Anda di halaman 1dari 6

Laporan penelitian

Kualitas hidup pasien dengan inflamasi mukosa mulut


stomatitis aftosa rekuren

Lena Noviana1, Silvi Kintawati2, Sri Susilawati3*

Klinik Amanah Dental Center, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia


1

2
Departemen Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Indonesia
3
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran,
Indonesia

*Korespondensi: sri.susilawati@fkg.unpad.ac.id
Submisi: 10 Maret 2018; Penerimaan: 30 Maret 2018; Publikasi online: 30 April 2018
DOI: 10.24198/jkg.v30i1.18191

ABSTRAK

Pendahuluan: Inflamasi mukosa mulut stomatitis aftosa rekuren (SAR) dapat berdampak pada
fungsi pengunyahan, penelanan dan bicara, sehingga akan mempengaruhi status gizi serta kualitas
hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kualitas hidup pasien dengan SAR di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Padjadjaran (Unpad). Metode: Jenis penelitian yang
digunakan deskriptif dengan jumlah responden 32 pasien SAR di RSGM Unpad. Kuesioner yang diisi
oleh responden diadaptasi dari WHO STEPWise Approach to Surveillance – Oral Health Module tahun
2001. Hasil: Kualitas hidup pasien dengan inflamasi mukosa mulut (SAR) di RSGM Unpad adalah 43,8%,
dengan rincian 33,6% untuk dimensi fungsi, 19,8% untuk dimensi psikologis, 21,9% untuk dimensi sosial,
dan 100% untuk dimensi nyeri. Simpulan: Kualitas hidup pasien dengan stomatitis aftosa rekuren (SAR)
di RSGM Unpad cukup berdampak pada dimensi fungsi, kurang berdampak pada dimensi psikologis dan
sosial dan sangat berdampak pada dimensi nyeri.

Kata kunci: Inflamasi mukosa mulut, kualitas hidup, stomatitis aftosa rekuren.

Quality of life of patients with oral mucosal inflammation recurrent aphthous


stomatitis

ABSTRACT

Introduction: Oral mucosal inflammation recurrent aphthous stomatitis (RAS) will affect the function
of mastication, ingestion, and speech, thus also affecting the nutritional status and quality of life. The
purpose of this research was to find out the quality of life patients with RAS in Universitas Padjadjaran
Dental Hospital. Methods: This research used descriptive methods with respondents of 32 patients with
RAS in Universitas Padjadjaran Dental Hospital. A questionnaire adapted from WHO STEPWise Approach
to Surveillance–Oral Health Module 2001 was filled out by respondents. Result: The results indicated that
the quality of life of patients with RAS in Universitas Padjadjaran Dental Hospital was 43.8%, consisted
of 33.6% for functional dimension, 19.8% for psychological dimension, 21.9% for social dimension, and
100% for pain dimension. Conclusion: Quality of life of patients with recurrent aphthous stomatitis (RAS)
in Universitas Padjadjaran Dental Hospital was quite affected in functional dimension, less affected in
psychological dimension, and very affected in pain dimension.

Keywords: Oral mucosal inflammation, quality of life, recurrent aphthous stomatitis.

58
J Ked Gi Unpad. April 2018; 30(1): 58-63.

PENDAHULUAN dikelilingi oleh haloeritema dengan dasar kuning


atau keabuan.6
Secara umum, kesehatan seseorang tidak Insidensi dari SAR ini sekitar 20% pada
hanya dilihat dari tubuh yang sehat melainkan populasi umum, tetapi pada kelompok atau sosial
dilihat dari rongga mulut dan gigi yang sehat juga. ekonomi tertentu insidensinya antara 5 sampai
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari dengan 50%.7 Sumber lain menyebutkan, insidensi
kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan SAR antara 5 sampai dengan 66% pada populasi
satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi umum dengan rata-rata 20%.5
dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Hasil penelitian di Bandung pada mahasiswa
Berdasarkan hal itu, kesehatan gigi dan mulut preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
sangat berperan dalam menunjang kesehatan Padjadjaran menunjukan SAR menempati urutan
tubuh seseorang. paling tinggi masalah kesehatan gigi-mulut yang
Masalah kesehatan di Indonesia semakin dirasakan responden dengan nilai 42,7%.8 Data
meningkat khususnya kesehatan gigi dan tersebut menunjukkan bahwa SAR merupakan
mulut. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar salah satu penyakit yang sering menyerang rongga
(RISKESDAS) tahun 20131, prevalensi nasional mulut dibandingkan dengan penyakit gigi dan mulut
masalah kesehatan gigi dan mulut adalah 25,9%. yang lainnya.
Prevalensi ini meningkat dari data Riset Kesehatan Hampir setiap orang pasti pernah
Dasar (RISKESDAS)2 sebelumnya tahun 2007 mendengar atau bahkan mengalami SAR, baik
yang hanya 23,2%. Jawa Barat menjadi salah yang bersifat ringan maupun yang berat hingga
satu provinsi yang memiliki prevalensi masalah SAR itu mengganggu fungsi fisiologis. SAR
kesehatan gigi dan mulut di atas prevalensi nasional merupakan penyakit yang relatif ringan karena
menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tidak membahayakan jiwa dan tidak menular,
tahun 2013.1 tetapi bagi orang-orang yang menderita SAR
Salah satu masalah kesehatan gigi dan dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa
mulut yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah terganggu. Orang-orang yang mengalami SAR
inflamasi. Inflamasi dalam masyarakat awam akan merasa sangat terganggu dalam hal fungsi
dikenal dengan kata peradangan. Inflamasi atau pengunyahan, penelanan dan bicara.9 Fungsi
peradangan adalah proses dinamik dari jaringan dan aktivitas rongga mulut akan ikut terganggu
hidup terhadap adanya suatu cedera/jejas.3 Jadi, sehingga akan mempengaruhi status gizi serta
inflamasi adalah suatu proses yang terjadi pada akan mempunyai dampak pada kualitas hidup
jaringan yang mengalami cedera atau jejas. seseorang.10
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu Kualitas hidup menurut World Health
inflamasi akut dan inflamasi kronis.3,4 Inflamasi Organization Quality of Life (WHOQoL) pada
akut merupakan suatu inflamasi yang berlangsung susilawati S11 adalah suatu persepsi individu tentang
relatif singkat (beberapa menit sampai dengan kehidupannya terkait dengan pencapaian tujuan
hari), sedangkan inflamasi kronis berlangsung dan harapan dari individu tersebut sesuai budaya
lebih lama (berhari-hari sampai dengan bertahun- dan nilai yang dianutnya. Bidang kedokteran gigi
tahun).3 mengenal kualitas hidup ini dengan sebutan Oral
Inflamasi dalam rongga mulut terdiri dari Health Related Quality of Life (OHRQoL) atau
inflamasi jaringan keras dan inflamasi jaringan kualitas hidup dalam aspek kesehatan gigi-mulut.12
lunak/inflamasi mukosa mulut. Salah satu inflamasi Uraian latar belakang tersebut di atas,
mukosa mulut yang sering terjadi adalah Stomatitis penulis ingin mengetahui kualitas hidup pasien
Aftosa Rekuren atau disingkat SAR.5 Di Indonesia dengan inflamasi mukosa mulut (stomatitis Aftosa
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau Rekuren) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) ini sering dikenal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Maksud
oleh masyarakat awam dengan sebutan sariawan. penelitian adalah untuk mengetahui data dan
SAR merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada informasi mengenai kualitas hidup pasien dengan
mukosa mulut, biasanya berupa lesi kecil berulang inflamasi mukosa mulut (stomatitis aftosa rekuren)
lebih dari satu berbentuk bulat atau ovoid yang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran

59
Kualitas hidup pasien dengan inflamasi mukosa mulut stomatitis aftosa rekuren (Noviana dkk.)

Gigi Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian HASIL


adalah untuk mendapatkan gambaran kualitas
hidup pasien dengan inflamasi mukosa mulut Penelitian dilakukan terhadap 32 pasien
(stomatitis aftosa rekuren) di Rumah Sakit Gigi SAR yang datang ke Bagian Ilmu Penyakit Mulut
dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Padjadjaran. Gigi Universitas Padjadjaran pada Bulan Februari
– April 2014. Tabel 1 memperlihatkan distribusi
METODE pasien yang datang ke Ilmu Penyakit Mulut Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Jenis penelitian yaitu, deskriptif. Penelitian Universitas Padjadjaran berdasarkan jenis kelamin.
ini akan memberikan gambaran atau uraian Tabel 1 menunjukkan terlihat bahwa pasien
atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa dengan penyakit SAR paling banyak diderita oleh
adanya suatu perlakuan terhadap objek yang perempuan (71,9%), sedangkan pada laki-laki lebih
diteliti dan menggunakan kuesioner sebagai alat sedikit (28,1%). Tabel 2 memperlihatkan distribusi
pengumpul data.13 Penelitian dilakukan di bagian pasien yang datang ke Ilmu Penyakit Mulut Rumah
Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran berdasarkan umur.
pada bulan Februari-April 2014. Instrumen yang Tabel 2 menunjukkan terlihat bahwa pasien
digunakan adalah alat tulis, informed consent serta SAR yang datang ke Bagian Ilmu Penyakit Mulut
lembar kuesioner. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Populasi penelitian adalah pasien dengan Gigi Universitas Padjadjaran berdasarkan umur
inflamasi mukosa mulut (stomatitis Aftosa Rekuren) paling banyak terjadi pada umur 21 tahun (46,9%)
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran dan umur 22 tahun (21,9%). Penilaian pasien
Gigi Universitas Padjadjaran, sedangkan yang tentang dampak inflamasi mukosa mulut (stomatitis
menjadi sampelnya yang memenuhi syarat aftosa rekuren) terhadap pertanyaan OHRQoL
responden merupakan pasien dengan inflamasi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan
mukosa mulut (Stomatitis Aftosa Rekuren) yang
datang ke bagian Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Tabel 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin

Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Padjadjaran, responden tidak menggunakan No Jenis kelamin Jumlah %

alat ortodonti cekat, responden bersedia mengisi 1 Laki-laki 9 28,1

kuesioner dan menandatangani informed consent. 2 Perempuan 23 71,9

Metode pengambilan sampel yaitu Total 32 100

incidental sampling, yaitu teknik penentuan


Tabel 2. Distribusi pasien berdasarkan umur
sampel berdasarkan kebetulan.12 Setiap pasien
yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
No Umur Jumlah %
peneliti dan memenuhi kriteria atau syarat
1 16 1 3,1
penelitian dalam suatu rentan waktu diikutsertakan
2 17 0 0,0
dalam penelitian. Jumlah responden ditentukan
3 18 1 3,1
berdasarkan jumlah pasien SAR yang datang ke
4 19 2 6,3
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
5 20 0 0,0
Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan Februari-
6 21 15 46,9
April 2014.
7 22 7 21,9
Kualitas hidup pasien dengan inflamasi
8 23 3 9,4
mukosa mulut (stomatitis Aftosa Rekuren)
9 24 1 3,1
responden diperoleh dari hasil pengisian kuesioner.
10 25 0 0,0
Hasil pengisian kuesioner dihitung dengan
11 26 1 3,1
menggunakan skala Guttman. Jawaban responden
12 27 1 3,1
berupa skor bernilai (1) untuk jawaban ya dan skor
Total 32 100
bernilai (0) untuk jawaban tidak.

60
J Ked Gi Unpad. April 2018; 30(1): 58-63.

Tabel 3. Penilaian pasien tentang dampak stomatitis aftosa rekuren terhadap pertanyaan OHRQoL

Jawaban Ya Jawaban Tidak


No Kualitas hidup yang terpengaruh karena stomatitis aftosa rekuren
Frekuensi % Frekuensi %
1 Kesulitan mengunyah makanan 20 62,5 12 37,5
2 Kesulitan berbicara / masalah dalam pengucapan kata 15 46,9 17 53,1
3 Merasa malu karena sariawan 1 3,1 31 96,9
4 Mengindari tersenyum karena sariawan 7 21,9 25 78,1
5 Merasa tertekan karena masalah sariawan 6 18,8 26 81,2
6 Tidur sering terganggu 8 25 24 75
7 Merasa cemas 5 15,6 27 84,4
8 Tidak bisa bekerja karena sariawan 2 6,3 30 93,7
9 Kurang toleran terhadap pasangan atau orang yang dekat dengan anda 6 18,8 26 81,2
10 Merasa terganggu saat melakukan interaksi dengan orang lain 13 40,6 19 59,4
11 Merasa sakit 32 100 0 0,0
12 Merasa tidak nyaman 32 100 0 0,0

Tabel 4. Dampak stomatitis aftosa rekuren terhadap dimensi OHRQoL

No Dimensi OHRQoL % Kategori


1 Dimensi Fungsi 33,6 Cukup berdampak
2 Dimensi Psikologis 19,8 Kurang berdampak
3 Dimensi Sosial 21,9 Kurang berdampak
4 Dimensi Nyeri 100 Sangat berdampak

bahwa merasa sakit dan merasa tidak nyaman perempuan dengan persentasi 71,9%. Hal ini
adalah pertanyaan kualitas hidup yang paling sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada
banyak disebutkan pasien karena inflamasi mukosa mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi
mulut stomatitis aftosa rekuren. Dampak inflamasi Universitas Padjadjaran yaitu sebesar 77%.6
mukosa mulut stomatitis aftosa rekuren terhadap Penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
dimensi OHRQoL dapat dilihat pada tabel 4. bahwa, SAR cenderung lebih sering terjadi pada
Tabel 4 menunjukkan terlihat bahwa perempuan.4
OHRQoL untuk keempat dimensi yaitu dimensi Rajedran and Sivapathasundharam15,
fungsi, psikologis, sosial dan nyeri berada dalam menyebutkan terdapat beberapa etiologi dan
kategori cukup berdampak. Inflamasi mukosa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
mulut stomatitis aftosa rekuren yang dirasakan SAR, yaitu infeksi bakteri, imunitas, defisiensi
pasien paling banyak mempengaruhi dimensi nutrisi, trauma, stres, faktor hormonal dan alergi.
nyeri sebesar 100%, lalu dimensi fungsi sebesar Etiologi SAR yang telah disebutkan diatas dan
33,6%, dimensi sosial sebesar 21,9% dan dimensi dari hasil penelitian yang mendapatkan jumlah
psikologis 19,8%. Kualitas hidup pasien dengan pasien perempuan mencapai 71,9%, maka faktor
inflamasi mukosa mulut stomatitis aftosa rekuren di hormonal bisa jadi merupakan etiologi utama SAR.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Hormon yang dianggap berperan yaitu
Gigi Universitas Padjadjaran secara keseluruhan hormon estrogen. Dua hari sebelum menstruasi
termasuk dalam kategori cukup berdampak. akan terjadi penurunan estrogen secara
mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan
PEMBAHASAN terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai
darah ke perifer menurun dan terjadi gangguan
Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien SAR keseimbangan sel-sel didalam rongga mulut.
yang datang ke bagian Ilmu Penyakit Mulut Penurunan estrogen bisa memperlambat proses
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran keratinisasi sehingga rentan terhadap iritasi dan
Gigi Universitas Padjadjaran lebih banyak pada trauma lokal dan mudah terjadi SAR.16

61
Kualitas hidup pasien dengan inflamasi mukosa mulut stomatitis aftosa rekuren (Noviana dkk.)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pasien SAR karena sariawan menunjukan hasil yang paling
yang datang ke bagian Ilmu Penyakit Mulut berkisar rendah persentasinya, hal ini dapat diperkirakan
antara umur 16–27 tahun dengan persentasi bahwa SAR tidak terlalu berpengaruh terhadap
paling banyak pada umur 21 tahun yaitu sebesar fungsi estetik dari pasien.
46,9% kemudian diikuti dengan umur 22 tahun Pasien yang menderita SAR dengan
dengan persentasi 21,9%. Penelitian ini sesuai rekurensi yang sangat tinggi akan merasa
dengan penelitian di FKG Unpad tahun 2012 yang terganggu terutama dalam hal fungsi pengunyahan,
dilaporkan bahwa sebagian besar penyakit SAR penelanan dan bicara7. Terganggunya fungsi
menyerang kelompok umur 20-29 tahun dengan pengunyahan pada penelitian ini sebesar 62,5%.
jumlah 138 dari 163 orang.17 Dimensi psikologis merupakan dimensi paling
Byahatti18 melaporkan dalam penelitiannya, rendah, yaitu 19,8%, dengan rincian merasa
SAR terjadi pada umur 18-24 tahun dengan tertekan karena masalah sariawan sebesar 18,8%,
persentasi 53,4% dari seluruh sampel yang tidur sering terganggu 25%, merasa cemas 15,6%,
berjumlah 500 orang. SAR pada dewasa artinya SAR yang dirasakan pasien tidak terlalu
ditemukan sekitar 60% sampai 85% dari kasus mempengaruhi disabilitas psikis seperti merasa
yang terjadi.19 Insidensi dewasa muda dua kali cemas dan khawatir. SAR tergolong penyakit yang
lebih sering terjadi dibandingkan dengan dewasa relatif ringan karena tidak membahayakan jiwa
tua dengan persentasi 22,5% berbanding 13,4%.5 dan tidak menular sehingga diperkirakan membuat
Dalam penelitian ini pasien yang datang ke bagian pasien tidak sampai merasa cemas atau khawatir.
Ilmu Penyakit Mulut didominasi oleh pasien yang Dimensi sosial pasien pada penelitian ini
berumur 21-22 tahun. Hal ini bisa diperkirakan, sebesar 21,9% dengan rincian tidak bisa bekerja/
bahwa umur 21-22 tahun tergolong dalam dewasa kuliah karena sariawan 6,3%, kurang toleran
muda sehingga insidensi terjadinya SAR lebih terhadap pasangan atau orang yang dekat dengan
tinggi. anda 18,8%, merasa terganggu saat melakukan
Penyakit SAR biasanya disertai dengan interaksi dengan orang lain 40,6%. Hal ini berarti
adanya rasa nyeri/sakit dan rasa tidak nyaman.18,20 kebanyakan pasien merasakan SAR tidak terlalu
Hal ini sesuai dengan jawaban pasien yang banyak mempengaruhi aktivitas pasien dalam interaksi
merasakan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. sosial. Berdasarkan kuesioner yang dijawab
Kedua jawaban tersebut merupakan jawaban dari pasien, SAR tidak terlalu mengganggu aktivitas
pertanyaan yang mewakili dimensi nyeri OHRQoL seperti kuliah/bekerja.
yang memiliki persentasi paling tinggi (tabel 3). Dimensi nyeri merupakan dimensi OHRQoL
Hasil penelitian ini, dapat dilihat pada tabel paling tinggi, yaitu sebesar 100%. Artinya SAR
4 urutan dimensi OHRQoL pada pasien dengan dirasakan oleh seluruh pasien sangat berpengaruh
inflamasi mukosa mulut Stomatitis Aftosa Rekuren terhadap rasa nyeri dan rasa tidak nyaman. Hal
dari yang paling tinggi hingga paling rendah yang ini diperkirakan karena SAR memiliki karakteristik
berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu dimensi terasa sakit, sehingga seluruh pasien menilai
nyeri, dimensi fungsi, dimensi sosial dan dimensi bahwa merasa sakit dan merasa tidak nyaman
psikologis. Hal ini sesuai dengan penelitian sangat berdampak terhadap kualitas hidup.
OHRQoL masyarakat di 5 wilayah Jawa Barat oleh Susilawati9 dalam penelitian OHRQoL
Susilawati11 yang menunjukan urutan yang sama masyarakat di 5 wilayah Jawa Barat menunjukan
pada keempat dimensi OHRQoL tersebut. bahwa dimensi nyeri merupakan dimensi yang
Dimensi fungsi merupakan dimensi paling tinggi dirasakan dampaknya oleh pasien.9
OHRQoL paling tinggi kedua yang dirasakan Muharom6 dalam penelitian kualitas hidup dalam
pasien yaitu sebesar 33,6% dengan rincian aspek kesehatan gigi-mulut (Oral Health Related
kesulitan mengunyah makanan sebesar 62,5%, Quality of Life/ OHRQoL) pada mahasiswa preklinik
kesulitan berbicara/masalah dalam pengucapan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
kata sebesar 46,9%, merasa malu karena sariawan juga menunjukan bahwa dimensi nyeri merupakan
3,1%, menghindari tersenyum karena sariawan dimensi yang paling berdampak terhadap kualitas
21,9%. Hasil persentasi penelitian ini, merasa malu hidup yang dirasakan pasien.

62
J Ked Gi Unpad. April 2018; 30(1): 58-63.

SIMPULAN diduga sebagai stomatitis aftosa rekuren


pada mahasiswa program studi kedokteran
Kualitas hidup pasien dengan stomatitis gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
aftosa rekuren (SAR) di RSGM Unpad cukup Ratulangi. Skripsi. Manado: Universitas Sam
berdampak pada dimensi fungsi, kurang Ratulangi. 2013. h. 1-8.
berdampak pada dimensi psikologis dan sosial 10. Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan
dan sangat berdampak pada dimensi nyeri. mulut guna meningkatkan kualitas hidup.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2009.
DAFTAR PUSTAKA h. 1-8.
11. Susilawati S. Pendekatan sosio-dental dalam
1. Riset kesehatan dasar (RISKESDA) 2013. pengukuran kebutuhan perawatan gigi sebagai
Badan penelitian dan pengembangan faktor determinan permintaan perawatan gigi.
kesehatan kementerian kesehatan Republik Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan 2011. h. 46-59.
Republik Indonesia. 2013. 12. Gift HC, Redford M. Oral health and the quality
2. Riset kesehatan dasar (RISKESDA) 2007- of life. USA: Clinical Geriatric Medicine. 1992.
2008. Badan penelitian dan pengembangan h. 673-83.
kesehatan kementerian kesehatan Republik 13. Kountur R. Metode penelitian : Untuk Penulisan
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Skripsi dan Tesis. 2nd ed. Jakarta: Percetakan
Republik Indonesia. 2008. Buana Printing. 2007.
3. Reid R, Roberts F, MacDuff E. Pathology 14. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif
Illustrated. 7th ed. Churchill Livingstone: kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-13. Bandung:
Elsevier. 2011. h. 32. Alfabeta. 2011. h. 85.
4. Kumar V, Cotran RS, Stanley L. Robbins Basic 15. Rajedran, Sivapathasundharam. Shafer’s
Pathology. 8th ed. New York: Elsevier. 2007. Textbook of Oral Pathology. 5th ed. New Delhi:
5. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout Elsevier. 2006. h. 915-20.
JE. Oral and Maxillofacial Pathology. 3rd ed. 16. Nisa R. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang
Philadelphia – London – New York – St. Louis Dipicu oleh Stres pada Mahasiswa Kedokteran
– Sidney – Toronto: W.B. Saunders Elsevier. Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
2009. h. 330-6. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2011.
6. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. 2nd 17. Ibrahim R. Gambaran stomatitis aftosa rekuren
ed. Churchill Livingstone: Elsevier. 2008. h. dalam hal profil pasien dan karakteristiknya.
151-7. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
7. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s Oral 2012. h. 33-5.
Medicine. 11th ed. BC Decker Inc. 2008. 18. Byahatti MS. Incidence of recurrent aphtous
8. Muharom F. kualitas hidup dalam aspek ulcers in a group of student population in Libya
kesehatan gigi-mulut (Oral Health Related : a questionnaire study. 2013;1(2):26-30.
Quality of Life / OHRQoL) pada Mahasiswa 19. Saraf S. Textbook of Oral Pathology. 1st edition.
Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas New Delhi: Jaypee. 2006. h. 146-9.
Padjadjaran. Skripsi. Bandung: Universitas 20. Preeti L, Magesh KT, Rajkumar K, Karthik R.
Padjadjaran. 2013. h. 24-31. Recurrent aphthous stomatitis. Journal of oral
9. Darmanta AY. Angka kejadian lesi yang and maxillofacial pathology. 2011;15(3):252-7.

63

Anda mungkin juga menyukai