Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PEMBAHASAN
Anatomi Telinga Luar
Secara garis besar telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam. Telinga luar dimulai dari daun telinga (aurikula), meatus akustikus eksterna,
hingga membran timpani. Telinga tengah meliputi cavum timpani yang didalamnya terdapat
ossikula auditorik. Telinga dalam terdiri dari labirin cochlea dan labirin vestibularis.4

Gambar 1. Potongan coronal telinga. Telinga terbagi menjadi 3 bagian yaitu: (1) telinga luar terdiri atas aurikula dan
meatus akustikus eksterna, (2) telinga tengah yang terdiri dari cavum timpani dan ossikula auditorik, dan (3) telinga
dalam yang terdiri dari labirin cochlear dan labirin vestibular. 4

Daun Telinga
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya
terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping
telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan
jaringan fibrosa.4

Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.Tepi daun
telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero- superiornya terdapat tonjolan kecil
yang disebut tuberkulum telinga (Darwin tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat
lengkungan disebut antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks,
dan bagian di kedua krura ini disebut fosa triangularis. Di atas kedua krura ini terdapat fossa
skafa.4
Di depan antiheliks terdapat konka, yang terdiri atas bagian yaitu simba konka, yang
merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh crus helicis dan kavum konka yang
terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan dibawah crus helicis terdapat tonjolan
kecil berbentuk segi tiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada
batas bawah antiheliks disebut antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh celah
intertragus. Lobulus merupakan bagian daun yang terletak dibawah antiheliks yang tidak
mempunyai tulang rawan dan terdiri dari jaringan ikat dan jaringan lemak. Di permukaan
posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan yang namanya sesuai dengan anatomi
yang membentuknya yaitu sulkus heliks, sulkus crus helicis, fossa antiheliks, eminensia konka
dan eminensia skafa.4
Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan fibrokartilago elastik. Tulang
rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga diantara crus helicis dan tulang
rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan hubungkan dengan struktur di sekitarnya oleh
ligametum dan otot-otot. Tulang rawan daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang
telinga melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan posterior dimana perlekatannya
tidak terlalu erat karena ada lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit daun telinga ditutupi oleh
rambut-rambut halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada akarnya.Kelenjar ini banyak
terdapat dikonka dan fossa skafa.4
Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan ligamentum intrinsik.
Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan daun telinga dan tulang temporal.
Ligamentum intrinsik berukuran kecil dan menghubungkan bagian-bagian daun telinga satu
sama lain.4
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot intrinsik. Otot
ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m.aurikularis posterior. Otot-

otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini
bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan
untuk menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot
intrinsik terdiri dari m.heliksis mayor, m.heliksis minor, m.tragikus, m.antitragus, m.obliqus
aurkularis dan m.transversus aurikularis. Otot-otot ini menghubungkan bagian-bagian daun
telinga.4
Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis yaitu :
n.aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus n.fasialis mempersarafi permukaan
posterior dan anterior dan bagian posterior. Nervus oksipitalis mempersarafi bagian atas
permukaan posterior daun telinga. Nervus aurikulotemporalis merupakan cabang n.mandibularis
memberikan persarafan daerah tragus, crus helicis dan bagian atas heliks.4
Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapatmenentukan
bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana
serumen akan tertahan dalam liang telinga disamping itu mencegah air masuk kedalam liang
telinga.4

Gambar 2. Auricula4

Liang Telinga Luar


Liang telinga luar yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur berbentuk S
yang panjangnya kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga sampai membran timpani.
Oleh karena kedudukan membran timpani miring menyebabkan liang telinga bagian belakang

atas lebih pendek kira-kira 6 mm dari dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga
adalah tulang rawan meluas kira-kira panjang liang telinga. Bagian tulang rawan liang telinga
luar sedikit mengarah keatas dan kebelakang dan bagian tulang sedikit kebawah dan kedepan.
Penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus
sehingga memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang telinga. Dinding
depan, dasar dan sebagian dinding belakang dari liang telinga dibentuk oleh tulang rawan yang
mana terbentuk penyempitan depan bawah, bila meluas kemedia. Ujung sebelah dalam dari jalur
ini melekat erat dengan permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang telinga. Bagian
superior dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang berlanjut dengan prosteum dari
bagian tulang liang telinga.4
Liang telinga bagian tulang rawan sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya dua
atau tiga celah tegak lurus dari santrorini pada dinding tulang rawan. Pada liang telinga bagian
tulang ada bagian daerah cembung yang bervariasi dari dinding anterior dan inferior tepat
dimedial persambungan antara bagian tulang dan disebut ishmus. Sesudah ishmus, dasar liang
telinga menurun tajam ke bawah dan kemudian menaik keatas kearah persambungan pinggir
inferior anulus timpanikus, membentuk lekukan yang disebut recensus tympanicus inferior.
Sudutyang dibentukdinding anterior dengan membran timpani juga memiliki kepentingan klinis,
dimana daerah ini dapat menjadi tempat penumpukan keratin atau serumen yang nantinya dapat
bertindak sebagai sumber infeksi. Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnnya
juga mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga kearah medial
berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis.4
Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis
pada liang telinga bagian tulang rawan (fissure of Santorini) memungkinkan infeksi meluas dari
liang telinga luar kedalam parotis dan sebaliknya pada ujung medial dinding superior liang
telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari
tulang temporal, yang mana memisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior
liang telinga bagian tulang, disebelah medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji
kearah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telinga dari fossa kranii
medial. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu
tulang tipis. Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing serangga
dan air sulit memasuki liang telinga bagian tulang dan mencapai membran timpani. Orifisium

dan liang telinga luar yang kecil dari tumpang tindih antara tragus dan antitragus merupakan
garis pertahanan pertama terhadap kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani.
Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan massa serumen yang menolak air, yang mengisi
sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat dimedial orifisium liang telinga. Garis
pertahanan ketiga yaitu bagian tulang rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini karena
dinding liang telinga yang cembung. Penyempitan ini membuatserumen menumpuk atau benda
asing sulit memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan membran timpani.4
Kulit liang telinga
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit pada
bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit
daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani. Lapisan kulit liang
telinga luar lebih tebal pada pars cartilagineus daripada pars osseus. Pada liang telinga pars
cartilagineus tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan yang melekat dengan perikondrium.4
Lapisan kulit liang telinga pars osseus lebih tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak
mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi
lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan tulang. Kulit
pada daerah ini tidak mengandung kelenjar dan rambut.4
Epidermis dari liang telinga pars cartilagineus biasanya terdri dari 4 lapisan yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.4

Folikel-folikel Rambut
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga, pendek dan tersebar
secara tidak teratur,tetapi tidak begitu banyak pada 2/3 liang telinga pars cartilagineus. Pada
liang telinga pars osseus, rambut-rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada
dinding posterior dan superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis
yang menipis ketika mencapai dasar folikel, dinding sebelah dalam folikel adalah rambut sendiri.
Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak
banyak terdapat pada liang telinga dan hampir semuanya bermuara ke folikel rambut.4

Kelenjar-kelenjar Sebasea dan Apokrin


Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka, ukuran diameternya
0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang telinga luar bagian tulang rawan, dimana
kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada bagian luar liang telinga bagian tulang rawan,
kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama
sekali pada kulit liang telinga bagian tulang. Kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada
bagian superfisial kulit.4
Umumnya, beberapa alveoli yang berdekatan terbuka dalam saluran ekskresi yang
pendek. Saluran-saluran ini dilapisi dengan epitel yang berlanjut menjadi sarung akar rambut
luar dan dengan lapisan basal epidermis bagian sekresi kelenjar-kelenjar sebasea berupa alveoli
yang bundar berdiameter 0,5 2,0 mm kearah sentral alveoli, sebagian kecil sel-sel mengalami
keratinisasi tetapi ukuran bertambah besar, menjadi polihidral dan secara bertahap dan terisi
butir-butir lemak. Lambat laun intinya mengkerut dan menghilang, dan sel-sel pecah menjadi
serpihan-serpihan lemak bercampur dengan sisi bertanduk. Campuran ini merupakan sekresi
berminyak dari kelenjar, lalu dieksresikan dalam kanalis folikularis dan keluar kepermukaan
kulit. Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior dan inferior.
Kelenjar-kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah dari kulit dan ukurannya berkisar
0 ,5-2,0 mm. Seperti kelenjar sebasea ,kelenjar apokrin terbentuk dari lokal dari pembungkus
luar akar folikel rambut.Kelenjar kelenjarini dapat dibagi kedalam 3 bagian , yaitu bagian
sekresi, saluran sekresi didalam kulit dan saluran terminal atau komponen saluran epidermal.4
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang bercabang dan
terdiri dari lapisan epitel di sebelah dalam, lapisan mioepitel di tengah dan membran propria di
sebelah luar. Disekeliling tubular adalah jaringan ikat padat. Epitelnya berupa lapisan tunggal
bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal sangat gepeng (pipih). Didalam sitoplasma,
biasanya terletak supranuklear terlihat sebagai granul lipoid dan pigmen dalam ukuran yang
bervariasi. Lapisan mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan mengandung
otot polos membentuk pembungkus melingkari kelenjar, dan apabila berkontraksi akan menekan
lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai dipermukaan epidermis, sekret ini
sebagian masuk folikel rambut dan sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara
perlahan-lahan akan mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap.

Saluran sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai diameter yang bervariasi,
berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.4
Pendarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang arteri temporalis
superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksterna. Permukaan anterior telinga dan
bagian luar liang telinga diperdarahi oleh cabang arteri aurikular anterior dari arteri temporalis
superfisial. Suatu cabang dari arteri aurikular posterior memperdarahi permukaan posterior
telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan
kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh
cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna. Vena telinga bagian anterior, posterior dan
bagian dalam umumnya bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superfisial dan vena aurikularis
posterior.4

Gambar 3. Vascularisasi Auricula4

Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri-arteri dan vena-vena menembus jaringan
ikat padat yang menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagian cabang lainnya
melewati fissura Santorini pada dinding tulang rawan anterior dan jaringan ikat fibrosa yang
mempersatukan tulang rawan dengan bagian tulang liang telinga. Pembuluh-pembuluh ini
kemudian bercabang dan beranastomosis pada selaput membran liang telinga dan membentuk
jaringan vaskular kutaneus profunda, dibagian dalam perikondrium. Sejumlah besar cabangcabang arteri menaik tegak lurus ke papilla dermis kedalam daerah cabang-cabang arteri dari
lekukan kapiler. Lekukan-lekukan ini mengalir kedalam pleksus venous dan selanjutnya kedalam
jaringan venosus diatas perikondrum. Satu arteriol tunggal memperdarahi tubulus sekretorius dan
kebanyakan saluran kelenjar apokrin, selanjutnya memisahkan diri menjadi kapiler yang sangat
banyak, yang bergabung kedalam dua atau lebih kumpalan venula.4
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa gabungan antara saraf-saraf kutaneus dan
kranial. Nervus aurikulotemporalis berasal dari nervus mandibularis yang merupawkan cabang
dari nervus trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding
anterior dan superior liang telinga, dan segmen depan membran timpani.Permukaan
posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh pleksus servikalis nervus aurikularis
mayor. Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX) dan vagus (N.X)
menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang saraf ini mempersarafi dinding posterior dan
inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membran timpani. Batang saraf utama
pada jaringan subkutan beralan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang didalam dermis
naik secara vertikal dari batang saraf subkutaneus tadi. Disini saraf-saraf masuk diantara lilitan
kelenar-kelenjar dan menyelimuti masing-masing tubulus dengan sejumlah besar anastomosis.
Serabut-serabut saraf tadi membentuk suatu jaringan diatas struktur membrana propria dan pada
beberapa daerah dapat menembus kelenjar-kelenjar ekrin kecil. Masing-masing serabut
membentuk jaringan berbentuk keranjang di sekeliling folikel rambut.4
Terdapat suatu pemikiran bahwa kelenjar apokrin dari aksila dan liang telinga luar dapat
dirangsang oleh adrenalin dan preparat yang menyerupainya yang diberi secara sistemik atau
melalui suntikan lokal. Sekresinya tidak diinduksi melalui penyuntikan asetilkolin. Kolinesterase
dijumpai disekeliling tubular kelenjar apokrin kulit liang telinga, ini menunjukan bahwa saraf

yang menginnervasinya tidak bersifat kolinergik. Temuan ini menguatkan pemikiran bahwa
inervasi kelenjar apokrin liang telinga adalah simpatomimetik. Disini tidak ada bukti nyata akan
pengaruh saraf terhadap sekresi kelenjar sebasea, walaupun kenyataan bahwa serabut-serabut
saraf tanpa myelin dapat terlihat disekeliling kelenjar.4

Gambar 4. Persarafan Auricula

1. Definisi
Fistula preaurikular adalah kelainan kongenital yakni suatu traktus yang di dasari
oleh epitel squamous yang bermula di depan daun telinga. Ini disebabkan oleh kegagalan
untuk bersatu dsri tuberkulum arkus pertama ke tuberkulum-tuberkulum lainnya. 1
2. Etiologi
Fistula preaurikular terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brakialis pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus brakialis
tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam hyoid dan arkus mandibular
menyatu dan melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian
menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada region sub mandibular. Gangguan
penutupan celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital, sehingga pada
umumnya muara fistula terletak pada crus helicis, sebagian yang lain meluas dari pinggir
bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini juga bisa terbuka ke atas pada lantai meatus
akustikus eksternus dan di bagian pinggir depan bawah dari otot sternokleidomastoideus
pada daerah belakang sudut rahang bawah.1,3,5

Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi ini adalah
Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%), Streptococcus
viridians (15%), Peptococcus species (15%), dan Proteus species (8%).1
3. Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar 00.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di Taiwan, insidensinya
sekitar1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan di Hungaria sekitar 0.47%. Di
beberapabagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-10%.Insidensi fistula preaurikular
pada orang kulit putih adalah 0.0-0.6% andinsidensinya pada ras Amerika, Afrika dan
Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupunperempuan memiliki kemungkinan yang sama
untuk menderita kelainan ini. Fistula preaurikular muncul pada masa antenatal dan
terlihat pada saat lahir.3

4. Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakial 1dan 2
pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur mesoderm yang
dibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah satu
dengan lainnya oleh celah brakial ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringeal
endoderm kearah dalam. Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing membetuk
3tonjolan (hillocks); struktur ini disebut hillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepi
bawah arkus brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus brakial kedua.Hillocks ini
seharusnya

bergabung

selama

beberapa

minggu

kemudian

pada

masa

embriogenesis.Fistula preaurikular terjadi sebagai akibat dari kegagalan penggabungan


tonjolan-tonjolan ini.1,3,5

Gambar 6. Perubahan dalam perkembangan telinga pada masa embriogenik 6

Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi (biasanya pendek)


dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular biasanya ditemukan pada lateral,
superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada hampir semua kasus,
salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun telinga.Salurannya dapat
mengarah ke kelenjar parotis.5,6
5. Manifestasi Klinik
Kelainan ini biasanya asimptomatik. Penderita dengan fistula preaurikular
kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel ini
baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan rasa
sakit dan bengkak di depan telinga serta demam. Penyebab infeksi tersering adalah
manipulasi penderita terhadap muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau keluarnya

sekret. Sekret yang tidak dapat dikeluarkan juga merupakan media yang baik untuk
perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu infeksi dan selanjutnya menjadi abses.
Dapat pula terjadi pioderma atau selulitis fasial.1,2,3,5

Gambar 7. Fistula Preaurikular6

Gambar 8. Fistula Preaurikular5

6. Diagnosis
a. Anamnesis

Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimptomatik. Hanya sepertiga


orang menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi terhadap 31 pasien, suatu lesi
menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata) sebelum mereka mencari pertolongan medis.3
Beberapa pasien fistula preaurikular datang dengan drainase kronik yang
intermitten berupa material purulen dari tempatnya yang terbuka. Drainase fistula ini
menjadi mudah mengalami infeksi. Sekali mengalami infeksi, fistula ini sering
berkembang menjadi eksaserbasi akut yang rekuren. Pasien mungkin datang dengan
selulitis fasial atau ulserasi yang berlokasi pada bagian depan telinga. Ulserasi ini sering
diobati tanpa mengetahui sumber primernya dan fistula preaurikular menjadi tidak
ketahuan. Perkembangan dari adanya infeksi, lesinya mungkin dapat berkembang
menjadi jaringan skar.1,3
b. Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi anterior
heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang aktif dapat ditemukan
adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai pengeluaran sekret, dan dapat
meninggalkan gejala sisa berupa jaringan parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat
pula ditemukan fistula branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.3
Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula
preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%) daripada area
preaurikular (2.2%).3
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang berasal dari
fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis mikroorganisme penyebab
infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang sesuai.3
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari saluran fistula.
Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh mana saluran fistula ini.
Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara saluran
fistula dengan arteri temporal superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.3

e. Gambaran Histologis
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur tubular yang
sederhana atau gambaran melingkar memiliki dinding yang tipis dan berkilau, atau putih
dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar atau dapat berliku-liku, dan lumennya berisi
debris. Fistula preaurikular sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat
longgar. Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi oleh epitel squamous berlapis
dan mengandung banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan ikat yang mengelilingi
duktus dapat mengandung folikel rambut; kelenjar sebasea dan kelenjar keringat; dan
jaringan inflamasi, diantaranya limfosit, sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.1,3
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan kecuali
pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan muara
dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada kasus
dengan infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.1,3,5
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan
salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya
mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan disebabkan oleh adanya
percabangan fistula sehingga sulit untuk menentukan luas keseluruhan saluran tersebut.
Selama eksisi pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok dengan
cabang-cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum dari tulang temporal
biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya harus diangkat untuk
mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus
yang mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan
lebih radikal. Untuk membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan methylen blue ke
dalam saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan sebagai
petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diketahui bahwa zat warna tersebut mungkin
tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian
selama diseksi untuk mencari saluran-saluran kecil yang tidak berwarna.1,3,5,7,8

Gambar 9. Eksisi Fistula Preaurikular.5

Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras
ke dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologik. Pada pemeriksaan
fistulografi tidak dapat menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi
yang berulang menimbulkan tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis. Pembedahan
dilakukan apabila inflamasi sudah sembuh.1
Sewaktu pembedahan eksisi komplit harus diingat bahwa bahaya terkenanya
kelenjar parotis atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-benar diidentifikasi. Pada
beberapa penderita kelainan ini, salurannya dapat berjalan di medial atau lateral dari saraf
fasialis, oleh karena itu saraf fasialis harus dikenali pada waktu diseksi. Atau juga
salurannya sering berjalan di antara cabang saraf fasialis dan harus di eksplorasi dengan
sangat hati-hati sewaktu pembedahan. Sebelum melakukan pembedahan, sangat penting
untuk mengetahui letak anatomi perjalanan saraf fasialis, terutama setelah keluar dari
foramen stilomastoideus.1,9

8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari fistula preaurikular adalah:3
a. Karsinoma sel basal

Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel pluripotensial pada
lapisan basal dari epidermis atau folikel. Faktor resiko yang paling sering menyebabkan
basal sel karsinoma adalah paparan sinar matahari. Daerah Predileksi pada daerah kepala
dan leher. Gambaran lesi biasanya muncul sebagai papul berwarna merah atau pinkyang
perlahan membesar.10

Gambar 10. papul berwarna merah muda translusen disertai telangiektasis dan erosi krusta. 10

b. Kista inklusi epidermal


Kista inklusi epidermal adalah kista kutaneus yang paling sering terjadi. Kista ini
dapat terjadi di badan, dan paling sering terjadi di wajah, kepala, leher, dan punggung.
Kista inklusi epidermal berasal dari proliferasi dari sel epidermal. Gambaran umum kista
inklusi epidermal berupa benjolan berwarna kekuningan, berbentuk nodul dengan
berbagai ukuran. Dan memiliki pori di bagian sentralnya.10

Gambar 11. Kista epidermoid yang besar dengan punctum prominen. 11

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada fistula preaurikular adalah :1,3


a. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan abses.
b. Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian yang jauh dari tempat yang terbuka.
c. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi saluran fistula.
Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan setelah operasi
adalah usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi, operasi dengan
menggunakan anestesi lokal, pengangkatan yang tidak sempurna dari saluran fistula,
infeksi yang aktif pada saat operasi, drainase abses sebelum operasi, kurangnya gambaran
yang jelas dari traktus ketika dilakukan operasi, kegagalan mengangkat kartilago aurikula
pada dasar fistula, kegagalan untuk mengidentifikasi nervus fasialis karena letaknya
yangdekat dengan fistula.3
10. Prognosis
Fistula preaurikular umumnya memilikiprognosis yang baik. Jika fistula
preaurikular ini ditangani dengan tepat maka hasilnya akan memuaskan dan kecil
kemungkinan untuk residif.3

Anda mungkin juga menyukai