Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dikenal juga dengan istilah apthae, atau
canker sores, merupakan suatu penyakit mukosa mulut yang paling sering terjadi. Di
Indonesia orang awam lebih mengenalnya dengan istilah sariawan. Karakteristik dari
penyakit ini yaitu ditandai oleh ulser berulang yang menyakitkan di rongga mulut dan
berbentuk bulat atau oval dan dikelilingi inflamasi. Istilah “stomatitis aftosa rekuren”
dapat diartikan sebagai ulser berulang yang terbatas pada rongga mulut saja dan dapat
muncul tanpa adanya pengaruh dari penyakit sistemik (Scully, 2006).
Sebenarnya SAR merupakan penyakit yang relatif ringan karena tidak bersifat
membahayakan jiwa dan tidak menular, namun bagi sebagian orang ini sangat
mengganggu. Orang-orang yang mengalami SAR akan merasa sangat terganggu
terutama dalam hal fungsi pengunyahan, penelanan dan berbicara. Masa penyembuhan
SAR yang relatif lama, berkisar antara 7 hari bahkan sampai berbulan-bulan dan sifat
penyakit ini yang sering kambuh juga membuat pasien menjadi kurang nyaman
(id.portalgaruda.org, 2016).
Stomatitis Aftosa Rekuren merupakan penyakit mulut yang penyebabnya belum
diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang diduga menjadi
pencetus SAR. Beberapa faktor predisposisi seperti, stres, alergi makanan, genetik,
trauma dan ketidakseimbangan hormonal diduga menjadi pencetus timbulnya SAR
(id.portalgaruda.org, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, berikut rumusan masalah pada
makalah ini.
1. Apakah penyakit SAR?
2. Apa penyebab penyakit SAR?
3. Apa saja gejala SAR?
4. Apa saja gambaran klinis SAR?

1
2

5. Apa saja tipe pada SAR?


6. Apa saja pengobatan SAR?
7. Apa saja cara pencegahan SAR?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan penulisan makalah.
1. Untuk mengetahui pengertian SAR
2. Untuk mengetahui penyebab SAR
3. Untuk mengetahui gejala SAR
4. Untuk mengetahui gambaran klinis SAR
5. Untuk mengetahui tipe pada SAR
6. Untuk mengetahui pengobatan SAR
7. Untuk mengetahui pencegahan SAR
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


Stomatitis Aftosa Rekure (SAR) yang biasa disebut sariawan oleh orang awam
di Indonesia, merupakan penyakit akibat adanya bakteri, virus, dan jamur penyebab
stomatitis. Hasyyati (2014) menyatakan “Stomatitis adalah radang yang terjadi di
daerah mukosa mulut, yang biasanya melibatkan pipi, gusi, lidah, bibir, kerongkongan
dan bagian atas atau bawah mulut.”. Sementara itu menurut Samiadi (2016) menyatakan
“Stomatitis adalah peradangan (pembengkakan, kemerahan) yang umum terjadi pada
bagian mulut.”
“Radang ini bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi dalam mulut itu sendiri,
seperti kesehatan mulut yang buruk, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik, atau
akibat luka bakar mulut karena makanan atau minuman panas  atau kondisi-kondisi
yang mengenali seluruh tubuh, seperti pengobatan, reaksi alergi, terapi radiasi atau
infeksi. Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang nyeri, terkait dengan eritematosa
(kemerahan), pembengkakan, dan terkadang perdarahan pada daerah yang terkena.
Napas tidak sedap (halitosis) juga bisa menyertai kondisi. Stomatitis mengenai semua
kelompok usia, dari bayi sampai orang tua” (Hasyyati, 2014).

2.2 Penyebab Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


Penyebab penyakit ini diantaranya luka tergigit, mengkonsumsi makanan
/miuman panas, alergi, kekurangan vitamin C dan zat besi, gangguan pencernaan,
kebersihan mulut tidak terjaga, faktor psikologi, kondisi tubuh tidak fit, kebersihan
mulut yang kurang, letak susunan gigi/kawat gigi, infeksi jamur dan kuman (Agung,
2013:01).

2.3 Gejala Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


“Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang
kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang
ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah

3
4

atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita
susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya
juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan
sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai
waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada
sel kankernya” (Agung, 2013:01).
2.4 Gambaran Klinis Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
“Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa
laboratorium yang spesifik yang dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosa SAR.
SAR diawali gejala prodormal yang dilukiskan/ digambarkan sebagai rasa sakit, rasa
terbakar atau tertusuk-tusuk 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan,
berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-
abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari
atau bulan. SAR dibagi menjadi 4 tahap yaitu premonitori, pre-ulseratif, ulseratif dan
penyembuhan.
1. Tahap premonitori, terjadi pada pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR.
Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada
tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan
menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang.
2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR.
Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematous.
Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap preulserasi ini.
3. Tahap ulseratif, akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada
tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi  oleh
lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang
berkurang.
4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke-4 hingga 35. Ulser tersebut akan
ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan selalu tidak
meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Oleh karena itu,
semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang”
(https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02).
5

2.5 Tipe pada Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


“Berdasarkan gambaran klinisnya Stomatitis Aftosa Rekuren dibagi dalan 3 tipe
yaitu SAR tipe minor, SAR tipe mayor dan SAR tipe herpetiform.
a. SAR Tipe Minor
SAR tipe minor adalah penyakit yang paling sering ditemui, sekitar 70 sampai
90 persen dibandingkan tipe SAR yang lainnya. Pada stadium awal SAR tipe minor
timbul rasa sakit dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat.
Kadang-kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa
jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang
berangsur-angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah,
rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami demam ringan, kelenjar limpa dan
malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter < 1 cm. Permukaan abu-abu
sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan lesi
yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang-kadang bisa sampai 8. Lokasi
biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi
dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.
b. SAR Tipe Mayor
Stomatitis tipe ini disebut juga Recurrent Scarring Aphthous Ulser, kira-kira
berkisar 10 sampai 15 persen dari kasus SAR adalah stomatitis aftosa tipe mayor. Pada
stadium permulaan berupa nodul atau plak yang kecil, lunak, merah dan sakit yang jika
pecah akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi > 1 cm dan dapat mencapai hingga 5
cm. Tepi lesinya meninggi dan erythematous. Lesi berbentuk kawah warna abu-abu dan
keras jika di palpasi. Tipe ini sering diragukan dengan squamus karsinoma. Masa
penyembuhannya sekitar 3-6 minggu. Lesi yang sembuh akan meninggalkan parut.
c. SAR Tipe Herpetiformis
Stomatitis tipe ini sangat jarang terjadi, biasanya sekitar 5-10 persen dari kasus
SAR yang terjadi. Ukurannya lebih kecil, sebesar ujung peniti dan dapat terbentuk
berkelompok-kelompok bahkan dapat terbentuk 30 buah sekaligus pada mulut. Selain
ukurannya yang kecil, sariawan juga terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut
penderita terasa sangat tidak enak karena jumlahnya yang banyak dan dapat mencapai
6

50 sampai 100. Permukaannya berwarna abu-abu dan tepinya tidak eritematous”


(https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02).

2.6 Pengobatan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


“Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi yang berasal dari makanan, obat
kumur, atau rokok, biasanya akan sembuh jika penggunaan produk tersebut
dihentikan Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi bakteri. Sering kali, obat yang
diberikan berupa cairan yang dioleskan di sekitar mulut. Kemudian, beberapa obat
juga harus dikonsumsi. Suplemen vitamin diberikan untuk penderita dengan
masalah nutrisi. Untuk gejala yang lebih parah, corticosteroid dapat diberikan”
(Samiadi, 2016).

2.7 Pengobatan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


“Untuk mencegah datangnya sariawan/ SAR ini, maka yang perlu kita lakukan
yaitu :
1. Dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C, tak kurang dari 60 mg per
hari.
2. Selalu lengkapi menu makanan sehari-hari dengan sayur dan buah-buahan.
3. Jangan terburu-buru ketika makan, hal ini untuk menghidari tergigitnya lidah
atau bibir saat makan.
4. Selalu menjaga kesehatan mulut dengan rutin menggosok gigi dan berkumur,
untuk menghindari perkembangbiakan bakteri pada mulut”
(https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02).
7

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, berikut kesimpulan yang dapat diambil.
1. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa disebut sariawan adalah
peradangan yang terjadi pada daerah mulut yang disebabkan karena adanya
bakteri, virus, dan jamur.
2. Penyakit merupakan penyakit yang ringan dan bukan merupakan penyakit yang
menular.
3. Berdasarkan gambaran klinisnya tipe pada SAR ada 3 yaitu, tipe minor, tipe
mayor, tipe herpetiformis.
4. SAR dapat dicegah dengan cara selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mulut.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat ditarik saran berikut ini.
1. Untuk semua usia jagalah selalu kebersihan dan kesehatan mulut agar terhindar
dari sariawan.
2. Perhatikan konsumsi kebutuhan vitamin C.
3. Selalu lengkapi makanan tiap hari dengan sayuran dan buah-buahan.
4. Segera obati bila terjadi sariawan.
DAFTAR RUJUKAN

Suling, P; dkk. 2015. Stomatitis Aftosa Rekuren pada Mahasiswa. Manado: Program
Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Scully. 2006. Stomatitis Aftosa Rekuren di Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Manado:
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi.
Hasyyati, A. 2014. Makalah Mikrobiologi Penyebab Terjadinya Sromatitis (Sariawan).
Aceh: Poltekkes Aceh.
Samiadi, L. 2016. Pengertian Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR), (https://hellosehat.com)
diakses 24 Oktober 2016.
Agung, D. 2013. Stomatitis. (http://destaagung.blogspot.co.id) diakses 24 Oktober 2016.
https://farmasisberbagi.wordpress.com. 2016. Sariawan.
https://farmasisberbagi.wordpress.com diakses 25 Oktober 2016.
id.portalgaruda.org. 2016. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR),
(http://id.portalgaruda.org/), diakses 24 Oktober 2016.

8
9

LAMPIRAN

Gambar 2.5 a. Tipe Minor


(Sumber: https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02)

Gambar 2.5 b. Tipe Mayor


(Sumber: https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02)

Gambar 2.5 c. Tipe Herpetiformi


(Sumber: https://farmasisberbagi.wordpress.com, 2013:02)

Anda mungkin juga menyukai