FISTULA PREAURIKULAR
Oleh
NASRULLAH
H1A004039
Embriologi
Telinga Luar
Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial pertama dan
perkembangannya mulai pada minggu ke-4 kehamilan. Sewaktu telinga dalam telah
berkembang, telinga tengah dan telinga luar juga berkembang. Pada bagian luar kepala
embrio, diantara lengkung brankial pertama dan kedua, suatu celah brankial
berkembang kearah yang berlawanan dari kantong faring.
Daun Telinga
Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4 dari kehidupan fetus,
dimana bagian mesoderm dari cabang pertama dan kedua brankial membentuk 6
tonjolan (Hillock of His) yang mengelilingi perkembangan liang telinga luar dan
kemudian bersatu untuk membentuk daun telinga dan telinga dengan pembagian
sebagai berikut:
Cabang brankial pertama :
- Tonjolan pertama : membentuk tragus
- Tonjolan kedua : membentuk krus helisis
- Tonjolan ketiga : membentuk heliks
Cabang brankial kedua :
- Tonjolan keempat : membentuk antiheliks
- Tonjolan kelima : membentuk anti tragus
- Tonjolan keenam : membentuk lobulus dan heliks bagian bawah
Pada minggu ketujuh pembentukan dari kartilago masih dalam proses dan
pada minggu ke-12 daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolan-tonjolan
diatas. Pada minggu ke-20 daun telinga sudah seperti bentuk telinga dewasa, tetapi
ukurannya belum seperti ukuran dewasa sampai umur 9 tahun..
Posisi daun telinga berubah selama perkembangan, pada awal pertumbuhan
terletak ventro medial dan pada bulan kedua kehamilan tumbuh menjadi dorso lateral
yang merupakan lanjutan dari pertumbuhan mandibula. Kalau proses ini terhenti bisa
mengakibatkan terjadinya telinga letak rendah yang mungkin diikuti oleh anomali,
kongenital lainnya seperti mikrotia dan anotia. Fistula aurikularis kongenital terjadi
2
diduga oleh karena kegagalan dari pada penggabungan tonjolan-tonjolan ini. Kelainan
kongenital daun telinga dapat terjadi mulai dari minor malformasi seperti lipatan kulit di
depan tragus sampai aplasia total.
3
menjadi dinding lateral dan lantai dari ujung resesus tubo timpanikus hubungan dengan
resesus tubo timpanikus sedemikian rupa sehingga, ketika membran timpani terbntuk
antara permukaan ekstoderm dan endoderm ,membran timpani tersebut akan terletak
secara oblik ,posisi ini akan meyebabkan atap dan dinding posterior ektodermal meatal
plug kemudian terbuka untuk membentuk saluran dimana folikel rambut dan kelenjar
serumen dibuat.
Diduga bahwa atresia liang telinga dapat terjadi denga dua cara:
a. Pada awal pertumbuhan dimana terjadi malfomasi daru lengkung pertama dan kedua
brankial yang dapat menimbulkan deformitas dari dun telinga,telinga tengah dan
mastoid, b. Pada minggu ke 21 kehamilan terjadi kegagalan resorbsi dari sumbatan
epitel yang menimbulkan atresia liang telinga dengan daun telinga, telinga tengah dan
mastoid normal.
4
terdapat juga tonjolan dan cekungan yang namanya sesuai dengan anatoni yang
membentuknya yaitu sulkus heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks, eminensia konka
dan eminensia skafa.
Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan fibrokartilago
elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga diantara krus
heliks dan tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan hububungkan dengan
sekitarnya oleh ligametum dan otot-otot. Tulang rawan daun telinga berhubungan
dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan
posterior perlekatannya tidak terlalu erat karena ada lapisan lemak supdermis yang tipis.
Kulit daun telinga oleh rambut-rambut halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada
akarnya.Kelenjar ini banyak terdapat dikonka dan fosa skafa. 2
Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan ligamentum
intrinsik. Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan daun telinga dan tulang
temporal. Ligamentum intrinsik berukuran kecil dan menghubungkan bagian-bagian
daun telinga satu sama lain.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan
m.aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang
tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang
tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya
keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari
m.helisis mayor, m.helisis minor, m.tragikus, m.antitragus, m.obligus aurkularis dan
m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.
Persyaratan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis
yaitu : n.aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus n.fasialis mensarafi
permukaan posterior dan anterior dan bagian posterior. Nervus oksipitalis mempersarafi
bagian atas permukaan posteror daun telinga. Nervus aurikulotemporalis merupakan
cabang n.mandibularis memberikan persarafan daerah tragus, krus heliks dan bagian
atas heliks.
Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat
menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta
5
menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga disamping
itu mencegah air masuk kedalam liang telinga.
6
Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis.
Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of Santorini) memungkinkan
infeksi meluas dari liang telinga luar kedalam parotis dan sebaiknya pada ujung medial
dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk
baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang mana memisahkan lumen liang
telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, disebelah medial
terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji kearah lateral suatu lempengan
tulang lebih tebal memisahkan liang telinga dari fossa krani medial. Dinding posterior
liang telinga bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.
Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing serangga dan
air sulit memasuki liang telinga bagian tulang dan mencapai membran timpani orifisium
dan liang telinga luar yang kecil dari tumpang tindih antara tragus dan antitragus
merupakan garis pertahanan pertama terhadap kontaminasi dari liang telinga dan trauma
membran timpani. Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan massa serumen
yang menolak air, yang mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat
dimedial orifisium liang telinga. Garis pertahanan ketiga rawan dan bagian tulang liang
telinga, hal ini sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga yang cembung.
Penyempitan ini membuat sulitnya serumen menumpuk atau benda asing memasuki
lumen liang telinga bagian tulang dan membrane timpani.
7
Epidermis dari laing telinga bagian tulang rawan biasanya terdri dari 4 lapis
yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Folikel-folikel Rambut
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi
pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada 2/3 liang telinga
bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-rambutnya halus dan
kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior dan superior. Dinding luar
folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis yang mana menipis ketika mencapai
dasar polikel, dinding sebelah dalam folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial
yang terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak banyak
terdapat pada liang telinga dan hamper semuanya bermuara kefolikel rambut.
8
bagian , yaitu bagian sekresi, saluran sekresi didalam kulit dan saluran terminal atau
komponen saluran epidermal.
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang
bercabang dan terdiri dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel ditengah dan
membrane proria disebalah luar. Disekeliling tabular adalah jaringan ikat padat.
Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal sangat
gepeng (pipih). Didalam sitoplasma, biasanya terletak supranuklear terlihat sebagai
granul lipoid dan pigmen dalam ukuran yang berpariasi. Lapisan mioepitelium yang
tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan mengandung otot polos membentuk
pembungkus berkesinambungan disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan apabila
berkontraksi akan menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai
dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan sebagian lagi
kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan mengering dan berbentuk
setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap. Saluran sekresi relatif panjang dan
berbelok-belok dan mempunyai diameter yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian
sekresi kelenjar.
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal. Permukaan
anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang arteri aurikular
anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri aurikular posterior
mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-
cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris
interna. Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara
kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga
mengalir kedalam vena temporalis superfisial dan vena aurikularis posterior.
Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri-arteri dan vena-vena menembus
jaringan ikat padat yang menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagaian
cabang lainnya melewati fisura Santorini pada dinding tulang rawan anterior dan
jaringan ikat fibrosa yang mempersatukan tulang rawan dengan bagian tulang liang
telinga. Pembuluh-pembuluh ini kemudian bercabang dan beranastomosis pada selaput
9
membrane liang telinga dan membentuk jaringan vaskular kutaneus dalam, dibagian
dalam perikondrium.
Sejumlah besar cabang-cabang arteri menaik tegak lurus ke papilla dermis
kedalam daerah cabang-cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan-lekukan ini
mengalir kedalam pleksus venous dan selanjutnya kedalam jaringan venosus diatas
perikondrum. Satu arteriol tunggal mendarahi tubulus sekretorius dan kebanyakan
saluran kelenjar apokrin, selanjutnya memisahkan diri menjadi kapiler yang sangat
banyak, yang bergabung kedalam dua atau lebih kumpalan vennula.
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
superior liang telinga dan sekmen depan membrana timpani.
Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh fleksus
servikal saraf aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari saraf fasialis (N.VII),
glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang
saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan sekmen posterior dan
inferior membrana timpani. Batang saraf utama pada jaringan subkutan beralan sejajar
dengan permukaan kulit. Cabang-cabang didalam dermis naik secara vertikal dari
batang saraf subkutaneus tadi. Disini saraf-saraf masuk diantara lilitan kelenar-kelenjar
dan menyelimuti masing- masing tubulus dengan sejumlah besar anastomosis. Serabut-
serabut saraf tadi membentuk suatu jaringan diatas struktur membrana propria dan pada
beberapa daerah dapat menembus kelenjar-kelenjar ekrin kecil. Masing-masing serabut
membentuk jaringan berbentuk keranjang disekeliling folikel rambut.
Ada bukti dalam pemikiran bahwa kelenjar afoktrin dari aksila dan liang
telinga luar dapat dirangsang oleh adrenalin dan preparat yang menyerupai yang diberi
secara sistemik dan melalui suntikan lokal. Sekresinya tidak diinduksi melalui
penyuntikan asetilkolin. Kolinesterase dijumpai disekeliling tubular kelenjar apoktrin
kulit liang telinga, ini menunjukan bahwa saraf yang menyarafinnya tidak bersifat
kolinergik. Temuan ini menguatkan pemikiran bahwa inervasi kelanjar apokrin liang
telinga adalah simpatomimetik. Disini tidak ada bukti nyata akan pengaruh saraf
terhadap sekresi kelenjar sebasea, walaupun kenyataan bahwa serabut-serabut saraf
10
tanpa myelin dapat terlihat disekeliling kelenjar. Dinervasi kulit tidak merubah jumlah
sekresi lemak.
Sistim Limfatik
Pembuluh-pembuluh limfe berasal dari papila dermis dari sekeliling folikel
rambut dan kelenjar sebasea seperti anyaman berbentuk bintang menghubungkan
lakuna. Pengaliran dari pembuluh-pembuluh tersebut kedalam kelenjar pre dan post
aurikular. Sistim limfe liang telinga luar berhubungan erat dengan sistim limfe prosesus
mastoideus dan kelenjar parotis. Pada infeksi tertentu dari liang telinga kelenjar-kelenjar
limfe yang berdekatan dengan liang telinga menjadi membesar sistim limfatik dan
bagian anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya berdekatan kedaerah
temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak diatas kelenjar parotis.
Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam bagian superior
lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir kedalam kelenjar
infra aurikular keinferior telinga dan posterior sudut ruang bawah.
Fistula Preaurikular
Pendahuluan
Fistula preaurikular terjadi ketika pembentukan daun telinga pada masa
embrio. Kelainan ini berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. sering
ditemukan pada suku bangsa di Asia dan Afrika dan merupakan kelainan herediter yang
dominan. Fistula preaurikular merupakan kelainan kongenital umum yang pertama kali
digambarkan oleh Heusinger pada tahun 1864.
Kelainan ini seringkali ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin berupa lubang
kecil yang mengarah ke telinga luar, biasanya pada tepi anterior dari bagian ascending
helix. Bagaimanapun, kelainan ini sering dilaporkan terjadi pada permukaan lateral crus
helicix dan tepi posterosuperior dari helix, tragus atau lobulus. Secara anatomi, ini
terletak pada lateral dan superior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Fistula dapat
ditemukan didepan tragus atau di sekitarnya dan sering terinfeksi. Pada keadaan tenang
tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil. Dari
muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea
Fistula preaurikular diturunkan secara autosomal dominan inkomplit. Kelainan
ini dapat muncul secara spontan. Fistula dapat terjadi secara bilateral pada 25-50%
11
kasus dan fistula preaurikular bilateral lebih sering herediter. Pada kasus yang terjadi
secara unilateral, preaurikular kiri lebih sering terkena.
.Biasanya pasien datang berobat oleh karena terdapat obstruksi dan infeksi
fistula, sehingga terjadi pioderma atau selulitis fasial. Bila tidak ada keluhan, operasi
tidak perlu dilakukan. Akan tetapi apabila terdapat abses berulang dan pembentukan
sekret kronis, maka perlu dilakukan pengangkatan fistula itu seluruhnya, oleh karena
bila tidak bersih akan menyebabkan kekambuhan.
Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus branchial 1
dan 2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus branchial adalah struktur mesoderm yang
dibungkus oleh ektoderm and mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah satu
dengan lainnya oleh celah branchial ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringeal
endoderm kearah dalam. Arkus branchial 1 dan 2 branchial masing-masing membetuk 3
tonjolan (hillocks); struktur ini disebut hillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepi
bawah arkus branchial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus branchial kedua. Hillocks ini
seharusnya bergabung selama beberapa minggu kemudian pada masa embriogenesis.
Fistula preaurikular terjadi sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolan-
tonjolan ini.
Fistula preaurikular biasanya terbatas, panjangnya bervariasi (biasanya
pendek) dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular biasanya ditemukan pada
lateral, superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada hampir
semua kasus, salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun telinga.
Salurannya dapat mengarah ke kelenjar parotis.
Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar 0-
0.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di Taiwan, insidensinya sekitar
1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan di Hungaria sekitar 0.47%. Di beberapa
bagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-10%.
Mortalitas/ Morbiditas
• Fistula preaurikular tidak berhubungan dengan denga mortalitas.
12
• Morbiditas termasuk infeksi rekurren pada bagian tersebut, ulserasi, jaringan
parut, pioderma dan sellulitis fasial. Secara spesifik, kondisi ini dapat diikuti
oleh terjadinya: abses pada dan anterior dari telinga yang terlibat, drainage
kronik dan rekurren dari lubang fistula, malar ulceration, otitis externa dan
sellulitis fasial unilateral.
• Terapi dengan operasi dihubungkan dengan angka kejadian morbiditas ini,
dengan kemungkinan kekambuhan postoperasi.
Insidensi fistula preaurikular pada orang kulit putih adalah 0.0-0.6% and
insidensinya pada ras Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupun
perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini. Fistula
preaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat pada saat lahir.
Gejala Klinis
1. Sebagian orang dengan kelainan ini asimptomatik. Hanya sepertiga orang
menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi terhadap 31 pasien, suatu
lesi menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata) sebelum mereka mencari
pertolongan medis.
2. Beberapa pasien dating dengan drainase kronik yang intermitten berupa material
purulen dari tempatnya yang terbuka. Drainase fistula ini menjadi mudah
mengalami infeksi. Sekali infeksi, fistula-fistula ini jarang mengalami
asimptomatik, sering berkembang menjadi eksaserbasi akut yang rekurren.
3. Pasien mungkin datang dengan sellulitis fasial atau ulserasi yang berlokasi pada
bagian depan telinga. Ulserasi ini sering diobati tanpa mengetahui sumber
primernya dan fistula preaurikular menjadi tidak ketahuan.
4. Perkembangan dari adanya infeksi, pasien mungkin dapat berkembang menjadi
scarring.
5. Bayi dari ibu yang DM memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya oculo-
auriculo-vertebral, termasuk fistula.
Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil kearah tepi
depan dari helix bagian ascending. Kecuali fistula ini mengalami infeksi yang aktif atau
sebelumnya telah mengalami infeksi dengan gejala sisa berupa scarring, kelainan ini
13
hanya berupa lubang kecil di depan daun telinga. Jika dihubungkan dengan kondisi
yang ada, salah satunya mungkin terlihat anomali telinga luar, seperti kegagalan
pembentuka telinga. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan fistula branchiogenik dan/atau
penurunan pendengaran.
Pada tahun 2006, Saltzmann dan Lissner melaporkan sebuah kasus yang tidak
biasanya dari familial punctal atresia yang berhubungan secara genetik dengan fistula
preaurikular bilateral yang mengalami pengurangan beberapa gambaran syndrome yang
komorbid, dimana biasanya ini jarang terjadi.
Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula
preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%) daripada area
preaurikular (2.2%).
Kondisi yang berhubungan :
o Kondisi ini berhubungan dengan fistula preaurikular termasuk subcondylar
impaction dari molar ketiga, malformasi renal, penurunan pendengaran, fistula
branchiogenik, commissural lip pits (3.8% dari pasien dengan fistula preaurikular),
dan anomaly telinga luar; bagaimanapun, kondisi-kondisi ini dapat jarang terjadi.
o Celah palatum, spina bifida, anus imperforata, hypoplasia renal atau agenesis renal,
reduplikasi dari duodenum, undesensus testes, dan hernia umbilicalis dialporkan
berhubungan dengan kondisi ini.
o Fistula preaurikular melibatkan beberapa sindrom: Treacher Collins syndrome;
branchio-oto-renal (BOR) syndrome; hemifacial microsomia syndrome; sebuah
sindrom yang terdiri dari facial steatocystoma multiplex yang berhubungan dengan
pilar cysts dan fistula preaurikular bilateral; dan sebuah sindrom yang terdiri dari
fistula preaurikular, tuli konduktif, commissural lip pits, dan abnormalitas telinga
luar. BOR syndrome terdiri dari tuli konduktif, sensorineural atau tuli campur;
preauricular pits; defek struktural dari telinga luar, tengah atau dalam; anomali
renal; fistula cervical lateral, kista atau sinus; dan/atau stenosis duktus nasolacrimal
atau fistula. Hemifacial microsomia syndrome terdiri dari fistula preaurikular, palsy
nervus facialis, tuli sensorineural, mikrotia atau anotia, kelainan servikal yang
mengandung kartilago dand defek lainnya.
Hubungan dengan patologi fasial:
14
o Fistula preaurikular dapat berhubungan dengan kelainan wajah. Pada sebuah kasus,
suatu fistula preaurikular berhubungan dengan cholesteatoma kongenital yang
menyebabkan palsy fasial karena mengenai nervus fasialis.
o Infeksi luka setelah rhytidektomi dapat berhubungan.
o Kalkuli dapat berkembang pada fistula preaurikular, yang menyebabkan infeksi.
Etiologi
Fistula preaurikular adalah kelainan yang terjadi akibat kegagalan
penggabungan 2 dari 6 hillocks yang muncul dari arkus branchial 1 dan 2
Diagnosis Banding
Basal Cell Carcinoma, Epidermal Inclusion Cyst
Gambaran Histologi
Ketika pemeriksaan besar dilakukan, fistula preaurikular terlihat terdiri dari
struktur tubular simple atau gambaran melingkar yang yang memiliki dinding, yang
tipis dan berkilauan atau putih dan tebal. Salauran fistula dapat melingkar atau dapat
15
berliku-liku, dan lumennya berisi debris. Fistula preauricular sering penuh dengan
keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar.
Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi oleh epitel squamous
berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan ikat mengelilingi
duktus dapat mengandung folikel rambut; kelenjar sebasea dan kelenjar keringat; dan
jaringan inflamasi, diantaranya limfosit, sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.
Terapi
Terapi Medis
Dalam sebuah studi yang besar, 52% pasien mengalami peradangan pada
fistulanya, 34% mengalami abses dan 18% dari fistulanya mengalami infeksi. Agen
infeksius yang teridentifikasi adalah Staphylococcus epidermidis (31%),
Staphylococcus aureus (31%), Streptococcus viridans (15%), Peptococcus sp. (15%)
dan Proteus sp. (8%). Sekali pasien mengalami infeksi pada fistulanya, pasien tersebut
harus diberikan antibiotic sistemik. Jika terdapat abses, abses tersebut harus di insisi dan
di drainase dan eksudat harus dikirim untuk dilakukan pengecatan Gram dan kultur
untuk dapat memilih antibiotik yang tepat.
Operasi
Sekali infeksi terjadi, kemungkinan terjadinya kekambuhan eksaserbasi akut
sangat tinggi dan saluran fistula harus diangkat dengan cara operasi. Operasi perlu
sekali dilakukan ketika infeksi yang telah diberikan antibiotik dan peradangan pasti
memiliki waktu untuk sembuh. Indikasi operasi masih menjadi perdebatan. Beberapa
percaya bahwa saluran fistula harus di ektirpasi dengan cara operasi pada pasien yang
asimptomatik karena onset gejala dan infeksi yang berikutnya menyebabkan
pembentukan jaringan parut (scarring), yang memungkinakan pengangkatan yang tidak
sempurna dari saluran fistula dan kekambuhan setelah operasi. Angka kekambuhan
setelah operasi adalah 13-42%.
Sebagian besar kekambuhan setelah operasi terjadi karena pengangkatan yang
tidak sempurna pada saat dioperasi. Salah satu jalan untuk mencegah kekambuhan
adalah dengan mengetahui gambarn jelas dari saluran tersebut ketika operasi. Beberapa
ahli bedah measang kanul mulut dan menginjeksi biru metilen kedalam saluran 3 hari
sebelum operasi di bawah kondisi yang steril. Membuka saluran dan kemudian
16
melakukan jahitan pada sutura. Teknik ini memperbesar saluran dan ini diperpanjang
oleh sekresinya sendiri dengan memasukkan biru metilen.
Selam operasi, beberapa ahli bedah menggunakan sebuah probe atau memasukkan
metilen blue ke dalam saluran untuk kanulasi mulut. Teknik standar untuk ekstirpasi
saluran sinus meliputi insisi sekeliling fistula dan sekaligus pembedahan traktus dekat
helix. Pendekatan insisi supraauricular lebih sering berhasil dan diperpanjang insisi
sampai post aurikular. Sekali fasia temporalis didentifikasi, pembedahan traktus
dimulai. Kartilago aurikularyang menempel pada saluran diangkat untuk menurunkan
angka kekambuhan sampai dengan 5%.
Follow Up
Perawatan pasien Rawat Inap
Jika fistula ternbentuk kembali, fistula tersebut harus dingkat secara penuh.
Pencegahan
Jika fistula mengalami infeksi yang berulang, ini dapat diangkat dengan cara operasi.
Komplikasi
1. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan abses.
2. Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian may occur at a site jauh dari
tempatnya yang terbuka.
3. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi salauran fistula.
Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan setelah
operasi adalah:
o Usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi
17
o Operasi dengan menggunakan anestesi lokal
o Pengangkatan yang tidak sempurna dari saluran fistula
o Infeksi yang aktif pada saat operasi
o Drainase abses sebelum operasi
o Kurangnya gambaran yang jelas dari traktus ketika dilakukan operasi
o Kegagalan mengangkat kartilago aurikula pada dasar fistula
o Kegagalan untuk mengidentifikasi nervus fasialis karena letaknya yang
dekat dengan fistula.
4. Sebagian kekambuhan terjadi masa-masa awal setelah operasi, berlangsung
dalam 1 bula prosedur. Kekambuhan harus dicurigai ketika discharge dari
saluran sinus tetap ada. Insidensi kekambuhan terjadi sekitar 5-42%.
Prognosis
• Fistula preaurikular umumnya memiliki prognosis yang baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sosialisman & Helmi, (2006), Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
19