Anda di halaman 1dari 3

1. APA KAITAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP FRAKTUR?

Perubahan yang berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia, aktivitas replikasi dan produksi matriks
dari osteoblas berkurang secara progresif. Berbagai faktor pertumbuhan yang ada di matriks ekstrasel juga berkurang
sesuai dengan perjalanan waktu. Ketika sintesis tulang yang baru berkurang pada usia tua namun osteoklas tetap
berfungsi seperti waktu muda
Pengaruh hormon. Penurunan kadar estrogen pada menopause berhubungan dengan percepatan menghilangnya
korteks tulang dan trabekula tulang. Di atas usia 30 tahun sampai 40 tahun, dapat mencapai 35% dari korteks dan 50%
dari trabekula tulang. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila secara kasar separuh dari wanita postmenopause
akan mengalami fraktur osteoporotik (dibandingkan dengan 2%-3% pada pria usia yang sama). Hal ini menunjukkan
bahwa penurunan estrogen pada postmenopause menyebabkan peningkatan produksi sitokin (terutama IL-1, IL-6,
dan TNF), mungkin dari sel di dalam tulang. Hal ini merangsang aktivitas ikatan RANK-RANK dan menekan
produksi OPG (Gambar 20-2). Ada sedikit aktivitas kompensasi dari osteoblas, tetapi tidak memadai untuk
mengimbangi resorpsi tulang oleh osteoklas. Meskipun penggantian estrogen dapat memperbaiki beberapa
kehilangan tulang, akan tetapi terapi tersebut dihubungkan dengan risiko kardiovaskular.

Sumber : ROBBIN’S BASIC PATHOLOGY ED 9TH. HAL : 766 & 769


Hubungan umur dengan fraktur
Peranan Massa Tulang Puncak (Peak Bone Mass = PBM), faktor skeletal, dan ekstra-skeletal terhadap fraktur
panggul bervariasi sesuai usia. Alasannya adalah karena pada BMD berapa pun, risiko fraktur lebih besar pada usia
lanjut, karena adanya peningkatan kecenderungan untuk jatuh, hilangnya jaringan lunak pelindung, dan penurunan
kemampuan untuk bereaksi secara tepat untuk mengurangi dampak jatuh. Ini menunjukkan peranan yang lebih besar
dari usia terhadap risiko fraktur panggul dibanding BMD pada usia lanjut.
Sumber : Pengobatan dan Pencegahan Seumur Hidup Osteoporosis . John Darmawan, MD, PhD . WHO Expert on
the Rheumatic Diseases, Geneve, Switzerland . Semarang-Indonesia
2. MENGAPA SETELAH 12 JAM JATUH, PASIEN BARU MENGELUH SAKIT PADA PINGGUL KIRI?
BAGAIMANA BIOMEKANIKNYA?
3. MENGAPA SAAT MENGUBAH POSISI TERASA SAKIT?
4. MENGAPA SETELAH DIBERI MINYAK TAWON TIDAK TERASA LEBIH BAIK?
Minyak gosok terdiri dari piperis fo lium (sirih) yang bersifat mencegah super infeksi dan mempunyai kasiat,
terhadap lesi-lesi didalam mulut. Curcumae rhizoma dan atrium sativum memiliki sifat anti septik, sedang champora
adalah anti piretik, kemudian kandungan mentol memberi rasa sega dan nyaman.
Pemilihan minyak gosok cap tawon sebagai obat tradisional dalam pengobatan secara topikal stomatitis aptosa
rekuren adalah karena bahan aktif yang terkandung dalam minyak gosok cap tawon seperti piperis folium merupakan
sumber dari sirih dan dapat mencegah super infeksi. Tyldesley mengatakan bahwa pengobatan yang dianjurkan untuk
stomatitis aptosa rekuren adalah penggunaan anti bakteri, anti septik dan inflamasi secara topikal.
Sumber : Yusran, Ali. Fakultas kedokteran gigi Universitas Hasannudin. Minyak Gosok dapat Mengobati stomatitis
Aptosa Rekuren secara Topikal.
5. APA INTERPRETASI DARI PEMERIKSAAN FISIK?
1) Kesadaran : kompos mentis → sadar penuh
2) Tekanan darah : 140/90 mmHg → tinggi (N : 120/80 mmHg)
3) Denyut jantung : 86x/menit → normal (60-100x/menit)
4) Laju pernapasan : 22x/menit → terlalu capat (N : 14-20x/menit)
5) Suhu tubuh : 36,8℃ → normal (36℃-37,5℃)
Sumber : WHO
6. APA INTERPRETASI DARI STATUS LOCAL PADA PINGGUL DAN KAKI KIRI?
1) Memar pada pinggul sisi kiri
2) Pembengkakan
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
3) Deformitas (+) dibandingdengan pinggul sisi kanan
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah
bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas,
ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas yang normal. Ekstermitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya
otot.
4) Perbedaan kaki (+) 5 cm
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan bawah tempat fraktur.
5) Palpasi pada pinggul kiri teraba lembut (tenderness)
Tenderness (nyeri tekan) sering ditemukan pada tempat fraktur. Korban biasanya dapat menunjukkan tempat
nyeri atau merasa nyeri bila ditekan.
7. MENGAPA PASIEN MEMILIKI KETERBATASAN ROM?
8. APA YANG DIHARAPKAN DARI HASIL RADIOLOGI PELVIS?
Untuk menegakkan diognosis, adakah fraktur atau tidak dan dimana lokasi fraktur agar dapat mengetahui
tatalaksana yang tepat untuk menangani kasus tersebut.
Pemeriksaan radiologi pelvis : Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia dengan
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang baik gelombang elektronik maupun gelombang mekanik. Radiologi
pevis dibagi menjadi 3 yaitu :
 Foto Pelvis / Coxae AP dan Lateral adalah pemeriksaan radiology untuk melihat gambaran dari tulang panggul
 Foto Pelvis Frog position adalah pemeriksaan radiology untuk melihat gambaran dari colum femur,
acetabulum dan daerah trochanter
 Foto Pelvis posisi inlet-outlet adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat gambaran dari tulang pubis dan
ischia
9. APA DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING?
10. APA SAJA KLASIFIKASI FRAKTUR?
Fraktur merupakan kondisi patologis tulang yang paling sering, dan digolongkan sebagai berikut:
 Komplit atau tidak komplit
 Tertutup, di mana jaringan di atasnya utuh atau terbuka dimana frakturnya meluas ke kulit di atasnya.
 Comminuted, di mana tulang pecah berkeping-keping.
 Salah letak (displaced) di mana tulang yang fraktur tidak segaris.
Apabila patah terjadi pada tempat penyakit yang sudah ada sebelumnya (contoh: kista tulang, tumor ganas atau
brown tumor yang berhubungan dengan peningkatan HPT), dinamakan fraktur patologis. Stress fracture
berkembang perlahan-lahan dalam waktu yang lama sebagai kumpulan fraktur mikro yang berhubungan dengan
aktivitas fisis yang meningkat terutama beban baru yang terjadi berulang pada tulang (seperti yang sering terjadi
pada latihan para militer).
Sumber : ROBBIN’S BASIC PATHOLOGY ED 9 TH. HAL : 766 & 769
 Klasifikasi menurut mekanisme terjadinya atau mekanisme kecelakaan :
 Fraktur traumatik karena tindakan kekerasan langsung (fraktur melintang atau fraktur hancur, lihat Ba
dan Bg, misalnya karena tertabrak bumper mobil pada pejalan kaki) atau karena kekerasan secara tak
langsung (efek ungkitan atau putaran dari suatu gaya yang berjarak tertentu, misal fraktur torsi tungkai
bawah karena terjatuh pada saat main ski, lihat Bf).
 Fraktur yang tidak disebabkan oleh trauma (fraktur spontan) karena penyakit tulang yang sudah ada, baik
lokal atau umum, seperti tumor, Osteomyelitis atau Osteoporisis (=fraktur patologis, yang bisa terjadi
tanpa pengaruh kekerasan dari luar), atau karena mikrotrauma yang meskipun kekuatannya sedang
saja-karena terjadi berulang-ulang dan selalu terjadi pada tempat yang sama-menyebabkan fraktur
(=patah tulang ‘kelelahan’, contoh fraktur tulang metatarsal yang disebut juga sebagai fraktur ‘berbaris’
[‘marching fracture’].
 Kasifikasi menurut morfologi fraktur (misal derajat interupsi kontinuitas = fissura atau fraktur), jalannya
garis fraktur, jumlah patahan fraktur (lihat B dan C)

 Klasifikasi menurut dimensi kerusakan jaringan


lunak :
 Fraktur tertutup
 Fraktur terbuka
Pada fraktur tulang panjang dapat dibedakan berdasarkan lokasi anatomis (epifiseal, metafiseal, diafiseal), yaitu
fraktur proksimal, fraktur corpus, dan fraktur distal, dengan atau tanpa keterlibatan sendi.
Sumber : PROMETHEUS ATLAS ANATOMI MANUSIA Edisi 3. hal : 52

11. MENGAPA PASIEN LANGSUNG DIRUJUK KE SPESIALIS ORTOPEDI?

Anda mungkin juga menyukai