Anda di halaman 1dari 10

Hubungan posisi mandibula terhadap maksila dapat dilihat dalam dua arah yaitu secara

vertikal dan secara horizontal. Hubungan secara vertikal adalah dimensi vertikal pengukurannya
dilakukan pada wajah dengan dua titik acuan, sedangkan hubungan secara horizontal adalah
relasi sentrik (Nallasmawy, 2003). Pada pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti
sudah kehilangan bidang oklusal, dimensi vertikal, dan oklusi sentrik (Nurung dkk., 2014).
Dimensi vertikal adalah tinggi vertikal dari wajah. Dimensi vertikal ditentukan oleh
hubungan otot, menggunakan posisi istirahat fisiologis rahang bawah sebagai faktor petunjuk
(Nurung dkk., 2014). Menurut Basnet dkk. (2015) penetapan dimensi vertikal diperoleh
berdasarkan dimensi vertikal pada saat posisi istirahat rahang pasien yaitu dimensi vertikal
resposisi (DVR) dan saat beroklusi yaitu dimensi vertikal oklusi (DVO). Dimensi vertikal
resposisi adalah jarak antara dua titik ketika mandibula dalam keadaan istirahat, sedangkan
dimensi vertikal oklusi adalah jarak antara dua titik ketika gigi geligi rahang atas dan bawah
berkontak (Nurung dkk., 2014; Rahn dkk., 2009).
Menurut Nallasmawy (2003), salah satu cara yang mudah dalam menentukan dimensi
vertikal adalah metode Willis yaitu jarak subnasion ke gnation adalah sama dengan jarak pupil
ke sudut mulut. Metode Willis sering digunakan di klinik, pasien dengan posisi kepala tegak
yang nyaman di kursi dental lalu ditetapkan dua titik pengukuran yaitu satu di hidung dan satu di
dagu. Keduanya dipilih pada daerah yang tidak mudah bergerak akibat otot ekspresi (Nurung
dkk., 2014).
Menurut Nurung dkk. (2014), terdapat beberapa cara untuk menentukan dimensi vertikal
oklusi (DVO) secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran dengan cara langsung berarti
pengukuran dilakukan langsung pada wajah atau mulut pasien. Pengukuran secara langsung
terdiri dari pengukuran wajah, penelanan, metode fonetik, bitting forceps, dan metode taktil.
Sedangkan untuk pengukuran tidak langsung terdiri dari pengukuran secara sefalometri, foto
digital, rumus Hayakawa, dan pre extraction record.
Yang termasuk dalam pengukuran DVO cara langsung adalah pengukuran wajah,
swallowing (penelanan), metode fonetik, metode taktil dan rumus Hayakawa. Secara langsung:
1. Pengukuran wajah
Pengukuran wajah dapat digunakan untuk mengukur DVO dari pasien yang tidak bergigi.
Pengukuran ini umumnya dilakukan dengan alat ukur jangan sorong. Goodfriend dan kemudian
Willis yang mempopulerkan teknik pengukuran DVF bahwa jarak dari pupil mata ke sudut bibir

1
adalah sama dengan jarak dari dasar hidung ke ujung dagu. Tiga pengukuran wajah yang
dianggap konstan selama hidup, yaitu: jarak dari tengah pupil mata ke garis yang ditarik dari
sudut bibir, jarak dari Glabella ke subnasion, dan jarak antara sudut mulut ketika bibir istirahat.
Dua dari tiga pengukuran ini akan sama dan terkadang ketiganya akan sama satu sama lain.
Metode Willis, jarak sudut mata ke komisura bibir = jarak dasar hidung ke ujung dagu
Metode yang sering digunakan di klinik adalah metode 2 titik. Pasien dengan posisi kepala tegak
dan rileks di dental chair kemudian tetapkan 2 titik pengukuran pada garis tengah wajah. Satu
pada hidung dan satu lagi pada dagu. Titik ini dipilih pada daerah yang tidak mudah bergerak
akibat otot ekspresi. Alat yang digunakan pada metode pengukuran 2 titik adalah jangka sorong
dan Willis bite gange, karena mempunyai skala yang cocok. Walaupun berdasarkan hasil
penelitian Geerts GA, et al (2004), dinyatakan, bahwa pengukuran dengan jangka lebih akurat
daripa dengan Willis bite gange.
2. Swallowing (Penelanan)
Pada cara ini, pasien diinstruksikan melakukan gerakan menelan dengan rileks sampai didapat
garis dari bibir atas ke ujung dagu yang segaris dengan median wajah. Posisi tersebut diukur
sebagai DVF. Posisi pasien dalam keadaan ala-tragul line sejajar dengan lantai. Namun prosedur
ini sangat dipengaruhi temperature wax, kuantitas dan tekanan kunyah.
Instruksikan pasien untuk rileks. Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu
pasien. Intruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional seperti menelan atau membasahi
bibir. Instruksikan pasien untuk merilekskan bahunya agar otot supra dan infrahyoid ikut rileks.
Ketika pasien telah menelan atau membasahi bibirnya, maka mandibular akan berada pada posisi
istirahat fisiologis sebelum bergeser ke posisi habitual rest, ukur secepatnya ketika mandibular
masih berada pada posisi istirahat fisiologis.

2
3. Metode Fonetik
Pengukuran ini berdasarkan closest speaking distance yaitu pada saat menghasilkan suara ‘ss’
atau ‘sh’, tidak adak kontak antar gigi. Posisi ini digunakan sebagai panduan memprediksi DVO.
Cara lain yang merupakan pengembangan metode ini adalah dengan pengucapan huruf ‘mmm’
sampai didapat kontak bibir atas dan bibir bawah dalam keadaan rileks. Penggunaan closest
speaking distance adalah dianggap paling akurat, mudah, dan praktis untuk mendapatkan DVO.

3
4. Metode Taktil
Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu. Instruksikan pasien untuk membuka
mulutnya lebar lebar hingga merasa ada rasa tidak nyaman pada ototnya. Instruksikan pasien
untuk menutup mulutnya secara perlahan dan segera berhenti ketika merasa ototnya telah rileks
dan nyaman kembali. Hitung jarak dari titik acuan, bandingkan dengan hasil pengukuran
menggunakan metode menelan dan membasahi bibir, karena metode ini dapat bervariasi antar
individu karena persepsi rileks yang relatif, oleh sebab itu metode ini memerlukan perbandingan.

Cara pengkuran DVF secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan foto (foto
sefalo, foto lama pasien, dan foto digital), antara lain:
1. Pengukuran DVF dengan foto sefalo dan foto lama pasien
Foto tersebut diambil pada saat pasien dalam posisi istirahat fisiologis. Foto sefalo dapat
digunakan untuk pengukuran DVF, walapun lebih dari satu foto sefalo terkadang diperlukan
untuk mencari posisi rahang yang tepat. Jarak DVF yang diukur pada foto sefalo adalah jarak
antara nasion ke menton. Foto sefalo dapat digunakan sebagai data penunjang untuk perawatan
terutama pada bagian sepertiga bawah wajah.

4
Titik Nasion ke Menton pada foto sefalo
Foto profil atau foto sefalo dibuat dengan posisi kepala lurus ke depan sepanjang outline profil
yang dievaluasi. Pada posisi kepala yang lurus dengan visual axis diambil dari panduan bidang
horizontal pada analisa proporsi (AP). Sumbu tersebut dapat diperkirakan sejajar dengan
Frankfort horizontal plane (FHP). Dianjurkan untuk menggunakan foto lama dari pasien dan
membandingkan jarak interpupil dan jarak alis ke dagu dari foto lama tersebut dengan kondisi
pasien pada saat pemeriksaan.

2. Pengukuran DVF melalui foto digital


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kamera foto digital dengan jarak pemotretan 56 cm
antara ujung hidung subyek dengan lensa kamera dengan ketinggian 112 cm pada tripod.
Dilakukan pengukuran dari jarak sudut mata ke sudut bibir dan jarak dasar hidung ke ujung dagu
menggunakan software HL image ++97, kedua jarak ini dinyatakan sama besarnya. Posisi pasien
adalah duduk tegak menghadap kamera, dengan posisi rahang dalam posisi DVF.

2. Relasi Sentrik
Relasi sentrik mempunyai berbagai macam definisi, di dalam Glossary of prostodontic
terms (GPT) ada 7 definisi mengenai relasi sentrik, namun yang sering dipakai adalah GPT5,

5
yaitu avascular portion of their respective disks with the complex in the anterior-superior
position against the shapes of the articular eminencies. This position is independent of tooth
contact. This position is clinically discernible when the mandible is directed superior and
anteriorly. It is restricted to a purely rotary movement about the transverse horizontal axis
(GPT-5), namun, untuk pengertian dari relasi sentrik secara umum ialah berupa hubungan paling
posterior dari mandibular dan maksila pada dimensi vertikal yang telah ditentukan, dimana
dalam posisi ini gerakan lateral dapat dilakukan, dan kondilus berada dalam posisi antero
posterior terhadap fossa gleinoidalis, dan dimana apabila ada posisi mandibular dalam bidang
horizontal selain relasi sentrik maka posisi tersebut disebut relasi eksentrik.
Relasi sentrik merupakan salah satu komponen acuan yang penting ditentukan sebelum
pembuatan gigi tiruan, dimana posisi relasi sentrik ini merupakan posisi yang konstan selama
hidup manusia, sehingga digunakan dalam menjadi point referensi yang penting dalam
menentukan oklusi sentrik dan hubungan rahang, selain itu, relasi sentrik juga mempunyai fungsi
sebagai:
a. Berfungsi sebagai pusat dari seluruh gerakan mandibular
b. Apabila mandibular bergerak dari satu posisi eksentrik ke posisi eksentrik lain, maka
akan melewati keadaan relasi sentrik sebelum melanjutkan ke posisi eksenterik yang
dikehandaki
c. Kegiatan fungsional mengunyah dan menelan dilakukan dalam posisi ini
d. Pengaturan otot yang mempermudah mandibular agar berpindah ke posisi ini
e. Hasil cetakan rahang yang akan ditempatkan di articulator harus berada dalam posisi ini
karena posisi ini merupakan awal dari semua gerakan rahang
f. Dapat membantu mengatur condylar guidance pada articulator agar tercapainya oklusi
seimbang dari berbagai macam tekhnik untuk penentuan posisi relasi sentrik, tidak
semuanya dapat diaplikasikan terhadap pasien edentulous, ini diakibatkan oleh bentuk
dari residual ridge yang berbeda beda dari pasien, posisi dari relasi sentrik ini juga
berhubungan dengan postur dan bentuk kepala, oleh karena itu maka kepala pasien harus
selalu tegak lurus, posisi tangan operator juga merupakan salah satu faktor penting dalam
penetuan posisi relasi sentrik, dan menjaga dari hasil pengukuran dalam posisi yang
benar, tangan operator juga berguna untuk membantu pasien untuk menentukan posisi
relasi sentrik yang tepat dan meminimalisir gerakan dari jaringan pendukung.

6
Posisi dari relasi sentrik lumayan sulit untuk ditentukan, oleh karena itu ada baiknya agar kita
dapat melatih pasien terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang tepat, instruksikan pasien
untuk merilekskan rahang dan proses latihan dilakukan berulang kali agar pasien terbiasa dengan
posisi yang tepat.

a. Penentuan relasi sentrik pada pasien dengan kasus complete denture


Ada beberapa metode dalam menentukan keadaan pasien dalam relasi sentrik, yaitu:
1. metode fungsional chew in
a. metode needle house
menggunakan oklusal rim dengan 4 jarum metal yang akan membuat jejak apabila
mandibular digerakan
b. metode Peterson
menggunakan campuran dari plaster dan coburundum yang ditempatkan pada parit
yang telah dibuat pada oklusal rim, pergerakan dari mandibular akan meninggalkan
bekas kurva pada campuran plaster dan coburundum tadi
c. metode Meyers
menggunakan soft wax pada oklusal rim dan tin foil yang telah diberikan lubrikan untuk

7
membuat suatu bekas pergerakan yang dilakukan mandibular

2. metode excursi, dengan menggunakan gothic arch tracer


a. extraoral tracing (height tracer)
b. intraoral
c. menggunakan hasil pengecekan taktil dan inter oklusal
d. metode terminal hinge axis
e. metode dengan memanaskan salah satu dari oklusal rim
f. metode dengan menggunakan lapisan wax lunak yang diberikan pada bagian oklusal dari
oklusal rim
g. menggunakan cone lunak yang terbuat dari wax yang ditempatkan pada bagian bawah
basis trial denture cara aktif/fungsional
a. instruksikan pasien untuk merelaksasikan mandibulanya sementara operator
menggerakan mandibular pasien kearah atas dan belakang hingga pasien
merasakan kontak oklusi pertama pada bagian posterior
h. metode nucleus walkhoff, yaitu pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan meletakan
ujung lidahnya pada posisi paling atas dan belakang mulut beritahu pasien untuk
memajukan rahang atasnya dibandingkan mandibulanya dalam keadaan bagian posterior

8
berkontak, dan bantuan tekanan ringan dari operator pada daerah dagu
i. menengadahkan pasien dengan bantuan kursi agar terdapat bantuan gravitasi untuk
meretrudkan posisi mandibular.
j. Ketika sudah didapatkan posisi relasi sentrik dari pasien, maka beritahu pasien untuk
mengingat posisi ini.

Referensi
a. D.L. Saranda. 2007. Textbook of Complete Denture Prosthodontics: Jaypee Brothers
Medical Publisher.J.J. Sharry. 1974. Complete Denture Prosthodontics
b. Langland E.Olaf, Anglais P. Robert, Preece W. John. 2002. Principles of Dental
Imaging: Lippincott Williams & Walkins. M. Lovely. 2005. Review of Complete
Dentures: Jaypee Brothers Medical Publisher.
c. Nallaswamy Deepak. 2003. Textbook of Prosthodontics: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
d. Rahn O. Arthur, Ivanhoe R. john, Plummer D. Kevin. 2009. Textbook of Complete
Dentures: People’s Medical Publishing house-USA.

9
10

Anda mungkin juga menyukai