(SAR)
DISUSUN OLEH:
Isti Auliani Putri Lubis (190600094)
Chintika Bernaditha Siregar (190600096)
Anastasia Pinky SM (190600099)
Mutia Salsabila Anzani Saragih (190600103)
Agnes Harsa Artileria (190600109)
Segala Puji dan Syukur, kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan anugerahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas komputer menyusun
makalah tentang kedokteran gigi berjudul “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)”
Terimakasih kami ucapkan kepada semua yang bersedia membimbing kami dengan
baik, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Serta kami ucapkan terimakasih juga kepada teman-teman yang turut andil dengan
memberikan pemikiran-pemikirannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya kami menyadari penulisan makalah
ini masih terbatas dan jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan juga waktu yang kami miliki.
Namun demikian, kami berusaha dengan baik agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan para pembaca dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Tim Penyusun
i
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I: Pendahuluan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1) Trauma
Ulser5 dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi
akibat trauma. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara,
kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan
atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi.Selain itu, trauma yang sering
dialami yaitu trauma karena terbentur sikat gigi saat menyikat gigi dan tidak
sengaja tergigit bagian tertentu dari mukosa mulut.
2) Genetik
Faktor genetik dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada
pasien yang menderita SAR. Faktor ini diduga berhubungan dengan
peningkatan jumlah Human Leucocyte Antigen (HLA), HLA menyerang
sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel
mononukleus ke epitelium. Walaupun SAR dari genetik tidak dapat
dihindari namun pencegahan terjadinya SAR dapat dilakukan dengan
menghindari faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya SAR seperti
menjaga pola makan untuk memenuhi kecukupan gizi agar memperkuat
imunitas dan menghindari terjadinya trauma di dalam rongga mulut.
3) Gangguan Immonologi
Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya respon imun yang
berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada
2
mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit
pada mukosa mulut dimana pemicunya sampai saat ini belum diketahui.
4) Stress
Hasil perbandingan prevalensi stres yang ekstrim terkait dengan
jumlah responden untuk mengukur tingkatan stres masih terlalu kecil,
sehingga menjadi salah satu keterbatasan penelitian, bahkan kemungkinan
penyebab variabel stres yang tidak berhubungan. Meskipun tidak
berhubungan sebaiknya berusaha mencegah agar tidak mengalami stress
yang berat. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa mahasiswa kedokteran
gigi tingkat akhir sebagian besar jarang mengalami stomatitis (72,5%)
dengan tingkat stres psikologis yang ringan (77,5%).
5) Defisiensi Nutrisi
Kekurangan nutrisi seperti asam folat, zat besi, zink, dan vitamin B12
juga berisiko menyebabkan munculnya SAR.
7) Hormonal
Hormon yang dianggap berperan penting dalam SAR adalah estrogen
dan progesteron.Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan
aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer7 menurun dan
terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut,
memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang
berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal
sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam
mengatur pergantian epitel mukosa mulut.
8) Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers,
agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan berkemungkinan
menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya
SAR.
3
2.3. Pencegahan Stomatitis Aftosa Rekuran (SAR)
Sariawan tipe canker sore atau aphthous stomatitis tidak menular dari satu
orang ke orang lain.SAR umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam
kurun waktu 10-14 hari karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.
Untuk mencegah terjadinya aphthous stomatitis, maka pasien harus
mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan
timbulnya kondisi ini, sebagai contoh :
6) Perbanyak minum air putih untuk membersihkan mulut dan agar terhindar
dari mulut kering. Minumlah air putih minimal delapan gelas sehari.
7) Stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal delapan jam
sehari karena tidur yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya
waktu tidur tetapi dari nyaman/relax-nya seseorang dalam tidur. Bila perlu
luangkan waktu untuk pergi berlibur.
8) Perbaiki pola makan atau diet yang tidak sehat. Diet bukan berarti tidak
makan, tetapi kita mengurangi porsi makan dengan tetap mengonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan. Sebisa mungkin ikutilah pola makan empat
Sehat lima Sempurna.
4
1) Untuk kasus ringan, bisa diberikan obat salep yang berfungsi sebagai
topikal coating agent untuk melindungi lesi10 dari gesekan dalam rongga
mulut dan melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan asam
atau pedas.
2) Obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri yang begitu menganggu.
6) Pada kasus sedang hingga berat, penderita dapat diberikan salep yang
mengandung topikal steroid. Pada penderita yang tidak berespons terhadap
obat-obatan topikal dapat diberikan obat-obat sistemik.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 . Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
Stomatitis Aftosa Retoren (SAR) merupakan penyakit radang kronik pada
mukosa mulut. Berbagai macam faktor penyebab terjadinya seperti trauma,
genetik, gangguan immunologi, stress, defisiensi nutrisi, hormonal, obat-
obatan, alergi dan sensitifitas, serta pasti gigi dan obat kumur sodium lauryl
sulphate (SLS). Kurangnya penjagaan kebersihan gigi dan mulut dapat
menambah parah keadaan. Oleh karena itu, perlunya memperhatikan
kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi minimal 2x sehari,
mengonsumsi makanan bergizi, seperti buah-buahan dan sayuran. Hindari
makanan dan minuman yang merangsang inflamasi ketika terkena sariawan,
seperti makanan dan minuman terlalu panas, asam, asin, dan pedas. Penderita
dapat melakukan pengobatan berupa pemberian obat kumur chlorhexidine
untuk mencegah infeksi dan meluasnya sariawan.
3.2 . Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran, yaitu diharapkan pembaca lebih peduli terhadap penjagaan
kebersihan gigi dan mulut serta pembaca dapat bertindak dengan tepat dalam
melakukan pencegahan dan perawatan Stomatitis Aftosa Retoren (SAR).
6
DAFTAR PUSTAKA
1. APRIASARI, Maharani Laillyza; TUTI, Hening. Stomatitis aftosa rekuren oleh karena
anemia. Jurnal Dentofasial, 2010, 9.1: 45.
2. Sari, Z. K., Suyatmi, D., & Purwati, D. E. (2019). HUBUNGAN STRES AKADEMIK
DENGAN RECCURENT APHTOUS STOMATITIS (RAS) PADA MAHASISWA (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
3. Nurdiana, M. Jusri. Penatalaksanaan SAR mayor dengan infeksi sekunder. Dentofasial
2011; Vol.10, No.1: 42-46
4. https://www.academia.edu/25564667/Stomatitis_Aftosa_Rekuren
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27287/?sequence=4
6. https://doktersehat.com/penyebab-sariawan-berulang/
7. Team, Honest Docs Editorial; Muhlisin, Ahmad. https://www.honestdocs.id/stomatitis
8. Dokter, Klik. https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2860323/stomatitis-aphtous-
reccurentsar-sariawan
9. Pratiwi,Yekti Mumpuni.2013.45 Masalah & Solusi Penyakit Gigi &
Mulut.Yogyakarta:Rapha Publishing. Hlm.103,106.
1
Mukosa mulut adalah jaringan yang melapisi permukaan rongga mulut
2 Ulkus merupakan luka di dalam rongga mulut , ulkus merupakan kondisi diskontinuitas jaringan yang meluas hingga ke
dermis hingga ke subkutis dan selalu terjadi pada kondisi patologis
3 Ulseratif adalah suatu peradangan kronis
4 Eritema halo merupakan kemerahan yang terdapat pada rongga mulut.
5 Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis
6 Benda yang dapat memicu respons alergi dikenal dengan istilah allergen
7 Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan sumsum tulang
belakang
8 Iritasi , dalam biologi dan fisiologi , adalah keadaan peradangan atau reaksi menyakitkan terhadap alergi atau kerusakan
sel-sel.
9 Ulkus adalah luka
10 Lesi adalah kerusakan atau ketidaknormalan jaringan di dalam tubuh.
11 Inflamasi adalah peradangan.
iii