Anda di halaman 1dari 22

ABSES PARAFARING

2012

PENDAHULUAN

Abses leher dalam adalah terbentuknya pus pada salah satu atau lebih ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher. Abses parafaring yaitu peradangan yang disertai pembentukan pus pada ruang parafaring. Sebelum era antibiotika, 70% dari abses leher dalam merupakan penjalaran infeksi dari tonsil dan faring. Akan tetapi saat ini penyebab abses leher dalam yang sering ditemukan adalah infeksi gigi dan sekitar 20% kasus abses leher dalam dengan sumber infeksi yang tidak ditemukan. Ruang parafaring dapat mengalami infeksi secara langsung akibat tusukan saat tonsilektomi, limfogen dan hematogen. Berdasarkan bakteri penyebab sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai jenis kuman baik aerob maupun anaerob. Abses parafaring ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Gejala klinis berupa demam, nyeri tenggorok dan disfagia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan trismus, pembengkakan di sekitar angulus mandibula, pembengkakan dinding lateral faring hingga menonjol ke arah medial. Pemeriksaan penunjang berupa foto polos jaringan lunak leher dan tomografi komputer. Secara umum terapi abses leher dalam terdiri dari medikamentosa dan drainase.Terapi medikamentosa meliputi pemberian antibiotika baik untuk kuman aerob maupun anaerob dan simptomatis sesuai keluhan serta gejala klinis yang timbul. Drainase abses dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu insisi eksterna dan intra oral.

ABSES PARAFARING EMBRIOLOGI6

2012

1. Lengkung Faring Setiap lengkung faring terdiri atas sebuah inti jaringan mesenkim, yang di sebelah luarnya dibungkus oleh ektoderm permukaan dan di sebelah dalamnya oleh epitel yang berasal dari endoderm. Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm lempeng paraksial dan lateral, inti tiap tiap lengkung faring menerima banyak sekali sel Krista neuralis,yang bermigrasi ke dalam lengkung faring menerima banyak sekali unsurunsur rangka pada wajah, mesoderm lengkung yang asli membentuk susunan otot di wajah dan leher.dengan demikian, setiap lengkung faring mempunyai unsur ototnya sendiri. Unsur otot pada masing-masing lengkung membawa sarafnya sendiri, dan kemampuan sel otot ini bermigrasi, sel-sel tersebut akan membawa unsur saraf kranial bersamanya. Selain itu setiap lengkung mempunyai unsur arterinya sendiri. (derivat lengkung faring dan persarafannya).

2. Lengkung Faring Pertama Lengkung faring pertama terdiri atas satu bagian dorsal, yang dikenal sebagai prominensia maksilaris, yang meluas di bawah daerah mata, dan satu bagian ventral, prominensia mandibularis atau tulang rawan Meckel. Pada perkembangan selanjutnya,tulang rawan Meckel menghilang kecuali dua bagian kecil di ujung dorsal dan masing-masing membentuk inkus dan malleus. Mesenkim prominensia maksilaris selanjutnya membentuk premaksila, maksila, os zygomaticus dan bagian os temporalis melalui penulangan membranosa. Mandibula juga terbentuk melalui penulangan membranosa jaringan mesenkim yang mengelilingi tulang rawan meckel. Selain itu lengkung pertama ikut dalam pembentukan tulang telinga tengah.Susunan otot dari lengkung faring pertama dibentuk oleh otot pengunyah (m.temporalis , m. maseter, m. pterygoideus) venter anterior m. digastricus, m.mylohyoideus, m. tensor tympani, dan m. tensor veli palatini. Persarafan ke otot-otot lengkung pertama ini
2

ABSES PARAFARING

2012

diberikan oleh cabang mandibula nervus trigeminus. Karena mesenkim dari lengkung pertama juga ikut membentuk dermis wajah, persarafan sensorik ke kulit wajah diberikan oleh nervus ophtalmicus, n. maxillaries dan cabang-cabang mandibula nervus maxillaris.Otot otot pada lengkung yang berbeda tidak selalu melekat ke unsur tulang atau rawan pada lengkungnya sendiri, tetapi kadang-kadang bermigrasi ke daerah di sekitarnya . Akan tetapi,asal usul otot ini selalu dapat di telusuri,karena persarafannya datang dari lengkung asalnya.

3. Lengkung Faring Kedua Tulang rawan lengkung ke-2 atau lengkung hyoid (tulang rawan Reichert) membentuk stapes,processus styloideus ossis temporalis,ligamentum stylohyoideus, dan di ventral, membentuk cornu minus dan bagian atas corpusos hypoid. Otot- otot lengkung hyoid adalah m. stapedius, m stylohyoideus, venter posterior m. Digastricus, m.auricularis, dan otot-otot ekspresi wajah. Nervus facialis, saraf dari lengkung kedua,mempersarafi semua otot ini.

4. Lengkung Faring Ketiga Tulang rawan lengkung faring ke-3 membentuk bagian bawah corpus dan cornu majus os hyoid. Susunan ototnya terbatas pada m. stylopharyngeus. Otot-otot ini dipersarafi oleh nervus glossopharyngeus, saraf dari lengkung ketiga.

ABSES PARAFARING

2012

Gambar 4 pembentukan lengkung faring kedua dan ketiga

5. Lengkung Faring Keempat dan Keenam Unsur rawan dari lengkung faring ke-4 dan ke-6 bersatu membentuk tulang rawan thyroidea,cricoidea,arythenoidea,corniculata dan cuneiforme dari laring. Otot-otot lengkung ke empat (m. Cricothyroideus,m. Levator veli palatini, dan mm. Constrictrores pharyngei) dipersarafi oleh ramus laryngeus superior nervus vagus,saraf dari lengkungke-4. Akan tetapi,otot-otot instrinsik laring dipersarafi oleh ramus laryngeus recurrens nervus vagus, saraf dari lengkung ke-6.

6. Kantung Faring Mudigah manusia mempunyai lima pasang kantung faring. Pasangan yang terakhir adalah kantung atipik dan sering dianggap sebagai bagian kantung ke-4. Karena epitel endoderm yang melapisi kantung-kantung ini menghasilkan sejumlah organ penting, nasib tiap-tiap kantung akan dibahas secara terpisah.

7. Kantung Faring Pertama Kantong Faring pertama membentuk sebuah divertikulum yang menyerupai sebuah tangkai, yaitu recessus tubotympanicus, yang berdampingan dengan epitel yang membatasi celah faring pertama, yang kelak menjadi meatus acusticus externus. Bagian distal di ventrikulum ini melebar menjadi bangunan yang menyerupai kantung, yaitu cavum tympani primitif atau rongga telinga tengah primitif, sedangkan bagian proksimalnya tetap sempit, membentuk tuba auditiva(eustachi). Epitel yang melapisi kavum timpani kelak membantu dalam pembentukan membrana tympani atau gendang telinga.

ABSES PARAFARING 8. Kantung Faring Kedua

2012

Lapisan epitel kantung ini berproliferasi dan membentuk tunas-tunas yang menembus kedalam mesenkim di sekelilingnya. Tunas-tunas ini kemudian disusupi oleh jaringan mesoderm, sehingga membentuk primordiom tonsilla platina. Selama bulan ke-3 hingga bulan ke-5,tonsil berangsur-angsur diinfiltrasi oleh jaringan getah bening.Sebagian dari kantung ini merasa tersisa dan pada orang dewasa ditemukan sebagai fossa tonsillaris.

9. Kantung Faring Ketiga Tanda khas kantung ke-3 dan ke-4 ialah sayap dorsal dan sayap ventral pada ujung distalnya. Dalam minggu ke-5, epitel sayap dorsal kantung ketiga berdiferensiasi menjadi glandula parathyroidea inferior, sedangkan sayap ventralnya membentuk timus.Kedua primordium kelenjar ini terputus hubungannya dari dinding faring,dan timus kemudian bermigrasi ke arah kaudal dan medial, sambil menarik glandula parathyroidea bersamanya. Walaupun bagian utama timus bergerak dengan cepat menuju ke kedudukan akhirnya di dalam rongga dada( untuk bersatu dengan pasangan dari sisi yang lain).Ekornya kadang-kadang menetap atau menempel pada kelenjar tiroid atau sebagai sarang-sarang timus yang terpisah. Pertumbuhan dan perkembangan timus berlanjut terus setelah lahir hingga masa pubertas. Pada anak yang masih kecil, kelenjar ini menempati banyak sekali ruang dada dan terletak dibelakang sternum dan didepan perikardium serta pembuluh-pembuluh besar. Pada orang dewasa, kelenjar ini sulit dikenali karena mengalami atrofi dan digantikan oleh jaringan lemak. Jaringan paratiroid dari kantung ketiga pada akhirnya terletak di permukaan dorsal kelenjar tiroid dan membentuk glandula parathyroidea inferior.

10. Kantung Faring Keempat Epitel sayap dorsal kantung ini membentuk glandula parathyroidea

superior. Ketika kelenjar paratiroid tidak lagi berhubungan dengan dinding faring,
5

ABSES PARAFARING

2012

kelenjar ini menempelkan diri ke kelenjar tiroid yang bermigrasi ke kaudal dan,akhirnya, terletak pada permukaan dorsal kelenjar ini sebagai kelenjar paratiroid superior.

11. Kantung Faring Kelima Kantung faring ke-5 adalah kantung faring terakhir yang berkembang dan biasanya dianggap sebagai bagian dari kantung ke 4. Kantung ini menghasilkan corpus ultimobranchiale,yang kelak menyatu ke dalam glandula thyroidea. Pada orang dewasa,sel-sel corpus ultimobranchiale menghasilkan sel parafollicular atau sel C dari glandulathyroidea. Sel-sel ini mensekresi kalsitonin,yaitu suatu hormon yang terlibat dalam pengaturan kadar kalsium darah.

12. Celah Faring Mudigah yang berusia 5 minggu ditandai oleh adanya empat celah faring,diantaranya hanya ada satu yang ikut mempengaruhi bentuk definitif mudigah. Bagian dorsal celah pertama menembus mesenkim di bawahnya dan menghasilkan meatus acusticus externus. Lapisan epitel dasar liang ini ikut berperan dalam pembentukan gendang telinga. Proliferasi aktif jaringan mesenkim di dalam lengkung ke 2 menyebabkan lengkung ke 2 menyebabkan lengkung ke 2 ini menutupi lengkung ke 3dan 4. Akhirnya, lengkung ke-2 ini bersatu dengan rigi epikardium di bagian bawah leher dan celah ke 2, ke 3 dan ke 4 terputus hubungannya dengan dunia luar. Untuk sementara,celah-celah ini membentuk sebuah rongga yang dilapisi epitel ektoderm, sinus cervicalis,tetapi pada perkembangan selanjutnya sinus ini menghilang.

ABSES PARAFARING

2012

ANATOMI 4

ABSES PARAFARING

2012

Secara anatomi leher terdiri dari beberapa fasia dan ruang potensial. Fasia servikal terdiri atas lapisan jaringan fibrosa yang meliputi organ, otot, saraf dan pembuluh darah yang memisahkan area leher menjadi rangkaian ruang-ruang potensial.Fasia ini dibagi atas fasia servikal superfisial dan fasia servikal profunda yang dipisahkan oleh m. platisma. Fasia servikal superfisial meluas dari perlekatan superiornya di prosesus zygomatikus turun ke area toraks dan aksila yang terdiri atas jaringan subkutan berlemak. Ruang antara fasia servikal superfisial dan profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna. Fasia servikal profunda terbagi menjadi 3 bagian yaitu lapisan luar/superfisial, tengah/media dan dalam/profunda.

Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda membungkus seluruh leher meluas dari insersinya di linea nuchae tengkorak ke dada dan area aksila. Anterior ke daerah wajah dan melekat ke klavikula. Lapisan jaringan fibrosa ini membungkus otot sternokleidomastoideus dan masseter serta membungkus kelenjar parotis dan submaksila.Lapisan media dari fasia servikal profunda dibagi atas divisi muskuler dan viseral. Divisi muskuler berada di bawah lapisan superfisial dan membungkus sternohyoid, sternotyroid,tyrohyoid dan omohyoid. Fasia ini melekat di os hyoid, kartilago tyroid, sternum,klavikula dan skapula. Divisi viseral melingkupi area visera anterior leher termasuk kelenjar tiroid, trakea dan esofagus. Lapisan profunda dari fasia servikal profunda membentuk cincin dengan pembuluh-pembuluh darah besar di luar cincin tersebut serta saraf frenikus didalamnya.

Dari berbagai lapisan fasia servikal dan sepanjang perjalanannya mengadakan perlekatan ke berbagai struktur di leher akan membentuk beberapa ruang potensial.Tulang hyoid merupakan struktur penting yang membatasi penyebaran infeksi daerah leher dan merupakan landmark yang reliabel saat melakukan tindakan pembedahan dalam mengatasi abses leher dalam. Ruang potensial di leher dibagi menjadi 3 yaitu : 1.ruang yang melibatkan seluruh panjang leher yang terdiri dari ruang retrofaring, ruang bahaya(danger space)dan ruang prevertebra; 2. ruang di atas tulang hyoid (ruang suprahyoid) terdiri dari ruang submandibula,

ABSES PARAFARING

2012

ruang parafaring, ruang peritonsil, ruang mastikator, ruang temporal dan ruang parotis; 3. ruang dibawah tulang hyoid (ruang infrahyoid) mencakup ruang visera anterior.

Potongan sagital kepala dan leher. 4

Ruang parafaring disebut juga sebagai ruang faringomaksila, ruang faringeal lateral atau ruang perifaring. Ruang ini berbentuk kerucut terbalik dengan dasarnya pada bagian superior di dasar tengkorak dan puncaknya pada inferior tulang hyoid. Batas ruang ini adalah dasar tengkorak di bagian superior (pars petrosus os temporal dan ossphenoid), os hyoid di inferior, rafe pterygomandibular di anterior, fasia prevertebra di posterior, fasia bukofaringeal di medial dan lapisan superfisial fasia servikal profundayang meliputi mandibula, pterygoid medial dan parotis di lateral.

ABSES PARAFARING

2012

Ruang parafaring berhubungan dengan beberapa ruang leher dalam termasuk ruang submandibula, ruangretrofaring, ruang parotis dan ruang mastikator. Ruang parafaring dibagi menjadi 2 bagian yang tidak sama besarnya oleh prosesus styloid menjadi kompartemen anterior atau muskuler atau prestyloid dan komponen posterior atau neurovaskuler atau post styloid. Ruang prestyloid berisi lemak, otot, kelenjar limfe dan jaringan konektif serta dibatasi oleh fossa tonsilar di medial dan pterygoid medial di sebelah lateral. Ruang poststyloid berisi a. karotis interna, v. jugularis interna, n. vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis dan saraf kranialis IX, X, XII. Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan yang tipis.

10

ABSES PARAFARING

2012

FISIOLOGI

Fungsi faring terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara danartikulasi. Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua transport makanan melalui faring, dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esophagus, keduanya secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah : pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengahlidah. Elevasi lidah dan palatum molle mendorong bolus ke orofaring. Otot suprahyoid berkontraksi, elevasi tulang hyoid dan laring, dan dengan demikian membuka hipofaring dan sinus piriformis.Secara bersamaan m. laryngis intrinsik berkontraksi dengan gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yangkuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior.Bolus dibawa melalui introitus esophagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltic dibantu oleh gaya berat,menggerakan makanan melalui esophagus dan masuk ke lambung 5 Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot ototpalatum dan faring.Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum molle ke arah dinding belakang
11

ABSES PARAFARING

2012

faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula otot salpingofaring dan otot palatofaring, kemudian otot levator velipalatine bersama-sama otot konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupannasofaring otot levator veli palatine menarik palatum molle ke atas belakang hampirmengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan otot palatofaring (bersama ototsalpingofaring) dan oleh kontraksi aktif otot konstriktor faring suoerior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan. 2

ETIOLOGI 7

Sebelum ditemukan antibiotika, tujuh puluh persen dari kasus abses dalam disebabkan oleh penyebaran infeksi yang berasal dari faring dan tonsil. Setelah ditemukan antibiotika, infeksi gigi merupakan sumber terbanyak yang menyebabkan abses leher dalam. Pada 20% kasus tidak ditemukan sumber infeksinya. Ruang parafaring dapat mengalami infeksi secara : 1.langsung akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan anastesi lokal; 2. proses supurasi kelenjar limfe bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikalis; 3. penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula. Berdasarkan bakteri penyebab sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai jenis kuman baik aerob maupun anaerob. Golongan aerob penyebab
12

ABSES PARAFARING

2012

terbanyak adalah kuman Streptokokus, Stapilokokus, Dipteroides dan Neisseria.Golongan anaerob penyebab tersering adalah Bakteroides, Peptostreptokokus,Eubakterium, Fusobakterium dan Pseudomonas.

PATOLOGI 3

13

ABSES PARAFARING

2012

Infeksi leher dalam merupakan selulitis flegmonosa dengan tanda-tanda setempat yang sangat mencolok atau menjadi tidak jelas karena tertutup jaringan yang melapisinya. Seringkali dimulai pada daerah prastiloid sebagai suatu selulitis, jika tidak diobati akan berkembang menjadi suatu thrombosis vena jugular interna.Abses dapat mengikuti m. stiloglosus ke dasar mulut dimana terbentuk abses.Infeksi dapat menyebar dari anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v. jugular atau suatu mediastinitis. Infeksi dari bagian posterior akan meluas ke atas sepanjang pembuluh-pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi intrakranial atau erosi a. karotis interna.

14

ABSES PARAFARING

2012

PATOFISIOLOGI 3

Infeksi yang bersumber dari gigi dapat menyebar ke jaringan sekitar dan membentuk abses sublingual, submental, submandibula, mastikator atau parafaring. Dari gigi anterior sampai M1 bawah biasanya yang mula-mula terlibat adalah ruang sublingual dan submental. Bila infeksi dari M2 dan M3 bawah, ruang yang terlibat dulu adalah submandibula. Hal ini disebakan posisi akar gigi M2 dan M3 berada di bawah garis perlekatan m. milohiod pada mandibula sedang gigi anterior dan M1 berada diatas garis perlekatan tersebut.

Jalur infeksi odontogenik.

15

ABSES PARAFARING

2012

Jalur potensial perluasan abses leher dalam.

16

ABSES PARAFARING

2012

DIAGNOSIS

17

ABSES PARAFARING

2012

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 3 Diagnosis abses parafaring ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Gejala klinis berupa demam, nyeri pembengkakan di sekitar angulus mandibula, pembengkakan dinding lateral faring hingga menonjol ke arah medial.

2. Pemeriksaan Penunjang 1 Pemeriksaan penunjang berupa foto polos jaringan lunak leher dan tomografi komputer. Foto jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral merupakan prosedur diagnostik yang penting. Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher pada kedua posisi tersebut dapat diperoleh gambaran deviasi trakea, udara di daerah subkutis, cairan di dalam jaringan lunak dan pembengkakan daerah jaringan lunak leher. Keterbatasan pemerikasaan foto polos leher adalah tidak dapat membedakan antara selulitis dan pembentukan adanya abses. edema Pemeriksaan paru, foto toraks dapat digunakan atau untuk mendiagnosis pneumotoraks, pneumomediastinum

pembesaran kelenjar getah hilus. Pemeriksaan tomografi komputer dapat membantu menggambarkan lokasi dan perluasan abses. Dapat ditemukan adanya daerah densitas rendah, peningkatan gambaran kontras pada dinding abses dan edema jaringan lunak di sekitar abses. Pemeriksaan kultur dan tes resistensi dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan pemberian anitbiotika yang sesuai.

18

ABSES PARAFARING

2012

PENATALAKSANAAN 3 Pada abses parafaring perlu diberikan antibiotic dalam dosis tinggi yang sensitive untuk kuman aerob dan anaerob Evakuasi abses harus segera dilakukan dengan cara: (1) Insisi dari luar pada daerah yang menonjol dan jelas fluktuasinya di daerah angulus mandibula. Dengan klem arteri, insisi dilanjutkan ke dalam sampai permukaan medial muskulus pterigoid interna untuk mencapai ruangan yang berisi pus. Tindakan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar sarung karotis tidak cedera. Jika nanah berada dalam sarung karotis, insisi dilanjutkan ke vertikal dari pertengahan insisi horizontal (di depan Muskulus Sternokleidomastoid). Insisi seperti ini disebut insisi cara Hosher. (2) Insisi intra-oral, dengan memakai klem arteri yang dipergunakan untuk operasi tonsil, ditusukkan kearah muskulus konstriktor faring superior sehingga masuk ke ruang prestiloid.

19

ABSES PARAFARING

2012

KOMPLIKASI 3

Proses peradangan dapat meluas secara hematogen, limfogen, atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, sedangkan ke bawah melalui sepanjang bungkus arteri karotis ke mediastinum. Abses ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah jika pembuluh darah karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi rupture sehingga terjadi perdarahan yang hebat. Jika pembuluh darah kecil yang terkena, terjadilah periflebitis atau endoflebitis sehingga timbul tromboflebitis dan septisemia.

20

ABSES PARAFARING

2012

RESUME
Abses parafaring terjadi dimana ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara : langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang terkontaminasi kuman (aerob dan anaerob) menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faringsuperior) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsil. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal,mastoiddan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula. Gejala yang dikeluhkan pasien yaitu nyeri tekan daerah submandibula terutama pada angulus mandibula, leukositosis dengan pergeseran ke kiri, dan adanya demam. Terlihat edema uvula, pilar tonsil, palatum dan pergeseran ke medial dinding lateral faring. Sebagai perbandingan pada abses peritonsil hanya tonsil yang terdorong ke medial. Pada rontgenogram lateral mungkin tampak pergeseran trakea ke arah anterior. Trismus yang disebabkan oleh menegangnya M. Pterigoid internus merupakan gejala menonjol, tetapi mungkin tidak terlihat jika infeksi jauh di dalam sampai prosesus stiloid dan struktur yang melekat padanya sehingga tidak mengenai M. Pterigoid internus.Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala, dan tanda klinik. Bila meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen jaringan lunak AP atau CT scan. Penatalaksanaan, jika terdapat pus, tidak ada cara lain kecuali dengan evakuasi bedah. Sebelumnya diperlukan istirahat di tempat tidur, kompres panas untuk menekan lokalisasi abses. Terapi antimikroba sangat perlu, akan lebih baik jika disesuaikan dengan tes sensitivitas, biakan, dan pewarnaan gram dari pus yang diambil

21

ABSES PARAFARING

2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku ajar penyakit THT. Edisi 7. Jakarta :Penerbit buku kedokteran EGC. 2000. h. 342-5 2. Adrianto, Petrus.1986. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, 296, 308-309. EGC, Jakarta 3. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher Jilid 1. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994. h. 295-9. 4. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Applied Anatomy and Physiology Mouth and Pharynx. Dalam: Richard AB (ed). Ear, Nose, and Throat Disease, a pocket reference. 2nd rev.ed. New York: Thieme Flexibook 1994:307-315 5. Effendi H: Penyakit-Penyakit Nasofaring & Orofaring. Dalam: Boies, Buku Ajar Penyakit THT Edisi VI, EGC, Jakarta, 1997. Hal: 333
6. Langman's Medical Embryology

9th edition. Baltimore. Lipincott. Williams and

Wilkins.p. 455456. Salomon, F., Cuneo, R.C., Hesp, R., Sonksen, P.H., 1989. 7. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.226-30.

22

Anda mungkin juga menyukai