31 Mei 2023
Penyakit ulseratif paling umum pada mukosa mulut, tampak
sebagai ulkus dangkal bulat yang nyeri dengan batas
eritematosa yang jelas dan pusat pseudomembran abu-abu
kekuningan
A B
Gambar 1A. Lesi ulsersi pada mukosa gingiva Gambar 1B. Lesi ulserasi pada mukosa palatum durum
Perawatan
• Pasien didiagnosis stomatitis aftosa rekuren minor yang didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan klinis.
• Pasien diberikan terapi berupa obat topikal yang mengandung hyaluronic acid 0,2% 1 ml yang
dioleskan dua kali sehari pada lesi dengan cara lesi dikeringkan terlebih dahulu lalu dioleskan
obat topikal yang mengandung hyaluronic acid kemudian instruksikan pasien untuk tidak makan
atau minum selama 30 menit dan tablet Becom-zet yang diminum satu kali sehari satu tablet.
• Pasien di berikan KIE (informasi mengenai penyakit, faktor etiologi dan edukasi preventif
seperti menjaga kebersihan mulut, menyikat gigi dengan benar dan teratur, kontrol ke drg 6
bulan sekali)
Perawatan (setelah 1 minggu)
Pada kunjungan berikutnya (satu minggu setelah kunjungan pertama), pasien merasa sariawannya
sudah membaik dan tidak terasa sakit serta obat yang diresepkan digunakan secara teratur oleh pasien.
Pada pemeriksaan intra oral, terdapat lesi ulserasi dimukosa gingiva rahang bawah pada regio gigi 46
dengan ukuran 3x2 mm (Gambar 2A). Pada palatum durum tidak ditemukan lesi (Gambar 2B). Pasien
diinstruksikan untuk meneruskan penggunaan obat dan tetap menjaga oral hygiene
A B
Gambar 2A. Lesi ulserasi pada mukosa gingiva Gambar 2B. Tidak ditemukan lesi pada mukosa palatum
durum.
Perawatan (setelah 2 minggu)
Pada kunjungan berikutnya (dua minggu setelah kunjungan pertama), pasien merasa sariawannya
sudah membaik dan tidak terasa sakit, pada pemeriksaan intra oral, terdapat lesi ulserasi dimukosa
gingiva rahang bawah pada regio gigi 46 dengan ukuran 2x1 mm (Gambar 3).
Genetik
Faktor ini diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah Human Leucocyte Antigen (HLA). HLA
menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke
epitelium
Cedera mekanis
Cedera mekanis karena injeksi anestesi lokal, perawatan gigi, gigi tajam dan cedera karena sikat gigi
dapat rentan terhadap terjadinya ulserasi aftosa berulang. Kurangnya air liur yang cukup untuk melumasi
dan melindungi mukosa mulut dari cedera dan paparan antigenik dapat meningkatkan perkembangan
SAR
Kekurangan unsur mikro dan vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 dan asam folat atrofi epitel rongga mulut
Atrofi epitel rongga mulut pada pasien dengan defisiensi hematinik dapat menjelaskan mengapa
beberapa pasien dengan defisiensi hematinik cenderung mengalami SAR.
Kadar homosistein darah yang tinggi (karena defisiensi terutama vitamin B6 dan B12 dan asam folat)
pada beberapa pasien SAR peningkatan frekuensi trombosis pada arteriol yang menyuplai sel epitel
rongga mulut kerusakan epitel mulut ulserasi mulut.
Stres
Stres menginduksi aktivitas imunoregulasi dengan meningkatkan jumlah leukosit di tempat peradangan, ini
merupakan karakteristik yang sering diamati selama patogenesis SAR. Konsekuensi patofisiologi stres pada pasien
tidak sama, terutama mengingat mekanisme dinamis dan kompleks yang mempengaruhi tiap individu dengan cara
yang berbeda
Menstruasi
● Progesteron yang meningkat lalu menurun secara bermakna saat fase luteal pada siklus menstruasi
akan mengaktivasi gejala SAR.
● Menurunnya kadar progesteron tersebut menyebabkan faktor self limiting disease berkurang,
polymorphonuclear leukocytes menurun, proses maturasi sel epitel mulut menjadi terhambat dan
permeabilitas vaskuler meningkat.
● Perubahan permeabilitas vaskuler ini menyebabkan penipisan mukosa sehingga mudahnya terjadi
invasi bakteri yang menjadi penyebab iritasi dalam rongga mulut dan akhirnya menyebabkan SAR
setiap siklus menstruasi
Tabel 1. Gambaran Klinis SAR
Karakteristik Tipe SAR
Gambaran Minor Mayor Herpetiform
SAR Herpetiformis
Tabel. 2 Ciri-ciri penting yang perlu diperhatikan dari dokter umum.
Diagnosis Poin penting dalam riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan keluarga
Diagnosis SAR yang akurat tergantung Frekuensi dari ulserasi
pada riwayat klinis yang rinci dan akurat
serta pemeriksaan ulkus. Poin utama yang Durasi dari ulserasi
akan diperoleh dalam riwayat klinis
Jumlah ulser
ditunjukkan pada Tabel 2.
Lokasi ulser (non keratin atau keratin)
Ukuran dan bentuk ulser
Terkait kondisi medis
Genital ulserasi
Masalah pada kulit
Gangguan gastrointestinal
Riwayat pengobatan
Tepi ulser
Dasar ulser
Jaringan sekitarnya
Diagnosis
Tes investigasi untuk pasien dengan SAR persisten termasuk hemoglobin dan hitung
darah lengkap, tingkat sedimentasi eritrosit/protein C-reaktif, serum B12, serum/folat sel
darah merah, anti-gliadin dan autoantibodi anti-endomisia (Tabel 3).
Banding Etiologi Belum diketahui dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
trauma seperti trauma suatu zat
mekanis
Gambaran klinis ulkus yang berulang, bentuk yang tidak area eritema berwarna
multipel, kecil atau spesifik tergantung merah cerah dan
ovoid, memiliki dasar pada etiologi edema yang
berwarna kuning dan melibatkan gingiva,
dikelilingi oleh halo lidah, bibir
eritematosa
● Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya ulserasi yang terjadi secara
kambuhan atau berulang pada mukosa mulut tanpa adanya tanda-tanda dari suatu penyakit sistemik lainnya.
● SAR dibedakan menjadi 3 jenis yaitu, SAR tipe minor, SAR tipe mayor dan SAR herpetiformis. Etiologi SAR
masih belum jelas diketahui, namun sering berhubungan dengan gangguan aktivasi sistem imun.
● Gambaran klinis SAR berupa ulkus yang berulang dengan batas tegas, terdapat rasa nyeri, berbentuk bulat atau
oval dengan dasar lesi yang nekrotik dan terdapat tepi eritematosa.
● Penegakan diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser. Beberapa faktor seperti
cedera mekanis, hormonal, stres dan defisiensi nutrisi yang dapat mencetuskan terjadinya SAR.