak di membran mukosa concha
superior yang terletak di atap rongga hidung. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang
terdiri atas tiga jenis sel :

- Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut


dan membentuk suatu lapisan di lamina basal. Sel-sel ini adalah sel punca untuk kedua tipe
sel lainnya.
- Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang lebih sempit. Pada
permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan. Kompleks
tautan yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel olfaktori di
sebelahnya. Peran suportif sel-sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel tersebut memiliki
banyak kanal ion dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk memelihara lingkungan
mikro yang kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan hidup.
- Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel ini. Neuron ini
dibedakan dari sel-se1 penyokong oleh letak intinya, yang terletak di antara sel penyokong
dan se1 basal. Ujung dendrit setiap neuron.

gambaran epitel respiratorik

di bulbus olfaktori terdapat glomerulus glomerulus sebagai tempat penyimpan bau bau yang pernah
kita cium (perpustakaan bau)
- pengecap (irham)

4. Fisiologi normal pada sistem indra yang terkait. (hubungan dengan memori).

- pendengaran (subhan)
- penglihatan (apaep)
- penghidu (salsa)

- pengecap (rara)
5. Fisiologi perbedaan persepsi pengecapan dan penglihatan oleh Ali dan Istrinya (hubungan
dengan memori)

- penglihatan (sipa)

- pengecap (nadya)

6. Faktor-faktor perbedaan persepsi pengecapan dan penglihatan oleh Ali dan Istrinya
(hubungan dengan memori)

- penglihatan (caca)
- pengecap (adira)

7. IMDB (Kewajiban shalat, azan, tentang sistem indra yang terkait) (SEMUA)

Daftar Pustaka
1. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12. Jakarta: EGC; 2014.
2. Netter, F. H. 1. (2019). Atlas of human anatomy. Seventh edition. Philadelphia, PA,
Elsevier.
3. Schunke, Michael and Schulte, Erik and Schumacher. Prometheus Atlas Anatomi
Manusia Organ Dalam.2016.
4. Habibi A. Anatomi penginderaan, Lecture presented at ; Indonesia ; 2022 October 31.
5. Anthony. Junqueira’s Basic Histology. 14 Ed.
6. Sherwood. Introduction to Human Physiology. 8th Ed.
7. Barragán R, Coltell O, Portolés O, Asensio E, Sorlí J, Ortega-Azorín C, et al. Bitter,
sweet, salty, sour and umami taste perception decreases with age: Sex-specific
analysis, modulation by genetic variants and taste-preference associations in 18 to 80
year-old subjects. Nutrients. 2018;10(10):1539.  
8. Noel C, Dando R. The effect of emotional state on taste perception. Appetite.
2015;95:89–95.  
9. Schiffman SS. Perception of taste and smell in elderly persons. Critical Reviews in
Food Science and Nutrition. 1993;33(1):17–26.

Anda mungkin juga menyukai