Anda di halaman 1dari 5

SARIAWAN SEBAGAI PENYAKIT UMUM YANG BERAKIBAT FATAL

Meilia Tri Lestari

201910330311140

Kedokteran/A

meiliatrilestari84@gmail.com

Sering mendengar seseorang mengeluh dengan keadaan sulit menelan makan,


diam membisu dengan menyanggahkan tangannya di bagian pipi? benar sekali.
Seseorang dengan ciri-ciri seperti itu sedang diserang penyakit sariawan dengan nama
ilmiahnya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) . Kedatangan sariawan pada individu
sangatlah tidak diharapkan, sariawan sangat menggangu individu tersebut dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, apalagi jika berhubungan dengan bagian rongga mulut,
rasanya sangat perih dan menyakitkan. Meskipun sariawan dianggap sebagai penyakit
yang sepele, akan tetapi bahaya yang ditimbulkan pada tubuh cukup berat dan
berbahaya. Rahmi Amtha (2017) mengatakan sariawan termasuk dalam klasifikasi
penyakit gigi dan mulut yang paling umum dan masih menjadi perhatian di seluruh
dunia khususnya di Indonesia, hampir dapat dipastikan bahwa 98% orang di dunia
pernah menderitanya.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang salah menandai tentang penyakit


sariawan. Kesalahan masyarakat mengenai penyakit sariawan tersebut bersumber pada
persepsi umum yang beredar saat ini, yaitu menyebut sariawan adalah segala sesuatu
yang menyakitkan atau tidak nyaman pada bagian rongga mulut. Persepsi tersebut
sangat bertentangan dengan hal medis. Menurut DR. drg. Harum Sasanti
Yudoyono,Sp.PM, dari Departemen Gigi dan Mulut FKG Universitas Indonesia/RSCM,
sariawan memang penyakit mulut yang paling umum. Meski demikian, penderita tidak
serta merta bisa menyebut semua yang tidak nyaman di mulut sebagai sariawan. Ia
memiliki keluhan dan penampilan, juga sifat-sifat yang spesifik.( Tribun Kesehatan,
2014).
Timbulnya penyakit sariawan akan sangat erat hubungannya dengan bagian
rongga mulut kita. Amelia Thantawi (ODONTO Dental Journal, 2014) mengatakan
bahwa rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena merupakan pintu
pertama masuknya bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan dan kesehatan yang
optimal. Apabila di dalam rongga mulut terdapat sariawan, hal itu menandakan bahwa
mulut kita sedang tidak sehat atau terdapat bakteri.

Pasien penderita Stomatitis Aftosa Rekuren( SAR ) atau sariawan ini


diklasifikasikan dalam 3 kategori. Kategori ini tergantung padapresentasi klinis dari
lesinya, yaitu : ulser minor, ulser mayor(Sutton Disease, Periadenitis Mukosa Necrotica
Recurrens) dan herpetiform ulser ( Greenberg 1994 ). Sariawan termasuk penyakit yang
menyerang berbagai kalangan usia, baik bayi, anak – anak, remaja, dewasa, maupun
lansia dan sering timbul pada mukosa mulut yang tidak berkeratin. Sariawan paling
sedikit terjadi 10% dari jumlah populasi dan dapat mencapai batas tertingginya sebesar
25% yang banyak terjadi pada individu yang bukan perokok. Sariawan banyak terjadi
pada negara berkembang. Sebagian besar pasien menderita sariawan minor sebanyak
80%.

Lewis (dalam Jurnal UMY) menjelaskan sariawan tersebut biasanya muncul


secara berulang baik sebagai ulkus tunggal ataupun ulkus yang lebih dari satu yang akan
sembuh dalam waktu 7-14 hari tanpa meninggalkan bekas dan sering terjadi pada
mukosa mulut yang tidak berkreatin, pada palatum lunak, mukosa bukal, dasar mulut
dan lidah. Ciri-ciri umum sariawan, luka biasanya berupa cekungan (ulser) dangkal,
tepinya jelas dan beraturan. Kebanyakan berbentuk bulat, beberapa ada yang oval, serta
dikelilingi oleh lapisan berwarna merah dan rasanya nyeri.

Penyebab utama dari sariawan yaitu terdapat jamur candida albicans, yang
memang berada di rongga mulut dalam jumlah yang kecil dan pertumbuhannya tidak
terkendali. Namun, sariawan juga disebabkan oleh berbagai macam faktor lainnya,
seperti menyikat gigi terlalu keras, mengalami luka gigit, pemakaian kawat gigi,
kebersihan mulut yang buruk, rasa cemas dan stress.

Sariawan pada bayi dapat dilihat pada saat menolak makanan atau tidak mau
makan sama sekali saat diberi makan oleh ibunya. Sariawan tersebut dapat ditandai
dengan melihat bulatan berwarna putih atau kuning di bagian gusi, bagian dalam bibir,
atau pipinya. Penyebab sariawan pada bayi belum dipastikan penyebabnya, namun ada
beberapa hal yang dapat memicu timbulnya sariawan pada bayi, di antaranya yaitu
terdapat luka pada mulut, alergi pada makanan, sensitive terhadap buah-buahan yang
asam, terinfeksi virus, bakteri, atau jamur, dan penyakit tertentu, seperti penyakit radang
usus. Memang kasus sariawan pada bayi akan jarang ditemui, biasanya pada bayi yang
berusia 10 bulan ke bawah.

Gejala yang muncul pada usia remaja, dewasa, maupun lansia biasanya berupa
rasa sakit, panas dan perih yang amat mengganggu kelancaran aktivitas rongga mulut
seperti makan, minum, berbicara bahkan menelan jika sariawan muncul pada area
sekitar lidah. Walaupun dikatakan sariawan adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri,
namun hingga saat ini obat yang spesifik untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan
masih sangat langka karena umumnya berbentuk salep atau gel yang mudah lepas saat
mengaplikasikannya.

Sariawan termasuk dalam jenis self limited disease. Jenis penyakit ulang
kambuh tapi bisa sembuh sendiri. Terkadang seorang menderita sariawan sudah menjadi
langganan untuk setiap bulan bahkan bisa setiap minggunya. Oleh karena itu, jika orang
menyebut ada obat yang bisa mengobati sariawan, itu kurang benar. Itu termasuk
pandangan masyarakat yang masih salah mengenai penyakit sariawan . Sariawan hanya
dapat diredakan dengan pereda sakit atau bisa sembuh dengan sendirinya.

Masyarakat Indonesia sering kali menyepelekan ketika menderita sariawan.


Meskipun sepertinya penyakit sariawan adalah penyakit yang simpel dan bisa sembuh
sewaktu-waktu, ternyata terdapat juga sariawan yang bisa mengarah menjadi tumor,
bahkan kanker. Prof.Dr. Peter Agus, drg., Sp.BM (UNAIR, 2010) mengatakan harus
waspada jika ada bercak putih di rongga mulut yang tidak sembuh meskipun sudah
lewat 2 minggu. Bercak putih semacam itu bisa menjadi ciri awal kanker rongga mulut.
Berbeda dengan sariawan yang terasa sakit, bercak putih ini tidak menimbulkan sakit
sama sekali. Selain bercak putih, harus diwaspadai juga bila ada bercak merah di rongga
mulut yang tidak bisa hilang setelah dua minggu. Bercak merah ini jauh lebih berbahaya
karena penyebaran dan keganasannya lebih tinggi.
Berdasarkan data UNESCO, angka kematian akibat kanker rongga mulut adalah
satu orang setiap hari di seluruh dunia. Data di Amerika Serikat bahkan menyebutkan
kanker rongga mulut menyebabkan satu orang meninggal setiap jamnya. Kematian
akibat kanker rongga mulut biasanya diakibatkan sel-sel kanker yang sudah sangat
menyebar hingga ke paru-paru dan menyebabkan sesak napas.

Untuk mendeteksi dini dan mencegah kanker rongga mulut, Prof.Dr. Peter Agus,
drg., Sp.BM (UNAIR, 2010) menegaskan bahwa :

Masyarakat agar memperhatikan keadaan tubuh, terutama bagian rongga mulut.


Hal pertama yang bisa dideteksi dari kanker rongga mulut adalah adanya becak
putih atau merah yang tidak bisa hilang. Cara kedua adalah deteksi lewat
pemeriksaan molekuler atau lewat ludah. Cara kedua ini hanya bisa dilakukan di
lab atau rumah sakit. “Masalahnya, pasien sering kali terlambat ditangani.
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan tumor atau kanker stadium lanjut,”
ujar Prof. Peter.

Masyarakat diharapkan untuk rutin mengunjungi dokter gigi meskipun tidak ada
keluhan agar tidak juga memperparah keadaan sebeumnya. Jadwal kunjungan ke dokter
gigi pun lebih baik ditingkatkan. Jika dulu hanya cukup enam bulan sekali, akan lebih
baik jika ditingkatkan menjadi tiga bulan sekali. Meskipun sariawan dapat hilang
dengan sendirinya, namun terdapat cara untuk mempercepat proses penyembuhannya
dengan langkah berikut:

1. Menjaga kebersihan mulut


2. Mengompres sariawan dengan es batu
3. Asupan nutrisi yang cukup
4. Menggunakan obat kumur alami
5. Menghindari makanan pemicu sariawan
Daftar Pustaka

Wisesa, Nyoman Sidhi. Aloe Vera pada Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren
Minor. Bali : Program Studi Pendidikan Kedokteran Gigi FK Udayana

Rahmi Amtha, M. Marcia, dkk. 2017. Plester Sariawan Efektif dalam Mempercepat
Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren dan Ulkus Traumatikus. Makalah
Kedokteran Gigi Indonesia vol.3 no.2. Jakarta: FKG Universitas Trisakti.
http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.22097

Amelia Thantawi, Khairiati, dkk. 2014. Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) Minor
Multiple Pre Menstruasi ( Laporan Khusus). ODONTO Dental Jurnal vol.1 no.2.
Padang:FKG Universitas Baiturrahma

Tribun Kesehatan. (2014, 19 April). Ini Persepsi Dokter tentang Sariawan. Diakses pada
20 Desember 2019, dari https://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/04/19/ini-
persepsi-dokter-tentang-sariawan

Anda mungkin juga menyukai