Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

SINDROMA KOMPARTEMEN

Disusun Oleh : Asa Dini Merina / 1522314013

Pembimbing : dr. Totot Mudjiono, MKes., SpOT

DEPARTEMEN BEDAH RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. RAMELAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
DEFINISI

 Sindroma kompartemen
Peningkatan tekanan interstitial didalam ruangan yang terbatas,
yaitu didalam kompartemen osteofasia yang tertutup  perfusi
darah ke jaringan berkurang dan otot didalam kompartemen
menjadi iskemik.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom :
 Spasme arteri akibat peningkatan tekanan intrakompartemen
 Teori critical closing pressure : tekanan intrakompartemen meningkat
 penurunan tekanan transmural  penutupan pembuluh darah karena
tidak mampu lagi meregang.
 Teori gradien arteri-vena : peningkatan tekanan jaringan 
menurunkan gradient arteri-vena  penurunan suplai aliran darah ke
dalam jaringan. Ketika tekanan jaringan melebihi tekanan vena maka vena
akan kolaps
EFEK PENINGKATAN TEKANAN INTRAKOMPARTEMEN

 Otot : menunjukkan perubahan fungsional setelah 2-4 jam dan perubahan


ireversibel dimulai pada 4-12 jam.
 Saraf : menunjukkan kelainan fungsional dalam waktu 30 menit dari terjadinya
iskemia dan kehilangan fungsional ireversibel setelah 12 jam.
 Tulang : dapat terjadi non-union sebagai akibat penurunan suplai aliran darah
ektraosseous yang dibutuhkan untuk bone healing
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
 Pain (nyeri)
Nyeri yang makin memberat, nyeri saat regangan pasif pada otot, serta
nyeri tekan pada kompartemen yang terkena
“warning symptoms” apabila terjadi rasa nyeri yang bertambah parah,
adanya perasaan tungkai atau lengan seperti terbebat ketat dan mati rasa
pada tungkai atau lengan
 Pallor (pucat)
Diakibatkan karena perfusi jaringan yang meurun
DIAGNOSIS

 Pulselessness
tanda bahwa diagnosa sindroma kompartemen akut terlambat ditegakkan
 risiko kerusakan otot dan saraf irreversibel
 Parasthesia
Hasil awal dari iskemia pada saraf, walaupun abnormalitas sensoris
adalah hasil dari cedera saraf
 Paralysis
Kelumpuhan otot adalah tanda akhir yang muncul.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Foto X-ray
 USG
DIAGNOSIS

Tekanan Intrakompartemen
 Tekanan intrakompartemen normal : 0-10 mmHg.
 Perfusi inadekuat dan iskemia : naik mencapai 30 mmHg
TEKNIK YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENGUKUR TEKANAN INTRAKOMPARTEMEN

 Metode Whiteside
TEKNIK YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENGUKUR TEKANAN INTRAKOMPARTEMEN

 Solid-state Transducer Intracompartemental Catheter (STIC)


ANATOMI

 Regio Femur
ANATOMI

 Regio Cruris
ANATOMI

 Regio Pedis
ANATOMI

 Regio Brachii
ANATOMI
 Regio Antebrachii
ANATOMI
 Regio Manus
MANAJEMEN TERAPI
 Pastikan normotensive karena keadaan hipotensi dapat menurunkan
perfusi jaringan dan risiko kerusakan jaringan.
 Lepaskan semua balutan yang menekan yang dapat meningkatkan tekanan
intrakompartemen seperti gips dan bidai.
 Posisikan tungkai bawah setinggi jantung untuk menurunkan gradient
tekanan arteri-vena.
 Berikan oksigen untuk mendapatkan saturasi oksigen yang maksimal.
FASCIOTOMI
Indikasi :
 Pasien normotensif dengan temuan klinis yang positif, tekanan intra
kompartemen > 30 mmHg.
 Pasien yang tidak koperatif atau tidak sadar, dengan tekanan intra
komparteman >30 mmHg.
 Pasien hipotensif dengan tekanan intra kompartemen yang >20 mmHg.
FASCIOTOMI

Tujuan
 Menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.
 Mencegah disabilitas permanen
FASCIOTOMI

Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu


 Insisi ganda
 Insisi tunggal
FASCIOTOMI

 Fascitomi tungkai atas


 Insisi tunggal pada sisi lateral kompartemen anterior dan
posterior
 Bila perlu  insisi medial di atas muskulus adduktor
 kompartemen adduktor
FASCIOTOMI

 Fascitomi pada kaki


 Insisidorsal di atas metatarsal kedua dan keempat 
kompartemen interosseous dan sentral.
 Insisi di sekitar permukaan metatarsal I maupun metatarsal V
kompartemen medial dan lateral.
FASCIOTOMI

 Fascitomi lengan atas


Insisi anterior dan posterior untuk membebaskan kompartemen anterior
dan posterior.
FASCIOTOMI

 Fascitomi pada tangan


 Dua insisi dorsal untuk membebaskan kompartemen interosseous
 Apabila tekanan intrakompartemen masih tinggi insisi di atas
eminentia thenar atau hipothenar.
FASCIOTOMI

 Fasciotomi tungkai bawah


 Insisi anterolateral  kompartemen anterior dan lateral
 Insisi posteromedial  kompartemen posterior superfisial dan
posterior profundus
FASCIOTOMI

 Fasciotomi lengan bawah


 Kompartemen volar
Dimulai 1 cm proksimal dan 2 cm lateral dari epikondilus medial 
menyebrangi fossa antecubiti  mencapai garis tengah pada sepertiga
distal dari lengan bawah sampai lipatan kulit proksimal palmaris longus
 Kompartemen dorsal
Dimulai 2 cm distal dari epicondilus lateral ke arah distal menuju
pergelangan tangan.
PENUTUPAN FASCIOTOMI

 Dekompresi kompartemen  lukanya dibiarkan terbuka  dressing steril


sampai kira-kira 48 jam
 Penutupan luka dapat dilakukan ketika pembengkakan telah mereda
(±10 hari)
 Jika tepi luka tidak dapat dirapatkan maka skin graft mungkin diperlukan.
TERAPI HBO

 Sindroma kompartemen tahap impending yaitu tanda objektif terlihat


(nyeri, kelemahan, nyeri saat regangan pasif, kompartemen yang tegang).

 Efek sekunder dari terapi oksigen hiperbarik  Vasokonstriksi 


berkurangnya edema pada lokasi injuri.
KOMPLIKASI

 Kontraktur otot
 Kelemahan otot dan sensory loss karena cedera saraf
 Fraktur non-union
 Mionekrosis
PROGNOSIS

 Dekompresi kompartemen yang dilakukan dalam 6 jam 


penyembuhan yang sempurna.
 Dekompresi yang terlambat yaitu >6 jam  meningkatkan risiko
disfungsi permanen
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai