Anda di halaman 1dari 8

STOMATITIS AFTOSA REKUREN MINOR (LAPORAN KASUS)

Nungky Rainanda M1, Audy Surachmin2


1
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Kedokteran Gigi
2
Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas YARSI
Jakarta – Indonesia

ABSTRAK
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi mukosa oral yang paling umum. Di
tandai dengan adanya ulser yang rekuren, multipel, kecil atau bulat, memiliki dasar kuning dan
dikelilingi oleh halo eritematosa. Tujuan: Laporan kasus ini menjelaskan identifikasi dan
penatalaksanaan kasus SAR. Kasus: Seorang perempuan 23 tahun datang ke ke penyuluhan
RPTRA dengan keluhan terdapat sariawan karena tergigit, tidak suka makan sayur. Sariawan
suka berpindah tempat, pasien mengaku sudah pernah diobat dengan obat merek cina. Pasien
tidak memiliki kebiasaan buruk, menyikat gigi 3 kali sehari setiap mandi dan mandi sore.
Kesimpulan: Strategi perawatan harus diarahkan untuk mengurangi gejala seperti mengurangi
rasa sakit, meningkatkan durasi periode bebas ulser dan mempercepat penyembuhan ulser.

Kata kunci: Stomatitis aftosa rekuren, SAR minor.

1
menyakitkan ulkus ini menyebabkan
dampak negatif pada kualitas hidup pasien.
PENDAHULUAN
Morbiditas RAS bahkan lebih tinggi pada
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) bentuk mayor, ditandai dengan ulkus yang
adalah salah satu penyakit mukosa oral yang menyakitkan, lebih besar diameter lebih dari
paling sering terjadi dan prevalensinya pada 1 cm dan berlangsung beberapa minggu.2
populasi umum berkisar antara 5 sampai
SAR diklasifikasikan menjadi tiga jenis
66%. Lesi yang ditemukan khususnya pada
berdasarkan manifestasi klinis: 3
mukosa yang tidak berkeratin dan ditandai
adanya ulserasi tunggal atau multipel yang  SAR minor
menyakitkan, berbentuk bulat atau oval SAR minor telah dilaporkan 70%
dengan adanya halo eritematosa. Etiologi -87% dari semua bentuk SAR,
bersifat kompleks, multifaktorial, dan dengan lebih dari 17% dari populasi
mekanisme pemicu perkembangan lesi tetap yang dilaporkan mengalami SAR
tidak diketahui. Predisposisi genetik, minor. SAR minor bermanifestasi
hipersensitivitas terhadap makanan tertentu, sebagai ulser yang rekuren, bulat,
faktor imunologis, hormonal, mikrobiologis, didefinisikan dengan jelas, kecil,
traumatis, psikologis, serta defisiensi nutrisi nyeri dengan pusat nekrotik yang
merupakan penyebab utama yang diteliti.1 dangkal, peningkatan margin, dan
haloeritematosa. Lesi ini berdiameter
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR),
5–10 mm dan memiliki
juga dikenal sebagai sariawan, merupakan
pseudomembran abu-putih. Lesi ini
salah satu penyakit mukosa mulut yang
sembuh dalam 10-14 hari tanpa
paling umum. SAR minor merupakan
jaringan parut. Lokasi yang paling
(cancer sores) bentuk penyakit yang paling
umum adalah pada mukosa mulut
umum terjadi sekitar 80%. Ditandai oleh
yang tidak berkeratin (mukosa labial
ulkus berbentuk bulat atau oval, berdiameter
dan bukal serta dasar mulut).
kurang dari 1 cm, dengan margin
eritematosa dan pusat nekrotik. Lesi ini  SAR mayor

biasanya sembuh dalam 10-21 hari, ulser ini SAR mayor kadang-kadang disebut

sering disertai rasa sakit yang signifikan, sebagai Sutton’s disease atau

tidak proporsional dengan ukuran lesi. Sifat periadenitis mucosa necrotica

2
recurrens dan kurang umum (sekitar menghasilkan bentuk yang lebih
10% hingga 15% dari semua SAR) besar, plak, lesi ireguler. Lesi
namun lebih parah daripada SAR berlangsung 7–30 hari dan memiliki
minor. Lesi SAR mayor memiliki potensi menimbulkan jaringan parut.
tampilan klinis yang mirip dengan
SAR minor. Namun, diameter SAR
mayor lebih besar yaitu lebih dari 10
mm, lebih dalam, sering terdapat
jaringan parut, dan bisa bertahan
selama berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan. SAR mayor
biasanya memiliki onset setelah
Gambar 1: SAR tipe minor pada mukosa
pubertas dan kronis, bertahan hingga
labial.4
20 tahun atau lebih. SAR mayor
terjadi pada mukosa bergerak tidak
berkeratin (mukosa labial, mukosa
bukal dan dasar mulut), tetapi batas
ulser dapat meluas ke permukaan
keratin.

 SAR herpetiformis
SAR herpetiformis mengenai 5% Gambar 2: SAR tipe mayor.4
sampai 10% pasien SAR, lebih
sering pada wanita dan onset sering
pada masa dewasa. Beberapa
kelompok kecil ulser menunjukkan
ciri bentuk SAR ini dan terjadi di
seluruh rongga mulut. Lesi
cenderung kecil (2-3 mm) dan
banyak (mulai dari 10 hingga 100
ulser) tetapi bisa menyatu untuk

3
Gambar 3: SAR tipe herpetiformis, ulser
pada bibir bawah.4

TATALAKSANA KASUS
Ada bukti bahwa kecemasan dan
Kunjungan pertama dari anamnesis
stres merupakan predisposisi terjadinya
pasien merasa sariawan. Pada pemeriksaan
SAR, gangguan psikologis ini dapat
ekstraoral tidak ditemukan kelainan. Pada
memodifikasi dan menderegulasi fungsi
pemeriksaan intra oral ditemukan ulser
kekebalan tubuh. Stres merangsang sistem
multiple pada mukosa bukal antara gigi 43
saraf pusat, mengaktifkan HPA
dengan diameter > 1cm dengan bentuk
(Hypothalamus-Pituitary Adrenal) dan
irregular memanjang, berwarna putih dengan
melepaskan kortisol. Hormon
haloeritema serta bebatas jelas. Berdasarkan
glukokortikoid ini disekresi melalui korteks
anamnesis dan pemeriksaan klinis diagnosis
adrenal dan bekerja pada respons inflamasi
sementara dari kasus ini yaitu stomatitis
dan imunologi. Tingkat kortisol saliva yang
aftosa rekuren (SAR) tipe minor pada
tinggi telah ditemukan pada individu dengan
mukosa bukal gigi 43. Pasien diberikan KIE
depresi, stres dan kecemasan, yang dianggap
(komunikasi, informasi, edukasi)dan obat
sebagai biomarker dari gangguan psikologis
resep berupa:
ini. Tingkat serum dan saliva yang tinggi
dari steroid tersebut sebelumnya ditemukan  Menjelaskan kepada pasien luka
pada individu dengan SAR.1 tersebut kemungkinan jarang
mengkonsumsi buah dan sayuran
KASUS
atau karena tidak sengaja tergigit dan
Seorang perempuan 23 tahun datang mungkin karena faktor stres.
ke penyuluhan RPTRA dengan keluhan  Instruksikan pada pasien
terdapat sariawan karena tergigit, tidak suka untukberhenti menggunakan obat
makan sayur. Sariawan suka berpindah cina yang sering ia gunakanan dan
tempat, pasien mengaku sudah pernah diobat menyarankan menggunakan obat
dengan obat merek cina. Pasien tidak aloclair.
memiliki kebiasaan buruk, menyikat gigi 3  Instruksi untuk mengkonsumsi sayur
kali sehari setiap mandi dan mandi sore. yang banyak

4
Tujuan perawatan SAR memiliki 4
tujuan utama yaitu (1) manajemen ulser
(untuk mempercepat penyembuhan dan
mengurangi durasi), (2) manajemen nyeri
(untuk mengurangi morbiditas dan
meningkatkan fungsi), (3) manajemen
nutrisi (untuk memastikan asupan makanan
dan cairan yang cukup) dan (4)
pengendalian penyakit (untuk mencegah
kekambuhan atau mengurangi frekuensi).5
PEMBAHASAN
Terapi yang diberikan yaitu
Seorang perempuan 23 tahun datang
pengobatan menggunakan aloclair.
ke penyuluhan RPTRA dengan keluhan
Kandungan aloclair yaitu lidah buaya (Aloe
terdapat sariawan karena tergigit, tidak suka
vera) merupakan salah satu tanaman yang
makan sayur. Sariawan suka berpindah
dapat dijadikan sebagai obat alami.
tempat, pasien mengaku sudah pernah diobat
Sejumlah nutrisi yang bermanfaat
dengan obat merek cina. Pada pemeriksaan
terkandung di dalam lidah buaya, berupa
ekstraoral tidak ditemukan kelainan. Pada
bahan organik dan anorganik, diantaranya
pemeriksaan intraoral ditemukan ulser
vitamin, mineral, beberapa asam amino,
multiple pada mukosa bukal antara gigi 43
serta enzim yang diperlukan tubuh. Teori
dengan diameter > 1cm dengan bentuk
lain menyebutkan bahwa telah ditemukan
irregular memanjang, berwarna putih dengan
kandungan zat aktif dalam lidah buaya yang
haloeritema serta bebatas jelas
berfungsi dalam peningkatan proses
Berdasarkan anamnesis dan penyembuhan antara lain saponin, tanin,
pemeriksaan klinis, diagnosis kasus di atas flavonoid dan mannose.6
adalah Stomatitis aftosa rekuren (SAR) tipe
Aloclair memiliki berbagai
minor. Pada kasus ini, ulser berbentuk
kandungan di dalamnya yang dapat
irregular dimukosa bukal. Rasa terbakar
mempercepat penyembuhan sariawan
adalah gejala pendahuluan yang di ikuti
diantaranya ialah Polyvinylpyrrolidone
dengan nyeri hebat dan berlangsung selama
(PVP) yang dapat befungsi untuk antibakteri
beberapa hari.
5
dan menurunkan infeksi serta giberelin yang Tahap perkembangan SAR dibagi
diketahui dapat berinteraksi dengan reseptor kepada 4 tahap yaitu, Tahap premonitori,
faktor pertumbuhan pada sel fibroblas terjadi pada 24 jam pertama perkembangan
sehingga akan meningkatkan aktivitas dan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien
proliferasi dari kontraksi luka pada proses akan merasakan sensasi mulut terbakar pada
penyembuhan luka.6 tempat dimana lesi akan muncul. Secara
mikroskopis sel-sel mononuklear akan
Polyvinylpyrrolidone (PVP) dan
menginfeksi epitelium, dan edema akan
gliberelin menurut Sibbald et al (2011) dan
mulai berkembang. Tahap pre-ulserasi,
Furnawanthi (2002) berfungsi untuk
terjadi pada 18-72 jam pertama
antibakteri, memicu proliferasi fibroblas
perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini,
serta neurovaskularisasi. Menurut Moon
makula dan papula akan berkembang dengan
(1989) β-Sitosterol dapat meningkatkan
tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan
ekspresi protein dalam neurovaskularisasi.
meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.
Zat aktif lainnya yang terdapat pada ekstrak
Tahap ulseratif akan berlanjut selama
lidah buaya (Aloe vera) adalah asam amino
beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap
dan vitamin. Asam amino sebagai bahan
ini papula-papula akan berulserasi dan ulser
untuk pertumbuhan dan sumber energi yang
itu akan diselaputi oleh lapisan
dapat membantu penyusunan protein,
fibromembranous yang akan diikuti oleh
pembentukan jaringan baru serta mengganti
intensitas nyeri yang berkurang. Tahap
sel-sel yang rusak dan tua (Mandiri, 2013).
penyembuhan, terjadi pada hari ke 4 hingga
Sedangkan vitamin yang terkandung dalam
35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh
ekstrak lidah buaya (Aloe vera) yaitu
epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan
vitamin A, B1, B2, B6, B12, C dan E yang
sering tidak meninggalkan jaringan parut
dapat berfungsi supaya tubuh kembali
dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi
normal (Mandiri, 2013). Zat-zat aktif
SAR menyembuh dan lesi baru
tersebut dapat berperan dalam proses
berkembang.7
penyembuhan luka yang digunakan dalam
6
peneletian ini khususnya untuk Selain itu pada pasien ini juga
meningkatkan jumlah fibroblas pada luka ditemukan bahwa pasien jarang
mukosa rongga mulut tikus (Rattus mengkonsumsi sayuran. Mengatur pola
norvegiccus) strain Wistar. makan dengan memperbanyak
6
mengkonsumsi makanan berserat seperti aftosa rekuren ini terjadi karena kurangya
sayur dan buah-buahan. Makanan berserat mengkonsumsi sayur-sayuran. Stomatitis
perlu dikunyah lebih lama sehingga gerakan aftosa rekuren minor dapat sembuh dalam
mengunyah dapat merangsang pengeluaran beberapa minggu dengan mengatasi faktor
saliva (air liur) lebih banyak. Di dalam predisposisi, medikasi, menganjurkan pasien
saliva terkandung zat-zat seperti substansi untuk menjaga asupan makanan dengan baik
antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium, serta menjaga kebersihan dan kesehatan
dan fluorida yang sa- ngat berguna mulut.
melindungi gigi. Dalam hal ini saliva akan
membasuh gigi dari zat-zat makanan yang
DAFTAR PUSTAKA
menempel dan menetralkan zat-zat asam.8
1. Michel et al. 2015. Cortisol and
Pada pasien ini, sebagai diagnosis
dehydroepiandrosterone salivary
bandingnya adalah hand, foot and mouth
levels, stress and anxiety in patients
disease, stomatitis medicamentosa,
with recurrent aphthous stomatitis.
herpangina, lupus erythematosus, erosive
Brazil. Journal of Dental
lichen planus, recurrent herpes simplex
Science;30(4):120-125
infection. 4
2. Huling et al. 2012. Effect of Stressful
Penatalaksanaan stomatitis aftosa Life Events on the Onset and
rekuren adalah mengatasi atau Duration of Recurrent Aphthous
menghilangkan faktor prediposisi. Pasien ini Stomatitis. J Oral Pathol Med; 41(2):
mendapatkan terapi berupa obat alocalair 149–152
yang diberikan. Pasien memperlihatkan 3. Namrata M, et al. 2017. Recurrent
perbaikan gejala klinis pada kunjungan Aphthous Stomatitis. International
kedua. Perbaikan gejala klinis berupa rasa Journal of Orofacial Biology;1(2)
sakit sudah hilang, pada mukosa bukal gigi 4. Ghom, A.G.et al. 2014. Textbook of
43 sudah tidak terlihat adanya ulser. Oral Medicine. Jaypee Brother
Kesimpulan Medical Publishers (P) Ltd
Stomatitis aftosa rekuren etiologi yang pasti 5. Strassler, Howard E. 2015. Dental
tidak diketahui namun banyak faktor yang learning; Knowledge for Clinical
mempengaruhinya. Pada kasus ini stomatitis

7
Practice. Recurrent Aphthous
Stomatitis.
6. Nurcahaya MI. The effect of ethanol
extract of aloe vera to increase the
amount of fibroblast in the wound
healing process of wistar oral
mucosa (rattusnorvegiccus) rats.
Universitas muhamadiyah surakarta.
2015: P 1-14
7. Swain, N. et al. 2012. Etiological
factors of recurrent aphthous
stomatitis: a common perplexity.
2013: Journal of Contemporary
Dentistry;2(3):96-100
8. Cahyati W. Konsumsi pepaya (carica
papaya) dalam menurunkan debris
index. Vol 8(2): p127-36.

Anda mungkin juga menyukai