oleh
Ahmad Naufal Alfarisi, S.Kep
NIM 102311101040
1. Definisi
Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan dimana timbul gejala yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intertitial di dalam ruang osteofascial yang
kemudian akan mengakibatkan menurunnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Kompartemen sendiri adalah ruangan yang berisi otot, saraf, dan pembuluh darah
yang dilindungi oleh fascia dan tulang serta otot-otot.
Gambar 1. Rangka
Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak yaitu:
1. Lengan atas (kompartemen anterior dan posterior)
2. Lengan bawah (kompartemen anterior, lateral, dan posterior)
3. Tungkai atas (kompartemen anterior, medial, dan kompartemen
posterior)
4. Tungkai bawah (kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial,
posterior profundus)
tekana 40 mmHg selama 14 jam tidak memberikan konduksi saraf, tetapi tekanan
50 mmHg menghentikan konduksi saraf dalam waktu kurang dari 7 jam.
Rorabeck menunjukkan bahwa durasi penurunan tekanan adalah signifikan saraf
permanen tetapi selama 12 jam atau lebih menyebabkan perubahan neurologis
permanen. Penelitian lebih lanjut pada sukarelawan menunjukkan variasi yang
signifikan
pada
toleransi
terhadap
tekanan.
Oncet
terjadinya
tekanan
Kompartemen
Anterior
Atas
Isi
M. Biceps brachii, M. Coracobrachialis, M.
Brachialis;
A. Brachialis;
N. Musculocutaneus
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Musculocutaneus, N. Medius, M. Ulnaris, A.
Posterior
Lengan
Anterior
Bawah
Brachialis, V. Basilica
M. Triceps brachii;
A. Profunda brachii, A. Collateralis ulnaris;
N. Radialis
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Radialis dan N. Ulnaris
M. Pronator teres, M. Flexor carpi radialis, M.
Palmaris longus, M. Flexor carpi ulnaris, M.
Flexor digitorum superficialis, M. Flexor
pollicis longus, M. Flexor digitorum profundus,
M. Pronator quadratus;
A. Ulnaris, A. Radialis;
Lateral
N. Medianus
M. Brachioradialis, m. Flexor carpi radialis
Posterior
longus;
A. Radialis, a. Brachialis;
N. Radialis
M. Extensor carpi radialis brevis, M. Extensor
digitorum, M. Extensor digiti minimi, M.
Tungkai
Anterior
Medial
Atas
Tungkai
Posterior
externus;
A. profunda femoris, A. Obturatoria;
N. obturatorius
M. Biceps femoris, M. Semitendinosus, M.
Anterior
Bawah
Lateral
Posterior
Superfisial
Posterior
Profundus
2. Etiologi
b.
c.
d.
e.
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
a. Comprehensive metabolic panel (CMP)
Sekelompok
tes
darah
yang
memberikan
gambaran
keseluruhan
dan basa.
i. Kreatinin fosfokinase dan urin myoglobin
j. Serum myoglobin
k. Toksikologi urin : dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak
membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
l. Urin awal : bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat mengarah ke
diagnosis rhabdomyolisis.
Imaging :
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk
dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
1) Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan
aliran darah dan akan lebih memperberat iskemi.
2) Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan
pembalut kontriksi dilepas.
3) Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindroma kompartemen.
4) Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produkd arah.
5) Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakain anmanitol
dapat mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema
seluler, dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan
mereduksi sel otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas.
b. Terapi Bedah
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30
mmHg. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan
dengan memperbaiki perfusi otot. Jika tekanannya < 30 mm Hg maka
tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam
berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan
hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera
lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi
adalah 6 jam. Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi
tunggal dan insisi ganda. Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering
digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal
membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena
peroneal. Pada tungkai bawah, fasiotomi dapat berarti membuka ke empat
kompartemen, kalau perlu dengan mengeksisi satu segmen fibula. Luka
harus dibiarkan terbuka, kalau terdapat nekrosis otot, dapat dilakukan
debridemen, kalau jaringan sehat, luka dapat di jahit (tanpa regangan), atau
dilakukan pencangkokan kulit.
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat trauma permanen yang mengenai otot dan syaraf
yang dapat mengurangi fungsinya. Apabila sindrom kompartemen lebih dari 8 jam
dapat mengakibatkan nekrosis dari syaraf dan otot dalam kompartemen. Syaraf
dapat beregenerasi sedangkan otot tidak sehingga jika terjadi infark tidak dapat
pulih kembali dan digantikan dengan jaringan fibrosa yang tidak elastis yaitu
kontraktur iskemik volkmann, yaitu kelanjutan dari sindrom kompartemen akut
yang tidak mendapat terapi selama lebih dari beberapa minggu atau bulan.
Kontraktur Volkmann adalah deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan
tangan karena adanya trauma. Sedangkan komplikasi sistemik yang dapat timbul
dari sindroma kompartemen dapat meliputi gagal ginjal, sepsis dan acute
respiratory distress syndrome ( ARDS ) yang fatal jika terjadi sepsis kegagalan
organ secara multi sistem.
9. Pencegahan
Pencegahan kompartemen sindrom yaitu dicegah dengan mengontrol
edema, yang dapat dicapai dengan meninggikan ekstremitas yang cedera setinggi
jantung dan memberikan kompres es setelah cedera sesuai resep. Bila telah terjadi
sindrom kompartemen, balutan yang ketat harus dilonggarkan.
10. Prognosis
Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek,
toleransi otot untuk terjadinya iskemia adalah 4 jam. Kerusakan irreversible
terjadi bila lebih dari 8 jam. Jika diagnosa terlambat dapat menyebabkan trauma
syaraf dan hilangnya fungsi otot. Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat
dan awal, hampir 20% pasien mengalami deficit motorik dan sensorik yang
persisten.
1. Pengkajian
1) Data pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan masa lalu
5) Pengkajian psikososial kultural dan spiritual
1) Status psikologi dan perkembangan
2) Sosial ekonomi
3) Budaya
4) Spiritual
6) Riwayat Keperawatan
Keluhan Pada pasien Bedah orthopedi yang paling sering adalah nyeri,
akibat dari cidera, fraktur, spasme otot atau cidera muskuluskeletal.
7) Riwayat Penyakit Sekarang
Memantau keadaan umum pasien dan masalah-masalah yang timbul
berkaitan denga jenis gangguan muskuloskeletal.
8) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami gangguan muskuloskeletal atau pernah
melakukan bedah orthopedi sebelumnya, penyakit seperti hipertensi dan
lain sebagainya.
9) Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang pernah melakukan bedah orthopedi.
10) Pemeriksaan Fisik
1) Look: oedam, warna kulit, pus, balutan, bandingkan dengan yang
normal
2) Feel : palpasi apa ada tanda terdeness, krepitasi, deformitas
3) Move: pada pemeriksaan move, periksalah bagian tubuh yang normal
terlebih dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita,
juga untuk mengetahui gerakan normal penderita.
a. Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang
abnormal didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).
b. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada
gangguan gerak.
c. Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan
oleh factor intraarticuler atau ekstraarticuler.
d. Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila
penderita sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh
pemeriksa) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang menggerakan).
e. Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring, juga
perlu dilihat waktu berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan,
perlu dinilai untuk mengetahui apakah adanya pincang atau tidak.
Pincang
dapat
disebabkan
oleh
karena
instability, nyeri,
NO
1.
DIAGNOSA
Nyeri berhubungan dengan
fraktur, masalah ortopedi,
pembengkakan
atau
inflamasi.
Definisi :
sensori
yang
tidak
menyenangkan
dan
pengalaman
emosional
yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan
jaringan
atau
menggambarkan
adanya
kerusakan (asosiasi studi
nyeri
internasional):
serangan mendadak atau
pelan intensitasnya dari
ringan sampai berat yang
dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi
dan dengan durasi kurang
dari 6 bulan
2.
TUJUAN
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri teratasi dengan
kriteria hasil:
a) Mampu
mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal
f) Tidak mengalami gangguan tidur
NOC :
Joint Movement : Active
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam gangguan mobilitas fisik
teratasi dengan kriteria hasil:
a.
Klien meningkat dalam
Definisi:
aktivitas fisik
Keterbatasan
dalam b.
Mengerti
tujuan
dari
kebebasan untuk pergerakan
peningkatan mobilitas
NIC :
Pain Managem
1. Lakukan
komprehen
karakterist
dan faktor
2. Observasi
ketidaknya
3. Bantu p
mencari d
4. Kontrol
mempenga
ruangan, p
5. Kurangi fa
6. Kaji tipe
menentuka
7. Ajarkan
farmakolog
distraksi, k
8. Berikan an
...
9. Tingkatkan
10. Berikan in
penyebab
berkurang
ketidaknya
11. Monitor v
pemberian
NIC
Exercise thera
1. Monitori
latihan d
latihan
2. Konsulta
tentang r
kebutuha
3. Bantu
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
tongkat
cedera
Ajarkan
lain tenta
Kaji
k
mobilisas
Latih
kebutuha
kemampu
Damping
mobilisas
ADLs
Berikan
memerlu
Ajarkan
posisi
diperluka
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya
Definisi: perasaan gelisah
yang tak jelas dari ket
idaknyamanan
atau
kekuatan yang disertai
respon autonomy (sumber
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu),
perasaan
keprihatinan
disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya.
NOC :
NIC :
Kontrol kecemasan
Anxiety Redu
Koping
1. Gunakan
Setelah dilakukan asuhan selama 1x24 jam 2. Nyatakan
klien kecemasan teratasi dgn
terhadap
kriteria hasil:
3. Jelaskan
a) Klien mampu mengidentifikasi dan
dirasakan
mengungkapkan gejala cemas
4. Temani
b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
keamana
menunjukkan tehnik untuk mengontol 5. Berikan
cemas
diagnosis
c) Vital sign dalam batas normal
6. Libatkan
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
klien
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
7. Instruksik
berkurangnya kecemasan
menggun
8. Dengarka
9. Identifika
10. Bantu p
menimbu
11. Dorong
perasaan,
12. Kelola pe
DAFTAR PUSTAKA