Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PRAKTIKUM

PENYAKIT PADA GIGI DAN MULUT

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Mata Kuliah Patologi Rongga Mulut

Oleh,

Shafa Marwah Aurilla Kusdinar


NIM.P2.06.25.2.18.032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI
2019
1. Definisi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang lebih dikenal sebagai sariawan merupakan salah satu
penyakit mulut yang paling umum, dimana SAR adalah radang kronik pada mukosa mulut,
berupa ulkus yang terasa nyeri dan selalu kambuh, terutama pada jaringan lunak rongga
mulut. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, lidah, serta palatum dalam
rongga mulut.

Meskipun penyakit ini tidak berbahaya tetapi keberadaannya di rongga mulut sangat

mengganggu sehingga mengakibatkan kesulitan dalam berbicara, makan, dan menimbulkan

bau mulut yang tidak enak.2 Secara klinis SAR memiliki ciri-ciri seperti ulkus dangkal

berbentuk bulat atau oval, berwarna putih kekuningan, dan biasanya terjadi pada anak-anak

dan remaja yang angka kejadian tertinggi terdapat pada wanita. Gambaran klinis stomatitis

aftosa rekuren dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu SAR tipe minor, SAR tipe mayor, dan

SAR tipe herpetiform. Tipe minor paling umum ditemukan, prevalensinya berkisar (80-95%),

SAR tipe mayor (10-15%), dan SAR tipe herpetiform (5-10%). Beberapa penelitian

melaporkan prevalensi SAR di negara-negara dengan angka kejadian tertinggi di Amerika

Serikat mencapai 60%, Thailand 46,7%, Swedia 2%, Spanyol 1,9%, Malaysia 0,5%.

SAR dapat bertahan untuk beberapa hari atau minggu, biasanya sembuh tanpa bekas

dalam 10-14 hari. Bersifat ulang kambuh dalam periode yang bervariasi dan dapat sembuh

sendiri tanpa pengobatan.

2. Etiologi/Penyebab dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Dalam beberapa kasus, penyebab dari stomatitis belum diketahui secara pasti. Namun, dapat
dipastikan bahwa penyakit ini muncul akibat adanya beberapa faktor, mulai dari obat-obatan
tertentu hingga makanan yang dikonsumsi.

Pada tipe herpes, penyebab paling utamanya adalah virus herpes simplex atau HSV. Anak-
anak lebih rentan mengalami kondisi ini apabila terpapar virus ini. Penularannya pun lebih
mudah terjadi dari satu orang ke orang lainnya.

Berikut adalah penyebab stomatitis yang paling umum:


 Trauma saat pemasangan kawat gigi
 Tidak sengaja menggigit bagian dalam pipi, lidah, atau bibir
 Pernah menjalani operasi mulut
 Infeksi virus herpes
 Infeksi jamur
 Menjalani kemoterapi kanker
 Menderita xerostomia atau mulut kering

Penyebab-penyebab lainnya meliputi:

 Reaksi terhadap alergi


 Sistem imun melemah
 Infeksi bakteri
 Iritasi akibat zat kimia
 Stres
 Menderita penyakit tertentu
 Merokok
 Penyakit gigi
 Kekurangan vitamin dan nutrisi
 Obat-obatan seperti antibiotik
 Lidah terbakar akibat makan dan minum terlalu panas

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI

Sampai sekarang faktor-faktor penyebab SAR belum diketahui dengan pasti. Tetapi

ada beberapa faktor umum yang diperkirakann menjadi penyabab SAR antara lain:

Faktor Keturunan

Faktor keturuan dianggap memiliki peranan yang sangat penting pada pasien yang

menderita SAR. Faktor keturunan diperkirakan berhubungan dengan peningkatan human

leucocyte antigen (HLA), tetapi ada beberapa ahli yang menolak pernyataan tersebut. HLA

menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik melalui pengaktifkan sel mononukleus ke

epitalium. Jika kedua orangtua mengalami SAR maka besar kemungkinan akan terkena

kepada anak-anaknya. Pasien dengan keluarga memiliki riwayat penyakit SAR akan terkena
SAR pada usia muda dan SAR yang diderita akan lebih berat dibandingkan dengan pasien

yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit SAR.6

Faktor Defisiensi Nutrisi

Penelitian yang dilakukan pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderita

defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13%

defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi

dan 2% defisiensi ketiganya. Pasien yang menderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin

B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien

tersebut kesehatannya membaik.6

Selain itu, vitamin B1, B2, dan B6 juga mempengaruhi timbulnya SAR. Dari 60 pasien

yang menderita SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-

vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi

ketiganya. Perawatan dan pengobatan dengan pemberian vitamin tersebut memberikan

dampak yang baik yaitu dapat dilihat ulser sembuh dan rekuren berkurang.6

Defisiensi Zink ditemukan pada penderita SAR, pasien tersebut diberi 50 mg Zink

Sulfat peroral setiap tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi SAR sembuh dan tidak kambuh

lagi selama satu tahun. Beberapa peneliti berpendapat bahwa adanya defisiensi Zink pada

pasien penderita SAR karena pemberian preparat Zink memperlihatkan adanya perbaikan,

walaupun pada umunya kadar serum Zink pada pasien yang menderita SAR normal.6

Faktor Gangguan Imunologi

Teori tentang imunopatogenesis dari SAR tidak ada yang seragam, disregulasi imun

diperkirakan memegang peranan terjadinya SAR. Ada penelitian yang mengemukakan bahwa

adanya respon imun yang berlebihan pada pasien menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa.
Respon imun ini berupa sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa dimana pemicunya

tidak diketahui.6

Selain faktor-faktor umum tersebut ada beberapa faktor lainnya yaitu tahap

menstruasi, alergi makanan, AIDS, defisiensi hematinik, hipersensitivitas makanan, infeksi

bakteri dan virus, perubahan hormonal, trauma, tembakau, obat-obatan dan penggunanaan

pasta gigi.3

Faktor utama yang diperkirakan dapat menyebabkan SAR adalah stres. Stres

merupakan salah satu terminologi yang popular dibicarakan dalam percakapan sehari-hari

seiring meningkatnya modernisasi dan dinamika kehidupan. Stres diartikan sebagai respon

nonspesifik tubuh akibat perubahan sosial dari modernisasi.3

Dokter gigi seharusnya mampu mempertimbangkan faktor-faktor di atas sebagai

penyebab muncul dan berkembangnya SAR.

3. Gejala dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Stomatitis adalah kondisi yang secara umum menyebabkan rasa sakit, demam, rasa lelah,
sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan. Biasanya, penderita memiliki satu atau lebih luka
kecil pada bagian bibir, gusi, lidah, atau bagian dalam pipi.

Luka terlihat berwarna merah dan dapat terasa sakit, terbakar, atau gatal. Sakit ketika makan
dan menelan. Terkadang, penderita juga memiliki napas yang tidak sedap (halitosis). Tingkat
keparahan dan lama kemunculan gejala tergantung pada jenis yang diderita.

1. Stomatitis aftosa

Berikut adalah gejala-gejala yang muncul apabila Anda menderita peradangan mulut jenis
aftosa:

 Muncul rasa nyeri


 Luka sariawan berbentuk lingkaran bergaris merah, dengan warna putih atau kuning di
tengah
 Berlangsung selama 5 hingga 10 hari
 Dapat muncul kembali di lain waktu
2. Stomatitis herpes

Sedikit berbeda dengan tipe aftosa, berikut adalah tanda-tanda dan gejala yang mungkin
timbul jika Anda menderita peradangan mulut akibat virus herpes:

 Demam hingga 40 derajat Celsius


 Demam muncul beberapa hari sebelum luka muncul
 Kesulitan menelan
 Tidak dapat minum dan makan dengan normal
 Pembengkakan gusi
 Rasa sakit
 Produksi air liur berlebihan
 Napas berbau tidak sedap
 Dehidrasi

4. Penampakan Klinis secara Intra Oral (SAR)

Tidak ada metode diagnosa laboratorium spesifik yang dapat dilakukan untuk

menegakkan diagnosa SAR menyebabkan pentingnya gambaran klinis SAR untuk diketahui.

SAR diawalin dengan gejala rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum ulser muncul.6

Tahap perkembangan SAR yaitu :

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama saat perkembangan lesi SAR. Saat

prodormal, pasien akan merasakan seperti rasa terbakar saat lesi akan muncul. Secara

mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai

berkembang.6

2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama saat perkembangan lesi SAR.

Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus.

Intensitas rasa nyeri akan meningkat pada tahap pre-ulserasi.6

3. Tahap ulseratif, terjadi selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-

papula akan berulserasi dan ulser itu akan dibungkus oleh lapisan fibromembranous

yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.6

4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke-4 hingga 35. Ulser akan ditutupi oleh

epitalium. Penyembuhan luka terjadi dan sering menyisakan jaringan parut yang
dimana lesi SAR pernah mucul. Semua lesi SAR sembuh dan berkembanglah lesi

baru.6

5. Perawatan dan Pengobatan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

PERAWATAN

SAR adalah penyakit yang sampai saat ini penyebabnya belum diketahui dengan pasti.

Karena penyebabnya sulit diketahui maka perawatannya lebih untuk mengobati keluhannya

saja. Perawatan merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan untuk mengurangi gejala,

mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas penyakit. Perawatan

terbaik yaitu perawatan yang dapat mengendalikan ulkus selama mungkin dan dengan efek

seminimum mungkin.

Untuk perawatan dapat dilakukan dengan pengaturan diet, pemberian obat kumur

salin hangat dan anjuran untuk beristirahat dengan cukup.

Terapi biasanya dilakukan secara empiris dan paliatif. Namun demikian, tidak ada satu

obat pun yang dapat benar-benar menghilangkan lesi dengan sempurna. Penderita perlu diberi

tahu bahwa kelainan tersebut tidak dapat diobati, tetapi dapat diredakan dan biasanya dapat

sembuh sendiri.8

PENGOBATAN

Tujuan dari pengobatan simtomatik yang dilakukan adalah untuk mengurangi rasa nyeri,

mempersingkat perjalanan lesi, dan memperpanjang interval bagi kemunculan lesi.

Obat yang dapat digunakan antara lain: anestetikum (benzocaine 4% dalam borax

glycerine), obat kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate 0,2%, larutan tetrasiklin 2%),
anti inflamasi dan anti udema (sodium hyaluronat), obat muko-adhesive dan anti inflamasi

(bentuk kumur atau gel), kortikosteroid topikal (triamcinolone in orabase).

Kortikosteroid tidak mempercepat penyembuhan lesi, tetapi dapat mengurangi rasa sakit

pada peradangan yang ada. Sedangkan pada triamcinolone in orabase, kortikosteroid

dicampur dengan media orabase yang dapat membuatnya melekat pada mukosa mulut yang

selalu basah. Jika pengolesan obat ini dilakukan dengan tepat, maka orabase akan menyerap

cairan dan membentuk gel adesif yang dapat bertahan melekat pada mukosa mulut selama

satu jam atau lebih. Namun, pengolesan pada erosi/ulser agak sedikit sulit untuk dilakukan.

Gel yang terjadi akan membentuk lapisan pelindung di atas ulkus, sehingga pasien akan

merasa lebih nyaman. Kortikosteroid akan dilepaskan secara perlahan. Selain itu obat ini juga

memiliki sifat anti inflamasi.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat, obat kumur

tetrasiklin secara bermakna dapat menurunkan frekuensi dan keparahan stomatitis aftosa. Isi

kapsul tetrasiklin (250 mg) dilarutkan dalam 15 mL air matang, ditahan selama 2 – 3 menit

dalam mulut, dikumur tiga kali sehari. Pada beberapa pasien, penggunaan selama 3 hari dapat

meredakan stomatitis aftosa rekuren (Cawson dan Odell, 2008).

Obat kumur chlorhexidine 0,2% juga dapat digunakan untuk meredakan durasi dan

ketidaknyamanan pada stomatitis aftosa. Cara penggunaannya adalah tiga kali sehari sesudah

makan, ditahan dalam mulut selama minimal 1 menit .

Kadang pemberian vitamin B-12 atau asam folat sudah cukup untuk meredakan

stomatitis aftosa frekuren.8


6. Berdasarkan gambaran klinis SAR dibagi menjadi tiga tipe antara lain:

1. SAR Tipe Minor

Gambar 1. SAR Tipe Minor

 Keadaan yang biasa atau tipe SAR yang paling sering ditemui,

 Biasanya ulser berbentuk bulat atau bulat telur,

 Tidak melekat pada gusi atau langit-langit keras dan jarang pada dorsum lidah,

 Diameternya 2-4 mm

 Sembuh dalam waktu 10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.7

2. SAR Tipe Mayor

Gambar 2. SAR Tipe Mayor

 Keadaan yang tidak biasa atau SAR yang jarang ditemui,

 Biasanya ulser berbentuk bulat atau bulat telur,


 Diameter ulkus kira-kira satu sampai beberapa centimeter

 Bertahan selama berbulan-bulan sebelum sembuh tanpa jaringan lunak.7

3. SAR Tipe Herpetiform

Gambar 3. SAR Tipe Herpetiform

 Keadaan yang tidak biasa atau SAR yang jarang ditemui,

Ulkus awalnya 1-3 mm, tetapi dalam jumlah yang sangat banyak.

Anda mungkin juga menyukai