REKUREN
REKUREN )
180600023
Email: salsabilaauliarahma81@gmail.com
ABSTRACT
Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is an inflammation of the oral mucosa that was
characterized by recurrent ulcers and a clinical picture round shaped or oval, with the
boundaries clearly and the central necrotic yellow gray, and the edge of the redness. Until now,
the etiology of this disease remains unknown, but there are many predisposition factors, one of
it is stress. Stress is a condition of tension and pressure on a person's psychological. When
stress, there will be an increase in cortisol levels. This is can reduce the function of protection
against microorganisms, so there will be a destruction of tissue that produce RAS. This paper
aims to know if stress can causes recurrent aphthous stomatitis (RAS).
Keywords: Recurrent Aphthous Stomatitis, Kortisol, Recurrent Ulcers.
PENDAHULUAN
Stres merupakan respon non spesifik tubuh akibat perubahan sosial dari
timbul penyakit berupa luka pada mukosa rongga mulut yang disebut stomatitis
1
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang dikenal dengan istilah apthae atau cancer
sores, merupakan suatu lesi ulserasi yang terjadi secara kambuhan pada mukosa
mulut tanpa adanya tanda-tanda suatu penyakit lainnya.3 Gejala awal SAR bisa
dirasakan penderita sebagai rasa sakit dan ditandai dengan adanya ulser tunggal
atau multipel yang terjadi secara kambuhan pada mukosa mulut. SAR memiliki
karakteristik berbentuk bulat atau oval, dengan batas jelas beserta pusat nekrotik
Stres merupakan salah satu faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren yang
dapat dialami oleh seseorang. Sebagian besar orang yang mengalami stres
STRES
Stres adalah ketegangan atau tekanan yang berdampak pada kejiwaan seseorang.
aktivator atau stimulus untuk timbulnya respons stres. Respons stres dapat
mengubah status kesehatan seseorang. Stres sebagai jalur untuk terjadinya penyakit,
psikoneuroimunologi. Stres akan dialami oleh semua individu, hanya saja tipe stres
yang mereka alami berbeda-beda sesuai dengan tipe kepribadiannya. Orang yang
penanggulangan stresnya tidak baik, akan dirasakan oleh susunan saraf pusat
2
ACTH juga akan menstimulasi korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Di
sini kortisol bertugas untuk menurunkan fungsi imun termasuk SigA, IgG dan
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) biasa dikenal dengan istilah aphthae/ canker
peradangan pada mukosa mulut yang bersifat kambuhan dan juga salah satu lesi
mulut yang paling menyakitkan dan dapat menyebabkan gangguan saat makan,
menelan, serta bebicara.3 SAR adalah jenis ulkus yang muncul di rongga mulut
manusia dengan ciri khas ulkus single atau multiple, kambuhan, kecil, bulat atau
oval, dengan batas jelas kemerahan, dan dasar abu-abu atau kuning.1
Stomatitis aftosa rekuren ditandai oleh ulser rekuren yang nyeri pada mukosa
1. SAR Minor
SAR minor juga disebut dengan canker sore. SAR minor mempunyai
tendensi untuk muncul pada mukosa bergerak yang terletak di atas kelenjar
pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari.5 SAR minor dengan 1-5
jaringan parut.6
Gambaran klinis tipe minor adalah berukuran 2-4 mm atau kurang dari
3
mengenai mukosa rongga mulut yang tidak berkeratin seperti mukosa labial
dan bukal, dasar mulut, dan pada lateral dan ventral lidah.3
2. SAR Major
SAR mayor biasanya berbentuk bulat atau oval yang berukuran 2-3 cm
dengan 1-3 ulkus tiap episode pada mukosa berkeratin dan tidak berkeratin
yang meninggalkan jaringan parut. Biasanya jenis SAR ini terjadi pada
dengan membentuk jaringan parut dan distorsi jaringan. Hal ini disebabkan
4
3. SAR Herpetiformis
SAR jenis ini sangat jarang terjadi. Ulser pada jenis ini biasanya
berukuran 1-2 mm.7 SAR Herpetiformis dengan 20-100 ulkus tiap episode
pada mukosa tidak berkeratin yang meninggalkan jaringan parut jika ulkus-
lidah, tepi-tepi lidah, dan mukosa bibir. Ulser ini berlangsung selama 7-30
hari.4
Etiologi SAR hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa
etiologi/ faktor predisposisi yang diketahui secara pasti, namun ada beberapa
Beberapa etiologi/ faktor tersebut meliputi defisiensi nutrisi, trauma, genetik, stress,
di mukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang
5
Trauma, trauma yang sering dialami yaitu trauma karena terbentur sikat gigi
saat menyikat gigi dan tidak sengaja tergigit bagian tertentu dari mukosa mulut.
Beberapa orang mengira bahwa lesi terjadi akibat trauma, sebab gejala awalnya
didahului oleh sikat gigi yang menyodok mukosa mulut. Letak lesinya tergantung
pada daerah yang terlibat dalam trauma tersebut. Cedera yang disebabkan mekanis
dari mukosa mulut dapat menyebabkan ulserasi pada orang rentan terhadap
Genetik, faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien
yang menderita SAR. Faktor ini diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah
Human Leucocyte Antigen (HLA), namun beberapa ahli masih menolak hal
dapat terindikasi dari latar belakang kondisi genetik. Keturunan dari beberapa gen
SAR, dapat mempengaruhi anggota keluarga untuk terkena SAR. Pasien dengan
riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat
Stres, kondisi ini akan membuat kadar kortisol pada manusia meningkat
SAR akan terbentuk dengan mudah yang muncul berdasarkan periodik sesuai siklus
menstruasi.3
6
Alergi, alergi terhadap beberapa makanan seperti kacang, cokelat, kentang
goreng, keju, susu, terigu, gandum, kopi, sereal, almon, stroberi dan beberapa
makanan dari tomat dihubungkan dengan munculnya SAR pada beberapa orang.
Beberapa literatur mengemukakan bahwa ikan asin juga dapat memicu timbulnya
SAR. Ketika memakan ikan asin, akan timbul rasa gatal pada rongga mulut, lalu
membuat mukosa mulut terluka. Luka tersebut akan berkembang menjadi SAR
Ada tindakan pencegahan dasar yang dapat dilakukan orang untuk mencoba dan
rongga mulut yang dapat memicu ulser dan penyakit mulut lainnya.1
3. Menggunakan sikat gigi yang lembut, hal ini berupaya agar sikat tidak
4. Mengonsumsi buah dan sayur sebab faktor lain penyebab timbulnya SAR
tetapi apabila diberikan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gigi menjadi
kecoklatan.
7
b. Salep yang mengandung Topical steroid dapat mengurangi gejala dari sariawan.
c. Analgesik / obat nyeri seperti obat kumur Benzydamine hydrochloride atau gel
Lignocaine yang dapat mengurangi rasa nyeri secara sementara tetapi tidak dapat
d. Obat lain yaitu Sodium Cromoglycate lozenges dapat mengurangi gejala yang
e. Terapi Fisik yaitu dengan operasi membuang lapisan yang terkena atau
penggunaan laser ablasi tetapi tindakan tersebut tidak praktis dan keuntungan
Immunosupresi / penurun sistem imun tetapi masih sedikit data peneltian yang
g. Memakan tanaman jambu biji, karena tanaman ini telah lama ditemukan mampu
daunnya. Daun jambu biji mengandung senyawa aktif seperti Tannin, Triterpenoid,
PEMBAHASAN
Stomatitis aftosa rekuren adalah sebuah penyakit yang ditandai oleh ulser
rekuren yang nyeri pada mukosa mulut. Stomatitis aftosa rekuren terbagi menjadi
3 kelas yaitu SAR Minor, SAR Mayor, SAR Herpetiformis. Etiologi SAR sampai
saat ini belum diketahui secara pasti, namun terdapat penelitian dari Sri Hernawati
yang menyatakan bahwa stres merupakan salah satu etiologi/faktor yang terjadi
karena tingginya kortisol pada saliva. Kortisol merupakan hormon steroid yang
8
diproduksi oleh kolestrol di dalam dua kelenjar adrenal yang terdapat pada ginjal.
Hormon kortisol dikenal sebagai hormon stres. Hormon ini diproduksi banyak
ketika manusia mengalami stres. Kortisol pada saliva memiliki hubungan timbal
balik dengan periodontitis (infeksi gingiva yang merusak jaringan lunak) serta
membuat kerusakan tulang aveolar (yakni bagian dari maksila (rahang atas) dan
Stres adalah salah satu jalur terbentuknya penyakit. Karena stres akan meregulasi
Neuroendokrin adalah suatu kelenjar yang secara teratur dibangun struktural oleh
sel-sel saraf yang merupakan bagian dari sistem saraf untuk menyimpan dan
perubahan pada organ yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan terhadap
metabolism tubuh.
Stres yang dialami oleh setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tipe
kepribadiannya. Individu yang memiliki penanggulangan yang tidak baik akan stres
SIgA memiliki fungsi untuk mengikat virus maupun bakteri untuk mencegah
9
mikroorganisme mudah difagositosis. Akibat dari penurunan SIgA karena stres,
mudah.
difagositosis dengan mudah dan IgG juga dapat mentralisasi toksin dari virus.
Namun, akibat dari stres IgG menurun, sehingga toksin dari virus tidak bisa
Neutrofil berfungsi untuk memberikan respons imun non spesifik agar dapat
yang memiliki enzim perusak, namun akibat dari stres, tingkat neutrophil menurun.
Jadi karena adanya stres, akan terjadi peningkatan kortisol yang berdampak pada
penurunkan SIgA, IgG, dan neutrofil. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
penelitian lain menyatakan bahwa etiologi/ faktor predisposisi SAR tidak hanya
faktor stres, namun juga berupa defisiensi nutrisi (seperti kekurangan vitamin),
DAFTAR PUSTAKA
1. Junhar MG, Suling PL, Supit ASR. Gambaran stomatitis aftosa rekuren
1
0
2. Hernawati S, Mekanisme selular dan molekular stres terhadap terjadinya
FKG Universitas Jember pada tahun 2014. E-J Pustaka Kesehatan 2017;
5(1): 169-176.
5. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Atlas berwarana lesi mulut yang
https://emedicine.medscape.com/article/1075570-overview#showall (28
Oktober 2018).
Oktober 2018).
10. Minasari, Sinurat J. Efektivitas ekstrak daun jambu biji buah putih
1
1
Budinana IDG, Ma’aruf MT, dkk. Bali Dental Science and Exhibition,
1
2