Anda di halaman 1dari 36

PANCA INDRA

A. ANATOMI

A1. MATA

 Fissura orbitalis superior


dilalui oleh: n.oculomotorius,
n.trochlearis, n.abduscens,
n.opthalmicus, n.frontalis,
n.lacrimalis, n.nasociliaris,
vasa opthalmica, a.lacrimalis,
a.meningea media (kadang2)
 Fissura orbitalis inferior
dilalui oleh: n.maxillaris,
n.zygomaticus, vasa infra
orbitalis, sarabut ganglion
sfenopalatinum
 Media Optik/Media Refrakta (pembentuk bayangan) dari depan ke belakang yaitu:
- Kornea,
- Humor aquaous,
- Lensa crystalina,
- Corpus vitreum,
- Pupil (beberapa sumber menyebutkan pupil juga termasuk media refrakta)
 Organon Visus (alat pendukung penglihatan) terdiri dari:
- Bulbus oculi,
- Nervus opticus,
- Organon visus accessoria (otot-otot bola mata, palpebrae, apparatus lacrimalis)
 Bulbus Oculi terdiri dari:
- Lapis luar/fibrosa (kornea dan sklera),
- Lapis tengah/vascular/uvea (choroid, corpus ciliare, iris),
- Lapis dalam (retina)

1
 Kornea
- Transparan dan avascular,
- Batas kornea dan sklera disebut limbus,
- Lapisan dari luar ke dalam: epitel, membran bowman (lamina basalis anterior), substantia
propria, membrana descemet, endotel
- Kornea mendapatkan nutrisi dari: a.ciliaris anterior (terdapat pada limbus), humor aquaous,
dan oksigen dari lingkungan luar
- Kornea dipersyarafi oleh n.ciliaris
 Sklera
- Dinding bulbus oculi yang paling keras (untuk mempertahankan bentuk bulbus oculi)
dibentuk oleh kolagen tipe 1 dan proteoglikan
- Didekat limbus, terdapat saluran yang disebut sinus venosus sclera atau canal of schlemm
- Dinding dalam sinus venosus sclera dibentuk oleh jaringan trabecular disebut trabecular
meshwork yang dilalui oleh humor aquaous
- Sklera dipersyarafi oleh n.ciliaris
 Uvea: iris, badan siliaris, koroid
 Choroid atau Uvea Posterior
- Sangat tipis dan banyak pembuluh darah
 Corpus Ciliare
- Terdapat tonjolan panjang (prosesus ciliaris), tonjolan pendek (plica ciliaris)
- Prosesus ciliaris menghasilkan humor aquous
- Pada prosesus ciliaris terbentang zonula zinii sebagai penggantung lensa cristalina
- Pada corpus ciliare terdapat M.ciliaris untuk akomodasi
- Perdarahan: dari a.ciliaris anterior, persyarafan: parasimpatis dari n.3
- Batas korpus siliaris dengan retina disebut Ora Serrata
 Iris
- Diantara kornea dan iris disebut camera oculi anterior (berasal dari endotel kornea),
sedangkan diantara iris dan lensa disebut camera oculi posterior (berasal dari endotel retina)
- Celah dibagian tengah iris disebut pupil. Normalnya pupil yaitu bulat, ditengah,
isokor/diameter kanan dan kiri sama. Jika diameternya gasama disebut anisokor, kalau lebih
dari 1 pupil disebut polikoria, kalau gaditengah disebut korektopia. Jika pada jarak dekat,
trias: konvergen, miosis, akomodasi. Pada obat-obatan: miosis (pilokarpin, eserin), midriasis
(atropine, homatropine, kokain, adrenalin)
- Vaskularisasi: a. ciliaris posterior yang letaknya di limbus
- Terdapat 2 otot:
a. M. Sphincter Pupilae (berjalan circulair)
bila kontraksi, pupil mengecil/miosis. N.3
b. M. Dilator Pupilae (berjalan radiar). N.3
bila kontraksi, pupil melebar/midriasis
 Retina
- Membran saraf tipis, halus, dan transparan sebagai reseptor sinar
- Permukaan luar berhubungan dengan tunica choroidea, sedangkan permukaan dalam
berhubungan dengan membran hyaloidea (pembungkus korpus vitreum)
 Optic Disc/Diskus Optikus/Blind Spot/Bintik Buta
- Titik di retina untuk keluarnya n.opticus, ditembus a.v. centralis retina
- Tidak sensitif terhadap cahaya,
- Dikelilingi oleh suatu peninggian disebut Papila Nervi Optici

2
 Fovea Centralis
- Merupakan cekungan sebesar pangkal jarum yang terletak ditengah retina
- Terdapat banyak sel kerucut (ketajaman lebih besar dari sel batang)
 Macula Lutea
- Merupakan daerah sekitar fovea centralis yang memiliki ketajaman cukup besar
- Mempunyai konsentrasi sel kerucut yang tinggi tetapi ketajamannya lebih rendah dari fovea
centralis karena adanya sel-sel ganglion dan bipolar pada macula lutea
 Palpebra
- Lapisan pada palpebra:
cutis, subcutis, otot, lapisan submuscular, lapisan fibrous/tarsus (kerangka palpebra)
- Otot-otot pada palpebra:
a. M. Orbicularis Oculi (n.fasialis) untuk menutup fissura palpebra/tutup mata dan memeras
saccus lacrimalis
b. M. Levator Palpebra (n.occulomotorius) untuk membuka palpebra
c. M. Tarsalis untuk membuka palpebra
d. M. Muller, otot tampak halus, insersi pada bagian proksimal tarsus
- Vaskularisasi: a.v opthalmica, a.v lacrimalis
- Persyarafan: n.facialis/n.5
- Fungsi: proteksi, mempertahankan permukaan bola mata supaya tetap lembab dan licin
dengan distribusi air mata yang merata dari glandula lacrimal
 Conjunctiva
- C.palpebra melapisi bagian dalam palpebra, C.bulbi melapisi bola mata, C.fornicis
merupakan peralihan antara C.palpebra dan C.bulbi
- Dipersyarafi oleh n.trigeminus
 Glandula Lacrimalis
- Pengaliran air mata dari glandula lacrimalis setelah
membasahi kornea akan mengalir ke: punctum
lacrimalis-canaliculi lacrimalis-saccus lacrimalis-ductus
nasolacrimalis-meatus nasi inferior
 Cairan Mata
a. Aquous Humor
- dihasilkan oleh procesus siliaris, diserap melaui canalis schlemm ke v.siliaris anterior
b. Vitrous Humor
- cairan bening kental diantara lensa dan retina, supaya bola mata tidak kempes
 Alat Penggerak Bola Mata
a. M. Rectus Superior (lateral dan atas) disarafi oleh n.III/n.occulomotorius
b. M. Rectus Medialis (nasal) disarafi oleh n.III
c. M. Rectus Inferior (lateral dan bawah) disarafi oleh n.III
d. M. Rectus Lateral (pinggir luar) disarafi oleh n.VI/n.abdusens
e. M. Obliqus Superior (medial dan bawah) disarafi oleh n.IV/n.trochlearis
f. M. Obliqus Inferior (medial dan atas) disarafi oleh n.III
 Reflek cahaya langsung disarafi n.II/n.opticus, sedangkan reflek cahaya tidak langsung
disarafi n.III
 Reflek Kornea (menerima sensasi n.V.1/n.Ophtalmicus) menggunakan kapas steril pada
limbus kornea (supaya tidak terbentuk jaringan parut), didapatkan kedua mata berkedip oleh
n.VII/n.facialis

3
A2. TELINGA

 Telinga dibagi menjadi 3: telinga luar, tengah, dan dalam


 Auricula/daun telinga
- Cartilago elastik
- Inervasi cabang n.auriculotemporalis dan n.vagus,
- Vaskularisasi a.temporalis superficialis dan a.auricularis
posterior,
- Otot ekstrinsik mm.auricularis anterior dan superior
(n.facialis)
 Meatus Acusticus Externa
- Pars cartilaginea pada 1/3 luar dan pars osseus pada 2/3 dalam
 Vaskularisasi telinga luar

4
 Membrana Tympani
- Lateral: cabang n.auriculotemporalis
dan cabang n.vagus,
- Medial: cabang n.glossopharingeus
- I: anterosuperior (pars flaccida lebih
tipis)
- II: anteroinferior (refleksi cahaya)
- III: Posteroinferior
- IV: Posterosuperior
 Cavum Tympani
- Lateral: paries membranaceus
- Medial: paries labirinthicus
- Inferior: paries jugularis
- Posterior: paries mastoideus
- Superior: paries tegmentalis
- Anterior: paries caroticus
 Chorda Thympani
- Merupakan cabang dari n.facialis
- 2/3 anterior lidah, glandula submandibularis, glandula sublingualis (jika bermasalah
mengakibatkan mulut kering)
 Ossicula Auditiva (tulang-tulang pendengaran)
- Terdiri dari malleus, incus, dan stapes,
- Fungsi: menghantarkan getaran dari membrana thympani
 Otot-otot
a. M.tensor thympani: n.tensoris thympani (n.mandibularis/n.V.3)
b. M.stapedius: n.stapedius, n.facialis
- kontraksi terhadap suara keras (accoustic reflex)
 Tuba Eustachii/Tuba Auditiva/Tuba Pharyngotympanica
- bermuara ke nasofaring, terdiri dari pars osseae dan pars cartilaginea
 Vaskularisasi telinga tengah
- a.carotis interna => a.caroticothympaniceae
- a.carotis eksterna => a.thympanica (superior, inferior,
anterior, superior), a.stylomastoidea, a.auricularis profunda
 Cochlea/rumah siput
- n.cochlearis dan ganglion spirale
- terdiri dari:
a. ductus cochlearis (scala media): mengandung organ corti
b. Scala vestibuli: berakhir di oval window
c. Scala thympani: berakhir di round window
 Vestibulum
- terdapat organ otolith (utriculus dan sacculus): gerakan percepatan linear, berisi endolymph
 Canalis Semicircularis
- terdiri dari: anterior, posterior, lateral
- gerakan rotasi
 Vaskularisasi telinga dalam
- a.labirinthi => a cochlearis communis (a.vestibulocochlearis, a.cochlearis propria) =>
a.vestibuli

5
B. PARASIT
 Artropoda Penyebab Alergi Dan Reaksi Toksik:
- Kontak (kupu-kupu, kumbang lepuh),
- Sengatan (lebah, kalajengking),
- Gigitan (kelabang, laba-laba, solenopsis geminata, cimex, sengkenit)

KONTAK

Jenis Kupu-Kupu Kumbang Lepuh


Artropoda
Karakteristik - Kelas: insecta - Kelas: insecta
- Ordo: lepidoptera - Ordo: lepidoptera
- Metamorfosis sempurna - Species: Paedarus
- Mempunyai 2 pasang sabaeus/ tomcat
sayap yang bersisik tebal (Indonesia)
- Tipe mulut:
siphoning/menghisap
(dewasa), menggigit (larva)
- Tipe Butterfly/kupu-kupu
siang:
badan langsing, sayap
warna warni, warna lebih
terang, antena tidak
bercabang
- Tipe Moth/kupu-kupu
malam:
badan gemuk, warna sayap
lebih gelap, sisik sayap
lebih kasar, antena
bercabang
Cara infeksi Kontak dengan ulat bulu atau bulu Kontak langsung atau
bagian ventral kupu-kupu dewasa terkena sekret
Patologi dan - Disebabkan oleh - Mengandung
Gejala Klinis larva/ulat bulu: kataridin (bersifat
erusisme/dermatitis diuretic) yang dapat
ulat/caterpillar dermatitis menyebabkan
dan conjuntivitis/ulkus lepuh/blister, dengan
kornea munculnya
- Disebabkan oleh kupu- vesikel/bula
kupu dewasa: - Kemerahan dalam 24
lepidopterisme dan asma jam
- Erusisme (24 jam-5 hari) - Membentuk seperti
MK: urtikaria, nyeri, gatal, garis lurus jika
panas, dan pembengkakan digaruk (dermatitis
kelenjar limfe akibat toksin linearis)
(antikoagulan) - Muncul vesikel
menyebabkan perdarahan - 3 hari kemudian
kulit/grid like pattern. membesar, berubah
Contoh: Parasa hilarata warna, pecah dan
(Asia) berair
- Lepidopterisme, contoh:
Hylesia spp
Diagnosis Berdasarkan gejala klinis dan Berdasarkan gejala klinis dan
riwayat kontak riwayat kontak

6
Pengobatan - Jangan digaruk (supaya - jangan digaruk
toksin ga menyebar), - lesi dicuci dengan
- lesi direndam air dingin dengan air dan sabun
(vasokonstriksi untuk - jangan memegang
menghambat penyebaran langsung
toksin, sisa-sisa bulu akan - obat: analgesik,
larut), kortikosteroid,
- obat: analgesik, antihistamin
kortikosteroid, anti histamin
- pemberantasan:
insektisida

SENGATAN

Jenis Lebah Kalajengking


Artropoda
Karakteristik - ordo: hymenoptera - kelas: arachnida
- family: apidae, vespidae, - ordo: scorpionida
dan bombidae - spesies: C. suffusus, B.
- mempunyai occitanus
pinggang/pedisel - aktif pada malam hari
- tipe mulut: menggigit dan - vivipar
menjilat - tubuh terdiri dari
- bentuk badan: gemuk dan sefalotoraks, pre dan
tidak terlihat pedisen post abdomen
(bombidae), langsing dan - kaki 4 pasang dengan
terlihat pedisel (vespidae) pedipalp 1 pasang
- khas: sayap depan dan (alat sapit)
belakang tipis - mempunyai
(membranosa) pecten/lengkung dan
- alat penyengat diujung telson/tajam (alat
abdomen penyengat pada ruas
- reaksi dari toksin dapat terakhir abdomen)
menyebabkan
anafilatogenik, hemolitik,
neurotoksik, antigenic,
sitolitik
Patologi dan - gejala klinis ringan: nyeri, - toksin toksalbumin:
Gejala Klinis gatal-gatal, kemerahan, neurotoksin (nyeri)
udema pada tempat dan hematoksin
sengatan (perdarahan dan
- gejala klinis berat: nekrosis)
multiple stinging (mual, - kematian karena
muntah, demam, sesak keracunan sistemik
napas, hipotensi, dan (syok dan paralisis
kolaps), hingga kematian pernapasan)
akibat syok anafilaktik
Cara infeksi Terkena sengatan dari alat Sengatan dari pecten dan
penyengat yang terletak di telson
posterior/ujung abdomen, alat
penyengat akan tertinggal setelah
tersengat

7
Diagnosis Berdasarkan gejala klinis dan Berdasarkan gejala klinis dan
riwayat disengat riwayat disengat
Pengobatan - sengatan yang tertinggal - kompres es pada
dibuang, dibersihkan, dan tempat sengatan
jangan ditekan supaya - obat: kortikosteroid
toksin tidak menyebar dan antihistamin, anti
- pasang turniket, dan racun
tinggikan bagian proksimal - pemberantasan:
ekstremitas yang disengat insektisida
- kompres es supaya
vasokonstriksi
- obat: antihistamin local,
analgetik oral, dan
anastetikum local secara
infiltrasi
- penanggulangan syok:
adrenalin, kortikosteroid,
antihistamin
- pencegahan: menghindari
paparan, tidak
menggunakan pakaian
berwarna terang/mencolok,
menghindari pemakaian
wewangian yang manis
- pemberantasan:
insektisida

GIGITAN

Jenis Kelabang/ Centipede Laba-laba


Artropoda
Karakteristik - Kelas: chilopoda - Kelas: arachnida
- Genus: Scolopendra - Ordo: aranea
- Spesies: S. subspinipes - Spesies: Latrodectus
- Bentuk tubuh: mactans, Loxosceles laeta
panjang, pipih - Metamorphosis tidak
dorsoventral, beruas sempurna, ovipar
banyak - Tubuh terdiri dari
- Sepasang kaki pada sefalotoraks dan abdomen
tiap ruas yang dihubungkan oleh
- Antena 1 pasang pedisel
- Habitat: dibawah batu - Kaki 4 pasang
dan kayu - Laba-laba jantan mati
- Makanan: insekta dan setelah kopulasi
binatang kecil lainnya - Makanan: insekta dan
- Metamorphosis tidak binatang kecil
sempurna - Sifat toksin: araknidisme
- Khas: kuku beracun/ nekrotik (L.laeta) dan
poison claw pada ruas araknidisme sistemik
pertama badan (L.mactan)
- Khas: sepasang chelicera
(alat pelepas racun) pada
sefalotoraks (dikelurkan
melalui mulut)

8
Patologi dan - Toksin antikoagulan - Latrodectus mactans
Gejala Klinis 5 hidroksi triptamin (tidak ada di Indonesia)
menyebabkan nyeri, a. betina: warna hitam, ada
gambaran hour glass merah
eritema, perdarahan,
pada bagian ventral
nekrosis, tidak abdomen, jantan: ada garis
menyebabkan median merah dan 3 garis
kematian transversal putih pada
bagian dorsal abdomen.
b. toksin: neurotoksik
terhadap saraf perifer (nyeri
hebat menjalar ke dada dan
perut hingga akut abdomen)
c. tempat gigitan: timbul
benjolan merah biru
dikelilingi lingkaran putih
d. kematian: syok dan
paralisis pernapasan
(36jam)
e. tanda patognomonik:
target lesion, nyeri hebat,
spasme otot

- Loxosceles laeta
(pada benua amerika)
a. warna: kuning tengguli
tua
b. pada tempat gigitan
menyebabkan edema, nyeri
hingga nekrosis dan
terdapat ulkus
c. kematian: gagal jantung
(jarang)

- Lycosa tarantula
a. gigitan: rasa nyeri dan
tidak berbahaya
Pengobatan - Kompres es untuk - L. mactans:
vasokonstriksi kompres es, penanganan
- Obat: kortikosteroid luka, obat: opioid
dan antihistamin (parenteral),
- Anti racun benzodiazepine, anti racun
(terutama untuk anak-anak,
usia lanjut, reaksi
hipertensi, acut respiratory
distress)
- L. tarantula:
kompres es,
obat: kortikosteroid dan
antihistamin,
anti racun

9
Jenis Semut Api / Kutu Busuk /Cimex
Artropoda Solenopsis geminata
Karakteristik - Kelas: insecta - Kelas: Insecta
- Ordo: hymenoptera - Ordo: hemiptera
- Tidak ada di Indonesia - Spesies: Cimex hemipterus
(Indonesia), Cimex
lectularis (eropa)
Patologi dan - Menimbulkan vesikel - Gigitan menyebabkan
Gejala Klinis dan pustul di bagian dermatitis
yang tersengat

Jenis Sengkenit/ ticks


Artropoda
Karakteristik - Ordo: acarina
- Family: ixodidae (sengkenit keras), dan argasidae (sengkenit
lunak)
- Morfologi tidak sempurna
- Mulut: ada hipostoma dan kelisera yang bergerigi
- Tubuh: terdiri atas kapitulum (segi 4 pada Dermacentor
andersoni dan segi 6 pada Rhipicephalus sanguineus)
- Abdomen: berupa kantung
- Kaki: dewasa (4 pasang), larva dan nimfa (3 pasang)
- Sebagai ektoparasit/diluar tubuh
- Sengkenit jantan mati setelah kopulasi
- Sengkenit betina bertelur ditanah kemudian mati
- Makanan: darah hospes

Patologi dan - Saat menghisap darah hospes, toksin masuk bersama ludah
Gejala Klinis menyebabkan tick paralisis (paralisis motoric) mengenai
otot pernapasan dan dapat menyebabkan kematian

 Penyakit akibat artropoda:


(scabies, pediculosis, ftiriasis, myasis)

Scabies

Etiologi Sarcoptes scabiei (tungau), biasanya di pesantren, panti asuhan,


penjara
Morfologi - Badan oval dan gepeng
- Stadium dewasa memiliki 4 psang kaki
- Pada jantan, ambulacra (untuk berpegangan di terowongan)
pada kaki pertama, kedua dan keempat
- Pada betina, ambulacra pada kaki pertama dan kedua
- Metamorphosis tidak sempurna
Habitat Pada stratum korneum dengan cara membuat terowongan
(ektoparasit)
Tempat Pada kulit dengan stratum korneum tipis: jari tangan, pergelangan
predileksi tangan bagian ventral, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia
eksterna laki-laki, areola mammae, telapak tangan dan kaki bayi

10
Pathogenesis - Penularan melalui semua stadium
- Permanen obligat (butuh cairan ekstraseluler hospes)
- Hospes menunjukkan respon imun tipe lambat (4-8 minggu
setelah terinfestasi)
- Lesi (S.scabiei hanya dapat dideteksi pada lesi primer):
a. primer: mengeluarkan secret dan melisiskan stratum
korneum
b. sekunder: secret dan eksret yang dihasilkan yaitu pruritus,
papul, vesikel, pustule, kadang bula
c. tersier: eksoriasi, eksematisasi, pioderma
Bentuk Semua stadium
infektif
Cara infeksi - Langsung: kontak dengn penderita karena stimulus aroma
tubuh dan termotaksis (15-20menit)
- Tidak langsung: sprei, handuk, dll (alat yang dipakai
bersama)

Pada suhu ruangan dan kelembaban 30%, S.scabiei dapat hidup


2-3 hari, dan pada pakaian kering, hanya dapat hidup beberapa
jam saja
Diagnosis - Gejala klinis: gatal malam hari/pruritus nocturna
- Pem. Fisik: terowongan berupa garis halus berwarna putih
keabu-abuan 2-15mm, diujung terowongan terdapat
papul/vesikel kecil <5mm, pada infeksi ringan periksa sela
jari tangan dan genitalia eksterna
- Diagnosis pasti: pemeriksaan mikroskop
- Menemukan S.scabiei dengan mencongkel kulit, kerokan
kulit atau biopsy
Sulit ditemukan karena jumlah sedikit, telur yang menetas
hanya 10%, garukan dapat mengeluarkan tungau, pus/infeksi
sekunder bersifat akarisida (membunuh tungau)
Pengobatan - Sulfur presipitatum 5-10% : digunakan 3 hari, tidak efektif
untuk telur
- Gama benzene hexachloride: efektif untuk semua stadium,
tidak untuk anak dibawah 6 tahun karena neurotoksik
- Krim permetrin 5%: semua stadium dan umur (paling
bagus)
- Benzyl benzoate 20-25%, krotamiton: semua stadium
- Antibiotic untuk infeksi sekunder

Sulfur presipitatum, Gama benzene hexachloride, Krim


permetrin, Benzyl benzoate, Krotamiton digunakan dengan
dioles keseluruh tubuh selama 12 jam pada malam hari
(pakai ulang jika mau wudhu/terkena air), diulangi setiap 2
minggu.

Pediculosis Ftiriasis

Etiologi - Pediculosis humanus - Phthirus pubis/


capitis (kepala) pediculosis pubis
- Pediculosis humanus (daerah pubis)
corporis (badan)

11
Morfologi - Family: pediculidae - Bentuk: pipih
- Bentuk: lonjong, pipih, dorsoventral, bulat
dorsoventral menyerupai ketam/crab
- Warna: kelabu louse,
- Kepala: segitiga - kaki 3 pasang dan punya
- Segmen toraks bersatu kuku
dan abdomen - warna abu-abu
bersegmen - Habitat: rambut
- Ujung setiap kaki kemaluan, ketiak,
mempunyai kuku jenggot, kumis, alis,
- Corporis: otot torax bulu mata (karena gatal
jelas, abdomen tidak dan pindah garukan)
terlalu bersegmen
- Capitis: otot torax tidak
jelas, abdomen
bersegmen
Patologi dan - Ektoparasit obligat - Gatal ditempat tusukan
Gejala Klinis - Lesi kepala karena karena air liur tuma
tusukan tuma saat - Kulit disekitar tempat
menghisap darah tusukan tampak pucat
- Papul merah gatal - Telur pada bulu mata
karena air liur tuma mengganggu
- Plica palonica: penglihatan
infestasi berat berupa
rambut melekat dank
eras, ada eksudat nanah
dari bekas gigitan yang
meradang dan dapat
tumbuh jamur
Cara infeksi Kontak fisik Kontak fisik
Siklus hidup Metamorphosis tidak sempurna Metamorphosis tidak sempurna
Diagnosis Menemukan pedunculus Menemukan kutu dewasa, larva,
dewasa, larva, nimfa, atau telur nimfa, telur
Epidemiologi Cosmopolitan, infestasi melalui Kontak langsung saat hubungan
kontak langsung seksual
Pencegahan Jaga kebersihan rambut Jaga kebersihan rambut
kemaluan
Pengobatan Menggunakan tangan, sisir serit, Insektisida gol. Klorin (benzene
insektisida gol. Klorin (benzene heksa klorida) atau permetrin,
heksa klorida) atau permetrin cukur rambut kemaluan

Myasis

Pengertian Infestasi larva lalat kedalam jaringan/alat tubuh manusia atau


binatang vertebra
Tempat hidup Jaringan mati dan atau jaringan hidup, cairan tubuh atau makanan
didalam usus hospes
Siklus hidup Metamorphosis sempurna
Secara sifat - Miasis spesifik/obligat:
larva lalat jaringan tubuh hidup manusia/binatang (larva),
kulit utuh, luka, jaringan sakit, rambut (telur),
contoh: Chrysomyia bezziana, Callitroga macellaria

12
- Miasis semispesifik/fakultatif:
daging busuk, sayur busuk, jaringan tubuh manusia
(jaringan mati dan jaringan hidup),
contoh: Wohlfahrtia magnifica
- Miasis aksidental:
makanan/minuman (telur), usus (larva),
contoh: Musca domestica, Piophila casei
Secara klinis - Miasis subkutis: Chrysomyia bezziana
- Miasis nasofaring: Chrysomyia bezziana, Hypoderma
lineatum
- Miasis intestinal: Musca domestica, Piophila casei
- Miasis urogenital: Musca domestica, Chrysomyia
bezziana
- Miasis mata: Chrysomyia bezziana
Cara infeksi Infestasi larva lalat kedalam jaringan/alat tubuh manusia
Diagnosis - Menemukan larva lalat di jaringan tubuh, lobang tubuh,
atau tinja
- Menentukan spesies: pelihara larva sampai jadi lalat
dewasa (lalat), identifikasi spirakel (alat pernapasan)
posterior dewasa (larva). *bukan spirakel anterior karena
ada alat pencernaan jadi kurang spesifik
Spirakel - Chrysomyia bezziana : slit panjang dan gemuk
posterior - Sarcophaga spp: slit panjang dan langsing
- Musca domestica: slit spiral
Lalat dewasa - Chrysomyia bezziana : warna badan hijau metalik
- Sarcophaga spp: abdomen seperti papan catur
- Musca domestica: 4 garis putih pada punggung, proboscis
lekat hisap, vena ketiga menutup
Tatalaksana Bedah untuk mengeluarkan larva, obat cacing dan cuci perut
(laxative), insektisida tidak digunakan karena dapat merusak
jaringan
Pencegahan Hindari kontak, musnahkan tempat perindukan, menutup makanan
dan minuman, menjaga kebersihan lingkungan
Forensic - Subordo Cyclorrapha (Family Calliphoridae,
entomology Sarcophagidae, Muscidae)
- Membantu menetapkan saat kematian (larva ketiga hari
ketujuh)
- Proses peradilan secara umum: mati wajar (belatung
terdapat di lobang-lobang tubuh) atau mati tidak wajar
(belatung selain di lobang tubuh, contoh: kepala)
- Menangkap pelaku kejahatan pemerkosaan

C. MIKROBIOLOGI
C1. INFEKSI MATA

 Mekanisme pertahanan mata:


- kelopak mata,
- tear film protein (secretory IgA, komponen komplemen, enzim: contoh lisozim),
- epitel kornea,
- flora normal ocular (S. epidermidis, S. aureus, S. pneumoniae, propionibacterium,
haemophillus, diphtheroids),
- mucosal associated lymphoid tissue/MALT (di subepitelium)

13
 Penyakit infeksi pada mata:
- blepharitis: kelopak mata, - keratitis: kornea, - vitritis: cairan mata,
- neuroretinitis: nervus optikus, - conjunctivitis: konjunctiva,
- chorioretinitis: retina dan pembuluh darah mata
 Staphylococcus aureus menyebabkan blepharitis, chalazion/hordeolum
 Hordeolum: infeksi akut dan supuratif pada tepi kelopak mata,
jika mengenai kelenjar zeiss dan moll disebut hordeolum externum,
sedangkan kelenjar meibom disebut hordeolum internum
 Semua mikroorganisme harus merusak epitel mukosa untuk menginfeksi, kecuali N. gonore
dan C. trachomatis dapat menginfeksi tanpa merusak epitel mukosa karena memiliki
virulensi yang tinggi
 Bacterial conjunctivitis/pink eye: purulent discharge (Streptococcus pneumonia,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Chlamidia trachomatis)
 Bacterial neonatal gonorrheal ophtalmia:
- secret mata purulent, disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, transmisi melalui jalan lahir,
- untuk konfirmasi lakukan pemeriksaan pada secret vagina ibu,
- terapi: tetracycline oral atau erithromicyn tetes (eradikasi: antibiotic makrolida, bukan
kuinolon (siprofloksasin, norfloksasin,dll) karena tidak baik untuk anak dan neonates, jika
resisten penisilin: PPNG
 Trachoma: tidak hanya pada bayi, dapat menyebabakan kebutaan setelah infeksi berulang
oleh Chlamydia trachomatis (entropion menyebabkan bulu mata menggores permukaan
kornea, terbentuk jaringan parut dan terjadi kebutaan)
 Chlamydia:
- bakteri gram negative, tidak mampu memproduksi energy untuk metabolisme, tidak dapat
mensintesa ATP, parasite intrasel obligat atau parasite enersi (numpang sel hidup untuk
berkembang biak, seperti virus)
- spesies: Chlamydia trachomatis, Chlamydia pneumoniae, Chlamydia psittaci
- penyebaran melalui droplet, usapan tangan, berenang, alat tidur atau alat mandi bersama
- mempunyai 2 bentuk melalui pembelahan biner: elementary body (bentuk ekstraseluler,
infeksius, metabolisme tidak aktif) dan reticulate body (bentuk intrasel, non infeksius,
metabolisme sangat aktif)
- tidak bisa pewarnaan gram, lakukan kultur secara invivo
- diagnosis: biopsy jaringan dengan giemsa, ditemukan badan inklusi matur berwarna ungu,
masa padat didekat nukleus
 Tipe C.trachomatis:
- serovars A, B, Ba, dan C: kebutaan
- serovars D-K adult inclusion conjunctivitis (paratrachoma): tidak menyebabkan kebutaan
- serovars D-K ophthalmia neonatorum (inclusion blennorrhoeae): kebutaan

C2. INFEKSI TELINGA

 Otitis media akut dan efusi: disebabkan oleh infeksi virus nasofaring (RSV, adenovirus,
CMV), bakteri (Streptococcus pneumonia, H.influenza, M. catarrhalis, Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogenes). Pemeriksaan lab: tympanocentesis (kultur dan tes
sensitivitas), tatalaksana: amoicilin
 Otitis eksterna: disebabkan oleh P. aeruginosa, Staphylococcus. Faktor resiko: berenang,
cotton bud/kelingking, ear plug, dll. Tatalaksana: topical antimikroba/antibiotic (polimiksin
B, kuinolon), asam asetat, aminoglikosida

14
C3. INFEKSI KULIT
 Berdasarkan etiologinnya, terbagi menjadi 3 yaitu bakteri, virus, dan fungi
a. Bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Propionibacterium acne,
Clostridium perfringens, Mycobacterium leprae)
b. Virus (vesicular/pustular rash: chicken pox/herpes zoster dan small pox; maculopapular
rash: measles, rubella, roseola, erythema infectiosum; wart like eruption: wart)
c. Fungi (superficial mikosis: malaseizzia furfur; kutaneus mikosis: trichopiton,
mikrosporum, epidermopiton; subkutaneus mikosis: sporothrix schenckii)

BAKTERI
Staphylococcus aureus Streptococcus pyogenes
- Morfologi: gram (+), bulat, berkelompok, - Morfologi: gram (+), bulat,
tidak bergerak berantai
- Transmisi: kontak langsung, parenteral - Transmisi: kontak
implantation langsung, kontak
- Faktor virulensi: eksotoksin (exfoliative A galangsung, parenteral
dan B), koagulase, hyaluronidase, lipase implantation
- Impetigo: infeksi pada epidermis, tanpa - Faktor virulensi:
pus. Folikulitis: infeksi piogenik pada streptokinase/fibrinolysin
folikel rambut, dasar folikel menonjol dan (proteolitik, mencerna fibrin
merah, terdapat pus. Furunkel: gabungan dan protein lainnya),
dari folikulitis, lebih besar, nyeri. hyaluronidase (penyebaran
Karbunkel: gabungan dari furunkel, infeksi infeksi mikroorganisme), M
hingga lapisan subkutan, menggigil dan protein (resisten pada
demam. Diagnosis dan tatalaksana: kultur phagositosis),
specimen kulit atau pus pada agar darah, Deoxyribonuclease
MSA (jadi warna kuning pada peragi (mencerna DNA)
mannitol: S.aureus), koagulase tes - Impetigo: infeksi pada
(Streptococcus aureus: (+), Streptococcus permukaan kulit.
epidermidis: (-), Staphylococcus: (+). Ersypelas: infeksi pada
Pemberian topical mupirocin (impetigo), permukaan kulit, tetapi
antibiotic cephalexin lebih luas. Cellulitis:
- Bullous impetigo: gejala awal dari infeksi yang lebih dalam
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. dan halus. Necrotizing
Banyak terjadi pada anak-anak. Macula fasciitis: infeksi hingga
kecil - vesikel/pustule - krusta (pustule yang lapisan subkutan atau
pecah dan mongering) jaringan otot, berwarna
- Staphylococcal Scalded Skin Syndrom: kehitaman
demam, kemerahan dan lesi, keriput, - Termasuk facultative
tonjolan kecil, kulit mengelupas. Exfoliative anaerob (bisa hidup di
toxin (A and B) merusak protein di kulit oksigen yang sedikit)
(Dsg-3) sehingga mengelupas. Inter - Diagnosis: ambil sampel
epithelial terpisah dari lapisan stratum dengan aspirasi pus, biopsy.
granulosum. Pewarnaan gram, kultur
- Diagnosis: pemeriksaan histologi, kultur pada agar darah (hemolysis
(tapi kadang false negative karena toksinnya beta).
sedangkan bakterinya berada di tempat - Tatalaksana: Diberikan
lain), banyak ditemukan neutrophil dan sel penisilin, erithromisin,
acantholytic makrolid, sefalosporin
- Tatalaksana: cloxacillin, cephalexin

15
BAKTERI
Propionibacterium acne Clostridium perfringens Mycobacterium leprae
- Morfologi: - Morfologi: - Morfologi: gram (+), aerob,
gram (+), batang gram (+), batang agak lengkung, ada
pleomorfik, batang, anaerob, dinding sel, bakteri tahan
anaerob, non endospore (bisa asam, tersusun parallel atau
spora ditemukan globular (kalau TB tersebar)
- Oportunstik dikulit, tanah, - Obligat intraseluler di
pathogen usus, vagina) makrofag
- Faktor - Faktor - Lebih rendah dari suhu
virulensi: virulensi: alpha tubuh
lipase, protease, toxin, - Menginfeksi sel pada sistem
hyluronidase, collagenase, retikuloendotelial dan
faktor hyeluronidase, sistem nervus perifer
kemotaktik DNAase (schwaan cells)
- Jenis acne: - Faktor - Kultur invivo (sel telapak
a. open komedo/ predisposisi: kaki armadillo)
blackhead insisi - Replikasi: 11-13 hari
(tersumbat oleh pembedahan, (kalau TB 20 jam)
kotoran), fraktur - Dinding sel mengandung
b. closed compound, asam mikolat,
comedo/ white diabetic ulcer, lipoarabinoman (LAM).
head (tersumbat aborsi septic, Kapsul terdiri dari lipid,
sebum), luka terutama phthiocerol
c. inflammatory - Diagnosis: dimycocerosate (PDIM) dan
papule (tonjolan a. Specimen: dari M. leprae spesifik phenolic
kalau pecah bisa eksudat luka, pus, glycolipid (PGL-1)
luka), jaringan. - Transmisi: inhalasi melalui
d. inflammatory b. Pemeriksaan droplet, kontak kulit atau
pustule (terdapat mikroskopi: gram tanah, vector serangga, tatto
pus) (+), spora, batang - Klasifikasi:
- Tatalaksna: c. Serology a. Paucibacillary/ PB
topical agents, (ELISA) (Tuberkulosis Leprocy/TT
topical atau oral d. Kultur: kultur dan intermediate/I):
antibiotic seperti kulit pada BA disentuh tidak terasa
eritromisin, (untuk menemukan (anastesia) karena
tetrasiklin adanya Clostridium menyerang sel saraf perifer,
perfringens dan jumlah lesi < 5
lainnya), cooked b. Multibacillary/ MB
meat agar (Lepromatous
(gelembung gas Leprocy/LL dan
karena produksi Borderline Leprocy/BL):
H2S) lesi general atau difus.
e. Tes Multiple, nodul, plak,
haematological: penebalan dermis
hasil abnormal - Menurut klasifikasi
f. reaksi nagler: Ridley-Jopling:
produksi lesitinase a. imunitas seluler dari
(reduksi lesitin jadi terendah ke tertinggi yaitu
warna putih) LL, BL, TT.
g. tes biokemikal: b. bakteri tahan asam dari
katalase +ve, terendah ke tertinggi yaitu
oksidase +ve TT, BL, LL (biasanya tidak
ditemukan pada I)

16
- khas: double - Pathogenesis: iskemi,
zone hemolysis apoptosis, demyelinisasi
(alfa dan beta) - Diagnosis:
- Tatalaksana: Harus menemukan satu
debridemen atau lebih dari tanda
pada jaringan cardinal lepra:
yang terinfeksi, i. lesi hipopigmen/
bedah, oksigen eritematous anastetik (lesi
hiperbarik kebal/ tidak berasa)
ii. nervus perifer menebal
iii. BTA (+)
a. pemeriksaan mikroskopik:
dengan sampel dari mukosa
hidung, lobus telinga, lesi kulit
(Ziehl neelsen),
b. biopsy kulit:
dengan teknik Fite-Faraco. Pada
kutub tuberculoid ditemukan
granuloma terdiri dari sel epitel,
sel gient Langerhans, dan
infiltrate limfosit. Pada kutub
lepromatous ditemukan
infiltrate inflammatory dengan
sel Virchow penuh dengan basil
dan kehilangan struktur
adneksal
c. Lepromin test: injeksi M.
leprae yang sudah ditidak
aktifkan, observasi segera reaksi
Fernandez 24-48 jam,
ditemukan inflamasi local dan
edema, akan hilang 3-4 hari dan
timbul reaksi Mitsuda (21 hari)
berupa nodul 5 mm.
d. Serologi test: titer antibody
(MB) phenolic glycolipid 1
(PGL-1) dan reaksi polymerase
chain (PCR). *PGL-1 adalah
komponen dinding sel lepra,
gunakan ELISA,
*PCR bisa digunakan untuk
semua mikroorganisme
- Tatalaksana: multidrug
jangka panjang 12-24 bulan
(kalau TB 6 bulan)
termasuk rifampin, dapsone.

17
VIRUS (rash vesicular atau pustular)
Chicken Pox/Herpes Zoster Small Pox
- Etiologi: human herpes virus 3 (varicella-zoster virus) - Etiologi: variola
- Transmisi: droplet virus (virus
- Faktor virulensi: mampu bertahan lama di ganglia DNA)
dan masuk ke dalam sel - Transmisi:
- Distribusi lesi: centripetal (dari badan/tengah ke droplet, kontak
ekstremitas) tidak langsung
- Stadium: masa inkubasi 10-20 hari. Gejala awal - Faktor virulensi:
seperti demam dan muncul banyak rash di kepala, memiliki
rambut, wajah, dan badan. Lesi kulit dari macula dan kemampuan
papula menjadi vesikel yang gatal, berisi cairan jernih. meredam dan
Beberapa hari akan mengeras dan terlepas. Pada menghindari
varicella, menyebar keseluruh permukaan kulit, respon imun
sedangkan pada zoster, hanya mengenai sel saraf dan - Distribusi lesi:
bagian yang dilaluinya. Infeksi dimulai
- Patogenesis: dengan demam,
a. HHV-3 memasuki saluran pernapasan, menempel rash pada faring,
pada mukosa, menyerang dan memasuki aliran darah wajah, dan
dan sistem limfatik (viremia primer) ekstremitas
b. Viremia sekunder menyebarkan virus ke kulit. (distribusi
Virus menginfeksi sel T dan mentransfer virus ke sel centrifugal=dari
epitel kulit. ekstremitas ke
c. Virus menyebabkan sel-sel yang berdekatan untuk badan)
berfusi, dan melisiskan, menghasilkan lesi - Pathogenesis:
d. Virus memasuki saraf sensorik, bepergian ke tidak menginfeksi
ganglia (khas) saraf, muncul
e. Kemampuan untuk tetap laten dalam ganglia akan keluhan pada
melindungi mereka dari serangan oleh sistem viremia kedua
kekebalan tubuh dan memberikan reaktivasi - Pencegahan:
- Pencegahan: vaksin hidup yang telah dilemahkan vaksin virus
- Tatalaksana: self limiting disease, tapi asiklovir hidup
dapat diberikan pada pasien dengan komplikasi - Tatalaksana: self
limiting disease

VIRUS (maculopapupar rash)


Measles/rubeola Rubella/German Roseola Erythema
measles Infectiosum
-Etiologi: measles -Etiologi: rubella -Etiologi: human -Etiologi:
virus (paramyxovirus) virus (rubivirus, virus herpes virus 6 atau 7 parvovirus
-Transmisi: droplet RNA) -Menyerang anak- B19
-Faktor virulensi: -Transmisi: droplet anak dan bayi -Transmisi
pembentukan -Faktor virulensi: -Faktor virulensi: droplet, kontak
syncytium, kemampuan pada fetus, kemampuan untuk ga langsung
menekan CMI penghambatan mitosis, tetap laten -Rash diawali
-Koplik spot induksi apoptosis, (reaktivasi) di dada meluas
-Infeksi dimulai dari kerusakan -Demam hingga 41 ke anggota
kepala menyebar ke endothelium vascular derajat celcius selama tubuh dan
seluruh badan, bertahan -Macula rash merah 3 hari, diikuti dengan badan,
lebih dari seminggu ringan dan papula rash dari dada, badan, cenderung
-Masa inkubasi 10 dimulai dari wajah, wajah, dan anggota lebih rapat
hari badan, dan ekstremitas tubuh (khas)
-Bersifat teratogenik
(lahir cacat) pada fetus

18
-Pathogenesis: -Viremia pertama ke
manifestasi klinis organ tubuh,
muncul pada viremia sedangkan viremia
kedua, diawali koplik kedua ke kulit
spot lalu rash -Pathogenesis:
-Diagnosis: a. Selama masa
pengobatan koplik spot, inkubasi 2-3 minggu,
ELISA untuk IgM, IgG virus rubella
akut/konvalesens berkembang biak di
-Pencegahan: vaksin epitel pernapasan
hidup yang dilemahkan b. Virus menginfiltrasi
(vaksin MMR) jaringan limfoid lokal
dan memasuki aliran
darah
c. Gejala awal seperti
malaise, demam
ringan, sakit
tenggorokan,
limfadenopati
d. Ruam muncul di
wajah dan berlanjut ke
badan, dan menuju
ekstremitas
-Diagnosis: ELISA
atau aglutinasi latex
untuk mendeteksi IgM
akut/konvalesens
-Pencegahan: vaksin
MMR (virus rubella
hidup yang
dilemahkan)

VIRUS (wart like reaction)


Wart/papiloma
- Etologi: human papillomavirus
- Transmisi: kontak langsung, autoinokulasi (dari organ tubuh lain ke kulit), kontak
ga langsung
- HPV di serviks bisa mengenai kulit, selain itu melalui jalur respirasi

FUNGI (superficial mycosis):


terjadi pada permukaan epidermis luar
Malaseizzia furfur
- Lipofilik , jamur bifasik (ragi menghasilkan hifa atau struktur oval)
- Untuk pertumbuhan, jenis ini membutuhkan lipid karena tidak dapat memproduksi
asam lemak rantai panjang
- Agen penyebab Pytriasis versicolor/panu
- Pytriasis versicolor : lesi batas tegas baik hipopigmented atau hiperpigmented
- Patofisiologi: hifa menyebar
- Diagnosis: pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit yang terinfeksi
menggunakan 10% KOH (transparan, melihat hifa dan yeast) atau LPCB (biru),
menggunakan selotip.
- Tatalaksana: topical azole (ketokonazol), lotion selenium suplhide (2,5%)

19
FUNGI (cutaneous mycosis):
- terjadi pada stratum korneum dan derivatnya (rambut dan kuku) yang
berkeratin,
- menjadi infeksi kronis (tinea atau ring worm),
- cara penyebaran: anthropophilic (dari manusia), zoophilic (dari hewan), geophilic
(dari lingkungan/tanah),
- dermatophytosis:
a. Tinea capitis (kepala): T.tonsurans, T.verrucosum,
b. Tinea korporis (badan): T.rubrum, M.canis,
c. Tinea cruris (selangkangan): T.rubrum, E.floccosum,
d. Tinea pedis (kaki): T.rubrum, T.mentagrophytes

Trichophyton Microsporum Epidermophyton


Filum Ascomycota, Filum Ascomycota, Jamur berserat Ascomycota,
zoophilic dan zoophilic, antrophylic, menyerang pasien
antrophylic. geophylic. immunocompromised dengan
Khas: hifa bentuk spiral Khas: hifa gelembung behcet syndrome.
ujung lancip Khas: hifa membesar
Diagnosis: pemeriksaan mikroskopis dengan kerokan kulit yang terinfeksi menggunakan
10% KOH atau LPCB, woods lamps (fungi infeksius akan bercahaya dibawah
pencahayaan), tidak dapat menggunakan selotip
Tatalaksana: anti fungal (miconazole), keratolytic agents (salep whitfield: campuran asam
salisilat dan asam benzoate), terbinafine atau itraconazole (oral untuk infeksi kuku)

FUNGI (subcutaneous mycosis)


terjadi didalam jaringan (dermis, subkutan)
Sporothrix schenckii
- Jamur saprofit dialam
- Sering menginfeksi petani atau tukang kebun
- Jamur dimorfik (memiliki 2 bentuk, yeast:didalam tubuh dan misellium:luar
tubuh(hifa fan spora))
- Menginfeksi pasien dengan immunocompromised
- Pathogenesis:
a. Jamur dari tanah atau hewan masuk ke kulit melalui goresan, trauma, atau
gigitan (inokulasi perkutan)
b. Papula kemerahan, nekrotik, nodular muncul 1 - 10 minggu.
c. Jamur menyerang saluran limfatik menyebabkan lesi nodular dan ulserasi
(lymphorotutan sporotrichosis)
- Diagnosis: pengambilan sampel dengan aspirasi dan biopsy, KOH 10%, kultur,
dan histopatologi
- Tatalaksana: itrikonazol, kalium iodide jenuh (SSKI) selama 3-6 bulan secara
oral, untuk infeksi berat berikan amphotericin B

D. FARMAKOLOGI
D1. ANTIBIOTIK DAN ANTIALERGI TOPIKAL
 Vehukulum: media pembawa zat aktif obat
a. peradangan akut + darah, vesikulasi, krusta: tinktur, wet dressing, lotion (air lebih banyak)
b. peradangan kronis + xerosis, scalling, likenifikasi: krim dan salep (lemak lebih banyak)
c. kulit kepala + daerah berambut: tinktur, lotion, gel, aerosol
d. daerah intertriginous (lipat kulit, lipat paha): krim emulsi
f. oklusi > pembungkus plastic > meningkatkan efektifitas (supaya krim ganempel ke mana2)

20
ANTIBAKTERI
- Bacitracin & gramicidin
a. Aktif untuk Gram (+) : streptokokus, pneumokokus, stafilokokus
b. Sering: dermatitis kontak alergi
c. Absorbsi melalui kulit sulit: toksik sistemik jarang
d. Sering dikombinasi dengan neomycin dan atau polymixyn B
- Mupirocin
a. Sensitif : bakteri aerob Gram (+), S.aureus resisiten methicillin
b. Impetigo karena S aureus, streptokokus beta hemolitikus
- Polimixin B sulfat
a. Efektif Gram (-): Pseudomonas, E coli, enterobacter, Klebsiela
b. Dosis harian pada kulit/luka terbuka jangan > 200 mg untuk cegah neurotoksik
d. Hipersensitivitas : jarang
- Neomycin & gentamicin
a. Efektif: E coli, enterobacter, Klebsiela
b. Gentamicin aktif untuk P.aeruginosa > neomisin, streptokokus beta hemolitikus,
stapilokokus
c. Neomycin topikal jarang terdeteksi dalam serum
d. Gentamicin pada luka bakar, luka terbuka => sistemik, terlebih dalam
preparat air
- Antibiotik + kortikosteroid
a. Kortikosteroid tidak menghambat antibakteri topikal
b. Bermanfaat utk Infeksi dermatosis sekunder, dermatitis diaper, otitis
eksterna, eksim dengan impetigo
- Antibiotik topikal mata: ciprofloxacin, chloramphenicol, natrium
sulfacetamid, dibekacin, gentamisin sulfat, neomycin, tetrasiklin, polymixin,
oxytetrasiklin
- Antiinflamasi topikal mata: betametason, fluorometolon

ANTIJAMUR
- Golongan Azole
a. Efektif utk dermatofita, candida, pytosporum orbiculare (tinea versicolor)
Miconazole: krim, lotion, krim vagina
Clotrimazole : krim, lotion, krim vagina
Ketokonazole : krim, sampo (dermatitis seboroik)
b. Kombinasi + kortikosteroid: perbaikan simptomatis lebih cepat
c. Dermatofita superfisial ; sehari 1-2x aplikasi/ hari selama 2-3 minggu
d. Candidiasi : 3-4 x aplikasi/ hari, sampai gejala klinis menghilang
e. Dermatitis seboroik: 2 x aplikasi/hari => gejala klinis (-)
- Ciclopirox olamine
a. Efektif utk dermatofita, candida, Pytosporum orbiculare
b. 1% : Krim, losion, Cat kuku : paronokia (spesifik)
- Tolnaftate
a. Efektif utk dermatofita, Pityrosporum orbiculare
b. Krim, losion, aerosol, larutan, bubuk. Jarang alergi / iritasi
- Nystatin
a. Kadidiasis oral: suspensi => oleskan pd mulut diamkan beberapa menit
b. Kandidiasi vaginal: 1 tablet (500.000 u) 2 x sehari selama 14 hari
c. mudah dirusak enzim pencernaan
- Amphotericin
a. Krim, losion, candidiasi paronisia & intertriginosa

21
ANTIVIRUS
- Acyclovir 5%: infeksi herpes simplek, herpes varicella zoster untuk mempercepat
durasi penyembuhan
- Penciclovir 1% : herpes orolabial pada pasien imunokompeten untuk
mempercepat penyembuhan
- ES reaksi ringan: gatal, perih, rasa terbakar hanya bersifat sementara
- Antivirus topikal : acyclovir ophtalmic ointment 3%

ANTIPARASIT
- Lindane (hexachlorocyclohexane)
a. bersifat peduculisid dan scabisid
b. 10% dosis topical dapat diabsorbsi => kadar serum max 6 jam, eksresi 5 hari,
konsentrasi jaringan lemak termasuk otak
c. Sampo, krim, lotion untuk kutu, aplikasi: diamkan selama 5 menit, lalu bilas,
bila perlu dapat diulang 1 minggu kemudian
d. Scabies: aplikasi 8-12 jam lalu bilas, bila diulang harus lebih dr 1 minggu
e. Hematotoksik & neurotoksik, hati-hati bayi & ibu hamil
f. KI: bayi prematur & pasien riwayat kejang
g. Hindari kontak dgn mata & mukosa
- Benzylbenzoat
a. Pediculisid & scabisid < lindane, relatif < toksik
- Sulfur
a. Scabisid, bau tidak sedap, noda di kulit, alternatif utk ibu hamil, bayi
- Permethrin
a. Neurotoksik: Pediculus humanus, Pthirus pubis, Sarcoptes scabies
b. <2% dosis topikal diabsorsi, sisa obat di tubuh hingga 10 hari
c. Pediskulosis: aplikasi 10 menit bilas
d. Scabies: aplikasi seluruh tubuh, 8-14 jam: bilas

ANTIINFLAMASI
- Kortikosteroid topical efektif untuk kondisi:
Hiperproliferasi (psoriasis), inflamasi, reaksi imun, efek simptomatis pada sensai
terbakar dan gatal
- Absorbsi pd kulit normal ± 1%
- Penetrasi meningkat:
dermatitis atopik, dermatitis dengan pengelupasan yang luas, pemakaian oklusi
jangka lama, pemakaian luas jangka waktu lama
- Potensi kortikosteroid topical:
a. Potensi rendah: untuk pemakaian jangka panjang, area permukaan kulit yang
luas, wajah, lipat kulit, punggung tangan, kulit tipis lainnya, bayi dan anak-anak
b. Potensi tinggi: untuk penyakit kulit berat, kulit tebal seperti telapak tangan dan
kaki, jangan berikan pada kulit tipis kecuali kasus berat dan jangka pendek

Efikasi terendah: (Hidrokortison 0,25 – 2,5%, Metilprednosolon 0,25%,


Prednosolon 0,5%, Betametason 0,2%)
Efikasi rendah: Fluocinolon 0,01%, Betametason valerate 0,01%,
Triamsinolon acetonide 0,025%
Efikasi menengah: Hidrokortison valerate 0,2%, Triamsinolon acetonide 0,1%
Efikasi tinggi: Fluocinonide 0,05%, Triamsinolon acetonide 0,5%
Efikasi tertinggi: Betametason dipripionate 0,05%, Clobetasol propionate 0,05%

22
- Efek samping:
a. Kulit: Atrofi kulit (kulit tertekan, keriput, berkilat), Hipopigmentasi, striae,
stellata scar, Teleangiektasis
b. Pembuluh darah: rosasea, eritema fasial
c. Rambut: Hipertrikosis, alopesia
d. Mata (tetes mata KS) : glaukoma, katarak, penyembuhan ulkus krn trauma
terhambat, rentan terinfeksi bakteri/fungi/virus
e. Eksaserbasi/ peningkatan risiko infeksi bakteri/ fungi/ jamur
f. Masking effect pada infeksi fungi: tinea incognito
g. Cushing syndrome: bethametason sipropionate 49g/minggu clobetasol
propionate ointment 14g/minggu => supresi plasma kortisol anak
h. Hiperglikemia
i. Retensi cairan => edema

D2. OBAT ANTILEPRA DAN ANTI TBC KUTIS

23
E. TELINGA
E1. GANGGUAN PENDENGARAN
 Tinnitus: dengung pada telinga, baik nada tinggi ataupun nada rendah
 Hearing Loss
-Klasifikasi: konduktif/CHL (telinga luar dan telinga tengah), sensorineural/SNHL (telinga
dalam), mixed/MHL (telinga luar, tengah, dan dalam)
CHL SNHL
-Dapat disembuhkan, medikamentosa, -Sulit diobati, alat bantu
bedah dengar/hearing aid, bedah
- Canalis Auditorius Eksternus: impaksi (implant koklea)
ceruman (wax), stenosis/penyempitan -Sensory: noise induced hearing
-Membrane timpani/MT: perforasi, retraksi loss (karena lama terkena pajanan),
(tertarik kedalam karena perbedaan tekanan), acoustic trauma (kejadian sekali
timpanosklerosis (pengapuran pada usia tua) namun suaranya sangat besar
-Telinga tengah: hilangnya tulang seperti bom), infeksi,
pendengaran (trauma,infeksi), otosclerosis herediter/genetic, obat-obatan
(kekakuan tulang pendengaran), kolesteatoma (streptomisin, kina)
(jaringan putih), tumor, dislokasi tulang -Neural: trauma, degenerasi, tumor
pendengaran
-Pemeriksaan:
a. Tes berbisik (dibelakang pasien nyebutin kata-kata, dengar/tidak?),
b. Garpu tala (rinne: hantaran udara dan tulang, weber:hantaran tulang telinga kanan dan kiri,
schwabach: hantaran tulang pemeriksa dengan pasien dan sebaliknya)
Diagnosis Tes Tes Weber Tes Schawabach
Rinne
Normal positif lateralisasi (-) normal
Tuli konduktif negatif lateralisasi ketelinga yg sakit memanjang
Tuli sensorineural positif lateraliasi ketelinga yg sehat memendek
c. Audiometri (pure tone: udara, tulang; speech: koklea, retro), merupakan gold standar
karna dapat mendengar nada murni. Contoh hasil pemeriksaan audiometri sebegai berikut:
Normal Tuli konduktif Tuli sensorineural Tuli campur
AC<25, AC>25 AC>25 AC>25
BC<25, BC<25 BC>25 BC>25
tidak ada gap ada gap tidak ada gap ada gap
d. OAE (untuk mengetahui fungsi koklea, deteksi dini untuk bayi baru lahir, tuli kongenital)
e. BERA (untuk mengetahui gelombang otak sebagai rekam syaraf)

E2. OTITIS MEDIA


 Tuba eustachius (menghubungkan telinga tengah dgn nasofaring)
- fungsi: ventilasi, drainase secret, proteksi
- terbuka bila ada perbedaan tekanan 20-40 mmHg
- pada anak-anak: pendek, lebar, horizontal
 Faktor resiko: bayi dan anak, ISPA berulang, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif,
paparan asap rokok kronis

24
 Pathogenesis OMA, OME, OMSK

 Otitis Media Akut (OMA)


- Adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda klinik local/sistemik seperti
otalgia/nyeri telinga, gangguan pendengaran sementara/tuli konduktif, demam, gelisah, mual,
muntah, diare, otore/secret keluar dari liang telinga secara cepat dan singkat.
- Etiologi: infeksi virus (respiratory syncytial virus), infeksi bakteri (streptococcus
pneumonia)
- Pemeriksaan fisik menggunakan otoskop.
Stadium Otitis
Media Akut
Oklusi tuba Hiperemis/ Supurasi Perforasi Resolusi
eustachius presupurasi
-MT retraksi - Pelebaran - Edema hebat - MT rupture - bila MT masih
(tertarik kedalam pembuluh pada mukosa dan nanah utuh, akan
karna tekanan darah ditandai telinga tengah, keluar karena normal secara
negative MT), dengan - eksudat terlambat perlahan,
- warna MT hiperemis, purulent, pemberian - bila MT
suram, edema, secret - bulging, antibiotic atau perforasi, secret
- reflek cahaya eksudat - nadi dan suhu virulensi berkurang dan
tidak terlihat serosa meningkat, kuman tinggi, akhirnya kering
- tatalaksana: - tatalaksana: - nyeri, iskemi, - biasanya - jika daya
untuk membuka antibiotic - MT bisa anak tenang, tahan tubuh
kembali tuba golongan rupture jika tidak suhu baik, resolusi
eustachius, penisilin 10- dilakukan menurun, tanpa
sehingga tekanan 14 hari (jika miringotomi bisa tidur pengobatan
negative hilang, alergi, berikan - tatalaksana: nyenyak - bila perforasi
berikan obat tetes eritromisin), antibiotic, jika - tatalaksana: menetap dengan
hidung, antibiotic obat tetes MT masih utuh, obat cuci secret yg keluar
jika penyebabnya hidung, dan lakukan telinga H2O2 terus menerus/
bakteri. Untuk analgetik. miringotomi 3% selama 3- hilang timbul
anak usia <12 Pada anak: (MT bagian pars 5 hari, bisa menuju
tahun, berikan amipisilin tensa diinsisi antibiotic OMSK
HCL efedrin dosis 50- agar terjadi topikal Tatalaksana:
0,5% dalam 100mg/kgbb/ drainase secret antibiotic dalam
larutan fisiologik, hari dibagi pada kuadran dilanjutkan
dan usia dalam 3 dosis posterior hingga 3 minggu
>12tahun, atau inferior) jika tidak
berikan HCL erithromisin terdapat resolusi
efedrin 1% dalam 40 mg/kgbb/
larutan fisiologik hari dibagi
dalam 4 dosis

25
- Komplikasi: intraktemporal (mastoiditis akut, petrositis, labirintis), intracranial (meningitis,
ensefalitis, abses otak)
- Pencegahan: mencegah ISPA pada anak-anak, penanganan ISPA dengan adekuat,
menganjurkan ASI minimal 6 bulan, menghindari paparan rokok
 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK/CSOM)
- Merupakan infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi MT dan secret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul (lebih kurang 2 bulan, kalau kurang dari
2 bulan masih termasuk OMA)
- Tipe OMSK: benigna/CSOM without cholesteatom dan maligna/CSOM with cholesteatom.
Kolesteatom adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin), media yg
baik untuk pertumbuhan kuman (P. aeroginosa dan proteus), bersifat destruksi menyebabkan
nekrosis
OMSK BENIGNA OMSK MALIGNA
Tidak mengenai tulang, perforasi MT tipe Mengenai tulang, perforasi MT tipe
sentral (tengah), tanpa kolesteatoma marginal (tepi) dan atik (atas) tapi kadang
tipe subtotal sentral dengan kolesteatoma,
terdapat kolesteatoma
-Etiologi: OMA yang belum sembuh, Pseudomonas aeroginosa (bakteri aerob dan paling
banyak untuk tipe maligna), Bacteroides (bakteri anaerob)
- Gejala: otore terus menurus/hilang timbul (keluar secret dari telinga), telinga
berdenging/tinnitus, gangguan pendengaran/tuli konduktif
- Diagnosis: anamnesis, pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan audiologi (pendukung),
pemeriksaan radiologi (untuk melihat komplikasi)
- Tatalaksana:
a. OMSK benigna berupa terapi konservatif atau dengan medikamentosa. Kalau secret keluar
terus menerus berikan obat pencuci telinga berupa H2O2 3% selam 3-5 hari dan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotic. Jika kasus berulang, lakukan timpanoplasti. Antibiotic
topical yang dapat digunakan yaitu polimiksin B dan E, neomisin, dan kloramfenikol.
b. OMSK maligna berupa mastoidektomi radikal (tindakan meruntuhkan dinding batas liang
telinga luar, tengah, dan rongga mastoid menjadi satu ruangan, untuk memastikan tidak ada
bakteri yang tertinggal di rongga-rongga tulang) dan tatalaksana komplikasi (dekompresi n.7,
petrosektomi, operasi bedah saraf). Konservatif dan medikamentosa hanya terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan (antibiotic dosis tinggi), curiga pseudomonas (ampisilin-
sulbaktam, kotrimoksazol), curiga kuman anaerob (metronidazole, klindamisin,
kloramfenikol), komplikasi intracranial digunakan antibiotic yg dapat melewati sawar darah
(seftriakson)
- Komplikasi: intraktemporal (abses subperiosteal, petrositis, labirintis), intracranial (abses
ekstradura, meningitis, abses perisinus)
- Prognosis: baik jika ditangani dengan adekuat, tingkat kematian meningkat jika terdapat
komplikasi intracranial
 Otitis Media Efusi (OME)
- adalah peradangan telinga tengah, terkumpulnya cairan, tidak ada tanda akut, MT utuh
- Etiologi: sistem imun, struktur tuba eustachius, dan fungsi yang belum sempurna
- Gejala klinis: anak-anak (terlambat bicara, prestasi menurun, kurang respon), dewasa
(telinga penuh, autofoni/suara bergema, berdengung/tinnitus)

26
- Pemeriksaan:
a. otoskopi (gelembung udara, air fluid level, bulging, MT statis dengan otoskop pneumatic)
b. tes penala (gambaran konduktif, pasien harus kooperatif),
c. audiometri (jenis dan derajat ketuliaan, BERA jika tidak kooperatif),
d. timpanometri (konfirmasi, semakin negative = semakin tekanan negative, grafik
lurus/landai = ada cairan)
- Tatalaksana: medikamentosa (antibiotic:amoksisilin, dekongestan, antihistamin: cetirizine,
ratadin) observasi 3-6 bulan. Indikasi operasi (miringotomi, gromment tube/dipasang pipa
pada MT, adenoidektomi): tidak respon, 3 bulan OME bilateral, 6 bulan OME unilateral,
pendengaran menurun > 25dB, retraksi kronik MT.
 Mastoiditis
- Merupakan suatu proses infeksi pada sel-sel udara mastoid, biasanya terjadi setelah
komplikasi OMA supuratif
- Faktor predisposisi: sel mastoid yg terlibat, anatomi telinga, virulensi bakteri dan resistensi
bakteri, daya tahan tubuh, gizi
- Mikrobiologi: Pseudomonas aeruginosa
- Patofisiologi:

- Jenis:
a. mastoiditis akut: komplikasi dari OMA, mengalami erosi os.mastoid hingga kerusakan
struktur sekitar, berhubungan dengan periostitis, osteitis, atau menjadi kronik.
Gejala klinis: demam dan malaise, eritema dan edema jaringan lunak mastoid, nyeri belakang
telinga, mastoid tenderness, linfadenopati local, daun telinga terdorong kedepan
b. mastoiditis kronik: penggunaan antibiotic spectrum luas yang tidak adekuat, koleastoma,
ditemukan pseudomonas dan staphylococcus
- Diagnosis: anamnesis, PF THT (otoskopik), pem radiologi (posisi schuller), laboratorium
(leukosit meningkat), operasi eksplorasi (pilihan terakhir)
- Komplikasi: abses bezold (perluasan kebagian bawah (leher/diatas
m.sternocleidomastoideus), abses citeli (perluasan ke os occipital dan calvarium (m.posterior
digastricus), petrosis (karena sindrom gradenigo), paralisis fasial
- Tatalaksana: antibiotic pilihan pertama (amoksilin, ampisilin), bakteri anaerob (+)
tambahkan kloramfenikol atau metronidazole, mastoidektomi sederhana, insisi dan drainage
abses

27
E3. PRESBIAKUSIS dan NIHL
 Presbiakusis: perubahan patologik pada organ auditori pada usia lanjut akibat proses
degenerasi
a. Tuli konduktif pada geriatric (>60tahun): degenerasi telinga luar dan tengah
b. Tuli sensorineural pada geriatric (presbiakusis): tuli sensorineural frekuensi tinggi,
simetris kanan dan kiri. Presbiakusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih.
Proses degenerasi menyebabkan perubuhan struktur pada koklea dan n.8
(vestibulokoklearis)
c. Manifestasi klinis:
- berkurangnya pendengaran secara perlahan (gaingat kapan awal mulai berkurangnya
pendengaran), progresif, dan simetris kanan dan kiri
- perkataan orang sekitar dapaat didengar tapi sulit dipahami terutama ditempat ramai
(cocktail party deafness). Tetapi pada otosklerosis, justru semakin jelas mendengar suara
di tempat ramai.
- telinga berdenging/tinnitus
d. Diagnosis: anamnesis; pemerikssan otoskopik: MT suram, mobilitas turun, tidak ada
cone of light; tes penala: tuli sensorineural; tes audiometri: pada audiometri nada murni
menunjukkan tuli saraf nada murni, sedangkan pada audometri tutur didapatkan gangguan
diskriminasi tutur
e. Tatalaksana: pemasangan alat bantu dengar, latihan membaca ujaran/speech reading,
latihan mendengar/auditory reading
 Noice Induced Hearing Loss (NIHL): gangguan pendengaran disebabkan pajanan oleh
bising (bunyi yang tidak dinginkan) yang cukup keras dan jangka waktu yang lama.
a. tuli sensorineural koklea, bilateral
b. bising intensitas 85dB dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor bunyi pda alat korti
pada frekuensi tinggi 3000-6000Hz

c. faktor yang berperan: intensitas bising yang tinggi, frekuensi tinggi, lama pajanan,
riwayat penggunaan obat ototoksik (streptomisin: biasanya pada pasien TB, kanamisin,
asetosal, kina)
d. gejala: pendengaran menurun, tinnitus (dominan), sukar menangkap percakapan, cocktail
party deafness

28
e. diagnosis:
- anamnesis (keluhan, riwayat pekerjaan),
- PF THT, otoskopi (tidak ada kelainan),
- pemeriksaan pendengaran (tuli sensorineural),
- audiometri (tuli sensorineural pada 3000-6000Hz, gambaran takik/sangat rendah pada
4000Hz (tanda patognomonik), kalau pada audiometri tutur: rekrutmen/telinga menjadi
lebih sensitive terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah
terlampaui ambang dengarnya)
f. tatalaksana: hindari pencetus, alat pelindung telinga (sumbat telinga atau helm kepala),
alat bandu dengar/ABD, auditory training, implant koklea, psikoterapi (kalau ada tinnitus)
g. prognosis: irrversibel, program konservasi pendengaran, bising harus diusahakan <85Db

E4. KELAINAN TELINGA LUAR

Kelainan Kongenital
Fistula Preaurikular Mikrotia dengan atresia liang telinga Caplang
-ditemukan didepan -daun telinga kecil dan tidak sempurna, sering - daun telinga
tragus berbentuk disertai dengan atresia/tidak terbentuknya tampa lebih
bulat/lonjong, dengan liang telinga dan tulang pendengaran besar dan
ukuran seujung - lebih sering pada laki-laki, dan telinga menonjol
pensil, pada muara kanan. - fungsi
fistel sering keluar - jika mikrotianya bilateral, kemungkinan pendengaran
cairan yang berasal dari ada sindroma kraniofasial (sindroma treacher tidak
kelenjar sebasea Collins, sindroma nager): diikuti dengan kepala terganggu
- dapat menyebabkan kecil/mikrosefal, dagu kecil/ mikrometia - mengganggu
pyoderma/selulits fasial - pada atresia liang telinga bilateral, kosmetik,
infeksi akut, berikan dianjurkan memakai alat bantu dengar hantaran sehingga dapat
antibiotic. Jika ada tulang sejak dini agar mencegah keterlambatan dilakukan
abses, lakukan insisi bicara otoplasti
untuk drainase abses - jika pada CT scan koklea normal, lakukan
- bila infeksi berulang operasi pembentukan liang telinga
atau cairan keluar (kanaloplasti) pada usia 5-7 tahun (untuk
berkepnjangan, lakukan menunggu pembentukan tulang iga yang akan
fistuloktomi dijadikan bahan untuk membuat liang telinga)
(mengangkat fistel - pada atresia unilateral, lakukan operasi saat
seluruhnya) untuk udah dewasa
mencegah kekambuhan - komplikasi: paresis n.7, hilangnya
pendengaran, restenosis (sering)

29
Kelainan Daun Telinga
Hematoma Perikondritis Psudokista
-definisi: - definisi: infeksi dari kartilago -definisi: benjolan didaun
kumpulan darah aurkulum telinga akibat kumpulan
diantara - etiologi: luka bakar, trauma, cairan kekuningan diantara
perikondrium komplikasi psudokista atau hematoma lapisan perikondrium dan
dan tulang daun telinga, bakteri Psudomonas tulang rawan akibat infeksi
rawan. aeroginosa dan Staphylococcus aureus tulang rawan telinga. Bukan
- Harus -gejala: bengkak, merah, hanya pada tumor tau pus. Biasanya
dikeluarkan aurikulum (khas: lobules bebas), nyeri karena kelamaan tidur atau
secara steril hebat, leras, nyeri tekan, fluktuasi pakai helm
supaya tidak -terapi: tanpa abses (kompres dingin), - gejala: benjolan berisi
terjadi abses (insisi dan drainase lalu buang cairan kekuningan,
perikondritis. kartilago nekrosis), kloksasilin 4 kali konsistensi kenyal, mobile,
- Biasanya 250-500 mg/hari oral atau gentamisin 2 predisposisi pada fasies
karena trauma. kali 80 mg/hari IM selama 5 hari lateralis aurikula
Lakukan insisi - komplikasi: pengerutan daun telinga - terapi: pungsi diikuti
aspirasi karna hancurna tulang rawan fiksasi (balut tekan) supaya
(cauliflower ear) ga terbentuk ulang

Kelainan Liang Telinga


Serumen Benda asing
-definisi: merupakan fisiologis tubuh, secret hasil produksi kelenjar - benda asing
sebasea, apokrin, seruminosa, epitel kulit yang terdeskuamasi, rambut dan yang besar
partikel debu. Earwax (sekresi dari kel seruminosa + komponen/ dapat ditarik
substansi lain seperti sampo, sabun, dll) dengan
- serumen terletak di 1/3 liang telinga luar, bisa keluar sendiri dari liang pengait
telinga karena migrasi epitel dan gerakan mengunyah serumen, yang
- fungsi: lubrikasi, mencegah desifikasi, anti fungal dan antibakteri kecil dengan
karena mengandung asam lemak tersaturasi lisozim, PH rendah dan pengait
reaksi imun; sebagai proteksi untuk mengikat kotoran dan memiliki - jika masih
aroma yang tidak disukai oleh serangga hidup,
- klasifikasi: binatang di
a. konsistensi (tipe basah biasanya lunak dan lengket, tipe kering keras liang telinga
dan bersisik), b. predisposisi (tipe basah sering pada anak-anak, tipe harus
kering pada dewasa), c. korneosit (lebih banyak pada tipe basah), d. dimatikan
gejala klinis (lebih sering pd tipe kering) dulu dengan
- serumen impaksi: karena hilangnya keratin attachment destroying minyak
substance (KADS) menyebabkan sel tidak terpecah dan menyumbat kelapa/baby
MAE. Serumen impaksi dipengaruhi oleh enzyme arylsulfatase-C oil/gliserin,
(membantu proses deskuamasi sel epidermal, menghambat kerja setelah mati
kolesterol sulfat yaitu menjaga kohesi sel di stratum korneum, sebagai dikelurkan
perekat intraseluler) dengan pinset
- gejala klinis: pendengaran berkurang dan rasa penuh ditelinga atau diirigasi
- terapi:
a. tipe basah (kapas yang dililitkan atau suction),
b. tipe kering (pengait/kuret, dilunakkan dulu dengan tetes karbogliserin
10% selama 3 hari atau minyak => irigasi
c. serumen yang jauh didalam liang telinga, irigasi air hangat sesuai
dengan suhu tubuh pakai spuit (pastikan tidak ada riwayat perforasi pada
MT), jangan gunakan air dingin karena dapat menyebabkan vertigo

30
Kelainan Liang Telinga
(Otitis Eksterna)
-Definisi: radang liang telinga akut/kronis yg disebabkan infeksi jamur, bakteri, dan virus
-Predispodidi: perubahan PH (kulit canalis biasanya asam jadi basa), peningkatan suhu
dan kelembaban, trauma ringan karena membersihkan telinga secara berlebihan
Otitis Eksterna Akut
Otitis Eksterna Otitis Eksterna Difusa Infeksi Kronis
Sirkumskripta Liang Telinga
-Definisi: infeksi pada kulit -definisi: infeksi pada kulit 2/3 - karena infeksi
1/3 luar liang telinga dalam liang telinga, tidak bakteri/jamur yang
(mengandung adneksa kulit => terdapat furunkel, tidak jelas tidak diobati, iritasi
infeksi pilosebaseus) batasnya, dikenal dengan kulit yang disebabkan
menyebabkan terbentuknya swimmer’s ear oleh cairan otitis
furunkel/ bisul - etiologi: pseudomonas, media, trauma
- Etiologi: staphylococcus streptococcus, staphylococcus, berulang, adanya
aureus, Staphylococcus albus jamur, terjadi sekunder pada benda asing,
- keluhan: nyeri hebat (tidak otitis media supuratif, biasanya penggunaan
sesuai dengan ukuran bisul), pada danau/laut/kolam renang cetakan/mould pada
nyeri saat buka mulut, pribadi alat bantu
gangguan pendengaran, nyeri - keluhan: nyeri tekan tragus, dengar/hearing aid,
saat auricula digerakkan liang telinga sempit (KGB akibatnya terjadi
- terapi: jika sudah abses regional membesar, nyeri tekan), stenosis/penyempita
(aspirasi nanah), antibiotic gatal, secret bau, telinga berair, n liang telinga
salep (Polymiksin B atau secret tingak mengandung akibat jaringan
Basitrasin atau antiseptic), jika musin/lender, pendengaran parut
dinding furunkel tebal (insisi normal atau sedikit berkurang - pengobatan:
lalu pasang salir/drain untuk - terapi: tampon yang operasi rekonstruksi
mengalirkan nanah) mengandung antibiotic, liang telinga
antibiotic sistemik jika perlu

Kelainan Liang Telinga


Otomikosis Herpes Keratosis Kolesteatoma Otitis Eksterna
Zoster Obturans Eksterna Maligna
Otikus
-Infeksi -etiologi: -gumpalan -Invasi -Infeksi difus di
jamur virus epidermis di jaringan liang telinga luar
superficial varicella liang telinga skuamosa dan struktur
pada liang zoster oleh kedalam tulang disekitarnya, MT
telinga luar -menyerang terbentuknya liang telinga yg utuh
- etiologi: satu atau sel epitel bersifat local -etiologi:
Pityrosporum, lebih berlebihan - unilateral, Pseudomonas
Aspergilus dermatom, yang tidak usia tua, otore, aeroginosa
niger (sering) dapat migrasi kearah warna putih, -faktor resiko:
-gejala: gatal, mengenai telinga luar nyeri tumpul DM,
rasa penuh saraf - bilateral, usia menahun, imunocompromised
liang telinga, trigeminus, muda erosi liang - gejala:
terdapat debris ganglion - tuli konduktif telinga peradangan
yang berisi genikulatum, akut, nyeri lebih posterinferior, progresif ke
hifa dan radiks hebat, liang pendengaran lapisan subkutis,
(terbentuknya servikalis telinga lebar, dan MT normal gatal, nyeri, sekret
sisik yang bagian atas MT utuh tapi - penyakit banyak, bengkak,
menyerupai (Sindroma lebih tebal, erosi penyerta: osteomyelitis
ketombe), bisa Ramsey liang telinga periosteitis progresif, lumpuh
asimtomatik Hunt) sirkumferensial n.7

31
- pengobatan: - penyakit - terapi: - pengobatan:
larutan asam penyerta: operasi ciprofloksasin oral,
asetat 2% sinusitis, (mencegah aminoglikosida
dalam alcohol, bronkiektasis berlanjutnya (keadaan lebih
tetes telinga - terapi: erosi tulang), berat), debridemen
yg pengangkatan indikasinya radikal
mengandung sumbatan, yaitu destruksi -prognosis: sulit
antibiotic dan pembersihan tulang meluas
steroid, anti berkala debris ke telinga
jamur salep akibat radang tengah, erosi
(nistatin, tulang
klotrimazol) pendengaran,
kelumpuhan
n.7, terjadi
fistel labirin,
otore
berkepanjangan

F. MATA
F1. Palpebra dan Sistem Lakrimalis
 Penyakit pada palpebra
Infeksi
Hordeolum Chalazion Abses Blepharitis Herpes
palpebra Zoster
Ophtalmica
-Infeksi supuratif - Inflamasi - Dari - Infeksi kronis pada -Disebabkan
akut pada lipogranulo hordeoulum margo palpebral, bilateral oleh virus
kelenjar matosa atau infeksi a. Squamous herpes
palpebral oleh kronis pada berat pada blepharitis/seborrhea zoster,
Staphylococcus kel silia. tanda klinis: gatal, rasa menyerang 1
a. Hordeolum meibom, - Terapi: terbakar, squamous sisi sesuai
internum pada bisa antibiotic seboroik pada bulu mata, dermatom,
kel meibom berawal sistemik dan terapi: bersihkan dengan tanda
dengan muara di dari local, insisi cotton buds lembab, klinis:
dalam palpebral hordeolum sesuai garis kortikosteroid ointment) sangat nyeri
b. Hordeolum internum, kulit (untuk b. blepharitis ulserativa dan rasa
eksternum pada nodul mempertaha (infeksi margo palpebral terbakar
kel seizz dan merah nkan oleh staphylococci pada (terganggun
moll dengan keunguan, estetika) anak-anak dengan gizi ya cabang
muara di dekat tidak nyeri, buruk, pertama
margo palpebral). tidak tanda klinis: palpebral n.facialis),
-Tatalaksana: radang. kemerahan, squamous terapi:
jika supuratif -Terapi: seboroik, ulserasi analgetik,
lakukan insisi insisi sepanjang margo yang antiviral
(sering pada tertutup oleh krusta, bila (acyclovir),
eksternum), kronik dan berat hingga antibiotic
kompres air kehilangan bulu mata dan untuk
hangat 3x sehari distorsi margo. mencegah
5 menit, Terapi: perbaiki keadaan infeksi
antibiotic local umum, bersihkan krusta sekunder,
dan sistemik. dengan kapas basah, dan
-Komplikasi: antibiotic ointment kortikoteroid
abses palpebral local

32
Alergi
Tanda klinis: edema palpebral, Tipe: anafilaktik dan atopic (urtikaria dan angioneurotik
edema), kontak alergi (kosmetik), Terapi: hindari etiologi (kepiting), steroid local dan
sistemik

Tumor
Benign Maligna
-Nevus: tahi lalat -Basal cell ca pada geriatri: keganasan
-Verucca vulgaris: kutil palpebral terbanyak di palpebral inferior
-Xanthelesma: timbunan lemak (plak (dekat canthus medialis), tanda klinis:
kekuningan, irregular terutama pada bagian nodu ulserativa, irregular, pigmentasi,
medial, terapi: eksisi karena alasan kosmetik) jarang metastasi, terapi: eksisi dan
-Milium: papil putih dan kecil (lenticular) radioterapi
karena retensi glandula sebasea -Nodular basal cell ca: kaku,
-Haemangiom: menonjol, nodul mengkilap seperti
a. cavernous haemangiom: cabang vena yg mutiara, central ulceration
membesar pada daerah subkutan, kebiruan, -Squamous cell ca/epithelioma:
dapat hilang sendiri, perubahan vasodilatasi palpebr superior, pada geriatric, terapi:
(membesar jika menangis, valsava test +) eksisi luas
b. capillary haemangiom: superfisial, terdiri -Melanoma maligna: berhubungan
atas kapiler yang membesar, kemerahan, terapi: dengan melanoma konjungtiva, terapi:
cryocoagulation (bila membesar dan operasi radikal dengan eksenterasi
menganggu), injeksi steroid (diangkat dengan bola mata)
-Neurofibromatosis/von Recklinghausen -Sebaceous cell ca: pada meibom,
disease: biasanya terjadi di temporal chalazion rekuren, multifocal, jarang
metastasis, terapi: eksisi luas

Malposisi Palpebra
Entropion Ektropion
-Margo palpebral kearah dalam, bulu -Margo palpebral mengarah keluar,
mata menyentuh kornea/trikiasis, iritasi konjungtiva tidak tertutup sempurna,
kornea, terbentuk ulkus kornea. sehingga mata kering, tebal, hiperemis,
-Unilateral/ bilateral konjungtivitis kronis
-kongenital: akan kembali sendiri -kongenital
-senile: terapi rekonstruksi blepharoplasty -senile: etiologi relaksasi jaringan jadi eversi
-akut spastik: inflamasi ocular, iritasi margo palpebral, pada palpebral inferior
ocular -paralitik: etiologi n.7 palsy jadi sulit
- sikatrikal: karena sikatrisasi/ berkedip dan lagophthalmus
pemendekan tarsus. Etiologi: trauma -sikatrikal: terapi blepharoplasty/
termal, kimia, dan palpebral, trakoma, rekontruksi
herpes zoster. Terapi: rekonstruksi -mekanikal: karena massa tumor di
palpebral, tarsotomy sie boen lian palpebral, akumulasi cairan
technique (trachoma)
Simblepharon Lagophthalmus Ptosis
-Menempelnya palpebral ke -Palpebra tidak dapat -Palpebral superior tidak
bola mata (biasanya dengan menutup dengan dapat membuka dengan
kornea). sempurna, karena sempurna,
-Terapi: simblepharectomy paralise n.7, sikatrik, -unilateral/ bilateral
- conjunctiva bulbi nempel proptosis, tumor. - terapi: fasanela servat (bila
pada cunjunctiva tarsal -komplikasi: xerosis/ sebagian m.levator masih
- pada steven jhonson, mata kering baik), levator shortening
chikungunya (melalui kulit/ konjunctiva)

33
 Sistem Lakrimal
a. Secretory apparatus
- glandula lacrimalis: di kuadran superolateral orbit, kelenjar eksokrin
- glandula aksesorieksokrin: krause dan wolfring, terletak di superior fornix dan diatas batas
superior tarsus
b. Eksretory section: pengalihan air mata ke dalam cavum nasi, bermuara di valve of hasner
(dibelakang konka inferior)
c. Air mata: sedikit basa, mengandung Nacl serupa dengan enzim lisozim yang bersifat
bakteriostatik, pengukuran volume menggunkan schirmer test (kertas 5x25mm ujungnya
dilipat ditempel di palpebral inferior, menempel di konjuntiva tarsalis inferior, kalau air mata
membasahi <10mm disebut dry eye)

Kelainan Kongenital Sistem Nasolakrimalis


Ostruksi duktus Anomaly Dry eye epiphora
nasolakrimalis punktum
-tidak terdapat -tidak ada -penyebab: menurunnya -gangguan eksresi air
duktus/punkta punktum, produksi air mata mata, terjadi pada
-fistul lakrimal eversi punktum -terjadi pada sikatrik gangguan posisi
kutaneus (loose konjungtiva akibat punktum lakrimalis,
-paling sering palpebral:paralis trakoma/trauma, sjorgen paralise m.orbicularis
obstruksi is facial, sikatrik syndrome, steven (melemahnya efek
dibagian distal pada usia tua) Johnson syndrome pompa dari kanalikuli),
(valve of hesner), -terapi - defisiensi vit.A, obstruksi sakus dan
-buat saluran rekonstruksi lagophthalmos duktus nasolakrimal
baru

Infeksi Nasolakrimal Tumor pada sistem nasolakrimal


-Dacriodenitis akut: hiperemis, nyeri, bengkak, -Tumor glandula lakrimal
kadang disertai psudoptosis. Etiologi: a. benigna: adenoma, limfangioma
gonorrhoica (dewasa), parotitis (anak-anak) b. maligna: mixed tumor, sarcoma
-Dacriodenitis kronik: sedikit edem, tidak nyeri, c. terapi: bedah, radiasi
sering kali menyertai TB, leukemia, trakoma. - Tumor sakus lakrimalis
- Dakriosistitis kronik: anakanak dan dewasa, a. benigna: papilloma skuamosa
epiphora, edema. Terapi: antibiotic topical dan b. maligna: Ca epidermoid
sistemik, jika obstruksi lakukan c. terapi: bedah cystectomy, radiasi
dacriosistorinostomi

F2. Sklera
Episkleritis Skleritis
-peradangan ringan -bilateral, > cewe, lebih jarang dari episleritis, terjadi sampai
jaringan ikat sekeliling kornea disebut annular skleritis, kadang sampai ke
subkonjungtiva (sclera kornea menyebabkan keratitis sclerosis
bagian anterior), kemerahan -etiologi: imun mediated vasculitis, berkolaborasi dengan
yang terjadi mendadak dan penyakit sistemik seperti SLE, poliarteritis nodosa
berulang (episcleritis -gejala klinis: peradangan berwarna merah tua kebiruan
periodica fugax) kemudian menjadi keunguan dan transparan, onset biasanya
-etiologi: reaksi alergi secara gradual selama bbrp hari
terhdap toksin endogen -Scleritis anterior difus atau nodular: ditandai dengan
(fokal infeksi: gigi/tht, edema skleral dan zona kemerahan, nodul skleral berwarna
autoimun, kalau berulang merah tua hingga ungu, tidak dapat bergerak
konsul ke dokter gigi atau
tht)

34
-gejala klinis: infiltrasi -Skleritis nekrotik: bentuk yang paling merusak, tambalan
limfatik pada jaringan lokal peradangan dengan tepi lesi lebih meradang daripada
subkonjunctiva dan pusat, sclera biru-abu-abu
episklera, sedikit atau tidak -Skleritis nekrotikans tanpa tanda-tanda peradangan
nyeri, tidak nyaman, (scleromalacia perforans): pada pasien penderita artritis
ditekan empuk, sering reumatoid jangka panjang, tidak ada rasa sakit, sklera
neuralgia menipis
-terapi: kortikosteroid -Skleritis posterior: terjadi dalam isolasi atau bersamaan
tetes/ointment, NSAID dengan skleritis anterior, nyeri, nyeri tekan, proptosis,
tetes, antibiotic + airmata kehilangan penglihatan dan motilitas terbatas, retraksi
buatan (air mata buatan kelopak mata bawah yang disebabkan oleh infiltrasi otot di
untuk menjaga film airmata daerah skleritis posterior
agar tetap intak, supaya -terapi: Pada kasus ringan skleritis anterior & nodular difus:
proses penyembuhan cepat) kortikosteroid topical, NSAID (indometasin, naproksen,
diklofenak, dll), steroid oral dan dosis tinggi IV untuk
necroting sleritis sclerokeratitis

F3. KERATITIS
 Epitel kornea dilapisi oleh tear film yg berfungsi sebagai barrier terhadap infeksi
mikroorganisme kecuali n.gonore karena sifatnya melisiskan protein/poteolitik, membrane
descemet sebagai barrier infeksi bakteri ke COA (kecuali fungus)
 Etiologi: eksogen (bakteri, fungus, virus, parasite) dan endogen (reaksi alergi)
a. bakteri: pathogen (S.pneumoniae, P.aeroginosa), opportunistic/flora normal/menyerang
saat daya tahan tubuh rendah (staphylococcus, moraella, serratia), biasanya pada alcoholic,
defisiensi B6, pemakaian steroid topical jangka panjang, abrasi kornea (epitel kornea hilang)
b. fungus: biasanya opportunistic contoh candida, fusarium, aspergilus
c. virus: VHS, VHZ
d. parasite: acanthamoeba, biasanya pada pengguna lensa kontak
 Gejala klinis
a. Subjektif/yang dirasakan pasien: nyeri, glare/silau (fotopobia), buram, air mata
meningkat/lakrimasi
b. Objektif/menggunakan luope/slit lamp: blepharospasme (nyeri jika mata dibuka), injeksi
siliaris (a.siliaris, ungu, ke sentral, tidak menciut dengan epinefrin, konjuctiva tidak
bergerak, siliaris posterior di limbus, merah dibagian sentral dekat limbus), lakrimasi,
infiltrate superfisial (khas untuk VHS: dendriticus/seperti dendrit, geografika/seperti
pulau-pulau, pungtata/bercak-bercak halus) atau ulkus ulcer (bintik putih di epitel kornea
yang mengganggu penglihatan), hipopion (nanah di humor aquos pada kasus parah)
 Diagnosis: kerokan infiltrate/tepi ulkus, fornices of conjunctiva
Subepitelial/epithelial keratitis
a. sembuh total tanpa jaringan parut
b. luka sampai stroma jadi ulkus kornea:
- sembuh dengan jaringan parut/scar: nebula (tipis halus pakai loupe), macula (lebih
tebal), leukoma (kelihatan putih tanpa alat) dapat menyebabkan kebutaan kornea, lakukan
transplantasi kornea
- perforasi kornea diikuti kornea bulging dan prolap iris: sembuh dengan jaringan parut:
leukoma adherent/keruh dan staphyloma kornea/kornea tipis (kornea pecah sampai endotel,
iris keluar dan nempel dengan endotel kornea/sinekia anterior)
- inflamasi lanjutan: endophtalmitis dan panophtalmitis, visus jelek (sembuh dengan
phtysis bulbi/mata kecil menciut (lakukan enukleasi jangan eviserasi) hingga dapat

35
menyebabkan kebutaan permanen, ekstirpasi mata jadi abulbi/gaada mata (lakukan operasi
plastic) menyebabkan buta permanen)
*eksenterasi: pengangkatan mata termasuk kelopak mata dan adneksa mata
*enukleasi: mengeluarkan mata termasuk n opticus
*eviserasi: mengeluarkan isi bola mata, tanpa sclera, otot ekstra okuli, saraf optic, dan
dinding mata
 Pemeriksaan khusus: tes fluorescein (untuk ulkus kornea), tes seidel (untuk perforasi
kornea)
 Kasus:
a. Ulkus Kornea Serpeginous: pneumococcus, akut, ulkus abu-abu, menyebar ke tengah
kornea, hipopion (steril)
b. Ulkus Pseudomonas: Pseudomonas aeroginosa (di fluorescein sol), eksudat hijau
kebiruan, sangat akut, menyebar sangat rapat ke segala arah karena enzim proteolitik
menghancurkan stroma kornea (descemetocel)
c. Ulkus Marginal: Staphylocuccous, mengenai limbus
d. Ulkus Fungal: riwayat trauma pada tumbuhan, penggunaan steroid jangka panjang,
infiltrate keabuan, hipopion kental dan permukaan irregular, lesi satelit di endotel
e. Keratitis Herpes Simplex: VHS tipe 1, sensibilitas kornea menurun, lesi: filament,
pungtata, dendritic, disciformis
f. Ulkus Mooren: karena rekasi antigen antibody, progresif ekskavasi pada limbus
g. Keratomalasia: karena defisiensi vitamin A, stadium lanjutan dari xerosis konjunctiva
dan kornea, tidak ada injeksi siliar
 Tatalaksana: atropine tetes mata, antibiotic/antiviral/antifungal (tergantung dari hasil kerok
dan kultur), dosis tinggi vit A untuk keratomalasia, steroid untuk ulkus mooren, perban mata
 Prognosis: tergantung kedalaman dan lebar ulkus, sentral: kebutaan kornea, perifer: visus
tidak terganggu. Kornea graft untuk recover kebutaan
 Pencegahan: hindari trauma mata, hindari penggunaan steroid jangka panjang, obati segera
infeks mata luar, hindari faktor pencetus dari Herpes Simplek Keratitis supaya ga relaps

F4. UVEAL TRACT


 Horner syndrome: miosis, ptosis/ kelopak mata turun, enofthalmus/ bola mata yg letaknya
lebih dalam, anhydrous/ kehilangan kelenjar keringat, paralisis m.dilator pupil

36

Anda mungkin juga menyukai