Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK 5

“Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)”

Disusun Oleh:
1. Nayla Rizka (10621051)
2. Nor Latifah (10621052)
3. Nur Azizah Amanda (10621053)
4. Nur Faiz Hidayat (10621054)
5. Nur Lathifa Prabawati (10621055)
6. Nur Marhaenis Setyowati (10621056)
7. Oktavian Vicky Wahyuda Pratama (10621057)
8. Prasada Lazuardi Putra (10621058)
9. Pratidhina Setyawan Putri (10621059)
10. Putri Fahmadhea Islam (10621060)

Fasilitator:
Drg. Yanuar Kristanto

BLOK KEDOKTERAN GIGI KLINIK 3


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2022/2023
DAFTAR ISI

SKENARIO KASUS.....................................................................................................3

KERANGKA KONSEP...............................................................................................10

TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................11

PEMBAHASAN............................................................................................................11

KESIMPULAN.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
SKENARIO KASUS

Sindy berusia 16 tahun bersekolah di SMA favorit di Kota Kediri Sindy merupakan anak
dari keluarga berada, tetapi untuk kebutuhan makanan harian Sindy selalu memilih makanan
yang dia sukai Sindy tidak menyukai sayur dan buah Belakangan ini nafsu makannya semakin
menurun karena muncul sariawan yang sangat nyeri pada pipi kanan bagian dalam Sariawan
yang dikeluhkan muncul berulang, berpindah-pindah, dan muncul ketika Sindy mengalami
menstruasi Sindy kemudian memeriksakan sariawannya ke Dokter Gigi terdekat. Dari hasil
anamnesis tidak ada riwayat febris dan trauma. Pemeriksaan ekstraoral ditemukan limfadenopati
Pemeriksaan intraoral ditemukan bentukan lesi ulser soliter, berbentuk bulat diameter 3 mm, dan
terdapat halo eritema. Dokter Gigi memberikan resep obat oles triamcinolone acetonide
berbentuk pasta serta melakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

Diskusikan kasus yang dialami oleh pasien tersebut!

I. KATA SULIT
1. Febris
- Febris adalah istilah kedokteran yang lebih dikenal dengan Demam di masyarakat
awam, yakni panas suhu tubuh lebih dari 37 derjat celcius
- Febris dalam istilah medis adalah demam dengan kondisi suhu lebih tinggi dari
rata-rata. Febris merupakan reaksi normal karena tanda bahwa tubuh sedang
melawan benda asing virus atau kuman di dalam tubuhnya.
2. Trauma
- Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering
membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena
pukulan benda tumpul atau tiba-tiba terbentur.
- Trauma adalah kerusakan fisik atau emosional yang terjadi sebagai akibat dari
suatu peristiwa yang mengganggu. Trauma bisa berasal dari berbagai situasi atau
kejadian yang mengancam keselamatan atau kesejahteraan seseorang.

3. Menstruasi
- Menstruasi merupakan peluruhan dinding Rahim yang terdiri dari darah dan
jaringan tubuh
- Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi
karena luruhnya dinding rahim bagian dalam yang mengandung banyak pembuluh
darah dan sel telur yang tidak dibuahi.

4. Limfadenopati
- Limfadenopati adalah kondisi pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih dari satu sentimeter. Hal ini terjadi sebagai reaksi alami terhadap suatu
penyakit atau infeksi. Pembesaran kelenjar getah bening akan menyebabkan
munculnya benjolan yang terasa lunak. Selain itu, benjolan juga kerap membuat
pengidapnya mengalami rasa nyeri.
- Limfadenopati merupakan suatu keadaan pembesaran kelenjar getah bening
dengan ukuran lebih besar dari 1 cm (Rusmini, Ariza, and Sari, 2019). Tubuh
manusia memiliki sekitar 500 sampai 600 kelenjar limfa, dengan terbanyak
ditemukan di aksila, selangkangan, leher, dada, dan perut (Horas, 2017).

5. lesi ulser soliter


- Ulser adalah lesi yang paling umum yang terjadi di dalam rongga mulut. Ulser
adalah hilangnya seluruh ketebalan epithelium dan terbukanya jaringan ikat
dibawahnya
- Lesi ulserasi merupakan lesi mukosa oral yang paling sering ditemui. Definisi lesi
ulser adalah kerusakan epitel hingga lamina propria pada mukosa oral.1 Lesi
dapat bermanifestasi sebagai lesi soliter atau multipel berwarna kemerahan
dengan batas yang jelas, ditandai dengan kerusakan pada epitel yang ditutupi oleh
fibrin clot yang menghasilkan gambaran klinis berwarna kuning-putih,
menimbulkan rasa nyeri dan sensasi terbakar.

6. halo eritema
- Eritema adalah munculnya bercak kemerahan pada kulit akibat pelebaran
pembuluh darah. Lesi awal muncul sebagai papula yang lunak dan tidak
mencolok dengan eritema perifer di sekitarnya yang dengan cepat berkembang
menjadi pustula, dan kemudian menjadi ulkus yang lembut dan nyeri.
- Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh cedera atau kondisi
penyebab peradangan lainnya. Seringkali muncul sebagai ruam, eritema dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan , infeksi, atau paparan sinar matahari yang
berlebihan (yaitu terbakar sinar matahari).

7. triamcinolone acetonide
- TRIAMCINOLONE ACETONIDE merupakan obat yang digunakan untuk
menangani gatal-gatal, kemerahan, dan kekeringan pada kulit, pada beberapa
individu dapat mengobati sariawan pada mulut. Triamcinolone termasuk
golongan obat kortikosteroid topikal.
- Triamcinolone acetonide adalah obat kortikosteroid yang digunakan untuk
mengurangi peradangan dan gejala alergi pada berbagai kondisi medis, termasuk
alergi kulit, psoriasis, eksim, dan kondisi peradangan lainnya. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim, salep, losion, atau injeksi.

II. KATA KUNCI


1. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

III. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apa definisi dari sariawan?
- Sariawan atau yang disebut juga dengan stomatitis merupakan peradangan pada
mulut yang terasa nyeri, sehingga bisa mengganggu pengidapnya untuk makan,
berbicara, dan tidur. Sariawan bisa muncul di mana saja di dalam mulut, termasuk
di dalam pipi, gusi, lidah, bibir, dan langit-langit mulut.
- Stomatitis aphthosa (sariawan) adalah suatu lesi atau luka kecil yang dimulai
dengan sensasi terbakar atau menyengat di bagian rongga mulut seperti di dalam
pipi, lidah maupun bibir dan sedikit yang dipahami tentang penyebab sariawan
tersebut. Sariawan biasanya terdapat di mukosa mulut (Jones and Barlett, 2020).

2. Apa etiologi dari sariawan?


- Sariawan dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa kondisi
berikut:
a.Cedera, misalnya karena tergigit atau salah dalam menyikat gigi
b.Infeksi jamur, virus, atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain
c.Penyakit autoimun, seperti lupus
d.Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres, kebiasaan
merokok, dan faktor keturunan
● Infeksi Virus: Beberapa infeksi virus, seperti virus herpes simpleks (HSV), dapat
menyebabkan luka dingin di bibir, yang merupakan bentuk dari luka sariawan.
● Kekurangan Gizi: Kurangnya asupan nutrisi penting seperti vitamin B12, zat besi,
dan asam folat dapat berkontribusi pada perkembangan luka sariawan.
● Stres dan Perubahan Hormonal: Stres emosional dan fluktuasi hormon, terutama
pada wanita selama menstruasi, dapat memicu luka sariawan.
- Etiologi dari SAR tidak diketahui secara pasti namun terdapat beberapa faktor
predisposisi terjadinya SAR. yaitu: genetik, imunologi, defisiensi nutrisi, penyakit
sistemik seperti sindrom Behcet, penyakit celiac, ulseratif kolitis, neutropenia
siklik, dan AIDS, alergi, trauma, hormonal, stres, dan merokok.

3. Apa saja jenis jenis sariawan?


1. Sariawan Minor
Sariawan minor, atau disebut juga dengan sariawan kecil, adalah tipe yang paling
sering dikeluhkan. Ukuran sariwan ini cukup kecil, kurang dari 1 cm dengan
bentuk oval dan tepi berwarna kemerahan. Kondisi ini biasanya bisa sembuh
sendiri dalam waktu 1–2 minggu.
2. Sariawan Mayor
Sariawan mayor atau besar merupakan tipe sariawan yang ukurannya lebih besar
daripada tipe minor. Tipe sariawan ini terasa tumbuh lebih ke dalam dan
memerlukan waktu lama untuk sembuh sendiri, atau sekitar empat minggu.
Sariawan mayor biasanya juga meninggalkan bekas luka.
3. Sariawan Herpetiform
Tipe sariawan yang bisa muncul dalam jumlah banyak, antara 10–100 di dalam
mulut. berukuran kecil dan tipis, bahkan bisa berkumpul membentuk satu luka
berukuran besar. sariawan ini tidak memiliki tepi teratur. Selain itu,
penyembuhannya juga cukup cepat sekitar 1-2 minggu saja, karena jumlahnya
banyak, rasa sakit yang dialami penderita juga akan besar.

4. mengapa sariawan bisa muncul berulang ulang? (Oktavian vicky 10621057)


- 1. Iritasi
Salah satu pemicu sariawan di bibir adalah iritasi akibat pemakaian pasta gigi
atau obat kumur yang mengandung alkohol atau sodium lauryl sulphate.
Pasalnya, kedua zat tersebut memiliki sifat iritatif, sehingga bisa menimbulkan
luka dan berujung pada munculnya sariawan di bibir dalam.
2. Luka
Luka pada bibir merupakan penyebab sariawan yang paling sering terjadi. Luka
tersebut bisa terjadi karena tidak sengaja menggigit bibir, menggosok gigi
terlalu keras, pemakaian kawat gigi, atau penggunaan gigi palsu yang tidak
tepat.
3. Defisiensi Nutrisi
Kurangnya asupan nutrisi, seperti zat besi, asam folat, zinc, dan vitamin B2
juga bisa menjadi salah satu penyebab sariawan pada bibir. Kondisi ini bisa
dicegah dengan memenuhi asupan vitamin harian untuk tubuh.
4. Infeksi
Infeksi virus, bakteri, dan jamur juga bisa menjadi penyebab sariawan di mulut.
Adapun beberapa virus yang bisa menyebabkan sariawan adalah herpes
simplex dan varicella-zoster. Selain itu, penyakit menular seksual, seperti
gonore dan sifilis juga bisa menimbulkan sariawan di mulut.
5. Efek Samping Obat
Sejumlah pengobatan yang bisa menimbulkan sariawan di bibir apabila
digunakan dalam jangka panjang adalah kemoterapi, obat anti epilepsi,
antibiotik, atau kortikosteroid.
6. Penyakit Autoimun
Pada kondisi yang lebih serius, sariawan di bibir bisa jadi disebabkan oleh
penyakit autoimun, seperti lichen planus yang menimbulkan ruam gatal di
bagian dalam mulut atau bercak leukoplakia yang menyerang selaput lendir
mulut.
7. Kanker Mulut
Sariawan di bibir yang tak kunjung sembuh selama beberapa minggu perlu
diwaspadai karena bisa menjadi salah satu tanda kanker mulut. Pada kondisi
ini, bercak sariawan yang muncul bisa terlihat keputihan atau kemerahan
disertai nyeri, kesulitan menelan, dan mati rasa di bibir.

5. Makanan apa saja yang dapat memicu sariawan?


- Kurangi Makan Makanan Pedas dan Asam
Keseringan makanan pedas bisa menyebabkan gangguan pencernaan, sakit
tenggorokan, sampai timbulnya sariawan.Selain makanan pedas, makanan asam
juga dapat mengiritasi mulut. Jadi, pastikan untuk tidak terlalu sering makan
makanan pedas dan asam, jika tidak ingin terkena sariawan.

- 1. Buah asam
Buah-buahan asam seperti nanas, jeruk, lemon, dan jeruk nipis dapat
menyebabkan sariawan di mulut. Jenis buah yang terasa asam ini, menyebabkan
jaringan mulut stres dan memperburuk gusi. Terutama jika mempunyai mulut
yang sensitif.
2. Kacang-kacangan
Jenis kacang-kacangan seperti kenari, kacang tanah, kacang mete, dan
almond berisiko bagi gigi.Asam amino L-Arginine yang ada dalam kacang
terlibat dalam terjadinya sariawan.Kacang yang asin sangat buruk, karena
kandungan natriumnya dapat menyebabkan lapisan mulut meradang.
3. Cokelat
Cokelat, karena di dalam cokelat terdapat kandungan alkaloid yang
bernama obromide.mulut sangat sensitif dengan kandungan tersebut dan dapat
berujung pada kondisi yang sama dengan reaksi alergi.Beberapa orang juga
memiliki alergi ringan terhadap cokelat, yang bisa menyebabkan terjadinya
sariawan di lidah atau sisi pipi.
4. Makanan pedas
Makanan pedas dapat menganggu lapisan di dalam mulut, sama seperti
makanan asam, sehigga bisa menyebabkan sariawan.dapat mengurangi konsumsi
makanan pedas seperti jalapeno atau yang lainnya, agar tidak sariawan.
5. Makanan keras

- Beberapa faktSAR yaitu kekurangan hematinik (zat besi, folat, dan vitamin B12),
menstruasi, stres, alergi, dan AIDS. SAR juga banyak
terjadi pada orang-orang yang mempunyai stres berat dikarenakan saat stres
terjadi penurunan sistem imun dan menyebabkan destruksi jaringan. adapun
Beberapa makanan seperti coklat, kopi, kacang, sereal, almond, stroberi, keju,
tomat dan tepung gandum (mengandung gluten) dapat menyebabkan SAR pada
beberapa orang.
6. apa penyebab sariawan muncul pada saat menstruasi?
- perubahan hormon seperti saat menstruasi, hamil, maupun menopause, juga sering
menimbulkan sariawan. Selain itu, penggunaan pil KB atau KB suntik juga dapat
menjadi penyebab sariawan. Namun, hal ini umumnya hanya terjadi sementara di
awal penggunaan kontrasepsi. (perubahan hormon progesteron dan estrogen yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh masing-masing individu)
- Munculnya sariawan pada saat atau sebelum menstruasi, disebabkan oleh adanya
perubahan hormon progesteron dan estrogen yang mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh masing-masing individu. Kondisi psikologis misalnya stres, juga
dapat mempengaruhi munculnya sariawan secara berulang.
- Munculnya sariawan sering terjadi pada waktu menjelang menstruasi. Hal ini
diduga sebagai akibat dari beberapa faktor predisposisi SAR, yaitu siklus
menstruasi atau faktor estrogen. Kadar estrogen berperan dalam siklus menstruasi
dan kadar progesteron yang rendah memiliki efek self limiting process yang
berkurang polymorphonuclear leukocytes menurun, permeabilitas vaskuler
menurun sehingga mudah terbentuknya SAR yang muncul secara periodik sesuai
siklus menstruasi.

7. Bagaimana cara pengobatan sariawan ?


- Umumnya, sariawan tidak perlu diobati dan akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1–2 minggu. Pasien bisa melakukan penanganan secara mandiri di rumah
untuk meredakan nyeri, misalnya dengan mengompres bagian yang terasa sakit
dengan es batu.

Jika sariawan tidak juga membaik, pasien dianjurkan untuk melakukan


pemeriksaan ke dokter, agar mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan
penyebab sariawan yang dialami.

Agar sariawan tidak muncul kembali, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mencegahnya, yaitu:

● Menjaga kesehatan gigi dan mulut


● Menyikat gigi secara teratur dan benar
● Memeriksakan gigi dan mulut secara rutin
● Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi apabila pasien tidak mengobati
sariawan dengan tepat?
- Jika tidak ditangani, sariawan dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama dan
menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:
1. Sariawan yang makin meluas hingga ke luar mulut
2. Sulit berbicara, makan, minum, serta menyikat gigi
3. Lemas
4. Demam
5. Selulitis, akibat infeksi bakteri sekunder
- Sariawan yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
seperti: Peradangan dan perdarahan pada gusi, Kehilangan gigi, dan Tonsillitis.

9. Apakah stres dapat memicu terjadinya sariawan? mengapa?


- bila sedang stress atau banyak pikiran hingga depresi tubuh akan memicu asam
lambung naik ke atas sampai ke rongga mulut atau biasa disebut GERD
(gastroesophageal reflux disease) sehingga mukosa di rongga mulut akan bereaksi
dan menjadi rusak sehingga menyebabkan iritasi dinding mulut dan menimbulkan
luka yang dikenal dengan sebutan sariawan. Stress yang dihadapi oleh seseorang
bisa juga menimbulkan sariawan yang disebabkan karena orang tersebut
mengonsumsi obat-obat tertentu seperti antibiotika dalam jangka waktu lama,
kemoterapi, dan steroid sehingga membuat hormon orang tersebut menjadi tidak
seimbang.
- Bisa, karena saat terjadi stress fisik/psikis meningkatnya sekresi suatu molekul
sinyal CRF (Corticotropin Releasing Factor) yaitu suatu senyawa
transmitter/hormon. Kemudian merangsang Pituitari Anterior untuk
mengeluarkan ACTH (Adreno Cortico Tropic Hormone), memicu sekresi hormon
termasuk glukokortikoid (meningkatkan kadar gula dalam darah dan memiliki
efek imunosupresif) apabila berlebihan daya imun menurun. Kemudian,
Glukokortikoid menekan sel Th 1 yang merupakan penghasil inferior gamma,
aktivasi sel menurun, immunoglobin menurun, respon imun terhadap patogen
(virus, bakteri, jamur) menurun.

10. bagaimana KIE pada pasien yang mengalami SAR?


- Menginformasikan pasien untuk menghindari makanan berbumbu tajam dan
minuman soda, mengupayakan makan teratur serta mengendalikan stress. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari makanan keras, coklat mengandung
kacang,makanan dan minuman asam, makanan asin dan alcohol. Pasien juga
diarahkan untuk menghindari pasta gigi atau pembersih mulut yang mengandung
sodium lauril sulfat
KERANGKA KONSEP
I. Rumusan Masalah
Apa hubungan menstruasi terhadap timbulnya stomatitis Aftosa Rekuren sesuai skenario?

II. Peta Konsep


TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu memahami Definisi, Klasifikasi, Epidemiologi, Etiologi dan


Predisposisi, Penatalaksanaan, KIE Stomatitis Aftosa Rekuren.
2. Mahasiswa mampu memahami gambaran klinis Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

PEMBAHASAN

SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren)


1. Definisi
- Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau lebih dikenal sariawan adalah radang
kronik pada mukosa mulut, berupa ulkus yang terasa nyeri dan selalu kambuh,
terutama pada jaringan lunak rongga mulut mulut tidak berkeratin.
- Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan,
merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. SAR
merupakan salah satu penyakit mulut yang sering terjadi, ditandai oleh ulser
berbentuk oval atau bulat yang nyeri pada mukosa mulut, terjadi secara rekuren.
- Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan suatu peradangan pada jaringan
lunak mulut yang ditandai oleh ulkus rekuren tanpa disertai gejala penyakit
lain.SAR dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada saat mengunyah, menelan,
dan berbicara sehingga akan mempengaruhi status gizi dan kualitas hidup
(Noviana et al., 2018).

2. Klasifikasi

- Tipe minor
Tipe minor juga disebut sebagai aphthae Miculiz, merupakan salah satu
varian paling umum yang merupakan 75-85% dari semua kasus RAS. Jenis
ulkus ini biasanya kurang dari 1 cm (10mm) dan sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut dalam 10-14 hari. Tipe ini umumnya ditemukan pada
permukaan mukosa seperti mukosa bukal, mukosa labial, dan dasar mulut
(Birnbaum & Dunne, 2009).
● Tipe mayor
Tipe mayor juga disebut sebagai penyakit sutton, biasanya melebihi 1cm
(10mm) menyebabkan ulserasi yang lebih dalam sehingga meninggalkan
bekas luka. Prevalensinya 10-15% dari kasus RAS. Ulkus ini mungkin
bertahan sekitar 10-20 hari dan mungkin juga memakan waktu berbulan-
bulan. Ulkus dapat terjadi pada tenggorokan, bibir dan langit- langit lunak
(Birnbaum & Dunne, 2009).
● Herpertiformis
Herpetiformis dalah varian paling umum dari RAS, prevalensinya 07- 10%
dari kasus RAS. Ukuran ulkus sangat kecil dengan diameter 2-3mm, banyak
jumlahnya (sekitar 100 buah) dapat menyatu menghasilkan lesi besar yang
tidak teratur yang berlangsung selama 7-10 hari tanpa meninggalkan bekas
luka (Birnbaum & Dunne, 2009).

SAR diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu: (Sama kayak diatas tapi lebih rinci)
○ SAR Minor

SAR minor paling sering ditemui yaitu sekitar 75-85% dari seluruh angka
kejadian SAR.

○ Tipe minor
○ Tipe minor juga disebut sebagai aphthae Miculiz, merupakan salah satu varian
paling umum yang merupakan 75-85% dari semua kasus RAS. Jenis ulkus ini
biasanya kurang dari 1 cm (10mm) dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan
parut dalam 10-14 hari. Tipe ini umumnya ditemukan pada permukaan mukosa
seperti mukosa bukal, mukosa labial, dan dasar mulut (Birnbaum & Dunne,
2009).
○ Tipe mayor
○ Tipe mayor juga disebut sebagai penyakit sutton, biasanya melebihi 1cm (10mm)
menyebabkan ulserasi yang lebih dalam sehingga meninggalkan bekas luka.
Prevalensinya 10-15% dari kasus RAS. Ulkus ini mungkin bertahan sekitar 10-20
hari dan mungkin juga memakan waktu berbulan-bulan. Ulkus dapat terjadi pada
tenggorokan, bibir dan langit- langit lunak (Birnbaum & Dunne, 2009).
○ Herpertiformis
○ Herpetiformis dalah varian paling umum dari RAS, prevalensinya 07- 10% dari
kasus RAS. Ukuran ulkus sangat kecil dengan diameter 2-3mm, banyak
jumlahnya (sekitar 100 buah) dapat menyatu menghasilkan lesi besar yang tidak
teratur yang berlangsung selama 7-10 hari tanpa meninggalkan bekas luka
(Birnbaum & Dunne, 2009). (Pratidhina_10621059)

○ SAR diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu: (Sama kayak diatas tapi lebih rinci)
○ SAR Minor
○ SAR minor paling sering ditemui yaitu sekitar 75-85% dari seluruh angka
kejadian SAR.
○ Berbentuk luka dangkal dengan diameter < 1 cm, berwarna kuning keabuan dan
tepi kemerahan yang mencolok.
○ Sering terjadi pada bagian lidah, dasar lidah, pipi bagian dalam, dan bibir.
○ Dapat sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 10-14 hari.
○ SAR Mayor
○ Salah satu jenis SAR yang terjadi sekitar 10-15% dari seluruh angka kejadian
SAR.
○ Berbentuk luka dengan diameter > 1 cm, berwarna kuning keabuan dan tepi yang
tidak jelas.
○ Dapat muncul di setiap bagian rongga mulut, tetapi cenderung muncul pada
langit-langit dan kerongkongan.
○ Kambuh lebih sering dan proses penyembuhannya lebih lama dibandingkan tipe
minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu dan membentuk jaringan parut.
○ SAR Hipertiformis
○ Angka kejadian berkisar 5-10% dari keseluruhan kasus SAR.
○ Berbentuk luka kecil dan banyak (multiple) berjumlah 10–100, berbentuk bulat
berdiameter 1-3 mm dengan tepi kemerahan.
○ Dapat muncul di setiap bagian rongga mulut, sering terjadi di bagian depan dan
tepi lidah serta pada bibir.
○ Luka akan berlangsung 7-30 hari dengan penyembuhan meninggalkan jaringan
parut.
○ Berbentuk luka dangkal dengan diameter < 1 cm, berwarna kuning keabuan dan
tepi kemerahan yang mencolok.
○ Sering terjadi pada bagian lidah, dasar lidah, pipi bagian dalam, dan bibir.
○ Dapat sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 10-14 hari.
2. SAR Mayor
○ Salah satu jenis SAR yang terjadi sekitar 10-15% dari seluruh angka kejadian
SAR.
○ Berbentuk luka dengan diameter > 1 cm, berwarna kuning keabuan dan tepi yang
tidak jelas.
○ Dapat muncul di setiap bagian rongga mulut, tetapi cenderung muncul pada
langit-langit dan kerongkongan.
○ Kambuh lebih sering dan proses penyembuhannya lebih lama dibandingkan tipe
minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu dan membentuk jaringan parut.
3. SAR Hipertiformis
○ Angka kejadian berkisar 5-10% dari keseluruhan kasus SAR.
○ Berbentuk luka kecil dan banyak (multiple) berjumlah 10–100, berbentuk bulat
berdiameter 1-3 mm dengan tepi kemerahan.
○ Dapat muncul di setiap bagian rongga mulut, sering terjadi di bagian depan dan
tepi lidah serta pada bibir.
○ Luka akan berlangsung 7-30 hari dengan penyembuhan meninggalkan jaringan
parut.
3. Epidemiologi
- Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan,
merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. SAR
dapat terjadi pada setiap orang, namun wanita dan dewasa muda sedikit lebih
rentan terkena. Berdasarkan jenis kelamin, insiden SAR lebih tinggi terjadi pada
wanita daripada pria. Hal ini disebabkan karena SAR berkaitan dengan hormon
progesteron.
- Insidensi SAR terjadi pada dekade pertama dan kedua kehidupan, lalu meningkat
pada dekade ketiga dan keempat kehidupan seiring bertambahnya usia.Namun,
tingkat rekurensi SAR akan berkurang memasuki dekade ketiga kehidupan.
Insidensi SAR pada pasien di bawah usia 30 tahun sekitar 80%, dan jarang terjadi
pada usia lanjut.
Pada dekade kedua kehidupan, usia 10-19 tahun, dipertimbangkan sebagai
periode puncak awal kemunculan SAR pada anak-anak. Prevalensi SAR pada
anak-anak dengan orangtua menderita SAR sebesar 39%.
Jika SAR mulai muncul di usia ketiga dekade kehidupan dan terus muncul sampai
usia dewasa tua, dipertimbangkan kalau etiologinya dapat berkaitan dengan
penyakit sistemik seperti penyakit hematologi, imunologi, penyakit jaringan ikat
dan Behçet’s syndrome.

4. Etiologi dan Predisposisi


- Etiologi RAS belum diketahuisecara pasti. Beberapa faktordiyakini berkontribusi
terhadap perkembangan RAS, yaitu genetika,defisiensi hematin,
intoleransimakanan, infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal,
stres6,7.Tingginya kejadian lesi RASdisebabkan oleh faktor etiologitrauma akibat
gejala awal sepertimenggigit dan memukul seolah-olah mukosa mulut telah
ditusukdan segera disertai denganmunculnya ulkus di lokasi trauma.Pembentukan
luka yang berkembang pesat dari traumamenjadi lesi yang mencurigakanSAR
8.Meskipun penyebab RAS tidakdiketahui, diduga kekurangannutrisi, terutama
vitamin B12, asamfolat atau zat besi. Stomatitis umumatau stomatitis kontak
dapatdisebabkan oleh konsumsi alkohol lada, makanan pedas, atau
produktembakau yang berlebihan.Kepekaan terhadap obat kumur, pasta gigi, dan
lipstik dapatmengiritasi lapisan mulut. Paparanlogam berat seperti merkuri,
timbaldan bismut dapat menyebabkanstomatitis
- Sariawan dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa kondisi
berikut:
a.Cedera, misalnya karena tergigit atau salah dalam menyikat gigi
b.Infeksi jamur, virus, atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain
c.Penyakit autoimun, seperti lupus
d.Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres, kebiasaan
merokok, dan faktor keturunan.

- Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ulkus atau luka terbuka pada mukosa mulut, gusi, pipi, lidah, atau tenggorokan.
Etiologi atau penyebab dari SAR masih belum sepenuhnya dipahami, namun
beberapa faktor predisposisi dan penyebab yang mungkin meliputi:
● Faktor Genetik: Terdapat bukti bahwa faktor genetik dapat memengaruhi
kecenderungan seseorang mengalami SAR. Kondisi ini dapat muncul dalam
keluarga tertentu, menunjukkan adanya faktor keturunan.
● Stres: Stres emosional atau fisik dapat memicu atau memperburuk gejala SAR
pada individu yang rentan.
● Kurangnya Kekebalan Tubuh (Imunodefisiensi): Gangguan pada sistem
kekebalan tubuh, seperti HIV atau penyakit autoimun, dapat meningkatkan risiko
SAR.
● Reaksi Hipersensitivitas: Reaksi hipersensitivitas terhadap makanan tertentu,
bahan kimia dalam pasta gigi, atau obat-obatan tertentu telah dikaitkan dengan
munculnya lesi SAR pada beberapa individu.
● Infeksi Virus: Walaupun belum ada bukti yang meyakinkan, beberapa virus
seperti herpes simpleks telah dikaji terkait peran mereka dalam munculnya SAR.
● Kekurangan Nutrisi: Kekurangan nutrisi, terutama vitamin dan mineral tertentu
seperti asam folat, besi, seng, dan vitamin B12, dapat menjadi faktor risiko.
● Trauma atau Cedera: Cedera pada mukosa mulut, seperti gigitan atau goresan,
dapat memicu munculnya lesi SAR.
● Alergi Makanan: Pada beberapa individu, alergi makanan tertentu dapat
menjadi faktor pemicu SAR.
● Hormon: Perubahan hormon, seperti saat menstruasi, kehamilan, atau
menopause, dapat mempengaruhi munculnya lesi SAR pada beberapa wanita.
● Rokok: Merokok atau penggunaan produk tembakau lainnya telah dikaitkan
dengan risiko lebih tinggi untuk mengalami SAR.

5. Gambaran klinis
Tidak ada metode diagnosa laboratorium spesifik yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa SAR menyebabkan pentingnya gambaran klinis SAR untuk
diketahui. SAR diawali dengan gejala rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam
sebelum ulser muncul. SAR ditandai dengan ulser oval atau bulat dengan dasar
keabu- abuan atau kekuning-kuningan dan dikelilingi oleh eritema halo. Berdasarkan
gambaran klinis SAR dibagi menjadi 3 Tipe :
1. SAR Tipe Minor

Keadaan yang biasa atau tipe SAR yang paling sering ditemui,
Biasanya ulser berbentuk bulat atau bulat telur,
Tidak melekat pada gusi atau langit-langit keras dan jarang pada dorsum
lidah,
Diameternya 2-4 mm
Sembuh dalam waktu 10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.

2. SAR Tipe Mayor

Keadaan yang tidak biasa atau SAR yang jarang ditemui,


Biasanya ulser berbentuk bulat atau bulat telur,
Diameter ulkus kira-kira satu sampai beberapa centimeter
Bertahan selama berbulan-bulan sebelum sembuh tanpa jaringan lunak.
3. SAR Tipe Herpetiform

Keadaan yang tidak biasa atau SAR yang jarang ditemui,


Ulkus awalnya 1-3 mm, tetapi dalam jumlah yang sangat banyak

6. Penatalaksanaan
- Pada skenario di atas termasuk dalam klasifikasi SAR minor maka perawatan
yang dilakukan adalah dengan pemberian antiinflamasi topikal mulut Aloe Vera
dan pemberian multivitamin Becomzet. Pasien diberikan terapi dengan tujuan
untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi ukuran ulser, mencegah terjadinya
infeksi sekunder, mempercepat penyembuhan lesi, dan mencegah muncunya ulser
baru (memperpanjang frekuensi timbulnya ulser). Antiinflamasi yang diberikan
adalah Aloe Vera untuk mengurangi inflamasi dan rasa sakit, nyeri atau tidak
nyaman yang disebabkan oleh iritasi pada mulut, Multivitamin yang diberikan
kepada pasien adalah multivitamin becomzet yang mengandung vit E 30UI yang
berfungsi sebagai Anti oksidan, Vit. C 750 mg untuk regenerasi jaringan,
metabolisme karbohidrat, sintesa protein, lipid, kolagen, Asam folat 400 mg untuk
mempertahankan bentuk sel. Vit. B kompleks berfungsi memproduksi energi
untuk sel, sistem saraf, pencernaan dan menjaga tingkat kolesterol.
- Terapi lokal juga dapat berupa obat topikal dengan kandungan analgesik,
antimikroba, dan antiinflamasi (steroid dan nonsteroid). Terapi sistemik hanya
diberikan jika SAR yang dialami parah dan terapi topikal tidak efektif. Obat
Obatan yang dapat diberikan adalah NSAID, prednisolone, pentoxifylline,
dapsone, dan
lain sebagainya. Selain terapi lokal dan sistemik yang sudah dijelaskan, ada
banyak pengobatan terhadap SAR walaupun dengan efektivitas yang belum
terbukti, mulai dari pengobatan dengan sodium bikarbonat (soda kue), larutan
garam, bawang putih, dan bubuk tawas.
- Penatalaksanaan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dapat mencakup pengobatan
untuk mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan luka, serta
mengurangi keparahan dan frekuensi luka yang muncul. Perawatan yang
direkomendasikan tergantung pada tingkat keparahan SAR. Berikut adalah
beberapa pendekatan yang dapat digunakan:
● Perawatan Topikal:
- Obat Kumur: Gunakan obat kumur yang mengandung bahan aktif seperti
benzydamine hydrochloride (Contoh: Tantum), peroksida hidrogen 3% (Contoh:
Oral-B Mouth Sore Rinse), atau sucralfate (Contoh: Carafate). Obat kumur ini
dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meredakan peradangan.
- Salep atau Gel Topikal: Penggunaan salep atau gel topikal yang mengandung
kortikosteroid seperti triamcinolone acetonide atau lidocaine (obat bius lokal)
dapat membantu mengurangi peradangan dan rasa sakit. Dokter gigi biasanya
meresepkan salep ini.
- Obat Semprot Lidocaine: Obat semprot lidocaine over-the-counter (OTC) seperti
Orajel dapat membantu mengurangi rasa sakit sementara dengan menghasilkan
efek mati rasa pada luka. Namun, penggunaan semprot lidocaine sebaiknya sesuai
petunjuk dan tidak digunakan berlebihan.
● Obat Penghilang Nyeri:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin dapat
membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan akibat SAR. Konsumsi obat ini
sesuai petunjuk dosis.
● Obat-obatan Sistemik:
- Dalam beberapa kasus SAR yang sangat parah atau resisten terhadap perawatan
topikal, dokter dapat meresepkan kortikosteroid oral (misalnya, prednisone)
untuk mengurangi peradangan.
● Pemantauan Makanan:
- Hindari makanan atau minuman yang bisa memicu rasa sakit atau iritasi, seperti
makanan pedas, panas, asam, atau keras. Pilih makanan yang lembut dan mudah
dikunyah.
● Kebersihan Mulut: Pertahankan kebersihan mulut dengan menyikat gigi
lembut dengan sikat gigi lembut dan pasta gigi tanpa sodium lauril sulfat.
Bilas mulut dengan larutan air garam (1/2 sendok teh garam dalam
segelas air) untuk membantu membersihkan luka.
● Ketelatenan: Hindari mencoba memencet atau mengganggu luka SAR,
karena hal ini dapat memperburuk kondisi.
● Konsultasi Profesional: Jika SAR sangat sering muncul atau sangat parah,
berkonsultasilah dengan dokter gigi atau dokter spesialis THT. Mereka
dapat memberikan perawatan yang sesuai dan mengidentifikasi faktor
pemicu yang mungkin perlu dikelola

7. KIE
- Menginformasikan pasien untuk menghindari makanan berbumbu tajam dan
minuman soda, mengupayakan makan teratur serta mengendalikan stress. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari makanan keras, coklat mengandung
kacang,makanan dan minuman asam, makanan asin dan alcohol. Pasien juga
diarahkan untuk menghindari pasta gigi atau pembersih mulut yang mengandung
sodium lauril sulfat.
- KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang dapat diberikan pada pasien
sariawan:
Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi secara teratur dan benar
minimal dua kali sehari.
Hindari makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Hindari makanan atau minuman yang pedas, asam, atau keras.
Hindari merokok dan minum alkohol.
Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh.
Hindari stres dan beristirahat yang cukup.
Jangan menggaruk atau mencabut sariawan karena dapat memperburuk
kondisi.
Jika sariawan tidak kunjung sembuh dalam waktu 1-2 minggu, segera
periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan
penyebab sariawan yang dialami.

- KIE (komunikasi, informasi, edukasi), serta disarankan untuk mengonsumsi buah-


buahan dan sayuran yang mengandung asam folat, vitamin B12, zat besi, dan protein
tinggi, kemudian pasien diminta untuk melakukan kontrol 1 minggu setelah terapi.
KESIMPULAN

Recurrent Aphthous Stomatitis (SAR) atau biasa dikenal dengan sariawan, merupakan penyakit
mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. SAR adalah penyakit mulut yang umum,
ditandai dengan ulkus oval atau bulat yang menyakitkan pada mukosa mulut, terjadi berulang.
Berdasarkan jenis kelamin, kejadian SAR lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Hal ini karena SAR berkaitan dengan hormon progesteron.
Etiologi SAR tidak diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa faktor predisposisi untuk SAR.
Faktor-faktor ini meliputi: genetika, imunologi, kekurangan nutrisi, penyakit sistemik seperti
sindrom Behcet, penyakit celiac, kolitis ulserativa, neutropenia siklik, dan AIDS, alergi, trauma,
hormon, stres, dan merokok.Karena etiologi SAR tidak diketahui secara pasti, maka
penatalaksanaan SAR menjadi sedikit sulit. Hingga saat ini, pengobatan SAR hanya untuk
mengurangi gejala, ukuran, dan mempercepat penyembuhan. Perawatan yang dapat diberikan
kepada pasien SAR terdiri dari terapi lokal, terapi sistemik dan terapi non-medis.
DAFTAR PUSTAKA

Scully C. Medical problems in dentistry. 6th ed. China: Elsevier, 2010: 292-3.

Sarah Mersil1*, Karis Maharani Abel Andjani2.GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG


STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI
FKG UPDM(B) ANGKATAN 2020.MDERJ Vol 1, No 1, April 2021, hlm 36-48

T. Karemore, Radiology. New Delhi: CBS Publisher& Distributors Pvt Ltd, 2021.

P. L. Suling, E. Tumewu, Joenda. S. Soewantoro, and A. Y. Darmanta, “Angka kejadian lesi


yang diduga sebagai Stomatitis Aftosa Rekuren pada mahasiwa Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,” e-GIGI, vol. 1, no. 2, 2013, doi:
10.35790/eg.1.2.2013.3153.

L. Noviana, S. Kintawati, and S. Susilawati, “Kualitas hidup pasien dengan inflamasi mukosa
mulut stomatitis aftosa rekuren: Quality of life of patients with oral mucosal inflammation
recurrent aphthous stomatitis,” Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, vol. 30, no. 1, p.
58, 2018, doi: 10.24198/jkg.v30i1.18191.

R. Fauziyyah, R. C. Awinda, and B. Besral, “Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat
Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19,” Jurnal Biostatistik,
Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, vol. 1, no. 2, p. 113, 2021, doi:
10.51181/bikfokes.v1i2.4656.

Mahmud & Ayun, “Stress, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan,” Jurnal
Indigenous, vol. 1, no. 2, pp. 29–39, 2016.

M. Barseli, I. Ifdil, and L. Fitria, “Stress akademik akibat Covid-19,” JPGI (Jurnal Penelitian
Guru Indonesia), vol. 5, no. 2, p. 95, 2020, doi: 10.29210/02733jpgi0005.

S. F. Chan and A. M. La Greca, “Perceived Stress Scale (PSS),” Encyclopedia of Behavioral


Medicine, pp. 1646–1648, 2020, doi: 10.1007/978-3-030-39903-0_773.

Y. P. Wowor, H. Munayang, and A. Supit, “Hubungan Stres dengan Stomatitis Aftosa Rekuren
pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi,” e-GIGI,
vol. 7, no. 2, pp. 71–75, 2019, doi: 10.35790/eg.7.2.2019.23930.

L. Baccaglini, D. W. Theriaque, J. J. Shuster, G. Serrano, and R. V. Lalla, “Validation of


anamnestic diagnostic criteria for recurrent aphthous stomatitis,” Journal of Oral Pathology and
Medicine, vol. 42, no. 4, pp. 290–294, 2013, doi: 10.1111/jop.12015.
S. Musabiq and I. Karimah, “Gambaran Stress dan Dampaknya Pada Mahasiswa,” Insight:
Jurnal Ilmiah Psikologi, vol. 20, no. 2, p. 74, 2018, doi: 10.26486/psikologi.v20i2.240.

A. M. Shahsavarani, H. Ashayeri, M. Lotfian, and K. Sattari, “The effects of stress on visual


selective attention: The moderating role of personality factors.,” Journal of American Science,
vol. 9, no. 6s, pp. 1–16, 2013.

R. Raudha and T. Tahlil, “Stres dan strategi koping pada mahasiswa keperawatan,” JIM FKep,
vol. I, no. 1, pp. 1–7, 2016.

A. Sulistiani, S. Hernawati, and M. A. P, “Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa


Rekuren (SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Tahun 2014,” e-
Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5, no. 1, pp. 169–176, 2017.

A. Susanto, I. Wahyuni, and F. Balafif, “Relationship among perceived stress, oral health status,
stomatitis, and xerostomia in the community during the COVID-19 pandemic: A cross-sectional
survey,” Journal of International Oral Health, vol. 12, no. 8, pp. S106–S112, 2020, doi:
10.4103/jioh.jioh_290_20.

H. Yaribeygi, Y. Panahi, H. Sahraei, T. P. Johnston, and A. Sahebkar, “The impact of stress on


body function: A review,” EXCLI Journal, vol. 16, pp. 1057–1072, 2017, doi:
10.17179/excli2017-480.Greenberg MSWoo SBUlcerativeVesicularand Bullous Lesions in
Burket's Oral MedicineDiagnosis and Treatment 11 edOntarioBC Decker Inc2008H57-61

T BasselG Giath and Al-Maweri SAGuideline for the Diagnosis and Treatment of Recurrent
Aphthous Stomatitis for Dental PractitionersJ Int Oral Health20157(5)74- 80 Gallo Cde
BMimura MASugaya NNPsychological Stress and recurrent apthous stomatitisClinics (Sao
Paulo)2009; 64645-648.

Journal of Applied Dental Scienaces. 2017; 3(4)455-458. 8H SriMekanisme Seluler dan


Molekular Stres Terhadap Terjadinya Rekuren Aptosa StomatitisJurnal PDGI.201463(1):36-
409S BetadionP SenoW Teguh. Daya Antibakteri Obat Kumur Chlorhexidinepovidione
iodinefluoride suplementasi zinc terhadap Streptococcus mutans dan Porphyromonas
gingivalisMajalah Kedokteran Gigi2014;47(4)211-214.

Anda mungkin juga menyukai