Anda di halaman 1dari 14

Referat Fraktur Pelvis

Disusun Oleh :

Andres Vidianto Salim (112017207)

Yohanna Inge (112017223)

Raynhard Salindeho (112017159)

Fitriani (112017147)

Wayan Sadhira Gita Krisnayanti (112018040)

Enrico Esbianto Syahputra (112018047)

Dokter Pembimbing :

Dr. C. BambangWidhiatmoko, Sp.F

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Kehakiman


RS Bhayangkara Tk. II HS. SamsoeriMertojoso Surabaya
Periode 20 Mei 2019-15 Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN

Referat “Fraktur Pelvis” ini telah diperiksa, disetujui dan diterima sebagai salah satu
tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik
di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II HS. Samsoeri Mertojoso Surabaya.

Surabaya, Mei 2019


Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

Dr. C. Bambang Widhiatmoko, Sp.F

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................2


2.1 Definisi.......................................................................................................................................2
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................2
2.3 Epidemiologi.............................................................................................................................3
2.4 Anatomi Pelvis...........................................................................................................................3
2.5 Mekanisme Trauma...................................................................................................................5
2.6 Gambaran Klinik ......................................................................................................................7
2.7 Diagnosis...................................................................................................................................9
2.8 Aspek Medikolegal Kecelakaan Lalu Lintas...........................................................................10
Daftar Pustaka..............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa.


Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur pelvis relatif umum namun terutama lazim dengan
fraktur berkekuatan-tinggi. Kira-kira 15–30% pasien dengan cedera pelvis berkekuatan-tinggi
tidak stabil secara hemodinamik, yang mungkin secara langsung dihubungkan dengan hilangnya
darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan
fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis
berkekuatan-tinggi rangkaian besar.1

Perdarahan sehubungan fraktur pelvis menuntut evaluasi yang efisien dan intervensi yang
cepat. Evaluasi dan perawatan pasien dengan fraktur pelvis membutuhkan sebuah pendekatan
multidisiplin. Meskipun ahli trauma bedah umum pada akhirnya mengarahkan pengobatan
seseorang dengan cedera multipel, penting bagi pasien dengan fraktur pelvis agar ahli bedah
ortopedi ikut terlibat dalam setiap fase pengobatan, termasuk resusitasi primer. Penilaian dini
oleh ahli bedah ortopedi yang mengenal pola fraktur pelvis memudahkan tim pengobatan untuk
membangun diagnosa dan prioritas pengobatan, dan mempercepat pembentukan manuver
penyelamatan-hidup. Sebuah pemahaman seksama terhadap sumber perdarahan potensial dan
kesadaran akan pilihan pengobatan adalah penting bagi semua dokter yang terlibat.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi

Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang dari pelvis. Pada orang
tua, penyebab paling umum adalah jatuh dari posisi berdiri. Namun, fraktur yang berhubungan
dengan morbiditas dan mortalitas terbesar melibatkan pasukan yang signifikan misalnya dari
kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian. 2

II.2 Etiologi
Fraktur pelvis dapat disebabkan karena:2
a. Trauma Energi Tinggi
Fraktur pelvis dapat disebabkan oleh trauma energi tinggi, seperti yang terjadi pada:
 Kecelakaan motor atau mobil
 Jatuh dari ketinggian
b. Insufisiensi tulang
Fraktur pelvis juga dapat terjadi akibat tulang yang lemah dan insufisien. Ini sering
ditemukan pada kelompok orang usia tua yang tulangnya telah menjadi lemah akibat
osteoporosis. Pada kelompok pasien ini, fraktur dapat terjadi hanya dengan trauma energi
rendah, misalnya hanya akibat jatuh dari posisi berdiri atau pada saat melakukan aktivitas
ringan saja seperti bangkit dari duduk atau turun tangga.
c. Fraktur Avulsi
Segmen tulang tertarik oleh kontraksi otot yang terlalu kuat; hal ini biasanya terjadi
pada olahragawan dan atlet. Muskulus sartorius dapat menarik spina iliaka anterior
superior, muskulus rectus femoris dapat menarik spina iliaka anterior inferior, muskulus
adduktor longus dapat menarik pubis, dan otot hamstring dapat menarik bagian dari tulang
ischium. Tipe fraktur ini cenderung stabil dan tidak merusak integritas struktural dari
cincin pelvis.

II.3 Epidemiologi

2
Di Amerika Serikat, kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum tiba di rumah
sakit dan lebih dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecacatan akibat kecelakaan lalu
lintas tersebut.1
Dua pertiga dari fraktur panggul terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Sepuluh persen
diantaranya di sertai trauma pada alat-alat dalam rongga panggul seperti uretra,buli-buli,rektum
serta pembuluh darah dengan angka mortalitas sekitar 10 %. 2
Fraktur pelvis mempunyai angka kejadian 3% dari keseluruhan cedera tulang. Angka
mortalitas untuk trauma pelvis berkisar antara 5-16 persen, dengan rerata kejadian fraktur pelvis
tidak stabil sebanyak 8%. Studi di Australia menunjukkan angka insidensi terjadinya fraktur
pelvis sebanyak 23 per 100.000 orang per tahun, sementara studi di Inggris menunjukkan
insidensi kejadian fraktur acetabulum sebanyak 3 per 100.000 orang per tahun.3-5

II.4 Anatomi Pelvis

Pelvis merupakan struktur mirip-cincin yang terbentuk dari tiga tulang: sacrum dan dua
tulang innominata, yang masing-masing terdiri dari ilium, ischium dan pubis. Tulang-tulang
innominata menyatu dengan sacrum di bagian posterior pada dua persendian sacroiliaca; di
bagian anterior, tulang-tulang ini bersatu pada simfisis pubis. Simfisis bertindak sebagai
penopang sepanjang memikul beban berat badan untuk mempertahankan struktur cincin pelvis.1

Tiga tulang dan tiga persendian tersebut menjadikan cincin pelvis stabil oleh struktur
ligamentosa, yang terkuat dan paling penting adalah ligamentum-ligamentum sacroiliaca
posterior. Ligamentum-ligamentum ini terbuat dari serat oblik pendek yang melintang dari
tonjolan posterior sacrum sampai ke spina iliaca posterior superior (SIPS) dan spina iliaca
posterior inferior (SIPI) seperti halnya serat longitudinal yang lebih panjang melintang dari
sacrum lateral sampai ke spina iliaca posterior superior (SIPS) dan bergabung dengan
ligamentum sacrotuberale. Ligamentum sacroiliaca anterior jauh kurang kuat dibandingkan
dengan ligamentum sacroiliaca posterior. Ligamentum sacrotuberale adalah sebuah jalinan kuat
yang melintang dari sacrum posterolateral dan aspek dorsal spina iliaca posterior sampai ke tuber
ischiadicum. Ligamentum ini, bersama dengan ligamentum sacroiliaca posterior, memberikan
stabilitas vertikal pada pelvis. Ligamentum sacrospinosum melintang dari batas lateral sacrum

3
dan coccygeus sampai ke ligamentum sacrotuberale dan masuk ke spina ischiadica. Ligamentum
iliolumbale melintang dari processus transversus lumbalis keempat dan kelima sampai ke crista
iliaca posterior; ligamentum lumbosacrale melintang dari processus transversus lumbalis ke lima
sampai ke ala ossis sacri (gambar 1).1

Gambar 1. Pandangan posterior (A) dan anterior (B) dari ligamentum pelvis.

Gambar 2. Ligamen cincin pelvis. (1) ligamen sacroiliaka anterior, (2) ligamen sacroiliaca
posterior, (3) ligamen sacrotuberous, (4) ligamen sacrospinosus, (5) ligamen iliolumbar, (6)
ligamen inguinal.

Arteri iliaca communis terbagi, menjadi arteri iliaca externa, yang terdapat pada pelvis
anterior diatas pinggiran pelvis. Arteri iliaca interna terletak diatas pinggiran pelvis. Arteri

4
tersebut mengalir ke anterior dan dalam dekat dengan sendi sacroliliaca. Cabang posterior arteri
iliaca interna termasuk arteri iliolumbalis, arteri glutea superior dan arteri sacralis lateralis. Arteri
glutea superior berjalan ke sekeliling menuju bentuk panggul lebih besar, yang terletak secara
langsung diatas tulang. Cabang anterior arteri iliaca interna termasuk arteri obturatoria, arteri
umbilicalis, arteri vesicalis, arteri pudenda, arteri glutea inferior, arteri rectalis dan arteri
hemoroidalis. Arteri pudenda dan obturatoria secara anatomis berhubungan dengan rami pubis
dan dapat cedera dengan fraktur atau perlukaan pada struktur ini. Arteri-arteri ini dan juga vena-
vena yang menyertainya seluruhnya dapat cedera selama adanya disrupsi pelvis (gambar 3).
Pemahaman tentang anatomi pelvis akan membantu ahli bedah ortopedi untuk mengenali pola
fraktur mana yang lebih mungkin menyebabkan kerusakan langsung terhadap pembuluh darah
mayor dan mengakibatkan perdarahan retroperitoneal signifikan. 1

Gambar 3. Aspek internal pelvis yang memperlihatkan pembuluh darah mayor


yang terletak pada dinding dalam pelvis

II.5 Mekanisme Trauma

Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas menurut Young and Burgess, yaitu: 3
 Kompresi Antero-Posterior (Antero-posterior Compression / APC)
Hal ini biasanya terjadi akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki kendaraan.
Ramus pubis mengalami fraktur , tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi

5
eksterna disertai robekan simfisis . Keadaan ini disebut sebagai open book injury. Bagian
posterior ligamen sakro iliaka mengalami robekan parsial atau dapat disertai fraktur
bagian belakang ilium.
Cedera jenis ini diklasifikasikan kembali menjadi beberapa subklasifikasi
berdasarkan keparahan cederanya:
- APC-I : Diastasis simfisis minimal (< 2 cm), tarikan pada ligamen sakroiliakal,
dengan cincin pelvis yang stabil
- APC-II : Diastasis simfisis lebih renggang, ligamen sakroiliakal putus, dengan
pergeseran ringan sendi sakroiliaka, namun cincin pelvis masih stabil
- APC-III: Ligamen sakroiliaka anterior dan posterior putus, dengan pemisahan sendi
sakroiliaka, satu bagian hemipelvis terpisah dari hemipelvis yang lain secar anterior
dan terpisah dari sakrum secara posterior. Cincin pelvis tidak stabil

Gambar 4. Tipe fraktur pelvis APC (Antero-posterior Compression)

 Kompresi Lateral (Lateral Compression / LC)


Kompresi dari samping menyebabkan cincin mengalami melengkung dan rusak.
Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian . Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami
fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakro iliaka atau fraktur ilium atau
dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama.
Di bagian anterior, rami pubis mengalami fraktur pada salah satu atau kedua
bagian dan di bagian posterior, akan tedapat tekanan sakroiliaka yang hebat atau fraktur
dari sakrum atau ilium, baik pada sisi yang sama dengan sisi rami pubis yang fraktur
atau pada sisi yang berlawanan. Terbagi lagi menjadi beberapa subklasifikasi:
- LC-I : Fraktur transverse rami pubis bagian anterior. Cincin pelvis stabil
- LC-II : Tambahan fraktur pada iliac wing pada sisi tekanan. Cincin pelvis masih
stabil

6
- LC-III : Tekanan kompresi lateral pada salah satu sisi iliac wing mengakibatkan
tekanan anteroposterior pada sisi ilium yang berlawanan, menyebabkan pola fraktur
yang sesuai dengan mekanisme tersebut.
 Trauma Vertikal (Vertical Shear / SV)
Terjadi fraktur rami pubis akibat tulang yang bergeser secara vertikal dan
menyebabkan kerusakan pada daerah sakroiliaka pada sisi yang sama. Hal ini sering
terjadi saat seseorang jatuh dari ketinggian dengan bertumpu pada satu kaki. Fraktur jenis
ini biasanya berat, tidak stabil, dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan
perdarahan retroperitoneal.
 Trauma Kombinasi (CM)
Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.

Gambar 5. Jenis fraktur pelvis berdasarkan mekanisme cedera

II.6 Gambaran Klinik

Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel yang dapat
mengenai organ-organ lain dalam panggul . Keluhan berupa gejala pembengkakan ,deformitas
serta perdarahan subkutan sekitar panggul . Penderita datang dalam keadaan anemi dan syok
karena perdarahan yang hebat. Terdapat gangguan fungsi anggota gerak bawah.
Dislokasi dan fraktur dislokasi sendi panggul dibagi dalam 3 jenis : 3
1. Dislokasi posterior
 Tanpa fraktur
 Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar
 Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpakerusakan pada
dasar asetabulum.

7
 Disertai fraktur kaput femur

Mekanisme trauma dislokasi posterior disertai adanya fraktur adalah kaput femur dipaksa
keluar ke belakang asetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur
dimana sendi pinggul dalama posisi fleksi atau semi fleksi. Trauma biasanya terjadi karena
kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras
yang berada dibagian depan lutut. Kelainan ini juga dapat terjadi sewaktu mengendarai motor.
50% dislokasi disertai fraktur pada pinggir asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.
Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan deformitas pada
daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi
dan rotasi interna .terdapat pemendekan anggota gerak bawah. Dengan pemeriksaan rontgen
akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi disertai fraktur atau tidak.3

2. Dislokasi anterior
 Obturator
 Iliaka
 Pubik
 Disertai fraktur kaput femur

3. Dislokasi sentral asetabulum


 Hanya mengenai bagian dalam dinding asetabulum
 Fraktur sebagian dari kubah asetabulum
 Pergeseran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif

Mekanisme trauma Fraktur dislokasi sentral adalah terjadi apabila kaput femur terdorong
ke dinding medial asetabulum pada rongga panggul. Disini kapsul tetap utuh. Fraktur asetabulum
terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau jatuh dariketinggian pada satu sisi atau suatu
tekanan yang melalui femur dimana keadaan abduksi. Didapatkan perdarahan dan
pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi tetap normal. Nyeri tekan pada
daerah trokanter. Gerakan sendi panggul sangat terbatas. Dengan pemeriksaan radiologis
didapatkan adanya pergeseran dari kaput femur menembus panggul. 3

II.7 Diagnosis
Anamnesis :

8
a. Keadaan dan waktu trauma
b. Miksi terakhir
c. Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir
d. Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasi
e. Trauma lainnya seperti trauma pada kepala

Pemeriksaan Klinik :

a. Keadaan umum
 Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi
 Lakukan survey kemungkinan trauma lainnya
b. Lokal
 Pemeriksaan nyeri :
o Tekanan dari samping cincin panggul
o Tarikan pada cincin panggul
 Inspeksi perineum untuk mengetahui asanya Perdarahan, pembengkakan dan
deformitas
 Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramus
dan simfisis pubis
 Pemeriksaan colok dubur

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan nyeri subjektif dan objektif, dan pergerakan
abnormal pada gelang panggul. Untuk itu, pelvis ditekan ke belakang dan ke medial secara hati-
hati pada kedua spina iliaka anterior superior, ke medial pada kedua trokanter mayor, ke
belakang pada simpisis pubis, dan ke medial pada kedua krista iliaka. Apabila pemeriksaan ini
menyebabkan nyeri, patut dicurigai adanya patah tulang panggul.4
Kemudian dicari adanya gangguan kencing seperti retensi urin atau perdarahan melalui
uretra, serta dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk melakukan penilaian pada sakrum, atau
tulang pubis dari dalam. Sinar X dapat memperlihatkan fraktur pada rami pubis, fraktur
ipsilateral atau kontra lateral pada elemen posterior, pemisahan simfisis, kerusakan pada sendi
sacroiliaca atau kombinasi. CT-scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat cidera. 4

II.8 Aspek Medikolegal Kecelakaan Lalu Lintas


Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal 1 No.24
disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang lain yang
mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. 5

9
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan lalu lintas sendiri
menjadi 3, yaitu: 5
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
kendaraan dan/atau barang.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Ningrum, Manajemen Perdarahan pada fraktur pelvis yang mengancam jiwa. Diakses
dari:www.ejournal.unid.ac.id/manajemen%20%20perdarahan%padafrakturpelvis
%20mengancam%20jiwa%.html.
2. Fraktur pelvis. http://www.scribd.com/doc/52302577/24/Fraktur-tulang-panggul
3. Sulistyanto R. Fraktur Pelvis. 2010. Diakses dari : http://fraktur%20pelvis/fraktur-
pelvis.html
4. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 874-6
5. Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Available from :

www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4a604fffd43d3/parent/lt4a604fcfd406d

11

Anda mungkin juga menyukai