Anda di halaman 1dari 19

LBM 1 MODUL MATA

Judul : Organ Penglihatan Normal

STEP 7
1. Bagaimana anatomi dari organ penglihatan?
ORBITA

CAVUM ORBITA
Bagian-bagian :
a) Basis orbita : (aditus orbitae) tepi atas dan bawah disebut margo supraorbitalis dan
margo infraorbitalis.
 Tulang : os frontale, os maxillae, os zygomaticus
 Sutura : frontomaxillaris, zygomaticofrontalis, zygomaticomaxillaris
b) Apex orbita : pada ujung medial fissura orbitalis superior dekat canalis opticus.
Dibentuk oleh foramen optikum.
c) Atap orbita :
 Depan : pars orbitalis ossis frontalis
 Belakang : alamagna ossis sphenoidalis
Antara kedua tulang di hubungan oleh sutura sphenofrontalis.
d) Dasar orbita :
 Anterolateral : facies orbitalis ossis zygomaticus
 Tengah : facies orbitalis maxillae
 Belakang : proc orbitalis ossis palatini
e) Dinding lateral : perluasan kanan-kiri membentuk sudut hampir 90°.
 Depan : proc frontalis os zygomaticus,
 Belakang : ala magna os sphenoidalis & pars orbitalis os frontalis.
f) Dinding medial : (depan-belakang) proc frontalis maxillae, os lacrimalis,
lamina orbitalis os ethmoidalis, & sebagian kecil corpus sphenoidalis.
BANGUNAN-BANGUNAN DINDING ORBITA
1) Antara atap dan dinding medial
Terdapat sutura : frontomaxillaris, frontolacrimalis, frontoethmoidalis dan
sphenofrontalis. Pada frontoethmoidalis terdapat 2 lubang : foramen ethmoidale
anterior et posterior, tempat lewatnya basa ethmoidale anterior et posterior.
Canalis opticus : saluran yang dibentuk corpus sphenoidale dan ala parva ossis
sphenoidalis, dilewati oleh n. opticus dan a. ophthalmica.
2) Pada atap
Bagian anterolateral : fossae glandulae lacrimalis, ujung antero medial : fovea
trochealis.
3) Antara atap dan dinding lateral
Tedapat fissura orbitalis superior. Bangunan yang melewati : n. frontalis, n.
lacrimalis, n. nasociliaris, n. ophtalmicus, n. oculomotorius, n. trochlearis, n.
abducens, v. ophthalmicus, plexus sympaticus dan ramus meningea a. ophthalmica.
4) Pada dinding lateral
Terdapat foramen zygomaticofaciale, dilewati n. zygomaticus dan vas kecil cabang
vasa lacrimalis.
5) Antara dining lateral dan dasar orbita
Terdapat fissura orbitalis inferior, berlawanan dengan fissura orbitalis superior.
Fissura ini menghubungkan orbita dengan fossa infratemporalis dan fossa
pterygopalatina. Kedua fissura bertemu pada sudut mediodorsal. Bangunan yang
melewati : n.maxillaris, vasa infraorbitalis, n. zygomaticus dan ganglion
sphenopalatinum.
6) Pada lantai atau dasar
Mulai sulcus infraorbitalis, pertengahan fissura orbitalis inferior menerus ke depan
membentuk canalis infraorbitalis dan berakhir sebagai foramen infraorbital.
Dilewati oleh van infraorbitale.
7) Pada dinding medial
3 sutura vertikal (depan - belakang) : lacrimomaxillare, lacrimoethmoidale, dan
sphenoethmoidale. Bagian depan : sulcus lacrimalis dan fossa sacci lacrimalis untuk
menerus pada canalis nasolacrimalis. Batas depan dan belakang sulcus lacrimalis
disebut crista lacrimalis anterior et posterior.
AXIS ORBITA
Garis khayal yang mengubungkan antara pusat aditus orbita dengan foramen optikum.

BAGIAN DALAM ORBITA


1) Periorbital (facia orbitae) : periosteum dinding orbita.
2) Facia bulbi (capsula tenon) : fascia yang mengelilingi bulbus oculi
3) Corpus adiposum orbitae : jaringan lemak yang mengisi orbita
Bangunan-bangunan didalam orbita :
 Bulbus oculi
 Glandula lacrimalis
 N. Opticus
 Otot-otot ekstrinsik bola mata dan m. levator palpebrae
 N. III, N. IV, N. VI, & N. ophtalmicus
 Ganglion ciliare
 Vascular
OCULUS
KORNEA
Fungsi : membiaskan cahaya yang masuk ke mata dan sebagai media refrakta
Lapisan (luar - dalam) : epitel-membran bowman-stroma-membran descemet-endotel
Vaskularisasi : cornea tidak terdapat pembuluh darah, tetapi di limbus cornea terdapat
arcus arteriosus dari a. ciliaris anterior. Arteri ini membawa nutrisi pada cornae dengan
jalan difusi melalui pembuluh darah. Salain itu,kornea mendapat nutrisi dari aqueous
humor pada camera oculi anterior dengan jalan difusi melalui lapisan endhotel. Jadi,
epitel dan endotel kornes berfungsi sebagai membrana semipermiabel.
Innervasi : n. ciliaris cabang n. opthalmicus
SCLERA
Fungsi : melindungi struktur mata dan mempertahankan bentuk mata
Lapisan (luar - dalam) :
 Substansia propria sclerae
 Lamina fuschka
Vascularisasi : pembuluh darah dari jaringan episclera yaitu vasa episcleralis & dari
tunica choroidea
Innervasi : n. ciliaris
UVEA (IRIS-CORPUS CILIARIS-KOROID)
Fungsi :
 Memberi nutrisi dan pengaturan gas
 Menyerap sinar
 Badan siliar berperan dalam akomodasi yang diatur oleh saraf otonom
TUNICA CHOROIDEA (uvea posterior)
Susunan (luar-dalam) : lapisan suprachoroidea-pembuluh darah besar-pebuluh darah
sedang-lamina choriocapilare-membran bruch
CORPUS CILIARE
Terdapat 2 pars : pars plicata (pars corona) dan pars plana
Vascularisasi : a. ciliaris anterior dan circulus iridis major. Pembuluh balik : v.ciliaris →
v. vorticosa
Innervasi : persarafan parasimpatis dari N. III
IRIS
Susunan iris :
1. Endhotelium iridis
2. Stroma iridis
Terdapat 2 macam otot : m. sphincter pupillae dan m. dilatator pupilare
Vascularisasi : a. ciliaris posterior longus dan a. ciliaris anterior yang membentuk
circulus iridis mayor et minor. Antara kedua circulus terdapat anastomose berupa
a.spiralis, pembuluh darah vena yang senama akan menuju ke v. vorticosa
Innervasi : plexus nervosus pada corpus ciliare, serabut parasimpatis dar N. III, serabut
saraf simpatis
RETINA
Dibedakan menjadi 3 bagian : pars coeca retinae, pars optica retinae, dan ora serrata
Vascularisasi : a. centralis retinae dan choroipapilare
Innervasi : -
AQUEOUS HUMOR
Skema pengaliran :
Di produksi oleh proc ciliaris di corpus ciliare → hasil produksi berupa cairan dan
elektrolit diangkut melalui epitel ke camera oculi posterior → pupil → camera oculi
anterior → trabecula meshwork → canalis schlemm → melalui saluran kolektor akan
menuju v. ciliaris anterior.
LENSA CRYSTALINA
Fungsi : memfokuskan cahaya retina
Vascularisasi : tidak memiliki pembuluh darah, nutrisi dari : aqueous humor, corpus
ciliare lewat zonula zinii dan choroidea
CORPUS VITREUM
Fungsi : mempertahankan bola mata dan membantu metabolisme retina
Vascularisasi : mendapat dari corpus ciliare dan retina
PALPEBRA
Palpebra superior dan palpebra inferior merupakan struktur struktur anterior, yang saat
menutup, akan melindungi permukaan bulbus oculi. Celah antara kedua palpebrae, saa
t terbuka, disebut rima palpebrarum/fissura palpebralis. Lapisan-lapisan palpebrae, dar
i anterior ke posterior, terdiri dari kulit, jaringan subcutaneus, musculus volunter, septu
m orbitale, tarsus, dan tunica conjunctiva. Pada dasarnya, palpebra superior dan palpeb
ra inferior sama dalam struktur, kecuali adanya tambahan dua musculus pada palpebra
superior
Rata-rata manusia berkedip 20-30kali per menit. Setiap gerakan kelopak mata menyeb
abkan film air mata ke permukaan mata. Berkedip melibatkan kontraksi M.orbicularis
oculi. Pada orang dewasa jarak kelopak mata terbuka antara atas dan bawah adalah 6 -
10mm dan jarak antara canthus nasalis dan temporalis adalah 28-30mm

Musculi
Terdapat dua kelompok musculi dalam orbita:
 Musculi ekstrinsik bulbus oculi (musculi extraoculare) yang terlibat dalam gerak bu
lbus oculi atau mengangkat palpebrae, Musculi ekstrinsik termasuk levator palpebra
e superioris, rectus superior, rectus inferior, rectus medialis, rectus lateralis, obliquu
s superior, dan obliquus inferior.
 Musculi intrinsik dalam bulbus oculi, yang mengontrol bentuk lensa dan ukuran pup
il. Musculi intrinsik termasuk musculi ciliaris, sphincter pupillae, dan dilator pupilla
e
Apparatus lacrimalis
Terlibat dalam produksi, perpindahan, dan drainase cairan dari permukaan bulbus oculi.
Yang termasuk di dalamnya adalah glandula lacrimalis dan ductusnya, canaliculus lacri
malis, saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis. Glandula lacrimalis terletak di anteri
or pada daerah superolateral orbita dan dibagi menjadi dua bagian oleh levator palpebrae
superioris
Beberapa ductulus excretorii mengalirkan sekresi glandulanya ke bagian lateral fornix co
njunctivae superior  cairan disekresi oleh glandula lacrimalis  bergerak menyeberan
gi permukaan bulbus oculi dari lateral ke medial saat palpebrae berkedip Cairan terku
mpul di sisi medial dalam lacus lacrimalis dan mengalir dari lacus tersebut melalui canali
culus lacrimalis, satu canaliculus berhubungan dengan tiap palpebrae. Punctum lacrimale
merupakan lubang yang dilalui cairan memasuki masing-masing canaliculus. Berjalan ke
medial, akhirnya canaliculus lacrimalis bergabung dengan saccus lacrimalis di antara cris
ta lacrimalis anterior dan posterior menuju ligamentum palpebrale mediale dan anterior t
erhadap pars lacrimalis musculus orbicularis oculi. Saat musculus orbicularis oculi berko
ntraksi selama berkedip, pars lacrimalis musculus tersebut dapat membuat dilatasi saccus
lacrimalis dan mengalirkan air mata ke dalamnya melalui canaliculus dari saccus conjun
ctivalis.
Sumber :
Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23,. EGC, Jakarta
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC,. 2014.
Gray's Anatomy: Anatomy of the Human Body. Elsevier; 2014.
2. Bagaimana fisiologi dari organ penglihatan?
Setiap mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bag
ian paling luar hingga paling dalam, lapisanlapisan tersebut adalah (1) sklera/kornea; (2)
koroidl/Badan siliaris/ iris dan (3) retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu la
pisan kuat jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian putih mata
Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus ole
h berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah sklera adalah k
oroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang memberi n
utrisi bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk
badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang terdiri
dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf di sebelah dalam. Lapis
an jaringan saraf mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah e
nergi cahaya menjadi impuls saraf. Seperti dinding hitam sebuah studio foto, pigmen di k
oroid dan retina menyerap sinar setelah sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan
atau pembuyaran sinar di dalam mata.
Bagian interior mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh seb
uah lensa elips, yang semuanya transparan agar cahaya dapat menembus mata dar
i kornea hingga ke retina. Rongga posterior yang lebih besar antara lensa dan retin
a mengandung bahan cair mirip gel, cairan vitreous. Cairan vitreous membantu post
erior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan cair mirip gel, cairan vi
treous. Cairan vitreous membantu mempertahankan bentuk bola mata tetap bulat. Rongg
a anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih encer, cairan aqueous. Cair
an aqueous membawa nutrien bagi kornea dan lensa, yaitu dua struktur yang tidak memil
iki aliran darah. Adanya pembuluh darah di struktur-struktur ini akan mengganggu lewat
nya cahaya ke fotoreseptor.

Sumber : Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EG


C.
3. Bagaimana histologi dari organ penglihatan?

Sumber : Eroschenko, V. P. (2012). Atlas Histologi diFiore. jakarta: EGC.

Sumber : Mescher AL. Junqueira’s basic histology: Text and atlas (14th Edition). New Y
ork, USA: McGraw-Hill Education; 2016.
4. Apa yang dimaksud dengan media refrakta?
PROSES REFRAKSI
Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi, semakin besar kelengkungan, semaki
n besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa.ketika suatu berkas cahaya mengenai
permukaan lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar, arah refraksi bergantung p
ada sudut kelengkungan

Permukaan konveks melengkung keluar (seperti permukaan luar sebuah bola), sementara
permukaan konkaf melengkung ke dalam (seperti gua). Permukaan konveks menyebabka
n konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain.
Karena konvergensi adalah hal esensial untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus, p
ermukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan konkaf membuyarkan berkas sin
ar (divergensi). Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif tert
entu mata, misalnya berpenglihatan dekat.
Sumber : Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EG
C.
Pembiasan cahaya melalui media transparan yang berbeda (kornea, aqueous humor, lens
a crystalina, corpus vitreum)
Untuk menjaga kejernihan lensa diperlukan metabolisme aktif, dan gangguan pada prose
s metabolisme ini akan menyebabkan kekeruhan lensa. Lensa melakukan proses metabol
isme (reaksi oksigen dengan glukosa) untuk menghasilkan energl  Energi ini dipakai u
ntuk berbagai untuk mensintesa protein, mempertatrankan suhu jaringan, untuk pompa tr
ansport aktif ion dan sebagainya. Sebagian energi yang diproduksi digunakan untuk mem
pertahankan keseimbangan osmotik antara intraseluler dan ekstraseluler untuk mempert
atrankan kejernihan lensa  Bila keseimbangan terganggu akan terjadi osmotic swelli
ng.
Didalam serat lensa terdapat konsentrasi ion Na2+ yang lebih rendah daripada di aqueou
s humor, namun konsentrasi ion K+ lebih tinggi daripada di dalam akueous humor. Kond
isi ini harus tetap dipertahankan terutama oleh mernbran sel dan bukan oleh kapsul lensa
karena kapsul lensa bersifat sangat permeabel terhadap semua molekul kecuali yang beru
kuran sangat besar. Pengaruh oksigen terhadap keseimbangan ionik tergantung kepada k
eberadaan glukosa.
Sel epitel lensa memegang peran utama dalam mempertahankan kejernihan lensa karena
sel epitel lensa merupakan pusat metabolisme energi lensa mata dan berperan dalam men
jaga pertumbuhan serta homeostasis lensa.
Sumber : Keselamatan, B. and Masyarakat, F. K. (2018) ‘Faktor Risiko Yang Berhubung
an Dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Home Industry Batik Tulis Lasem’, Jurnal Kes
ehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), pp. 469–475.
5. Bagaimana mekanisme seseorang dapat melihat dan bagaimana mekanisme penghantara
n impuls saraf penglihatan?
Cahaya kornea COA (Camera Oculi Anterior) pupil COP lensa corpus vitr
eum retina (tepatnya di macula luthea,lebih tepatnya di fovea centralis) mengubah g
ambaran menjadi gelombang listrik oleh n. opticus  foramen opticum n. opticus dext
ra et sinistra bergabung menjadi 1 pada chiasma opticum  serabut nasal akan bersilang
an menyatu dengan serabut temporal kontralateraltractus opticus corpus geniculatu
m lateral dan coliculus superior  tractus geniculotal carina cortex penglihatan (visual
primer) otak (lobus ocipitalis) di sulcus calcarinus.

6. Bagaimana mekanisme akomodasi mata dan apa saja kelainannya?


Akomodasi merupakan kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa. Kek
uatan lensa bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris. Otot s
iliaris adalah bagian badan siliaris, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian anterior.
Badan siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan anyaman kapiler yang
menghasilkan cairan aqueous. Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang
melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium. Ketika otot siliaris berelaksasi, lig
amentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi ben
tuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkur
ang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan l
igamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena
elastisitas inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bul
at akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada
mata normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi ot
ot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat.
Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf autonom, dengan stimulasi simpatis menyebabka
n relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya berkontraksi.
Lensa dibentuk oleh sekitar 1000 lapisan sel yang menghancurkan nukleus dan organ
el mereka sewaktu pembentukan sehingga sel-sel tersebut benar-benar transparan. Karen
a tidak memiliki DNA dan perangkat pembentuk protein, sel-sel lensa matur tidak dapat
memperbaiki diri atau menghasilkan sel baru. Sel-sel di bagian tengah lensa mengalami
kesialan ganda. Tidak saja berusia paling tua, sel-sel ini juga terletak paling jauh dari cair
an aqueous, sumber nutrisi lensa. Dengan bertambahnya usia, sel-sel di bagian tengah ya
ng tidak dapat diperbarui ini mati dan menjadi kaku. Dengan berkurangnya elastisitas, le
nsa tidak lagi dapat mengambil bentuk sferis yang dibutuhkan untuk mengakomodasi ba
yangan benda dekat. Pengurangan kemampuan akomodasi terkait usia ini, presbiopia, me
ngenai sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 hingga 50) sehingga mereka perl
u mengenakan lensa korektif untuk melihat dekat (membaca).
Sumber : Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EG
C.
7. Bagaimana mekanisme pergerakan bola mata?
Pengaturan Otot-Otot untuk Gerakan Mata. Seperti yang tampak dalam Gambar 51-
7, pergerakan mata diatur oleh tiga pasang otot: (1) rektus medialis dan lateralis, (2)
rektus superior dan inferior, dan (3) oblikus superior dan inferior. Otot rektus medialis
dan lateralis berkontraksi untuk menggerakkan mata dan satu sisi ke sisi lainnya. Otot
rektus superior dan inferior juga berkontraksi untuk menggerakkan mata ke atas dan ke
bawah. Otot obliqus terutama berfungsi untuk memutar bola mata agar lapang pandang
tetap pada posisi tegak.

Sumber : Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 12. D
iterjemahkan oleh: Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011.
8. Bagaimana tahapan pemeriksaan penglihatan dan tujuan dari pemeriksaan tersebut?
Pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata. Fung
si disini mencakup fungsi penglihatan dan bukan penglihatan, seperti gerak mata dan kes
ejajaran.
PEMERIKSAAN LUAR
Pemeriksaan secara umum pada adneksa mata (palpebra : ptosis atau retraksi palpebra da
n periokuler). Lesi kulit, pertumbuhan dan tanda-tanda radang seperti pembengkakan, eri
tema, pamas, dan nyeri tekan diecaluasi melalui inspeksi dan palpasi sepintas.
PENGLIHATAN
setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman penglihatan, walaupun ket
ajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari keluhan utama.
 Refraksi : mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk penglihatan
jauh. Mata ametrop (miopia, hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa koreksi agar ter
fokus dengan baik untuk melihat jauh.
 Uji penglihatan sentral : ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatk
an objek dalam berbagai ukuran yang diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya
kartu Snellen. Ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi diukur tanpa kacamata atau l
ensa kontak. Ketajaman terkoreksi berarti menggunakan alat bantu.
Mata yang tidak bisa membaca satu hurufpun diuji dengan hitung jari.
Jika tidak bisa mengitung jari, diuji dengan mendeteksi tangan yang digerakkan secara v
ertikal atau horizontal (penglihatan HM / hand movement)
Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsi cahaya (L
P/ Light perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta total (N
LP/ No light perception)
 Uji Pinhole : Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh banyaknya b
erkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina sehingga terbrntuk bay
angan yang fokusnya tidak tajam. Melihat kartu snellen melalui pinhole mencegah sebag
ian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata sehingga bayangan yang dihasilkan m
enjadi lebih tajam.
 Uji penglihatan perifer : penglihatan lapang pandang perifer dapat dilakukan dengan
uji konfrontasi.
PUPIL
 Pemeriksaan dasar : pupil harus tampak simetris dan masing-masing harus diamati u
kuran, bentuk (bulat atau tidak teratur), dan reaksi terhadap cahaya. Pada saat pupil disin
ari, ada dua respon yang dapat dilihat, yaitu respon langsung dan respon konsensual.
MOTILITAS MATA
 Uji kesejajaran : pasien normal memiliki penglihatan binokuler. Hal ini dicapai deng
an meminta menempatkan masing-masing mata sedemikian rupa sehingga kedua fovea t
erfiksasi secara serentak pada objek yang dilihat. Uji kesejajaran sederhana dapat dilakuk
an dengan meminta pasien melihat ke senter yang berjarak beberapa feet. Sebuah pantula
n akan tampak pada setiap kornea dan seharusnya terletak di pusat masing-masing pupil j
ika kedua mata berpadu lurus.
 Uji menutup (cover test) : pasien diminta membuka kedua matanya dan menatap obj
ek yang jauh. Jika kedua mata terfiksasi bersama pada objek, menutup satu mata tidak ak
an mempengaruhi posisi atau kelanjutan fiksasi mata yang satunya. Jika mata kedua tida
k berpadu identik (berputar abnormal ke luar atau ke dalam), mata ini tidak terfiksasi ber
samaan pada objek.
 Menguji gerak ekstraokuler : kedua mata pasien diminta mengikuti objek saat objek
digerakkan ke salaha satu daeri empat arah pandangan utama. Pemeriksa memperhatikan
kecepatan, kelancaran, dan simetri gerakan serta mencatat adanya ketidakstabilan fiksasi.
Gangguan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan neurologik (mis, kelumpuhan sa
raf kranial), kelemahan otot ekstraokuler, atau kendala mekanik di dalam orbita yang me
mbatasai rotasi bola mata (mis, fraktur lantai orbit dengan m rectus inferior terjepit).
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlu
kan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya v
isus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.
 Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cinci
n Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sede
retan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendat
ar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita memba
ca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam
keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata k
anan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam
penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kar
tu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa mem
baca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: 
     V =d/D
Keterangan:
     V = ketajaman penglihatan (visus)
      d = jarak yang dilihat oleh penderita
      D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dal
am meter dan kaki.
• Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melih
at seseorang, seperti : 
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berar
ti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berar
ti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh oran
g normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hany
a dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk dar
ipada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 mete
r, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatan
nya adalah 0 (nol) atau buta total
Sumber : OFTALMOLOGI UMUM. EDISI 17. VAUGHAN & ASBURY.
9. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan status ophtalmologi pasien pada scenario dan b
agaimana status ophtalmologi yang normal?
Pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata. Fung
si disini mencakup fungsi penglihatan dan bukan penglihatan, seperti gerak mata dan kes
ejajaran.
PEMERIKSAAN LUAR
Pemeriksaan secara umum pada adneksa mata (palpebra : ptosis atau retraksi palpebra da
n periokuler). Lesi kulit, pertumbuhan dan tanda-tanda radang seperti pembengkakan, eri
tema, pamas, dan nyeri tekan diecaluasi melalui inspeksi dan palpasi sepintas.
PENGLIHATAN
setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman penglihatan, walaupun ket
ajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari keluhan utama.
 Refraksi : mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk penglihatan
jauh. Mata ametrop (miopia, hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa koreksi agar ter
fokus dengan baik untuk melihat jauh.
 Uji penglihatan sentral : ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatk
an objek dalam berbagai ukuran yang diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya
kartu Snellen. Ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi diukur tanpa kacamata atau l
ensa kontak. Ketajaman terkoreksi berarti menggunakan alat bantu.
Mata yang tidak bisa membaca satu hurufpun diuji dengan hitung jari.
Jika tidak bisa mengitung jari, diuji dengan mendeteksi tangan yang digerakkan secara v
ertikal atau horizontal (penglihatan HM / hand movement)
Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsi cahaya (L
P/ Light perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta total (N
LP/ No light perception)
 Uji Pinhole : Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh banyaknya b
erkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina sehingga terbrntuk bay
angan yang fokusnya tidak tajam. Melihat kartu snellen melalui pinhole mencegah sebag
ian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata sehingga bayangan yang dihasilkan m
enjadi lebih tajam.
 Uji penglihatan perifer : penglihatan lapang pandang perifer dapat dilakukan dengan
uji konfrontasi.
PUPIL
 Pemeriksaan dasar : pupil harus tampak simetris dan masing-masing harus diamati u
kuran, bentuk (bulat atau tidak teratur), dan reaksi terhadap cahaya. Pada saat pupil disin
ari, ada dua respon yang dapat dilihat, yaitu respon langsung dan respon konsensual.
MOTILITAS MATA
 Uji kesejajaran : pasien normal memiliki penglihatan binokuler. Hal ini dicapai deng
an meminta menempatkan masing-masing mata sedemikian rupa sehingga kedua fovea t
erfiksasi secara serentak pada objek yang dilihat. Uji kesejajaran sederhana dapat dilakuk
an dengan meminta pasien melihat ke senter yang berjarak beberapa feet. Sebuah pantula
n akan tampak pada setiap kornea dan seharusnya terletak di pusat masing-masing pupil j
ika kedua mata berpadu lurus.
 Uji menutup (cover test) : pasien diminta membuka kedua matanya dan menatap obj
ek yang jauh. Jika kedua mata terfiksasi bersama pada objek, menutup satu mata tidak ak
an mempengaruhi posisi atau kelanjutan fiksasi mata yang satunya. Jika mata kedua tida
k berpadu identik (berputar abnormal ke luar atau ke dalam), mata ini tidak terfiksasi ber
samaan pada objek.
 Menguji gerak ekstraokuler : kedua mata pasien diminta mengikuti objek saat objek
digerakkan ke salaha satu daeri empat arah pandangan utama. Pemeriksa memperhatikan
kecepatan, kelancaran, dan simetri gerakan serta mencatat adanya ketidakstabilan fiksasi.
Gangguan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan neurologik (mis, kelumpuhan sa
raf kranial), kelemahan otot ekstraokuler, atau kendala mekanik di dalam orbita yang me
mbatasai rotasi bola mata (mis, fraktur lantai orbit dengan m rectus inferior terjepit).
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlu
kan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya v
isus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.
 Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cinci
n Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sede
retan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendat
ar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita memba
ca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam
keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata k
anan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam
penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kar
tu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa mem
baca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: 
     V =d/D
Keterangan:
     V = ketajaman penglihatan (visus)
      d = jarak yang dilihat oleh penderita
      D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dal
am meter dan kaki.

• Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melih
at seseorang, seperti : 
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berar
ti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berar
ti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh oran
g normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hany
a dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk dar
ipada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 mete
r, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatan
nya adalah 0 (nol) atau buta total
Sumber : OFTALMOLOGI UMUM. EDISI 17. VAUGHAN & ASBURY.
10. Apa yang dimaksud dengan visus penglihatan 6/6?
Tes tajam penglihatan (visual acuity, VA) menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar ad
alah dengan menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurann
ya semakin kecil. Tiap baris diberi nomon dengan jarak dalam meter dan lebar tiap huruf
membentuk sudut I menit dengan mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (mi
sal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jarak baca ini adalah
garis 6 meter, maka tajam penglihatan adalah 6/6; jika jarak bac ini adalah garis 60 meter
maka tajam penglihatan adalah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata bila pasien
menggunakan kacamata, namun tes pinhole akan mengoreksi kelainan refraksi sedang.
Sumber : Bruce James, Chew C and Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. 9 ed. Jakarta:
Erlangga
TAJAM PENGLIHATAN / VISUS
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Untuk mengetahui
tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan k
urang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah ja
ri (hitung jari), ataupun proyeksi sinar.
Dengan kartu Snellen standar dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melih
at seseorang seperti :
Bila tajam penglihatan 6/6 maka berate ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yg o
leh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter
Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yg menunjukan angka 30 berati taj
am penglihatan pasien adalah 6/30
Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yg menunjukan angka 50 berati taj
am penglihatan pasien adalah 6/50
Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berati ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yg
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yg diperlihatkan pada jar
ak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60
Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60 yg berate han
ya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter
Dengan uji lambaian tangan maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yg lebih
buruk drpd 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaia tangan pada jarak
300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berate t
ajam penglihatan adalah 1/300
Kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaia
n tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~
Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatan
nya adalah 0 atau buta total
Sumber : Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 5. Jakarta: FK UI.

11. Apa hubungan konsumsi vitamin A dengan kesehatan mata?


Vitamin A merupakan salah satu asupan nutrisi untuk kesehatan mata yang berfungsi
mendukung penglihatan pada cahaya remang. Kurangnya asupan vitamin A tambahan
dari luar dapat meningkatkan risiko pigmen di retina mata tak dapat diproduksi dengan
baik. Padahal pigmen ini berfungsi untuk membuat mata tetap bisa melihat dalam
kondisi yang remang atau gelap.
Akibatnya, orang yang mengalami kekurangan vitamin A akan kesulitan melihat dalam
kondisi gelap. Sebab, kecepatan mata untuk beradaptasi dari tempat yang terang ke
tempat yang gelap ditentukan oleh rhodopsin, yaitu suatu pigmen penglihatan yang
proses pembentukannya di dalam mata dipengaruhi oleh vitamin A.
Apabila seseorang mengalami kekurangan vitamin A, rhodopsin tidak terbentuk dan bisa
berisiko terkena rabun senja. Penderita rabun senja biasanya akan mengeluh kesulitan
melihat, terutama pada sore dan malam hari saat pencahayaan kurang.
Tak hanya rabun senja, kekurangan vitamin A juga akan menyebabkan mata menjadi
kering karena cairan di lapisan tipis mata tak bisa diproduksi dengan optimal. Kondisi ini
secara medis disebut sebagai xeroftalmia. Jika xeroftalmia tak segera ditangani, lama
kelamaan sel-sel di mata dari bagian luar ke dalam bisa mengalami kerusakan dan
berakibat pada kebutaan yang permanen.
Sumber : Al-Fariqi, M.Z. and Setiawan, D., 2020. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Pe
ran Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian Vitamin A. Nutriology Jurnal, 1(2), pp.60-6
5.
Peran Vitamin A untuk Pembentukan Rodopsin. Pada Gambar 50-5 hendaknya
diperhatikan bahwa terdapat reaksi kimia kedua yang merubah all-trans retinal menjadi
11-cis retinal. Hal ini didapat mula-mula dengan mengubah all-trans retinal menjadi all-
trans retinol, yang merupakan salah satu bentuk vitamin A. Selanjutnya, di bawah
pengaruh enzim isomerase, all-trans retinol ini diubah menjadi 11-cis retinol. Akhirnya,
11-cis retinol diubah menjadi 11-cis retinal yang bergabung dengan skotopsin untuk
membentuk rodopsin baru. Vitamin A dapat dijumpai baik di dalam sitoplasma sel
batang maupun di dalam lapisan pigmen retina. Oleh karena itu, secara normal vitamin A
selalu tersedia bila diperlukan untuk pembentukan retinal yang baru. Sebaliknya, bila di
dalam retina terdapat kelebihan retinal, kelebihan ini akan diubah kembali menjadi
vitamin A, sehingga akan mengurangi jumlah pigmen peka cahaya di dalam retina. Kita
akan melihat nanti bahwa perubahan-perubahan antara retinal dan vitamin A ini berguna,
terutama dalam adaptasi retina jangka panjang terhadap berbagai intensitas cahaya.
Rabun Senja. Rabun senja dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami defisiensi
berat vitamin A. Penyebab terjadinya rabun senja adalah sangat menurunnya jumlah
retinal dan rodopsin yang dapat dibentuk tanpa vitamin A. Keadaan ini disebut rabun
senja sebab jumlah cahaya pada waktu malam terlalu sedikit untuk dapat menimbulkan
penglihatan yang adekuat bagi orang-orang yang mengalami defisiensi vitamin A. Untuk
terjadinya rabun senja, seseorang biasanya harus mengalami diet defisiensi vitamin A
selama beberapa bulan, terutama karena sejumlah besar vitamin A dalam keadaan
normal disimpan di hati dan dapat digunakan untuk mata. Bila telah terjadi rabun senja,
terkadang dapat disembuhkan dalam waktu kurang dari I jam melalui pemberian vitamin
A intravena.
Sumber : Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 12. D
iterjemahkan oleh: Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011.

12. Mengapa mata terasa Lelah untuk melihat dekat?


Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera pe
nglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka yg l
ama yang biasanya disertai dg kondisi pandangan yg tdk nyaman.
Gejala – gejala seorang pekerja mengalami kelelahan mata adalah sebagai berikut (Pheas
ant, 1991):
- Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata dan di belakang bola mata.
- Pandangan kabur, pandangan ganda dan susah dalam memfokuskan penglihatan
- Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata berair yang mer
upakan ciri khas terjadinya peradangan pada mata.
- Sakit kepala (bagian frontal/depan), kadang - kadang disertai dengan pusing dan mual
serta terasa pegal - pegal atau terasa capek dan mudah emosi.
Penyebab utama
Gejala - gejala kelelahan mata tersebut penyebab utamanya adalah penggunaan otot - ot
ot di sekitar mata yang berlebihan. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan memberikan
tingkat pencahayaan yang baik di tempat kerja
Sumber :http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-Analisis%20faktor-
Literatur.pdf
13. Mengapa pada pemeriksaan pasien diberikan intervensi kacamata sferis positif?

Anda mungkin juga menyukai