Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANGAN EDELWEIS

Disusun Oleh:

Nama Nim

1. AFIRA CAHYANI P05120319004


2. INONG REJA FADILLA P05120319016
3. RISKA AMELIA P05120319034
4. VIRA DWI RIZKY P05120319039
5. M.Nizam P05120319022
6. Novi Zarah P05120319028
7. Devi Ramalia P05120319010

DOSEN PEMBIMBING: PEMBIMBING LAHAN:

(Ns. RAHMA ANISA, M.Kep ) ( )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Adapun materi yang di bahas tentang penyakit STEVENS JOHNSON
SINDROME.
Diharapkan asuhan keperawatan ini bermanfaat untuk menambah
wawasan pembaca mengenai penyakit syndrom steven johnson. Selain itu semoga
dengan adanya wacana ini penderita dermatitis di Indonesia tidak terus
meningkat.Selain itu, diharapkan Dinas Kesehatan mampu menanggulangi
kenaikan penderita dermatitis di Indonesia ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami selanjutnya.

Bengkulu, Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................................2

DaftarIsi......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................5

BAB II  PEMBAHASAN

2.1 Definisi...........................................................................................................6

2.2 Etiologi...........................................................................................................6

2.3Manifestasi klinis…………………………………………………………..7

BAB III  PEMBAHASAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Kasus Stevens Jhonson Sindrome Pada An.A
Di Ruang Edelweis Rsud Myunus....................................................................20

DAFTAR PUSAKA...................................................................................................39

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Syndrom steven johnson merupakan suatu kumpulan gejala yang


mengenai pada kulit,selaput lendIr di orificium dan mata dengan keadaan
umum yang bervariasi dari ringan sampai berat. Penyakit ini sering kali
juga disebut sebagai alergi obat, pada keadaan umum yang berat penyakit
ini dapat menyebabkan kematian. Sering kali orang-orang datang kerumah
sakit sudah dalam keadaan parah karena mereka tidak menyadari jika
menderita penyakit tersebut. Mereka sering kali memilih membeli obat
diwarung daripada pergi ke dokter ketika sakit, sehingga mereka tidak
menyadari bahwa obat tersebutlah yang memicu ia menderita syndrom
steven johnson.

Syndrom steven johnson adalah penyakit kulit yang disebabkan


oleh alergi atau infeksi. Sindrom tersebut mengancam kondisi kulit yang
mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis
mengelupas/memisahkan diri dari dermis. Sindrom ini dianggap sebagai
hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput
lendir(wikipedia, dilihat pada tgl 08 oktober 2013).

1.2 Permasalahan
1. Apa definisi dari syndrom steven johnson?
2. Apa saja etiologinya?
3. Apa saja manifestasi dari sydrom steven johnson?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit ini?
5. Apa saja komplikasinya?
6. Bagaimana penata laksanaan dari penyakit tersebut?
7. Dan bagaimana cara menegakkan asuhan keperawatan yang tepat
untuk penderita syndrom steven johnson

4
1.3 Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
dan mengerti tentang syndrom steven johnson, dapat mengetahui etiologi
dan mengerti patofisiologiny sehingga dapat segera mendeteksi jika
terdapat manifestasi klkinis dari penderita sydrom steven johnson, dengan
begitu dapat meminimalisir terjadinya komplikasi dari penyakit tersebut
dan dapat memberikan penatalaksanaan serta dapat menentukan asuhan
keperawatan yang tepat.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,


vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
(Mansjoer, A. 2000: 136).

Syndrom steven johnson adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh


alergi atau infeksi. Sindrom tersebut mengancam kondisi kulit yang
mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis
mengelupas/memisahkan diri dari dermis. Sindrom ini dianggap sebagai
hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput
lendir(wikipedia, dilihat pada tgl 08 oktober 2013).

Sindroma Stevens-Johnson merupakan suatu sindroma(kumpulan


gejala) yang mengenai kulit,selaput lendir di orificium dan mata dengan
keadaan umum yang bervariasi dari ringan sampai berat (Monica,
SINDROM STEVENSS – JOHNSON).

2.2 Etiologi

Penyebab dari syndrome ini belum diketahui dengan pasti, namun ada
beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab, yaitu :
1. Penyebab utama ialah alergi obat, lebih dari 50%. Sebagian kecil karena
infeksi, vaksinasi, penyakit graft versus host, neoplasma, dan radiasi. Pada
penelitian Adhi Djuanda selama 5 tahun (1998-2002) SSJ yang diduga
alergi obat tersering ialah analgetik/antipiretik (45%), disusul karbamazepin
(20%) dan jamu (13,3%). Sebagian besar jamu dibubuhi obat. Kausa yang
lain amoksisilin, kotrimoksazol, dilantin, klorokuin, seftriakson dan adiktif.
6
2. Akibat penyakit infeksi
Penyebab infeksi yang telah dilaporkan dapat menyebabkan sindrom ini
meliputi:
a. Viral: herpes simplex virus (HSV)1 dan 2, HIV, Morbili,
Coxsackie, cat-scratch fever, influenza, hepatitis B, mumps,
lymphogranuloma venereum(LGV), mononucleosis infeksiosa, Vaccinia
rickettsia dan variola. Epstein-Barr virus and enteroviruses diidentifikasi
sebagai penyebab timbulnya sindrom ini pada anak.
b. Bakteri: termasuk kelompok A beta haemolytic streptococcus,
cholera, Fracisella tularensis, Yersinia, diphtheria, proteus, pneumokokus,
Vincent agina, Legionaire, Vibrio parahemolitikus brucellosis,
mycobacteriae, mycoplasma pneumonia tularemia and salmonella typhoid.
c. Jamur: termasuk coccidioidomycosis, dermatophytosis dan
histoplasmosis
d. Protozoa: malaria and trichomoniasis.

2.3 Manifestasi klinis

Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, malaise,


batuk produktif, koriza, sakit kepala, sakit menelan, nyeri dada, muntah,
pegal otot dan artralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan
kombinasi gejala tersebut. Setelah itu akan timbul lesi kulit, mukosa, dan
mata yang dapat diikuiti kelainan viseral.
Gejala bervariasi ringan sampai berat. Pada yang berat penderita dapat
mengalami koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal
berupa demam tinggi 39-40C. Dengan segera gejala tersebut dapat menjadi
berat. Stomatitis (radang mulut) merupakan gejala awal. Sindrom ini jarang
dijumpai pada usia 3 tahun ke bawah. Pada sindrom ini terlihat adanya trias
kelainan berupa: kelainan kulit, kelainan solaput lendir di orifisium ,
kelainan mata.
1. Kelainan kulit.

7
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikeldan bula. Vesikel dan
bulakemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu
juga dapat terjadi purpura, pada bentuk yang berat kelainannya
generalisata.
Kelainan kulit dapat timbul cepat berupa eritema, papel, vesikel atau
bula secara simetris berupa lesi kecil satu-satu atau kelainan luas pada
hampir seluruh tubuh. Lesi kulit biasanya pertama kali terlihat di muka,
leher, dagu, dan badan. Sering timbul pendarahan pada lesi yang
menimbulkan gejala fokal berbentuk target, iris, atau mata sapi. Kulit
juga menjadi lebih muda terkena infeksi sekunder. Predileksi pada area
ekstensor tangan dan kaki serta muka yang meluas ke seluruh tubuh
sampai kulit kepala. Pada keadaan lanjut dapat terjadi erosi, ulserasi,
kulit mengeluas (tanda nikolsky positif), dan pada kasus berat
pengelupasan kulit dapat terjadi pada seluruh tubuh disertai paronikia
dan pelepasan kuku. Jumlah dan luas lesi dapat meningkat dan
mencapai puncaknya pada hari ke-4 sampai 5, dapat disertai rasa sakit
di kulit.
2. Kelainan selaput lendir
Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut
(100 %) kemudian disusul oleh kelainan alat dilubang genetol (50 %),
sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8 % dan 4
%). Vesikel dan bula yang pecah menjadi erosi dan ekskoriasi dan
krusta kehitaman. Juga dapat membentuk pseudomembran. Kelainan
yang tampak di bibir adalah krusta berwarna hitam yang tebal. Kelainan
dapat juga menyerang saluran pencernaan bagian atas (faring dan
esofagus) dan saluran nafas atas. Pada bibir dapat dijumpai krusta
kehitaman yang disertai stomatitis berat pada mukosa mulut. Pasien
menjadi sulit makan dan minum sehingga biasanya datang dalam
keadaan dehidrasi. Kelainan mukosa jarang terjadi pada hidung dan
anus, tetapi pada kasus berat dapat terjadi kelainan mukosa yang luas

8
sampai ke daerah trakeobronkial. Keadaan ini dapat menyebabkan
penderita sukar/tidak dapat menelan dan juga sukar bernafas.
3. Kelainan mata.
Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus yang tersering
telah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis
parulen, peradarahan, alkus korena, iritis dan iridosiklitis. Disamping
trias kelainan tersebut dapat pula dapat pula terdapat kelainan lain,
misalnya : notritis, dan onikolisi. Cedera mukosa okuler merupakan
faktor pencetus yang menyebabkan terjadinya ocular cicatricial
pemphigoid, merupakan inflamasi kronik dari mukosa okuler yang
menyebabkan kebutaan. Waktu yang diperlukan mulai onset sampai
terjadinya ocular cicatricial pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa
bulan sampai 31 tahun. Selain itu juga dapat be-rupa konjungtivitis
purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus komea, iritis, dan iridosiklitis.
Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat.

9
2.4 Patofisiologi
Alergi obat-obatan, infeksi
mikroorganisme, neoplasma & faktor
endokrin, faktor fisik, makanan

Reaksi alergi tipe


Reaksi alergi tipe IV
III

Terbentuk kompleks Sel tak aktif, kontak


antigen & antibodi dengan antigen yang sama

Mengendap dalam Melepas limfosit &


pembuluh darah sitotoksik

Terperangkap dalam Terjadi reaksi radang


jaringan kapiler

Mengaktifkan komplemen
& degranulasi sel mast

Kerusakan jaringan kapiler

Akumulasi neutrofil

Lisozim terlepas
SINDROM STEVEN
JOHNSON
Kerusakan organ target

Kelainan Mata Kelainan Kulit & Eritema Kelainan selaput


lendir orifisium
Konjungtivitis, Inflamasi dermal &
perdarahan, ulkus epidermal Kesulitan menelan

Intake inadekuat
Penglihatan Gangguan integritas
menurun kulit

Gangguan persepsi Nyeri Kelemahan fisik Gangguan nutrisi <


sensori 10
kebutuhan tubuh
Gangguan
intoleransi aktivitas
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumonia, kehilangan cairan /
darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi
kebutaan karena gangguan lakrimal

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencari hubungan dengan
faktor penyebab serta untuk pelaksanaan secara umum. Pemeriksaan yang
rutin di lakukan diantaranya adalah pemeriksaan darah tepi (hemoglobin,
leukosit, trombosit, hitung jenis, hitung eosonifil total, LED), pemeriksaan
imunologik (kadar imunoglobulin, komplemen C3 dan C4, kompleks
imun),biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi, serta
pemeriksaan histopatologik biopsi kulit. Hasil biopsi dapat menunjukan
adanya nekrosis epidermis dengan keterlibatan kelenjar keringat, folikel
rambut dan perubahan dermis. Anemia dapat di jumpai pada kasus berat
yang menunjukan gejala pendarahan. Leukosit biasanya normal atau sedikit
meninggi, C3 dan C4 normal atau sedikit menurun, dan dapat di deteksi
adanya kompleks imun yang eredar. Pada pemeriksaan histopatologik dapat
ditemukan gambaran nekrosis di epidermis sebagian atau menyeluruh,
edema intrasel di daerah epidermis, pembengkakan endotel, serta eritrosit
yang keluar dari pembuluh darah dermis superfisial. Pemeriksaan
imunofluoresen dapat memperlihatkan endapan IgM,IgA,C3, dan fibrin.
Untuk mendapat hasil pemeriksaan imunofluoresen yang baik maka bahan
biopsi kulit harus diambil dari lesi baru yang berumur kurang dari 24 jam

2.7 Penatalaksanaan
Seluruh pengobatan harus dihentikan, khususnya yang diketahui
menyebabkan reaksi SJS. Penatalaksanaan awalnya sama dengan
penanganan pasien dengan luka bakar, dan perawatan lanjutan dapat berupa
11
suportif (misalkan cairan intravena) dan simptomatik (misalkan analgesik,
dll), tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini. Kompres saline
atau Burow solution untuk menutupi luka kulit yang terkelupas/terbuka.
Alternatif lainnya untuk kulit adalah penggunaan calamine lotion.
Pengobatan dengan kortikosteroid masih kontroversial semenjak hal itu
dapat menyebabkan perburukan kondisi dan peningkatan resiko untuk
terkena infeksi sekunder. Zat lainnya yang digunakan, antara lain
siklofosfamid dan siklosporin, namun tidak ada yang berhasil. Pemberian
immunoglobulin intravena menunjukkan suatu hal yang menjanjikan dalam
mengurangi durasi reaksi alergi dan memperbaiki gejala.
Pengobatan suportif lain diantaranya penggunaan anestesi nyeri topikal
dan antiseptic, yang dapat menjaga lingkungan tetap hangat, dan
penggunaan analgesic intravena. Seorang oftalmologis atau optometris
harus dikonsultasikan secepatnya, oleh karena SJS sering menyebabkan
pembentukan jaringan parut di dalam bola mata yang kemudian
menyebabkan vaskularisasi kornea dan terganggunya penglihatan, dan
gangguan mata lainnya. Diperlukan pula adanya program fisioterapi setelah
pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Pada umumnya penderita SSJ
datang dengan keadan umum berat sehingga terapi yang diberikan biasanya
adalah: Cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji
resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah. Kortikosteroid parenteral:
deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-
0,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi,
ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid sistemik pada anak bisa
menyebabkan penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan,
namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan
menyelamatkan nyawa. Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa
gatal. Feniramin hidrogen maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk
usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3
kali/hari. Sedangkan untuk setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-
12
5 tahun: 2.5 mg/dosis, 1 kali/hari; > 6 tahun: 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari.
Perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal. Bula di kulit
dirawat dengan kompres basah larutan Burowi. Tidak diperbolehkan
menggunakan steroid topikal pada lesi kulit. Lesi mulut diberi kenalog in
orabase. Terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang
menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak
bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16 mg/kg/hari

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan
Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan
gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang
sama.
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala
Bentuk : Normochepalig
Muka : Simetris

13
Rambut : Warna : hitam, Distribusi : merata, Kekuatan :
tidak mudah dicabut
Nyeri tekan : Tidak ada
b) Mata
Bentuk : Simetris
Kelopak mata : Edema dan sulit dibuka
Konjungtiva : Konjungtivitis kataralis dan purulen
Sklera : Tidak ikterik, putih
Kornea : Ulkus kornea
Pupil : Isokor, diameter 3-6 mm
Reaksi cahaya : Positif
Lapang penglihatan : Penyempitan lapangan penglihatan
Kelaianan mata : Simbleferon, iritis, iridosiklitis
c) Telinga
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Tidak ada
Liang telinga : Liang telinga lapang, tidak ada serumen
Pendengaran : Tidak mengalami ketulian
d) Hidung
Bentuk : Simetris
Concha : Tidak membesar
Septum : Tidak terdapat deviasi
Selaput lender : Lesi, ada penyumbatan, perdarahan, ingus
Pembauan : Mengalami penurunan
e) Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir : Bengkak, kering, warna mukosa merah
Selaput lender : Stomatitis, afte (vesikel, bula), erosi,
perdarahan
Sakit saat menelan : Ada
Gigi : Caries/tidak
Lidah : Terdapat lesi
14
Tonsil/pharix : Meradang
Ketidakmampuan menelan
f) Leher
Bentuk : Simetris
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Pergerakan leher : Tidak terbatas
Peningkatan JVP : Tidak terlihat
g) Dada
Paru-paru
- Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, terdapat sumbatan pada
jalan napas, klien tampak sesak, terdengar stridor saat
ekspirasi/inspirasi, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot
pernapasan, frekuensi pernafasan > 20 x/menit, reflek bentuk
ada, pernapasan cepat dan dangkal, klien batuk
- Palpasi
Pembesaran getah bening di supraklavikula ada/tidak, letak
trakea di tengah, tidak teraba massa, nyeri tekan.
- Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi
Bunyi napas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+)

Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat, edema jaringan
- Palpasi                 
Ictus cordis tidak teraba, frekuensi HR > 100 x/menit, irama
regular/ireguler, akral dingin, kapilar repil > 3 detik
- Perkusi     
15
Pekak pada bagian-bagian batas jantung
- Auskultasi         
Tekanan darah hipotensi, irama jantung tidak beraturan, tidak
ada bunyi jantung tambahan
Abdomen
- Inspeksi
kembung, datar
- Palpasi
lemas, tidak teraba massa, pembesaran hati dan limpa ada/tidak
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : peristaltic menurun/meningkat
h) Genitalia dan Anus
- Penis    : normal, hipospadia, fimosis, skrotum dan testis :
normal, hernia, hidrokel
- Vagina : warna sekret
- Anus    : pelebaran vena ani/tidak
- Mukosa : vesikel, bula, erosi, perdarahan, krusta berwarna
merah
i) Ekstremitas
Edema, tremor, rom terbatas, akral dingin
j) Integumen
Warna kulit : pucat, terjadi hiperpigmentasi
Turgor : mengalami penurunan
Luka  : Ada, luas luka
Edema jaringan
Kulit lesi berupa eritema, papel, vesikel, bula pada hampir seluruh
tubuh
d. Data Penunjang
1) Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia

16
2) Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi
sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal,
spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
3) Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun
yang mengandung IgG, IgM, IgA.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
c. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit

3. Rencana Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal
Tujuan : kerusakan integritas kulit menunjukkan perbaikan dalam 7-10
hari.
Kriteria Hasil: Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh, tidak ada
lesi baru, lesi lama mengalami involusi, tidak ada lesi yang infected
Intervensi:
1) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta
perubahan lainnya yang terjadi.
Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat
dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
2) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut
Rasional: menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju,
membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses
penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
3) Jaga kebersihan alat tenun
Rasional: untuk mencegah infeksi
4) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut

17
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria Hasil: menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan,
diet yang disediakan habis, hasil elektrolit serum dalam batas normal,
tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai
Rasional: memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol,
meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki
pemasukan
2) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan
3) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat
Rasional: meningkatkan nafsu makan
4) Kerjasama dengan ahli gizi
Rasional: kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong
regenerasi jaringan.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit


Tujuan : klien merasa nyaman dalam 2x24 jam
Kriteria Hasil:
1) Melaporkan nyeri berkurang
2) Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rilek
Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya
Rasional: nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya
keterlibatan jaringan
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan
kelelahan umum
18
3) Pantau TTV
Rasional: metode IV sering digunakan pada awal untuk
memaksimalkan efek obat
4) Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional: menghilangkan rasa nyeri

19
BAB 3

PEMBAHASAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS STEVENS JHONSON


SINDROME PADA AN.A DI RUANG EDELWEIS RSUD MYUNUS

Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2021


Tanggal Masuk RS : 13 Oktober 2021
Ruang : Edelweis
Dx. Medis : Sindrom Stevens Johnson (SSJ)

1. Identitas Pasien
Nama anak : An. A
Tempat/tgl lahir : Bengkulu,18-06-2014
Usia : 7 Tahun (SD)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Lubuk Gedang Lais Bengkulu utara
Pemberi informasi : Ny. R
Hubuungan dengan anak : Ibu kandung

2. Keluhan utama
Keluhan pada saat masuk RS: Demam lebih kurang 5 hari dan timbulny
bercak merah pada mulut,konjungtiva,kepala dan badan, lalu pada saat 3hari
setelah itu pada mata gatal,berair,nyeri, keluarnya kotoran dan melepuh.
Keluhan saat dikaji: Terasa gatal pada bagian tubuh yang mulai kering
dari melepuh, masih nyeri pada bagian tubuh yang melepuh dan merasa
tidak nyaman pada saat tidur dan bergerak.

3. Riwayat Kesehatan masa lalu(Kehamilan dan Persalinan Ibu)


A. Kehamilan (Gestasi)
20
 Usia ibu saat kehamilan anak yang sakit: 33 tahun
 Kesehatan ibu selama kehamilan: Normal tidak ada keluhan pada saat
kehamilan (Tetapi ibu emang memiliki riwayat alergi makan udang)
 Obat-obatan yang di gunakan : Tidak ada
B. Persalinan
 Tipe persalinan : Pervaginam
 Tempat melahirkan : RS Bayangkara Bengkulu

4. Riwayat penyakit sebelumnya


Penyakit waktu kecil : Tidak ada
Pernah dirawat di RS : Tidak ada
Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
Tindakan (Operasi) : Tidak ada
Alergi : Obat Parastamol
Imunisasi : Lengkap ( BCG, DPT, Polio,Hepatits
B,Campak)

5. Genogram keluarga

6. Riwayat social
Yang mengasuh : Sanak saudara
Hubungan dengan anggota keluarga : Bibi An.A
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : Lebih pendiam dari adiknya
Lingkungan rumah : Baik
21
7. Kebutuhan dasar
Makanan yang disukai/tidak disukai : Ayam tepung / tidak ada
Alat makan yang dipakai : Sendok dan piring
Pola makan : 3x/hari
Pola tidur : Teratur,jam 21.30 sudah tidur dan
Bangun pukul 05.00
Kebiasaan sebelum tidur : Pegang jari
Tidur siang : 2 jam/ hari
Mandi : 2x hari ( pagi dan sore )
Aktivitas bermain : Bermain sepeda pada sore hari
Eliminasi : BAB dan BAK lancar

8. Keadaan kesehatan saat ini


Diangnosa medis : Steven Johnson synche (SJS)
Tindakan operasi : Tidak ada
Status nutrisi : nafsu makan baik
Status cairan : Baik dan terpasang infuse ka-En 3B dan
minum kuran lebih 700ml/hari
Obat-obatan : Infus ka-en 3 B 52x/menit, alprazolan 1 x
0,5 mg, dnp dengan 500cc Ome prazol 1 x
10gram, Dexanetason 3 x ½
Aktifitas : Berbaring ( Belum bias beraktifitas penuh
Masih dibantu orang tua)
Tindakan keperawatan : - Gp
- Infus kaEn 3B
Hasil laboratorium : H2TL Hematokrit : 31 vol%
Hemoglobin : 10,2 g/Ol
Leukosit : 8000/ul
Trombosit : 594000/ul
Hasil Rontgen : Tidak ada
Data tambahan : Hasil swab PCR (-) negative
22
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, composmentis
TB/BB : 95 cm /15 kg
Lingkar kepala : Tidak ada
Mata : Simetris kanan dan kiri,tidak ada edema
Konjungtiva anemis ada kemerahan,
Berair, dan keluarnya kotoran
Hidung : Simetris, tidak ada kotoran, jalan nafas
baik,frekuensi nafas 22x/mnt dan tidak
ada suara nafas tambahan
Mulut : Mukosa mulut basah melepuh dan
Memerah
Telinga : Simetris dan lengkap,tidak ada cairan
yang keluar dan fungsi pendengaran baik
Tengkuk : Ada kemerahan dan melepuh
Dada : Pada daerah dada terdapat kemerahan
Karena melepuh
Jantung : Frenkuensi nadi : 96x/mnt, irama normal
Tidak ada edema dan kapiler refil
kembali dalam waktu 2 detik
Perut : Pada daerah perut juga terdapat kulit
melepuh dan kemerahan
Genretalia : Bersih
Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap
terdapat bintik-bintik hitam pada daerah
ekstremitas, warna kulit sawo matang
Kulit : Terdapat bintik-bintik hitam
TTV : Nadi 96x/menit, Pernapasan 22x/menit
Spo2 97%, Suhu 36,4

23
10. Ringkasan Riwayat Keperawatan
Asyifa Chalista w (An.A) dengan nomor RM 841775 diruang edelwis
berumur 7 tahun 18 juni 2014, jenis kelamin perempuan anak pertama dari 2
bersaudara, pendidikan kelas 1 SD, pasien merupakan rujukan dari RS
Charitas Bengkulu Utara dan dirujuk ke RSUD M.YUNUS tanggal 13
oktober di IGD dengan diagnose SJS,pindah ke ruangan Vip C untuk
menjalani isolasi pada sore harinya dipindahkan ke ruang edelwis dengan
Keluhan pada saat masuk RS: Demam lebih kurang 5 hari dan timbulny
bercak merah pada mulut,konjungtiva,kepala dan badan, lalu pada saat 3hari
setelah itu pada mata gatal,berair,nyeri, keluarnya kotoran dan melepuh.
Keluhan saat dikaji: Terasa gatal pada bagian tubuh yang mulai kering
dari melepuh, masih nyeri pada bagian tubuh yang melepuh dan merasa
tidak nyaman pada saat tidur dan bergerak.
Tidak memiliki riwayat penyakit dahulu,riwayat social,kebutuhan eliminasi
seperti BAK/BAB dan kebutuhan nutrisi yang baik.Untuk keadaan
kesehatan pasien pada saat ini rutin di GP,dan diberi Infus ka-en 3 B
52x/menit, alprazolan 1 x 0,5 mg, dnp dengan 500cc Ome prazol 1 x
10gram, Dexanetason 3 x ½. Pada saat pemeriksaan fisik daerah yang
terkena lepuhan akibat penyakit kulit ini yaitu pada Mata(Konjungtiva
anemis ada kemerahanakibat dari melepuh, Berair, dan keluarnya kotoran) ,
Mulut(Mukosa mulut basah melepuh dan Memerah), Dada(Pada daerah
dada terdapat kemerahan Karena melepuh), Perut(Pada daerah perut juga
terdapat kulit melepuh dan kemerahan sampai kebagian belakang punggung
memerah dan melepuh).
Keadaan umum : Kesadaran CM, Td : 100/62 mmHg, Nadi : 112x/menit
Masalah keperawatan utama : 1. Gangguan integritas kulit
2. Gannguan rasa nyaman
3. Resiko Infeksi
Tindakan medis : Gp, infus kaEn 3B, omeprazol 1x10 ,
Dexametason 3x1/2 ,gentanicine dan floxa tetes

24
11. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. Kemandirian dan bergaul
An.A sudah mulai mendiri dari mengambil makanan, gosok gigi tanpa
bantuan seperti bermain sepeda sudah mendiri dan bergaul dengan
teman
2. Motorik halus
An. Aperkembangan gerak mulai dari mencotoh gambar segi empat,
menngambar orang dan memilih garis yang lebih panjang sudah bisa
melakukan dengan baik
3. Motori kasar
Perkembangan gerak dari keseimbangan dan kondisi antaranggota
tubuh sudah bisa berdiri 1 kaki dalam 6 detik, berjalan dan melopat
dengan satu kaki
4. Kongnitif dan bahasa
Perkembangan bahasa An.A sudah baik dari mengartikan 7 kata ,
menghitung dan mengetahui 3 kata

12. Informasi lain


An.A sudah kelas 1 SD mulai bisa menulis tulisan yang mudah di baca dan
mampu melatih fisik dengan berolahraga seperti bermain sepeda

25
ANALISA DATA
DATA Masalah Etiologi
Data Subyektif & Keperawatan
Obyektif
Ds : Gangguan Integritas Kurang terpapar informasi
- Mengatakan kalau Kulit tentang mempertahankan
anaknya merasa gatal melindung integritas jaringan
pada kulitnya
- Mengatakan An.A
masih merasa nyeri dan
terasa nyerinya itu
hilang timbul
Do :
-Kulit tampak memerah
dan melepuh
- An.A tampak meringis
- Suhu 37
- Nadi 112x/menit
- RR 22x/menit

26
DATA Masalah Etiologi
Data Subyektif & Keperawatan
Obyektif
Ds : Gangguan Rasa Gejala penyakit
Orang tua mengatakan An. nyaman
A pada malam hari sulit
tidur karena tidak nyaman
pada bagian kulit yang
melepuh dan merasa gatal
Do :
An. A tampak
meringis,gelisah , dan
tampak gatal pada daerah
kulit yang melepuh

27
DATA Masalah Etiologi
Data Subyektif & Keperawatan
Obyektif
Ds : Gangguan Mobilitas Nyeri karena kulit melepuh
-Mengeluh sulit fisik
menggerakan ekstremitas
- Nyeri saat bergerak
- Enggak melakukan
pergerakan
Do :
-Rentang gerak (ROM)
-Sendi kaku
-Fisik lemah

28
PERENCANAAN
NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL
1. Gangguan Setelah SIKI : - Untuk
Integritas dilakukan Perawatan Integritas menggetahui
kulit tindakan kulit penyebab gangguan
Ds : keperawatan Observasi : integritas kulit
- Mengeluh diharapkan - Identifikasi - Agar integritas
nyeri pasien penyebab gangguan kulit terjaga dengan
- Mengeluh mampu integritas kulit mengubah posisi
gatal SLKI : Terapeutik : tiap 2 jam jika tira
Do : Integritas - Ubah posisi tiap 2 baring
- Kerusakan kulit dan jam jika tirah baring - Produk berbahan
jaringan dan jaringan - Gunakan produk peitiolin atau
lapisan kulit - Elastisitas berbahan peitiolin minyak pada kulit
- Nyeri kulit atau minyak pada agar terhindar dari
- Pendarahan meningkat kulit kulit kering
- Hematoma - Kerusakan - Hindari produk - Agar kulit terjaga
lapisan kulit berbahan dasar dengan
menurun alkohol pada kulit menggunakan
- Nyeri Edukasi : pelembab
menurun - Anjurkan - Untuk
- Tanda menggunakan meningkatkan
kemerahan pelembap asupan nutrisi
menurun - Anjurkan minum - Untuk
- Suhu kulit air yang cukup menghindari
membaik - Anjurkan terpaparnya suhu
meningkatkan esktream
asupan nutrisi - Agar kulit terjaga
- Anjurkan tidak menggunakan
menghindari sabun mandi yang
terpaparnya suhu
29
ekstream berlebihan
- Anjurkan mandi
dengan
menggunakan sabun
secukupnya

30
NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL
2. Gangguan Setelah SIKI : - Untuk
rasa dilakukan Manajemen nyeri mengetahui lokasi,
nyaman tindakan Observasi : karakteristik, dan
DS : keperawatan - Identifikasi lokasi, frekuensi nyeri
- Mengeluh diharapkan karakteristik, - Untuk mengetahui
tidak pasien frekuensi nyeri skala nyeri yang di
nyaman mampu - Identifikasi skala rasakan saat ini
- Mengeluh SLKI : nyeri - Untuk melihat
tidur Status - Identifikasi faktor apakah ada efek
- Tidak kenyamanan yang memperberat samping pada saat
mampu - Keluhan dan memperingan penggunaan
rileks tidak nyaman nyeri analgetik
- Merasa menurun - monitor efek - Agar pasien lebih
gatal - Tidak lagi samping penggunaan nyaman dengan
- Mengeluh gelisah analgetik difasilitasi istirahat
mual dan - Keluhan Terapeutik : dan tidur
lelah sulit tidur - Fasilitasi istirahat - Untuk mengontrol
DO : menurun dan tidur lingkungan yang
- Gelisah - Lelah - kontrol lingkungan memperberat rasa
pola menurun yang memperberat nyeri
eliminasi rasa nyeri - Agar keluarga
berubah Edukasi : mengetahui
- Iritabilitas - Jelaskan penyebab, penyebab periode
periode dan pemicu dan pemicu nyeri
nyeri - Agar keluarga
- Jelaskan strategi mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
Kolaborasi :

31
- Pemberian
analgetik

32
NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL
3. Gangguan Setelah SIKI : Untuk mengetahui
mobilitas dilakukan Dukungan adanya nyeri /
fisik tindakan mobilisasi keluhan fisik
Mayor keperawatan Observasi : Untuk melihat
DS : diharapkan - Identifikasi adanya kondisi selama
- Mengeluh pasien nyeri atau keluhan melakukan
sulit mampu fisik mobilitas
menggerakan SLKI : - Monitor kondisi - Fasilitasi untuk
ekstrenitas Mobilitas umum selama melakukan
DO : fisik melakukan pergerakan
- Kekuatan - Pergerakan mobilitas - Libatkan
otot menurun ekstremitas Terapeutik : keluarganya pada
- Rentang meningkat - Fasilitasi saat bergerak untuk
gerak rom - Kekuatan melakukan membantu pasien
menurun otot pergerakan dalam
Minor meningkat - Libatkan meningkatkan
DS : - Rentang keluarganya untuk pergerakan
- Nyeri saat gerak rom membantu pasien - Agar keluarga
bergerak meningkat dalam pasien mengetahui
- Enggan - Gerakan meningkatkan tujuan dan prosedur
melakukan terbatas pergerakan mobilitas
pergerakan menurun Edukasi : - Untuk
- Merasa - Jelaskan tujuan menganjurkan
cemas saat dan prosedur mobilitas sederhana
bergerak mobilitas yang dilakukan
DO : - Anjurkan mobilitas oleh pasien
- Sendi kaku sederhana yang
- Gerak tidak harus dilakukan
terkoordinasi (Duduk di tempat
33
- Gerakan tidur)
terbatas
- Fisik lemah

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Tgl/ Dx.Kep Implementasi keperwatan Evaluasi


jam soap
18-10- Gangguan 1.Melakukan pemantauan S: Orang tua
2021/2 integritas penyebab dari gangguan An.A
0.45 kulit integritas kulit pada kulit Mengatakan
pasien: kalau anaknya
-Penyebabnya karena kulit gatal pada
An.a melepuh dan memerah di kulitnya
bagian mata(konjungtiva sekarang sudah
infeksi),mulut(bibir berkurang dan
memerah),leher sampai perut nyeri berkurang
bagian bawah dan sampai dan terasa
bagian belakang. nyerinya itu
2. Memberitahu hilang timbul
orangtua/keluarga untuk tidak O: Kulitnya
menggunakan produk berbahan masih tampak
dasar alcohol untuk kulit memerah
pasien seperti memberikan dengan proses
bedak,sabun mandi anti alcohol pengobatan,masi
yang berbahan lembut seperti h terpasang
produk bayi. verban dan
-keluarga sudah mengerti jika tampak tidak
ingin memberikan untuk kulit meringis lagi
pasien jangan menggunakan A: Masalah
34
produk yang berbahan alcohol. teratasi sebagian
3.menganjurkan orang tua P: Hentikan
untuk meningkatkan asupan implementasi
nutrisi dan minum pasien
seperti lebih memperbanyak
makan sayur,buah dan protein
yang cukup dan untuk minum
anjurkan lebih diperbanyak
lagi seperti setidaknya 1L
perhari:
-orang tua pasien sudah
memberikan makan dengan
porsi makan dengan sedikit
sedikit namun sering seperti
memberikan makanan
kesukaannya,pisang ,roti dan
susu.
4.memberitahu orang tua
pasien untuk menghindari suhu
matahari yang ekstream seperti
menuput jendela dengan
gorden un:
-Gorden telah terpasang dan
pasien telah nyaman tidak
terpapar matahari secara
langsung
5. memberikan obat
antihistamin untuk mngurangi
rasa gatal pada An.A:
-Pasien telah di beri obat

35
antihistamin.
/19-10- Gangguan 1.Melakukan pemantauan S: Orang tua An.
2021/ rasa nyaman lokasi dan menanyakan skala A mengatakan
16.35 nyeri yang dirasakan dengan pada malam
menggunakan kertas skala hari tidak
nyeri: kesulitan untuk
-lokasi nyeri dibagian tubuh tidur lagi karena
bagian perut sampai kebelakan sudah mulai
dan tampak memerah. berkurannya
-skala nyeri yang di rasaka: rasa nyeri dan
4(sedang) sudah nyaman.
2. menyediakan fasilitas untuk O:tidak tampak
istirahat dengan ada bad dan gelisa
bantal untuk pasien tidur lagi,meringis
dengan nyaman: berkurang,
-pasien sudah istirahat di atas Skala nyeri dari
bad dengan dipasangkan laken 4 menjadi
dan bantal yang nyaman 2(ringan)
3. memposisikan pasien A: Masalah
dengan posisi semi fowler agar teratasi sebagian
pasien lebih nyaman: P: Hentikan
-pasien lebih nyaman dengan implementasi
di posisikan semi fowler

20-10- Gangguan 1.Menanyakan apakah ada S: Ibu An.A


2021/ mobilitas nyeri/keluhan fisik lainnya mengatakan jika
9.43 fisik seperti tidak bisa anaknya
menggerakkan ektremitas: sekarang sudah
-nyeri dibagian tubuh yang bisa
melepuh dan menyebabkan menggerakkan
susah mengerakkan tubuh ekstremitasdan
36
terutama bagian perut pada saat duduk di
bergerak masih terasa nyeri bad,nyeri saat
dan masih dibantu untuk bergerak
bergerak. menurun
2. melibatkan orang O: rentang gerak
tua/keluarga untuk membantu mulai
pasien dalam melakukan meningkat,gerak
pergerakan secara bertahap an masi tampak
seperti miring kanan/kiri dan terbatas,dan
duduk: sudah tampak
-orangtua telah membantu dibiasakan
pasien dalam melakukan untuk bergerak
pergerakannya A: Masalah
3.menganjurkan pasien untuk teratasi sebagian
melakukan mobilitas secara P: hentikan
bertahap seperti duduk dibad implementasi
dan membiasakan untu
bergerak bertahap agar bekas
luka/kulit melepuh pasien tidak
lengket.
- pasien telah duduk di bad
dengan ada bantal di sebelah
pasien dan sudah mulai
bergerah secara bertahap.
4.menyediakan fasilitas yang
nyaman untuk bergerak seperti
ada bantal untuk mengganjal
pasien pada saat duduk
-pasien telah duduk dengan
posisi yang nyaman dengan di
fasilitasi bantal pada saat
37
melakukan mobilisasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Arwin, Akib AP,dkk. 2007. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. Edisi 2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Bechman, Richard. 2010. Nelson Esensi Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
3. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta

6. Monica, Ebook SINDROM STEVENSS – JOHNSON. Dosen Fakultas


Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

7. SDKI –SLKI –SIKI Edisi 1

38

Anda mungkin juga menyukai