Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI

DENGAN STOMATITIS AFTOSA


REKUREN PADA SISWI SMA
NEGERI 4 DENPASAR
Oleh:
Ida Ayu Cyinthia Asawista Prabasari
1602551042

Pembimbing I : Pembimbing II :
drg. I Gusti Agung Dyah Ambarawati, M.Biomed dr. Agus Eka Darwinata, S.Ked., Ph.D.
BAB I
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang
Masalah Rongga akibat
Kesehatan Gigi dan Mulut Masalah Rongga Mulut
aktivitas hormonal di
Remaja Indonesia Remaja Indonesia
masa pubertas

Menstruasi
Hubungan (SAR) dengan
Stomatitis Aftosa • Fase menstruasi
Siklus Menstruasi di SMAN
Rekuren (SAR) • Fase folikuler/
4 Denpasar.
proliferasi
• Fase sekresi/ luteal

3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat
dirumuskan pada penelitian ini adalah :

“Apakah ada hubungan antara Siklus Menstruasi dan


Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di SMAN 4 Denpasar ?”

4
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
◎ Untuk menganalisis hubungan siklus menstruasi
dengan SAR
Tujuan Khusus
◎ Untuk menganalisis hubungan siklus menstruasi
dengan SAR pada siswi SMA Negeri 4 Denpasar
◎ Untuk mengetahui gambaran distribusi kejadian
SAR pada siswi SMA Negeri 4 Denpasar

5
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
◎ Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar sebagai
refrensi untuk penelitian selanjutnya.
◎ Dapat memberikan informasi mengenai siklus
menstruasi sebagai faktor predisposisi terjadinya SAR
◎ Dapat memberikan informasi mengenai gambaran
distribusi kerjadian SAR pada siswi SMA Negeri 4
Denpasar

6
Manfaat Praktis
Dengan dilakukannnya penelitian ini diharapkan:
◎ Meningkatnya pemahaman mengenai hubungan faktor
predisposisi siklus menstruasi dengan terjadinya SAR.
◎ Sebagai dasar pelaksanaan program oleh pemerintah
untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan terhadap
masyarakat mengenai kejadian SAR yang dikaitkan
dengan faktor predisposisi siklus menstruasi.

7
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

8
Stomatitis Aftosa
Rekuren
Definisi :

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan kondisi ulkus


pada mukosa mulut yang sering ditemukan di berbagai populasi.
RAS tidak menular dan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 7 –
14 hari tanpa perawatan namun dapat menyebabkan sensasi nyeri
dan terbakar sehingga dapat mengganggu fungsi rongga mulut
penderitanya

9
Epidemiologi :

• Menurut Woo.SB,dkk (2008) dan Bruch.JM,dkk (2010), Pada


umumnya, SAR dapat mengenai sekitar 20% populasi dengan
peningkatan dapat mencapai lebih dari 60%.

• Menurut Dowst-Mayo.L (2016), Prevalensi SAR lebih tinggi pada


tingkat sosioekonomi tinggi daripada sosioekonomi rendah dan
wanita lebih rentan dari pada laki-laki.

• Menurut Yogasedara dkk, 2015 ; Bruch JM dkk,2010, Sekitar 80%


pasien mengalami SAR diusia <30 tahun. Pada beberapa kasus,
frekuensi dan keparahan SAR akan meningkat seiring
bertambahnya usia. SAR jarang terjadi pada usia lanjut.
10
Faktor Predisposisi :

• Genetik
• Trauma
• Obat-obatan
• Siklus menstruasi
• Alergi
• Defiensi nutrisi
• Stres
• Penyakit sistemik.

11
a. Genetik
SAR yang dialami oleh orang tua kemungkinan besar akan
diturunkan kepada anaknya dengan persentase 24-46% dan 90%
pada kedua orang tua menderitya SAR.

b. Trauma
Menurut Norwitz(2008), Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas
terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Pada hasil pemeriksaan
klinis, bahwa ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada
mukosa mulut.

12
c. Obat-Obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan
berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih
besar untuk terjadinya SAR (Dowst-Mayo L ,2008 ; Regezi JA
dkk,2008).

d. Siklus Menstruasi
Pada menstruasi terjadi penurunan kadar hormon progesteron
akan menghambat maturasi sel epitel yang akan memudahkan
terjadinya invasi bakteri sehingga SAR terjadi (Tandadjaja AK dkk,
2014).
13
e. Alergi
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap
beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur,
lipstik, dll.

f. Defisiensi Nutrisi
Peranan nutrisi sebagai salah satu faktor terjadinya SAR 5-10%.
Defisiensi nutrisi dapat menurunkan sistem imun dan menghambat
sintesis protein pada jaringan.

14
g. Stres
Saat stres terjadi peningkatan kadar hormon kortisol di dalam
darah. Jumlah leukosit yang meningkat menyebabkan mudah nya
terjadi peradangan dan berlanjut menyebabkan SAR.

h. Peyakit Sistemik
SAR merupakan salah satu manifestasi adanya penyakit sistemik.
(Ujevic.A, 2013; Matute.GR, 2011), antaralain :
• Penyakit gastrointestinal
• Anemia
• Leukemia
• HIV
15
Gambaran Klinis
SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu:
• Stomatitis aftosa rekuren tipe minor
• Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor
• Stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiformis

16
SAR Minor
Tipe minor mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75-85%
dari keseluruhan SAR, yang ditandai dengan adanya:
• Ulser berbentuk bulat dan oval
• Dangkal
• Diameter 1-10 mm
• Dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous

Ulserasi dari tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-


keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut akan
sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas
jaringan parut
17
18
SAR Mayor
Insiden kejadian SAR mayor lebih sedikit dari pada SAR minor
yaitu sekitar 10%. SAR mayor ditandai dengan:
• Diameter lebih dari 10 mm
• Inflamasi lebih dalam
• Lebih nyeri
• Mempunyai durasi yang lebih lama (2-6 minggu) daripada SAR
minor.

Sembuh dengan dapat meninggalkan skar atau bekas di jaringan.


Pada umumnya SAR mayor dapat mengenai mukosa tidak
berkeratin dan berkeratin.
19
20
SAR Herpetiform
Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya
(yang dapat terdiri dari 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu).

SAR tipe herpetiformis jarang terjadi yaitu sekitar 5%-10% dari


kasus SAR. Ditandai dengan:
• Berbentuk bulat atau oval
• Mempunyai diameter 0,5- 3,0 mm
• Ulser bergabung bentuknya tidak teratur.
• Setiap ulser berlangsung selama 1-2 minggu
• Tidak akan meninggalkan jaringan parut ketika sembuh.

21
22
Diagnosa
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis
dari ulser.

Anamnesa: Pemeriksaan fisik:


 Merasakan sakit dan terbakar pada  Ulser pada bagian mukosa mulut
mulutnya  Bentuk yang oval dengan lesi ±1
 Lokasi ulser berpindah-pindah dan cm
sering berulang  Jumlahnya sekitar 2-6
 Harus ditanyakan sejak dari umur  Pemeriksaan tambahan:
berapa terjadi, lama (durasi), serta pemeriksaan sitologi, biopsi, dan
frekuensi ulser kultur bila ulser tidak kunjung
sembuh.

23
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari SAR didahului dengan edukasi karena
kebanyakan pasien tidak mengetahui SAR, penyebab, dan bagaimana
menangani gejalanya.

Terapi lokal :
• Obat kumur campuran sodium
biokarbonat dan air hangat Terapi sistemik :
• Obat kumur dengan • NSAID
kandungan antibiotik seperti • Prednisolone
• Klorheksidin glukonat • Pentoxyphyline
• Steroid topikal seperti • Dapsone
fluocinonide, betamethasone,
clobetasol

24
Menstruasi
Definisi : Menstruasi merupakan proses keluarnya darah dari
uterus yang di akibatkan oleh meluruhnya lapisan dinding rahim
disertai dengan terlepasnya endomentrium yang terjadi setiap
bulan.

25
Siklus Menstruasi :
Siklus menstruasi terdiri dari beberapa fase yaitu:
• Fase menstruasi (1-5 hari)
• Fase folikuler/ proliferasi (5-15 hari)
• Fase sekresi/luteal (15-28 hari)

26
Fase Menstruasi
Fase menstruasi adalah fase meluruhnya lapisan endometrium
yang ditandai dengan perdarahan dari uterus dikarenakan
kehamilan tidak terjadi (1-5 hari).

Fase folikuler/ proliferasi adalah fase yang dimulai pada akhir fase
menstruasi dan berakhir pada saat ovulasi (5-15 hari).

Fase sekresi/ luteal adalah fase yang dimulai pada saat ovulasi
dan berlangsung sampai hari ke 28 siklus menstruasi (15-28 hari).

27
Perubahan Rongga Mulut Akibat
Siklus Menstruasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ballan (2012)


Perubahan mukosa rongga mulut yang ditemukan dalam penelitian
tersebut adalah SAR (30%), perdarahan gingiva (8%), dan herpes
labialis rekuren (5%).

28
SAR
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) SAR merupakan ulser pada
rongga mulut yang bersifat rekuren. Siklus menstruasi
menyebabkan SAR karena adanya perubahan kadar progesteron.
Wanita yang mengalami SAR karena faktor predisposisi siklus
menstruasi kemungkinan besar akan mengalami SAR setiap
bulannya.

29
Hubungan Siklus Menstruasi
dengan SAR
• Progesteron yang meningkat lalu menurun secara bermakna saat
fase luteal pada siklus menstruasi akan mengaktivasi gejala SAR.

• Kadar progesteron menurun tersebut dapat menyebabkan


permeabilitas vaskuler meningkat.

• Perubahan permeabilitas vaskuler ini menyebabkan penipisan


mukosa sehingga mudahnya terjadi invasi bakteri yang menjadi
penyebab iritasi dalam rongga mulut, dan akhirnya menyebabkan
SAR.
30
BAB III
KERANGKA
KONSEP DAN
HIPOTESIS

31
Menstruasi

Siklus menstruasi
• Fase menstruasi
• Fase folikuler/ proliferasi
• Fase sekresi/ luteal
 

Kerangka Konsep Fluktuasi Hormon

1. Genetik

Penipisan Mukosa 2. Trauma

Rongga Mulut 3. Obat-obatan


4. Alergi
5. Defisiensi Nutrisi

Stomatitis Aftosa 6. Stres

Rekuren (SAR) 7. Penyakit Sistemik

Mengalami RAS Tidak mengalami RAS


32
Hipotesis

H0: Tidak adanya hubungan antara Siklus Menstruasi dan Stomatitis


Aftosa Rekuren (SAR) di SMAN 4 Denpasar.
 
H1: Terdapat hubungan antara Siklus Menstruasi dan Stomatitis Aftosa
Rekuren (SAR) di SMAN 4 Denpasar.
 

33
BAB IV
METODE
PENELITIAN

34
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional

35
Populasi dan Sampel
Populasi
• Populasi target dalam penelitian ini adalah anak sekolah di SMAN 4
Denpasar.
• Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak Sekolah usia
15-18 tahun di SMAN 4 Denpasar.

Sample Penelitian
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-
probability purposive sampling yaitu subjek dalam populasi tidak
mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat terpilih yang didasari
oleh kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
36
Kriteria inklusi:

• Siswi SMAN 4 Denpasar dengan siklus menstruasi normal yaitu


yang memiliki lama siklus menstruasi 24-35 hari dan mengalami
menstruasi (perdarahan dari uterus) selama 3-5 hari
• Siswi usia anak usia 15-18 tahun yang terdaftar di SMAN 4
Denpasar Tahun 2018-2019.
• Siswi SMAN 4 Denpasar yang menderita SAR
• Siswi SMAN 4 Denpasar yang bersedia menjadi subjek penelitian
dan mendapat persetujuan orangtua dengan mengisi informed
consent.

37
Kriteria eksklusi:

• Siswi SMAN 4 Denpasar yang tidak datang saat dilakukannya


penelitian.
• Siswi SMAN 4 Denpasar yang menolak menjadi subjek penelitian.

38
 Besar Sampel:

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan persentase terjadinya SAR yang
dihubungkan dengan siklus menstruasi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Patil.S(2014) yaitu:

 
n1 = n2 = 27 Orang

Untuk menghindari bias penelitian, jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah
sampel minimum menjadi 30 orang.

39
Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian
• Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober-Januari 2020.

Lokasi Penelitian
• Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Denpasar.

40
Variabel dan Definisi Operasional

Variabel
1. Variabel bebas (Independent) : siklus menstruasi.
2. Variabel terkait (Dependent) : SAR.

41
Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Bebas Siklus Proses reguler setiap 24-35 hari Pengisian kuesioner Kuesioner, kalender Kategorik dengan
menstruasi yang dialami wanita yang terdiri     data nominal
  dari fase menstruasi, fase folikuler, yaitu fase
dan fase luteal yang ditandai menstruasi, fase
dengan perdarahan dari uterus folikuler, atau
selama 3-5 hari. fase luteal.
   
  Fase menstruasi Fase dalam siklus menstruasi yang Pengisian kuesioner Kuesioner, kalender Kategorik dengan
  ditandai dengan perdarahan dari dan perhitungan   data nominal
uterus, terjadi dari hari pertama perkiraan fase yaitu ya atau
sampai kelima. menstruasi tidak.
     

42
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
  Fase folikuler/ Fase dalam siklus menstruasi yang Pengisian kuesioner Kuesioner, kalender Kategorik dengan
proliferasi terjadi pada hari keenam sampai ke- dan perhitungan   data nominal yaitu ya
  15 sejak hari pertama fase perkiraan fase atau tidak.
menstruasi. folikuler/ proliferasi  
   

  Fase sekresi/ Fase dalam siklus menstruasi yang Pengisian kuesioner Kuesioner, kalender Kategorik dengan
luteal terjadi pada hari ke-16 sampai ke35 dan perhitungan   data nominal yaitu ya
  sejak hari pertama fase menstruasi. perkiraan fase atau tidak.
  sekresi/ luteal.  
 

Terikat SAR Penyakit rongga mulut yang secara Pemeriksaan klinis Kaca mulut, lembar Kaca mulut, lembar
    klinis ditandai ulser oval/bulat, dengan melihat ada pemeriksaan pemeriksaan
berulang, dasar keabu-abuan/ tidaknya SAR pada    
kekuningkuningan, dan dikelilingi oleh rongga mulut
eritema halo, dengan penyebab yang  
tidak diketahui.
  43
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur

Terikat SAR Tipe minor mengenai sebagian besar Pemeriksaan klinis Kaca mulut, lembar Kaca mulut, lembar
  Minor pasien SAR yaitu 75% sampai dengan dengan melihat ada pemeriksaan pemeriksaan
85% dari keseluruhan SAR, yang tidaknya SAR pada    
ditandai dengan adanya ulser rongga mulut
berbentuk bulat dan oval, dangkal,  
dengan diameter 1-10 mm, dan
dikelilingi oleh pinggiran yang
eritematous. Ulserasi dari tipe minor
cenderung mengenai daerah-daerah
non-keratin, seperti mukosa labial,
mukosa bukal dan dasar mulut.

44
Prosedur Penelitian

Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III

Fase
Fase folikuler Fase sekresi
menstruasi

Fase
Kuisioner Siswi Fase folikuler Fase sekresi
menstruasi

Fase
Fase sekresi Fase folikuler
mesntruasi

45
Metode Pengumpulan Data

46
Sarana Penelitian
Alat Penelitian:
1. Kuesioner
2. Lembar pemeriksaan
Bahan Penelitian:
3. Kalender
1. Desinfektan
4. Kaca mulut
2. Masker
5. Jangka
3. Sarung tangan
6. Penggaris
7. Nirbeken
8. Alat tulis
9. Kamera

47
Teknik Analisis Data

Analisis univat
Data univariat akan dihitung dalam bentuk persentasi. Data univariat
disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi :
• Distribusi frekuensi usia subjek penelitian pada subjek penelitian
• Distribusi frekuensi gambaran klinis SAR pada kelompok SAR.
• Distribusi frekuensi faktor predisposisi SAR pada subjek penelitian.
• Distribusi frekuensi setiap fase siklus menstruasi pada subjek
penelitian.

48
Analisis Bivariat
Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan Siklus Menstruasi
dengan SAR . Data terlebih dahulu dianalisis dengan dilakukannya Uji
T berpasangan ( paired t-test) , selanjutnya akan diolah menggunakan
program SPSS untuk mengetahui hipotesis antara variabel bebas dan
variabel terkait.

49
TERIMA KASIH

50

Anda mungkin juga menyukai