NIM 11211330000004
No Kelainan Etiologi
1 Psoriasiform : Psoriasis Faktor genetik --> beberapa tipe human leukocyte
antigen (HLA) , faktor lingkungan
2 Spongiotic : Dermatitis 1. Dermatitis Kontak Alergik
kontak Etiologi: akibat dari pajanan terhadap suatu alergen
yang berasal dari lingkungan, memengaruhi sensitisasi
secara kontak. Agen penyebab (umumnya poison ivy
dan tanaman lain) akan menempel pada kulit.
3 Vesiculobullous
3
· Intraepidermal Autoimun
vesiculobullous disorders
(Pemphigus vulgaris)
4
Vasculopathic
· Urticaria, angioedema Urtikaria : reaksi hipersensitivitas tipe I
penyebab :Obat antineoplastik, sulfonamid, hidantoin,
beberapa antibiotik dan banyak obat lain
· Insect bite Gigitan ataupun sengatan serangga
5
Alterations in collagen and
elastin : , ,
. Scar Trauma fisik maupun termal
. Keloid genetik
6
Bacterial infections
· Impetigo Staphylococcus aureus / Streptococcus pyogenes, yang
secara khas diperoleh akibat kontak langsung dengan
individu yang sakit.
8 Viral infections
8
· Verruca vulgaris Infeksi virus papiloma manusia (human
papillomavirus/HPV)
9
Benign tumors and cysts of
the epidermis : Seborrheic timbul secara spontan lebih karena genetik
keratosis
10
· Squamous cell
carcinoma terpajan matahari terutama pada individu yang lebih tua.
kanker yang timbul lambat dan jarang bermetastasis,
yang lazim ditemukan. Kelainan tersebut
cenderung terjadi pada tempat tempat yang terpajan
sinar matahari dan pada individu dengan kulit yang
kurang berpigmen
12
Melanocytic neoplasms
1. Nevus Melanositik
Istilah nevus digunakan pada setiap lesi kongenital
pada kulit. Nevus
melanositik, merujuk pada setiap neoplasma jinak dari
melanosit,
· Nevus yang bersifat kongenital atau didapat.
2. Nevus displastik
mungkin bersifat sporadik atau familial. Yang bersifat
familial secara klinis penting karena dianggap
prekursor potensial
untuk melanoma malignum.
· Malignant melanoma
Reaksi hipersensitivitas (dimediasi oleh antibodi tipe II). Autoantibodi IgG (antibodi patogenik pada
kulit dan membran mukosa) akan berikatan dengan protein desmosom intrerselular (desmoglein tipe 1
dan 3) --> merusak fungsi adhesi (perekat) interseluler desmosom dan mengaktifkan protease
interseluler --> Distribusi protein desmoglobin dalam epidermis menentukan lokasi lesi
TEN dan SJS: Dimediasi oleh sitokin dari limfosit T sitotoksik spesifik obat. Pola imunologi dari lesi awal
menunjukkan reaksi sitotoksik yang diperantarai sel terhadap keratinosit → menyebabkan apoptosis
masif. Sel sitotoksik, termasuk sel T natural killer (NKT) dan limfosit T CD8+ spesifik obat pada lesi awal;
monosit dan makrofag dan granulosit juga direkrut. CD94/NKG2C diidentifikasi sebagai molekul efektor
pembunuh. EBA: Autoantibodi yang terikat pada anchoring fibrils → aktivasi komplemen dan sel
radang
Granuloma terbentuk ketika sistem kekebalan merespons agen penyebab (misalnya infeksi dan benda
asing). Pertama, antigen (yaitu zat asing yang menstimulasi respon imun) dari patogen penyebab
diambil oleh sel penyaji antigen, seperti makrofag. Sel penyaji antigen ini kemudian dapat menyajikan
antigen asing pada kompleks histokompatibilitas mayor (MHC) kelas II ke sel T pembantu CD4+. Hal ini
menginduksi sekresi sitokin, yang menghasilkan konversi sel T pembantu CD4+ menjadi subtipe TH1.
Granuloma dapat terbentuk ketika sel TH1 menumpuk dan mengeluarkan sitokin dan kemokin. Secara
khusus, sekresi interleukin 2 (IL-2) selanjutnya menginduksi proliferasi sel T, dan sekresi interferon
gamma (INɣ) mengaktifkan makrofag. Faktor nekrosis tumor alfa (TNFɑ) kemudian dapat dilepaskan
oleh makrofag dan sel T yang meningkatkan daya tarik dan stimulasi makrofag, sehingga menghasilkan
akumulasi sel inflamasi yang stabil dan dinamis.
Biasanya, selama proses ini, makrofag akan mengembangkan sitoplasma besar dan mulai menyerupai
sel epitel, yang sekarang disebut sel epiteloid. Sel-sel ini sering kali dikelilingi oleh limfosit dan, kadang-
kadang, sel plasma. Beberapa makrofag kemudian dapat menyatu membentuk sel berinti banyak yang
disebut sel raksasa. Granuloma terbentuk ketika sel-sel raksasa ini berkumpul rapat.
Cara infeksi ada 6 macam :
1. Penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai penyakit tuberkulosis,
misalnya skrofuloderma.
2. lnokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit tuberkulosis,
misalnya tuberkulosis kutis
orifisialis.
3. Penjalaran secara hematogen, misalnya tuberkulosis kutis miliaris.
4. Penjalaran secara limfogen, misalnya lupus
vulgaris.
5. Penjalaran langsung dari selaput lendir yang sudah diserang penyakit tuberkulosis, misalnya lupus
vulgaris.
6. Kuman langsung masuk ke kulit, jika ada kerusakan kulit dan resistensi lokalnya telah menurun,
contohnya tuberkulosis kutis verukosa.
Fibrosis, scarring, atau bekas luka terjadi dengan 4 fase, fase inflamasi yang menyatukan luka pertama
kali dengan pembekuan darah, fase migratory dengan terbentuknya keropeng, fase proliferatif dengan
pesatnya pertumbuhan sel epitel di bawah keropeng, dan fase maturasi setelah sel epitel kembali
normal dan keropeng akan terkelupas.
Terjadi ketika kulit mengalami trauma fisik maupun termal (terkena benda yang panas) dan khususnya
terkena pada bagian Dermis kulit dan akumulasi kolagen yang berlebih
hilang jaringan kulit > jaringan granulasi > early scar formation > TGF-beta > Stimulasi pembentukkan
ECM > Produksi kolagen berlebih
Cara infeksi ada 6 macam:
1. Penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai penyakit tuberculosis,
misalnya skrofuloderma.
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit Tb, misalnya Tb kutis
orifisialis.
3. Penjalaran secara hematogen, misalnya Tb kutis miliaris.
4. Penjalaran secara limfogen, misalnya lupus vulgaris.
5. Penjalaran langsung dari selaput lendir yang sudah diserah penyakit Tbc, misalnya lupus vulgaris.
6. Kuman langsung masuk ke kulit, jika ada keruskaan kulit dan resistensi lokalnya telah menurun,
contohnya Tb kutis verukosa.
Beberapa tipe HPV berhubungan dengan preneoplasia dan keganasan invasif di regio anogenital .
Berlawanan dengan karsinoma yang berhubungan dengan HPV, sebagian besar kutil disebabkan oleh
subtipe HPV golongan risiko rendah yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan
transformasi.
Seperti virus jenis risiko tinggi, virus jenis risiko rendah ini mengekspresikan onkoprotein E6 dan E7,
yang menyebabkan gangguan pada pertumbuhan sel epidermis dan peningkatan survival.Alasan
mengapa virus golongan risiko rendah menyebabkan kutil dan bukan menjadi karsinoma masih belum
dapat dijelaskan; akan tetapi diperkirakan terdapat sedikit perbedaan pada variasi struktural protein E6
dan E7 yang mernpengaruhi interaksi dengan protein yang dihasilkan oleh tuan rumah, di samping
perbedaan kemampuan setiap galur virus untuk menghindari reaksi imun. Secara normal imun dapat
membatasi pertumbuhan tumor ini, dan imunodefisiensi seringkali berhubungan dengan peningkatan
jumlah dan ukuran dari veruka.
Infeksi HPV terutama ditularkan melalui kontak seksual kulit ke kulit termasuk seks oral dan tidak
mengharuskan seks penetrasi. Sel epitel yang terinfeksi HPV dilepaskan selama hubungan kontak
seksual tersimpan ke dalam jaringan yang mengalami trauma. Siklus hidup
virus dimulai setelah infeksi sel basal terjadi.
Human papilomavirus menginfeksi epitel basal melalui mikroabrasi dan gangguan jaringan kulit
/mukosa kelamin atau mulut mukosa. Cairan yang dihasilkan dari vagina atau anal persetubuhan
memberikan kesempatan bagi partikel virus untuk menyusup ke sel. Virus menghindari kekebalan
inang sampai virus itu menyerang berhasil mencapai keratinosit basal.
HSV akan ditularkan apabila virus menyentuh permukaan mukosa atau kulit yang pecah pada pejamu
yang rentan. Penularan demikian memerlukan sentuhan langsung dengan orang yang terinfeksi, karena
virusnya langsung inaktif, terutama apabila dikeringkan.
inokulasi herpes simplex virus 1 atau 2 di permukaan mukosa bibir aau genital-> virus masuk epidermis,
penetrasi di nervus sensoris dan otonom -> saat infeksi primer, HSV tidak dikendalikan sistem imun ->
infeksi primerselesai -> HSV menyebar ke saraf-saraf dan menyebabkan infeksi laten di ganglia lokal ->
terdapat pemicu seperti trauma fisik, psikis, dan bisa juga akibat makanan/minuman yang merangsang
-> reaktivasi infeksi laten
terinfeksi varicella-zoster-> partikel virus tetap tinggal di dalam ganglion sensoris saraf spinalis,
kranialis, atau otonom tahunan -> respons seluler dan titer antibodi spesifik virus varicela-zoster
menurun -> virus varisela-zoster laten tereaktivasi -> ruam kulit yang terlokalisata dalam satu
dermatom
WZ masuk ke dalam tubuh melalui mukosa saluran napas atas dan orofaring. Virus bermultiplikasi di
tempat masuk (port d'entry), menyebar melalui pembuluh darah dan limfe, mengakibatkan viremia
primer. Tubuh mencoba mengeliminasi virus terutama melalui sistem pertahanan tubuh non spesifik,
dan imunitas spesifik terhadap WZ. Apabila pertahanan tubuh tersebut gaga! mengeliminasi virus
terjadi viremia sekunder kurang lebih dua minggu setelah infeksi. Viremia ini ditandai oleh timbulnya
erupsi varisela, terutama di bagian sentral tubuh dan di bagian perifer lebih ringan.
Pemahaman baru menyatakan bahwa erupsi kulit sudah dapat terjadi setelah viremi primer. Setelah
erupsi kulit dan mukosa, virus masuk ke ujung saraf sensorik kemudian menjadi laten di ganglion
dorsalis posterior. Pada suatu saat, bila terjadi reaktivasi WZ, dapat terjadi manifestasi herpes zoster,
sesuai dermatom yang terkena.
Lesi moluskum kontagiosum memiliki ciri-ciri klasik di bawah mikroskop. Lekukan epidermis berbentuk
cangkir ke dalam dermis biasanya terlihat. Tonjolan rete yang berkembang biak turun ke bawah dan
melingkari dermis. Epidermis biasanya menebal dan terlihat adanya badan Henderson-Paterson di
dalam epidermis. Badan-badan inilah yang membungkus partikel virus.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah kopulasi (perkawinan) yang te~adi di atas kulit, tungau
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh
tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum komeum
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telumya 2 hingga 50. Bentuk betina yang
dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari
dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapatjuga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari. Aktivitas sca di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan respons
imunitas selular dan humeral serta mampu meningkatkan lgE baik di serum maupun di kulit.
mutasi yang bersifat aktivasi (activating mutation) pada reseptor 3 faktor pertumbuhan
fibroblas (fibroblast growth faktor (FGF) receptor 3), yang memiliki aktivitas tirosin kinase
yang merangsang jalur pengisyaratan Ras dan P13K/AKT
lesi ini berhubungan dengan mutasi TP53 yang disebabkan oleh kerusakan DNA akibat
pengaruh sinar UV
pajanan sinar ultra violet, yang menyebabkan kerusakan DNA. Mutasi TP53 yang disebabkan oleh
kerusakan DNA akibat pajanan sinar ultraviolet lazim ditemukan, seperti halnya mutasi yang bersifat
aktivasi pada HRAS dan mutasi yang bersifat kehilangan fungsi pada reseptor Notch, yang mengirimkan
isyarat yang mengatur diferensiasi yang wajar pada epitel skuamosa normal. induksi mutasi, sinar
ultraviolet (khususnya UVB) mungkin memiliki efek imunosupresif yang bersifat sementara pada kulit
dengan cara menyebabkan gangguan penyajian antigen oleh sel Langerhans. Efek ini mungkin
berperan dalam proses tumorigenesis melalui penurunan kekuatan imunosurvelilance
Karsinoma sel basal berhubungan dengan kelainan pengaturan jalur Hedgehog. Cacat yang diwariskan
pada gen PTCH, suatu penekan tumor/tumor suppressor yang mengatur pengiriman isyarat pada jalur
Hedgehog. menyebabkan karsinoma sel basal yang bersifat familial pada sindrom Gorlin. Jalur
Hedgehog merupakan jalur pengaturan yang penting dalam perkembangan embrionik, dan seringkali
ditemukan anomali perkembangan ringan pada orang yang mengalami kelainan terkait.
.
Patofisiologi
Terjadi peningkatan sel mast peningkatan sel mast, eosinophil, CD4, CD8 dan
sitokin infalamsi akan menyebabkan sel mast mengeluarkan leukotrines akan
menyebakan dilatasi lokal dari microvaskular menyebab eritema
Terjadi peningkatan sel mast peningkatan sel mast, eosinophil, CD4, CD8 dan
sitokin inflamasi akanmenstimulasi nociceptor lokal akan terjadi burning dan
pruritus
2. dermatitis kontak iritasi
TEN dan SJS: Sel T sitotoksik dapat berupa dengan mudah terdeteksi pada lesi
SJS/ Sepuluh lesi, menunjukkan bahwa sel-sel ini adalah patogen. Pada SJS
awal, Sel T CD8+ terakumulasi di sepanjang dermal-epidermal persimpangan,
menyebabkan dermatitis interface dengan apoptosis keratinosit. Mekanisme
yang dimediasi oleh kekebalan pada hipersensitivitas obat. Aktivasi sel T yang
kanonik atau menyimpang yang dipicu oleh culpirit drug mengakibatkan
kematian sel keratinosit yang dimediasi sel T pada reaksi obat yang parah
seperti Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. EBA: aktivasi
komplemen dan sel radang oleh autoantibodi yang terikat pada anchoring
fibrils. Autoantibodi IgG yang mengikat kolagen tipe VII yang mengakibatkan
penurunan anchoring fibrils, tetapi jalur yang mengarah ke penurunan ini tidak
diketahui. Autoantibodi spesifik terhadap kolagen tipe VII ini, juga
mengganggu terbentuknya triple helix pada kolagen.
reaksi Th1 yang melibatkan makrofag yang merangsang gamma IFN untuk
melepaskan matriks metalloproteinase. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan
degradasi jaringan ikat. Beberapa penelitian memberikan dukungan terhadap
teori ini. Misalnya, sel T pembantu telah ditemukan dalam sampel lesi
granuloma annulare. Penelitian lain menunjukkan bahwa sejumlah besar sel T
pada lesi ini adalah CD3+ dan memiliki reseptor interferon-gamma. Ditemukan
juga bahwa makrofag yang ditemukan pada lesi berdiferensiasi menjadi sel
efektor yang mengekspresikan matriks metalloproteinase dan tumor necrosis
factor-alfa.
Menginfeksi jaringan epitel kulit dan mukosa pada saluran anogenital, tangan,
atau kaki. Umumnya tidak bergejala.
1. virus memasuki epidermis -> kematian sel/ disrupsi koneksi sel epidermis
(acantholysis)-> ruam vesikular
2. virus penetrasi ke saraf -> kematian saraf sensoris -> neuropathic pain,
vesicular eruption
3. infeksi primer -> merangsang sistem imun -> malaise dan demam
1. reaktivasi VZV laten di DRG -> inflamasi DRG dan menyebabkan nekrosis
pada neuron -> nyeri neuropatik prodormal
2. VZV menyebar ke neuron di DRG -> kematian sel saraf -> nyeri neuropatik
(rasa terbakar dan perih sekali)
VZV menyebar di neuron DRG -> disrupsi koneksi epidermis/kemayian sel ->
ruam vesikular/blister
3. Sensitisasi nosiseptor perifer dan sentral -> modulasi sinyal nyeri yang tidak
biasa -> post-herpetic neuralgia -> nyeri, paralysis, gatal, dan sensitif setelah
sembuh
1. Nevus Melanositik
Lesi dini tersusun dari sel
berbentuk bulat sampai oval yang tumbuh dalam "sarang"
sepanjang sambungan dermo epidermal. Inti retatif bulat
seragam, dan memiliki anak inti yang tidak nyata, disertai
aktivitas mitosis yang jarang atau tidak ada. Lesi dini tersebut
dikenal sebagai nevus antara (junctional nevi). Akhirnya,
sebagian besar nevus antara berkembang ke dalam dermis yang
dibawahnya dalam bentuk sarang-sarang sel nevus atau genjelgenjel disebut
nevus majemuk (compound nevi), dan pada lesi
yang lebih lama, sarang-sarang sel nevus di epidermal dapat
hilang seluruhnya, membentuk nevus intradermal
2. Nevus Displastik
nevus displastik sebagian besar merupakan
nevus majemuk yang menunjukan perangai pertumbuhan, baik
arsitektur maupun sitologik, yang abnormal. Sarang sel nevus di
dalam epidermis dapat membesar dan menunjukkan peleburan
(fusion) atau pengelompokan (coolescence) yang abnormal dengan
sarang-sarang didekatnya (terhubung dengan struktur menyerupai
jembatan/bridging). Sebagai bagian dari proses ini, sel-sel nevus
tunggal mulai menggantikan lapisan sel basal normal sepanjang
sambungan dermo epidermal, yang membentuk kelainan yang
disebut lesi hiperplasia lentigenus
sel ganas tumbuh dalam sarang-sarang yang
terbentuk tidak sempurna atau sebagai sel tunggal pada semua
tingkat dari lapisan epidermis (penyebaran pagetoid) dan dalam
bentuk nodul ekspansif di daerah dermis; Perangai ini masingmasing
membentuk fase pertumbuhan radial dan vertikal (Gambar
23-22, B dan C). Sebagai catatan, melanoma jenis yang menyebar
dipermukaan (superficial spreading melanoma) sering berhubungan
dengan infiltrasi limfosit nyata (Gambar 23-22, B), suatu perangai
yang mungkin menggambarkan reaksi tuan rumah terhadap antigen
spesifik tumor. Sifat dan luas pertumbuhan vertikal menentukan
perilaku biologis dari melanoma.
Sign and symptom terkait dengan patogenesis dan patofisiologi
1. pustule 2. plak eritema 3. papule 4. silver scale
1. dermatitis kontak alergi
- Erytema
- Vesicle
- Burning
- pruritus
- eritema
- burning
- pruritus
lepuh dan luka yang menyakitkan dan gatal di kulit paling sering di
wajah, kulit kepala, dan batang tubuh.
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang letaknya superfisial dan
berdinding tipis --> mudah pecah --> meninggalkan area erosi yang
dalam dan kadang ditutupi krusta serum. Lesi terasa nyeri
(terutama saat ruptur) dan sering terjadi infeksi sekunder
TEN dan SJS: makula eritematosa, atipikal, lepuh pada kulit, mata
terasa terbakar, nyeri saat menelan, dan buang air kecil meningkat.
EBA: kulit mengalami erosi, lepuh (yang di dalamnya tidak
meradang), bekas luka di atas permukaan yang rentan terhadap
trauma
Benjolan kecil di kulit Anda yang muncul tepat sebelum timbul
ruam.
Ruam melingkar pada kulit Anda yang mungkin dimulai sebagai
lingkaran kecil yang kemudian menyatu.
Ruam mungkin tampak merah, merah muda, ungu atau warnanya
sama dengan kulit Anda yang tidak terkena.
Inokulasi tuberkulosis primer (chancre) : papul, pustul, atau ulkus
indolen, dinding bergaung, sekitarnya livid, limfangitis, limfadenitis
Skrofuloderma : limfadenitis, limfadenitis leher dan ketiak, abses
dingin => fistel => ulkus livid => krusta=> sikatrik
Tuberkulosis kutis verukosa : predileksi sering mendapat trauma spt
tungkai bawah dan kaki, lutut. berbentuk bulan sabit perjalanan
secara serpiginosa, oaoul lentikular diatas kulit eritematosa, sikatrik
Tuberkulosis kutis gumosa : hematogen dari paru, guma,(infiltrat
subkutan, sirkumskrip)
Tuberkulosis kutis orifisialis : sekitar orifisium (mulut, bibir,
berkontak scr langsung dengan sputum. anus yang berkontak feses
mengandung tuberkulosis. saluran kemih akibat kontak urin
mengandung tuberkulosis), ulkus bergaung dan livid
Tuberkulosis kutis verukosa : infeksi eksogen scr langsyng mengenai
muka atau tulang rawan hidung
Impetigo bulosa
-Lepuh menjadi lemas dan transparan lalu pecah.
-Luka berkerak terbentuk di tempat lepuh pecah.
-Kulit cenderung sembuh tanpa jaringan parut.
1. Nevus Melanositik
Nevus melanositik umumnya berwarna coklat muda sampai
coklat, secara seragam berpigmen, papula berukuran kecil
(diameter 5 mm atau kurang) dengan pinggir yang jelas dan
melingkar
2. Nevus Displastik
Nevus displastik berukuran lebih besar daripada sebagian besar
nevus yang didapat (diameter seringkali lebih dari 5 mm) dan
mungkin berjumlah ratusan
1. Nevus yang membesar dengan cepat
2. Rasa gatal atau nyeri pada suatu lesi
3. Pembentukan lesi pigmentasi baru selama masa usia dewasa
4. Tepi lesi yang berpigmen tidak teratur
5. Aneka ragam warna pada lesi yang berpigmen
Prinsip-prinsip ini diekspresikan dengan sebutan ABC untuk
melanoma: asimetrik, border (tepi), color (warna), diameter, dan
evolusi (perubahan dari nevus yang ada)
Perubahan makroskopik (deskripsi dan gambar)
1. Nevus Displastik
2. Nevus Displastik
Suprabasal intraepidermal blisters yang membulat, dengan 1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
keratinosit terdisosiasi (akantolitik) yang banyak. Robbins Basic Pathology. 10th
Saunders; 2018
TEN: Lesi ini ditandai dengan poor cell, lepuh subepidermal Weedon’s skin pathology essentials,
dengan nekrosis pada epidermis di atasnya dan perdarahan. 2nd ed, 2017. Kang S, Kang S.
SJS: Keratinosit nekrotik tunggal yang menonjol di semua Fitzpatrick's dermatology. 9th ed,
tingkat epidermis. EBA: Terdapat bulla subepidermal dengan 2019. Dermatopathology, 2009
fibrin dan hanya sedikit inflamasi sel inflamasi di dalam
lumen. Atap lepuh biasanya utuh, dan mungkin ada
beberapa fragmen kulit yang menempel pada epidermis.
Pada lesi noninflamasi
Schmieder SJ, Harper CD, Schmieder
GJ. Granuloma Annulare. [Updated
2023 Jun 21]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK459377/
urtikaria seringkali bersifat perubahan ringan. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Biasanya terdapat sebukan sel mononuklear dalam jumlah Robbins Basic Pathology. 10th
sedikit, Saunders; 2018. p. 111-113
di daerah perivenula superfisial, jarang terdapat neutrofil Grattan C. The urticarias:
dan Pathophysiology and management.
kadang-kadang eosinofil. Edema dermis superfisial Clinical Medicine. 2012;12(2):164–7.
menyebabkan doi:10.7861/clinmedicine.12-2-164
berkas-berkas kolagen terpisah dengan jarak lebih lebar.
Patterson, J.W. Weedon's Skin
Pathology. 5th ed. Elsevier; 2021.
Ilmu Penyakit Kulit FK UI 7th ed. p. 321
Setelah luka tertutup dan sembuh, beberapa fungsi Tortora GJ, Derrickson B. Principles of
kulit akan berubah tidak kembali normal sedia kala Anatomy & Physiology. Danvers, MA:
Wiley; 2014.
Akumulasi kolagen pada bagian scar di Dermis Kumar V, Abbas Ak, Aster J. Robbins Basic Pathology 9th edition
1. Nevus Displastik
2. Nevus Displastik
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Robbins Basic Pathology. 10th
Saunders; 2018. p. 866-7