Anda di halaman 1dari 12

STEP 7

1. Apa yang dimaksud dengan cemas?


DEFINISI KECEMASAN
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas,
individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
DEFINISI GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang
berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan
1 dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takutHasil
yangSGD 16 beralasan
tidak LBM 3 Modul Jiwa
terhadap
objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali
peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang
jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak lazim tersebut sebagai respons
normal terhadap kecemasan. Perbedaan antara respons kecemasan yang tidak lazim ini dengan gangguan
kecemasan ialah bahwa respons kecemasan cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan
keluarga, dan gangguan sosial.
Sumber : Diferiansyah Okta, dkk. 2016. Gangguan Cemas Menyeluruh. Jurnal VOL 5, NO 2 (2016). MEDICAL
PROFESSION JOURNAL OF LAMPUNG
KECEMASAN (ANXIETY)
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin angustus yang
memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16).
Selanjutnya Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan “anxiety is a negative emotional state marked by
foreboding and somatic signs of tension, such as racing heartt, sweating, and often, difficulty breathing, (anxiety
comes from the Latin word anxius, which means constriction or strangulation). Anxiety is similar to fear but
with a less specific focus. Whereas fear is usually a response to some immediate threat, anxiety is characterized
by apprehension about unpredictable dangers that lie in the future”. Steven Schwartz, S (2000: 139)
mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan.
Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon
terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak
terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan
adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.
Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa
tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan
dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono (1989: 120) bahwa cemas adalah bentuk
ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan
Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula
alasannya.
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S. Nevid, dkk
(2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis,
perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”.
Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”.
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan
pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang
disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.
Sumber : Annisa Fitri Dona, Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Volume 5 |
Number 2 | June 2016 ISSN: Print 1412-9760. Jurnal Universitas Negeri Padang
Masalah psikiatri yang sering terjadi di Amerika Serikat adalah gangguan anxietas (kecemasan).
Gangguan anxietas merupakan perasaan kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan respon emosional
terhadap sesuatu (Stuart, 2012). Gangguan anxietas ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari (Videbeck,
2011). Menurut Bystritsky, et al., gangguan anxietas termasuk kondisi kesehatan mental yang paling umum,
meskipun kurang terlihat seperti skizofrenia, depresi atau gangguan bipolar, tetapi bisa sama-sama
melumpuhkan.
Sedangkan menurut Simpson, et al., gangguan anxietas didefinisikan dengan kekhawatiran yang
berlebihan, hiperarousal, ketakutan yang kontraproduktif dan melemahkan, yang mana gangguan anxietas ini
termasuk kondisi kejiwaan yang paling umum di negara barat.
Sumber : Vildayanti, Hilda dkk. 2018. Farmakoterapi Gangguan Anxietas. Jurnal Farmaka Volume 16 Nomor 1
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang
sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari
atau dihadapi dengan rasa terancam.
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2007:73) kecemasan adalah respon
terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,
perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
2 hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan,
Hasil SGD 16 LBM 3apalagi yang
Modul Jiwa
sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
2. Apa etiologi dan faktor risiko dari gangguan pada scenario?
ETIOLOGI
Teori psikologis
 Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila
berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak
berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi,
regresi, ini menimbulkan gejala.
 Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan internal dengan
meniru respon kecemasan orang tuanya (MPJidentitas).
 Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di
dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian
seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi
tersebut.
Teori biologis
 System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu  kardiovaskuler, gastrointestinal, dan
pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus terhadap kecemasan maupun tidak selalu
berhubungan dengan pengalaman kecemasan subyektif.
 Neurotransmitter
 NE  agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis alfa 2 (co : yohimbin) mencetuskan
serangan panic. Agonis alfa 2 (clonidin)  menurunkan gejala cemas
 Serotonin  antidepresan serotonergik (clomipramine) punya efek terapetik gangguan obsesif
kompulsif, busprione untuk obat gangguan cemas, fonfluromine menyebabkan pelepasan serotonin
sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan pd pasien dgn gangguan kecemasan.
 GABA  dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh manfaat benzodiazepine yang tidak
dapat dipungkiri, yang meningkatkan aktivitas GABA pd reseptor GABAa di dalam pengobatan
beberapa jenis gangguan kecemasan.
 Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis. Pada
gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.
 Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki
sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.
 Neuroanatomis
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan
respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Kaplan and Sadock
FAKTOR RESIKO
Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 51) menjelaskan faktor-
faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang
sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya
pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya).
Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146) menyatakan
terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu.
1) Pengalaman negatif pada masa lalu
Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya rasa tidak
menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu
3 menghadapi situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti Hasil pengalaman
SGD 16 LBM 3pernah gagal
Modul Jiwa
dalam mengikuti tes.
2) Pikiran yang tidak rasional Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
dirinya. Individu mengalami kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam
mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku sempurna dan tidak memiliki
cacat. Individu menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat memberikan
inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi pada orang yang memiliki
sedikit pengalaman.
3. Apa saja gejala dan tanda pada gangguan kecemasan?
CIRI-CIRI DAN GEJALA KECEMASAN (ANXIETY)
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu.
1) Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: 1) kegelisahan, kegugupan, 2) tangan atau anggota tubuh yang
bergetar atau gemetar, 3) sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, 4) kekencangan pada pori-pori
kulit perut atau dada, 5) banyak berkeringat, 6) telapak tangan yang berkeringat, 7) pening atau pingsan, 8)
mulut atau kerongkongan terasa kering, 9) sulit berbicara, 10) sulit bernafas, 11) bernafas pendek, 12) jantung
yang berdebar keras atau berdetak kencang, 13) suara yang bergetar, 14) jari-jari atau anggota tubuh yang
menjadi dingin, 15) pusing, 16) merasa lemas atau mati rasa, 17) sulit menelan, 18) kerongkongan merasa
tersekat, 19) leher atau punggung terasa kaku, 20) sensasi seperti tercekik atau tertahan, 21) tangan yang
dingin dan lembab, 22) terdapat gangguan sakit perut atau mual, 23) panas dingin, 24) sering buang air kecil,
25) wajah terasa memerah, 26) diare, dan 27) merasa sensitif atau “mudah marah”
2) Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku menghindar, 2) perilaku melekat dan
dependen, dan 3) perilaku terguncang
3) Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang sesuatu, 2) perasaan terganggu akan
ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, 3) keyakinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, 4) terpaku pada sensasi ketubuhan, 5) sangat
waspada terhadap sensasi ketubuhan, 6) merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian, 7) ketakutan akan kehilangan kontrol, 8) ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 9) berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, 10) berpikir
bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, 11) berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan
tanpa bisa diatasi, 12) khawatir terhadap hal-hal yang sepele, 13) berpikir tentang hal mengganggu yang sama
secara berulang-ulang, 14) berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, 15)
pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, 16) tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu,
17) berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, 18)
khawatir akan ditinggal sendirian, dan 19) sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan diantaranya.
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5) Tidak mudah mengalah, suka ngotot
6) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
7) Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit
8) Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)
9) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
10) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
11) Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris
4. Bagaimana patofisiologi dari gangguan kecemasan?
Keluhan hiperaktivitas otonomik → stressor → memicu neurotransmitter → neurotransmitter noradrenergic →
sistem saraf otonomik orang cemas cenderung hipersensitif atau punya reaksi yang berlebihan terhadap stimulus
atau stressor → akan mengaktivasi pelepasan NE → NE akan stimulasi sistem saraf simpatik dan parasimpatik
→ sehingga menimbulkan respon gejala fisik → berdebar debar, sesak napas, keringat dingin, mulut kering, dll
(untuk sistem saraf parasimpatik mengatur pengeluaran saliva, proses defekasi, serta tajam penglihatan).
4 MEKANISME CEMAS Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa
Ketika seseorang dalam keadaan stress dan tegang secara fisiologis akan mengaktifkan Limbic Hipotalamus
Puitutary Adrenal Axis (LHPA), kemudian merangsang hipotalamus dan menyebabkan disekresinya hormon
corticotrophin relesing hormone (CRH). Hal tersebut akan menyebabkan peningkatan produksi Sympathetic
Adrenal Medular axis (SAM), dengan adanya respon tersebut menyebabkan stimuli pada alur Limbic
Hipotalamus Puitutary Adrenal Axis (LHPA), kemudian merangsang hipotalamus dan menyebabkan
disekresinya hormon Corticotrophin Relesing Hormone (CRH). Hal tersebut menyebabkan teraktivasinya Adeno
Cortico Trophin Hormone (ACTH) yang akan menstimuli produksi hormon kortisol dari korteks adrenal, selain
itu akan menyebabkan teraktivasinya neuron andrenergik dari Locus Ceruleus (LC), dimana LC merupakan
tempat diproduksinya NE yang kemudian akan mensekresikan epinephrine (Sugiharto, 2012). Sistem LC
bertanggungjawab untuk merespon langsung terhadap stresor dengan “melawan atau lari/fight or flight”
(Sugiharto, 2012).
PATOFISIOLOGI CEMAS
A. Model Noradrenergik
Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonom pada penderita gangguan anxietas, hipersensitif dan
bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Glukokortikoid mengaktifkan locus caeruleus, yang
berperan dalam mengatur anxietas, yaitu dengan mengaktivasi pelepasan norepinefrin (NE) dan merangsang
sistem saraf simpatik dan parasimpatik (DiPiro, et al., 2015).
B. Model Serotonin
Jalur serotonergik yang timbul dari nukleus raphé di batang otak mempersarafi berbagai macam struktur
yang dianggap terlibat dalam gangguan anxietas, termasuk korteks frontal, amigdala, hipotalamus, dan
hipokampus (Mathew, et al., 2008). Selain itu, mekanisme serotonergik diyakini mendasari aktivitas
biologis berbagai obat yang digunakan untuk mengobati mood disorder, termasuk gejala anxietas. Patologi
seluler yang dapat berkontribusi pada pengembangan gangguan anxietas termasuk regulasi abnormal
pelepasan 5- HT, reuptake atau respons abnormal terhadap signal 5-HT. Reseptor 5-HT1A diduga
memainkan peran yang sangat penting terhadap anxietas. Aktivasi reseptor 5-HT1A meningkatkan aliran
kalium dan menghambat aktivitas adenilat siklase (Soodan and Arya, 2015).
Reseptor HT1A juga terlibat dalam panic disorder. Polimorfisme spesifik dalam gen yang mengkodekan
reseptor 5- HT1A telah terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan agoraphobia dan
panik (Lopez, et al., 2010). Peran 5-HT dan subtipe reseptornya dalam memediasi gejala kecemasan, panik,
dan obsesi adalah kompleks. 5-HT dilepaskan dari terminal saraf berikatan dengan subtipe reseptor 5-HT2C
postsinaptik, yang memediasi kecemasan. 5- HT1A adalah auto-reseptor pada neuron pra-sinaptik yang
apabila dirangsang dapat menghambat pelepasan 5-HT dari neuron presinaptik ke sinaps (Mathew, et al.,
2008).
C. Model GABA
Gamma-amino butyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibitor penting dalam sistem saraf pusat dan
mengatur banyak rangsangan di daerah otak. (DiPiro, et al., 2015). Terdapat 2 subtipe reseptor GABA yaitu
GABAA dan GABAB. Benzodiazepin berikatan dengan kompleks reseptor benzodiazepine yang terletak di
neuron post-sinaptik. Pengikatan semacam itu dapat meningkatkan efek GABA untuk membuka kanal ion
klorida, menyebabkan masuknya ion klorida ke dalam sel yang menghasilkan stabilisasi membran saraf
(Soodan and Arya, 2015).
GABA juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dengan memediasi pelepasan neurotransmitter lain
seperti cholecystokinin dan menekan aktivitas saraf pada sistem serotonergik dan noradrenergik.
Neurotransmitter lain yang diduga terlibat dalam gangguan anxietas termasuk dopamine, glutamine dan
neurokinin (Christmas and Nutt, 2008).
Meskipun kemungkinan patofisiologi yang berbeda mendasari berbagai gangguan anxietas, secara luas
diyakini bahwa GABA merupakan salah satu sistem yang terlibat secara integral pada gangguan anxietas.
Studi neuroimaging melaporkan bahwa terjadi penurunan kadar GABA dan pengikatan reseptor GABAA-
benzodiazepine pada pasien dengan gangguan anxietas. Reseptor GABA-benzodiazepine didistribusikan
secara luas di otak dan sumsum tulang belakang. Terutama terkonsentrasi di bagian otak yang dianggap
terlibat dalam terjadinya anxietas, termasuk medial PFC, amigdala, dan hipokampus, serta hasil dari
beberapa penelitian telah menunjukkan kelainan pada sistem tersebut pada pasien dengan gangguan anxietas
(Soodan and Arya, 2015).
Sumber : Vildayanti, Hilda dkk. 2018. Farmakoterapi Gangguan Anxietas. Jurnal Farmaka Volume 16 Nomor 1
5. Apa perbedaan dari takut, cemas fisiologi dan cemas patologis?
Menurut berdasarkan DSM IV
5 KECEMASAN NORMAL Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa
Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar,
diawali dengan sebuah sebab yang jelas. seringkali disertai gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang yg cemas mungkin juga merasa
gelisah. Kumpulan gejala tertentu yg ditemukan selama kecemasan cenderung.
KECEMASAN PATOLOGIS
Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak berpotensi untuk mengancam jiwanya. Mngkin
disertai dengan gejala otonom seperti kecemasan normal. Kecemasan yang patologis adalah kecemasan yang
berlebihan terhadap stimuli internal atau eksternal, dan tidak berfungsi untuk menyelamatkan keutuhan jiwanya.
CEMAS FISIOLOGIS
Cemas dalam batas normal adalah suatu perasaan yang sering dialami oleh setiap orang. Rasa cemas ini dapat
memacu seseorang ke arah aktivitas yang berguna, memperbaiki penampilan, bahkan meningkatkan prestasi.
Cemas ini juga berfungsi adaptif yaitu sebagai pencegah ancaman yang datang atau meringankan akibat dari
ancaman yang diterima. Contoh : saat menghadapi ujian
CEMAS PATOLOGIS
Kecemasan dalam derajat patologis bila cemas bersifat menetap dan menyebabkan gangguan secara fisik yang
dapat menghambat aktivitas seseorang, seperti denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, kekakuan
otot, tidak bisa tidur, rasa nyeri kepala. Kecemasan patologis ini terjadi karena individu tidak mampu lagi
mengendalikan atau meramalkan situasi lingkungannya.
KETAKUTAN
Ketakutan adalah respon terhadap suatu hal yang spesifik dan nyata di depan mata pada saat ini. Contohnya saat
tiba-tiba ada seorang penjahat yang menodong kita dengan pistol sambil mengancam. Atau ketika kamu berjalan
di hutan dan bertemu dengan ular yang terlihat ingin mematok manusia yang ada di hadapannya.
6. Apa saja macam-macam atau tipe dari gangguan anxietas?
Berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu :
a) Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga
disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan
batin;
b) Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah
melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama;
c) Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular
berbisa.
TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY)
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144) mengemukakan tingkat ansietas,
diantaranya.
1) Ansietas ringan : Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2) Ansietas sedang : Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Ansietas berat : Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang
rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat panik : Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Contoh :
Kecemasan ringan (Mild Anxiety) Contoh :
1. Seseorang yang menghadapi ujian akhir
2. Pasangan yang akan memasuki jenjang pernikahan
3. Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi
4. Individu yang tiba-tiba dikejar anjing
Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)
1) Pasangan yang menghadapi kelahiran anak pertama dgn resiko tinggi
2) Keluarga yang menghadapi perpecahan
3) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan
6 Kecemasan berat (Severe Anxiety) Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa
1. Individu yang mengalami kehilangan harta benda & orang yang dicintai karena bencana alam, kebakaran, dll
2. Individu dalam penyanderaan
TIPE GANGGUAN ANXIETAS
A. Generalized Anxiety Disorders (GAD)
GAD merupakan perasaan cemas yang berat, menetap, disertai dengan gejala somatik yang menyebabkan
gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan (Locke, et al., 2015). Kriteria diagnostik untuk GAD
membutuhkan setidaknya gejala persisten hampir setiap hari selama minimal 6 bulan. Kecemasan atau
kekhawatiran disertai dengan setidaknya 3 gejala psikologis atau fisiologis. Gejala psikologi seperti
kecemasan yang berlebihan. kekhawatiran yang sulit dikontrol, gelisah, konsentrasi rendah atau pikiran
kosong. Gejala fisik meliputi kegelisahan, kelelahan, ketegangan otot, gangguan tidur, dan iritabilitas
(DiPiro, et al., 2009).
B. Panic Disorders (PD)
Gejala untuk panic disorders biasanya dimulai dengan serangkaian serangan panik yang tak terduga (Locke,
et al., 2015). Kriteria diagnostiknya diikuti oleh setidaknya kekhawatiran yang berlangsung selama 1 bulan
terus-menerus. Selama terjadi serangan, harus ada setidaknya 4 gejala fisik, ditambah dengan gejala
psikologi. Gejala psikologi seperti depersonalisasi, takut kehilangan kontrol, takut menjadi gila, serta takut
mati. Sedangkan gejala fisik seperti distress abdominal, nyeri dada, menggigil, pusing, hot flushes, palpitasi,
mual, sesak napas, berkeringat, takikardia, dan gemetar (DiPiro, et al., 2009).
C. Social Anxiety Disorders (SAD)
Ciri penting dari SAD adalah rasa takut yang intens, irasional, dan terusmenerus. Ketika berada dalam
situasi yang ditakuti biasanya memicu serangan panik. Ketakutan dan penghindaran terhadap suatu situasi
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala takut seperti takut diteliti orang lain, malu, serta takut dihina.
Situasi yang menakutkan seperti makan atau menulis di depan orang lain, berinteraksi dengan figur otoritas,
berbicara di depan umum, berbicara dengan orang asing, dan penggunaan toilet umum. Gejala fisik meliputi
wajah memerah, diare, berkeringat, takikardia, dan gemetar (DiPiro, et al., 2009).
D. Post-traumatic Stress Disorders (PTSD)
Dalam PTSD, kejadian trauma dapat menyebabkan rasa takut yang intens, tidak berdaya, atau horor.
Penderita disebut PTSD apabila memiliki setidaknya satu gejala reexperiencing, tiga gejala avoidance yang
persisten, dan dua gejala hiper-arousal. Gejala dari setiap kategori harus lebih dari 1 bulan dan menyebabkan
distress atau gangguan yang signifikan (DiPiro, et al., 2009). Gejala reexperiencing seperti kenangan
berulang yang menyebabkan trauma, mimpi yang berulang, merasa bahwa peristiwa trauma kembali
terulang, reaksi fisiologis terhadap pengingat trauma. Gejala avoidance seperti menghindari percakapan
tentang trauma, menghindari pemikiran tentang trauma, menghindari aktivitas yang dapat mengingatkan
terhadap suatu kejadian, menghindari orang atau tempat yang membangkitkan ingatan trauma,
ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma, anhedonia. Gejala hyperarousal yaitu
konsentrasi menurun, mudah kaget, insomnia, dan iritabilitas (DiPiro, et al., 2009).
E. Agoraphobia
Yaitu ketakutan akan tempattempat yang bisa membuatnya merasa malu yang akan memicu serangan panik.
Gangguan ini penderitanya akan menghindari berbagai situasi yang mungkin menyebabkan panik seperti
ketika bertemu orang banyak, angkutan umum, atau ruang tertutup misalnya lift. Penderita agoraphobia
biasanya hanya akan mengurung diri di rumah karena takut berada di tempat umum dan ruang terbuka
(Bandelow, et al., 2017).
F. Specific Phobia
Merupakan gangguan fobia yang terbatas pada situasi tertentu, biasanya meliputi ketakutan terhadap hewan
(misalnya kucing, laba-laba atau serangga), atau fenomena alam (misalnya darah, ketinggian dan kedalaman
air). Penderita yang mengalami gangguan ini akan menghindari objek-objek yang ditakuti (Bandelow, et al.,
2017).
CARA DIAGNOSIS
A. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Generalized Anxiety Disorder 7- Item (GAD-7) adalah kuesioner berupa self-report untuk menilai tingkat
keparahan GAD selama 2 minggu terakhir, dengan mengukur berbagai gejala yang dirasakan berdasarkan
kategori skor respon 0 (tidak sama sekali), 1 (beberapa hari), 2 (lebih dari setengah hari), dan 3 (hampir
setiap hari). Total skor diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan skor dari 7 item. Skor GAD-7 berkisar
0-21 dengan skor ≥5 (mild), ≥10 (moderate), dan ≥15 (severe) (Lowe, et al., 2011).

7 Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa

B. Panic Disorder (PD) dan Agoraphobia Panic and Agoraphobia Scale (PAS)
Merupakan suatu alat untuk menilai keparahan penyakit pada pasien dengan gangguan panik (dengan atau
tanpa agoraphobia). Berisi 13 item menggunakan 5 sub-skala, dimana kuesioner ini dirancang untuk orang
yang menderita serangan panik dan agoraphobia. Respoden diminta untuk membaca definisi serangan panik,
kemudian menilai tingkat keparahan berdasarkan gejala yang dirasakan selama seminggu terakhir (Kampfe,
et al., 2012).
C. Social Anxiety Disorder (SAD)
Untuk menilai keparahan dari SAD, digunakan Social Phobia Inventory (SPIN) yang berisi 17 item
kuesioner yang diukur dengan 5 poin skala Likert. Skor pada masing-masing item dijumlahkan untuk
menghasilkan total skor. Skor 50 (very severe) (Dogaheh, 2013).
D. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)
Adalah pengukuran self-report yang menilai gejala inti PTSD (seperti intrusion, avoidance, numbing,
hyperarousal) yang terdiri dari 8 item pertanyaan. SPRINT responsif terhadap perubahan gejala dari waktu
ke waktu dan dapat berfungsi intuk mengukur tingkat keparahan. Gejala dinilai dengan 5 poin skala Likert,
dari 0 (tidak semua) hingga 4 (sangat banyak) (Ministry of Health, 2015).
8 Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa

E. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)


Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale (Y-BOCS) adalah alat untuk menilai tingkat keparahan dan
memantau perkembangan selama treatment untuk pasien OCD. Pengukuran antara obsesi dan kompulsi
dinilai terpisah, namun menggunakan pengukuran yang sama. Skala pengukuran dinilai oleh dokter terdiri
dari 10 item, dengan setiap item diberi skor 0 (tidak ada gejala) hingga 4 (gejala ekstrem), yang
menghasilkan total skor 0-40. Skor 0-7 (sub-clinical), 8-15 (mild), 16-23 (moderate), 24-31 (severe), 32-40
(extreme) (Ministry of Health, 2015).

9 Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa

Sumber : Vildayanti, Hilda dkk. 2018. Farmakoterapi Gangguan Anxietas. Jurnal Farmaka Volume 16 Nomor 1
7. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh?
Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu gangguan kecemasan adalah
gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu
suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten
yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut
Freud dengan “mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul pada
pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua puluhan tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup
(Rapee dalam Nevid, dkk, 2005).
8. Apa yang dimaksud dari gejala panik?
GANGGUAN PANIK
Gangguan panik merupakan rasa takut, gugup, atau ketakutan yang muncul secara tiba-tiba. Gejala pada
gangguan panik juga sering kali muncul dengan ekstrem, sebab gangguan ini dapat muncul secara tiba-tiba tanpa
penyebab yang jelas. Dalam beberapa kasus, gangguan panik ini dapat terjadi akibat phobia terhadap sesuatu.
Gejala gangguan panik yang muncul akan berada dalam puncaknya pada sepuluh menit setelah kemunculan,
kemudian mereda dengan sendirinya. Namun, beberapa gangguan dapat bertahan lebih lama dan terjadi secara
berturut-turut, sehingga akan membingungkan apakah gangguan panik telah berakhir atau malah dimulai
gangguan panik yang baru.
Biasanya, gangguan panik yang telah selesai akan diikuti dengan rasa stres, khawatir, serta tidak nyaman
seharian. Gangguan panik akan diikuti dengan serangkaian gejala, seperti detak jantung yang cepat, keringat
berlebihan, gemetar, sulit bernapas, nyeri dada, mual, perasaan tidak sadar, kesemutan, serta merasa pusing,
tidak stabil, bahkan pingsan.
9. Apa yang dimaksud dengan obsesi komplusif?
Obsesif adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang berada di luar kemampuan
seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat menganggu
kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan.
Kompulsif adalah suatu tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci) atau tindakan
mentalritualistik (seperti berdoa atau mengulang kata tertentu) yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu
keharusan atau dorongan yang harusdilakukan (APA, 2000 dalam Nevid, 2005)). Kompulsif terjadi sebagai
jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga menganggu kehidupan
sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan.
10. Apa perbedaan gangguan kecemasan, panik, fobia, obsesif kompulsi?

10 Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa

GANGGUAN PANIK
Gangguan panik merupakan rasa takut, gugup, atau ketakutan yang muncul secara tiba-tiba. Gejala pada
gangguan panik juga sering kali muncul dengan ekstrem, sebab gangguan ini dapat muncul secara tiba-tiba tanpa
penyebab yang jelas. Dalam beberapa kasus, gangguan panik ini dapat terjadi akibat phobia terhadap sesuatu.
Gejala gangguan panik yang muncul akan berada dalam puncaknya pada sepuluh menit setelah kemunculan,
kemudian mereda dengan sendirinya. Namun, beberapa gangguan dapat bertahan lebih lama dan terjadi secara
berturut-turut, sehingga akan membingungkan apakah gangguan panik telah berakhir atau malah dimulai
gangguan panik yang baru.
Biasanya, gangguan panik yang telah selesai akan diikuti dengan rasa stres, khawatir, serta tidak nyaman
seharian. Gangguan panik akan diikuti dengan serangkaian gejala, seperti detak jantung yang cepat, keringat
berlebihan, gemetar, sulit bernapas, nyeri dada, mual, perasaan tidak sadar, kesemutan, serta merasa pusing,
tidak stabil, bahkan pingsan.
GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan kecemasan umumnya muncul pada periode waktu tertentu, serta akan berkaitan dengan kekhawatiran
yang tengah kamu pikirkan. Jika jumlah stres yang kamu rasakan tinggi, hal ini dapat memicu terjadinya
gangguan kecemasan. Gangguan ini biasanya akan hilang dengan sendirinya ketika rasa khawatir akan hal yang
kamu pikirkan menghilang.
Gejala yang dapat muncul pada pengidap gangguan kecemasan, antara lain mengalami ketegangan otot, kualitas
tidur terganggu, kesulitan berkonsentrasi, merasa gelisah, menjadi cepat marah, detak jantung meningkat, sesak
napas, serta mengalami pusing
PERBEDAAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH DAN GANGGUAN PANIK

11 Hasil SGD 16 LBM 3 Modul Jiwa


11. Bagaimana kriteria diagnosis dari scenario?
Pedoman diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1) (Maslim, 2013)
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb).
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c) Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-
keluhan somatik berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnyadepresi, tidak
membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama haltersebut tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episodedepresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40),
gangguan panik (F41.0), gangguan obsesif-kompulsif (F42).
Kriteria Diagnostik menurut DSM-V (300.02), sebagai berikut :
 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi
sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
 Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
 Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-kurangnya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu kegelisahan, mudah lelah, sulit
berkonsentrasi atau pikiran kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah
atau tidak memuaskan).
 Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau terganggunya fungsi sosial, pekerjaan,
dan fungsi penting lainnya.
 Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai obat-obatan) atau kondisi
medis lainnya (seperti hipertiroid).
 Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti kecemasan dalam
gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau
obsesi lainnya pada gangguan obsesif-kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress pasca
traumatik, pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala somatik
atau delusi pada gangguan schizophreniaor).
12. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
13. Apa tatalaksana dari kasus scenario?
Farmakologi
a) Pregabalin
Pregabalin adalah obat terbaru untuk GAD. Ini bekerja dengan mengatur berbagai neurotransmiter di otak,
seperti asam glutamat, norepinephrine, dan GABA, untuk membantu meringankan gejala. Studi klinis telah
menunjukkan bahwa ini adalah pengobatan yang efektif untuk GAD dengan onset tindakan yang cepat
(kurang lebih satu minggu). Hal ini dapat menyebabkan pusing dan kelelahan jangka pendek, namun
memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan obat lama. Ini tidak menimbulkan kecanduan dan tidak
memiliki efek samping SSRI, seperti mual, insomnia dan masalah seksual. Hal ini juga dapat mengobati rasa
sakit dan gangguan tidur yang disebabkan oleh GAD.
b) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)-Antidepresan
SSRI bekerja dengan mengatur kadar serotonin di otak. Efek samping awal meliputi mual, insomnia dan
kelelahan. Namun, efek sampingnya sering hilang setelah pemakaian. Ini membantu meringankan gejala
fisik dan emosional GAD. Meskipun bekerja lebih baik daripada obat penenang dan pil tidur, ini tidak
menimbulkan kecanduan dan memiliki efek samping jangka panjang yang lebih sedikit. SSRI yang umum
adalah Paroxetine, Fluoxetine dan Sertraline.
c) Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)-Antidepresan
SNRI bekerja dengan cara yang sama seperti SSRI, namun bekerja pada serotonin dan norepinephrine.
Selain itu, umumnya lebih cepat bertindak daripada SSRI. Efek samping awal meliputi pusing, sakit kepala,
mual dan insomnia. Namun, efek sampingnya akan berkurang atau hilang seiring berjalannya waktu.
d) Benzodiazepin
12 Benzodiazepin dulu merupakan obat yang paling umum untuk GAD. Ini adalah obat16penenang
Hasil SGD cepatJiwa
LBM 3 Modul tapi
tidak bisa menyembuhkan akar penyebabnya. Selain itu, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
banyak efek samping yang serius, seperti kecanduan, kehilangan ingatan dan kerusakan kognitif, dll. Jadi
biasanya hanya ditentukan untuk bantuan jangka pendek. Misalnya, sering digunakan dengan SSRI selama
periode awal terapi SSRI. Benzodiazepin umum adalah Alprazolam, Lorazepam dan Diazepam.
Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu jenis psikoterapi yang paling umum untuk GAD. Ini
menggunakan berbagai metode untuk membantu pasien:
 Merestrukturisasi pola pikir yang dahsyat
 Memperbaiki pola perilaku yang tidak sesuai
 Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah
 Pelajari teknik relaksasi
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Generalized-Anxiety-
Disorder_Bahasa-Indonesia.pdf?ext=.pdf
GANGGUAN KECEMASAN M. Faisal Idrus
Hardiani, C. "Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Bebas Pada Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Kutoarjo." Universitas Negeri Yogyakarta (2012).
Konselor Volume 5 | Number 2 | June 2016 ISSN: Print 1412-9760 Received April11, 2016; Revised May 11,
2016; Accepted June 30, 2016

Anda mungkin juga menyukai