TUTORIAL MODUL I
ILMU PENYAKIT MULUT
“ LUKA DAN TONJOLAN DI RONGGA MULUT”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XI
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena
dengan taufiq dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih
kurang dari kesempurnaan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada baginda Nabi besar Muhammd SAW yang telah membawa ummat Islam
seluruhnya dari dunia kebodohan menuju dunia keilmuan yang penuh dengan
pendidikan.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman dan orang-
orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah SWT.membalas
kebaikannya dengan balasan yang lebih banyak. Amin.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami mengharap kritik dan saran dari Dosen pembimbing dan segenap teman-
teman demi kesempurnaan makalah ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi kami.
Amin yarobbal alamin.
PENULIS
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi perhatian diseluruh dunia termasuk
Indonesia. Penyakit mulut yang paling sering terjadi adalah Stomatitis Aphtosa
Rekuren atau yang biasa dikenal dengan sariawan bagi masyarakat awam SAR
merupakan salah satu penyakit mulut dengan prevalensi terbesar yaitu 25 %
sedangkan untuk SAR dominan pada ras tau etnis tertentu dan lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria.
SAR adalah kondisi umum yang ditandai dengan adanya ulkus berbentuk
bulat dan terasa nyeri dan sering kambuh pada mukosa mulut. SAR memiliki 3
tipe menurut berdasarkan ukurannya, jumlah dan durasi lesi yaitu SAR minor,
mayor dan herpetiform. SAR minor merupakan tipe SAR yang paling sering,
dijumpai 70-85% dari seluruh kasus. Mereka terjadi di dasar mulut, lidah lateral
dan ventral, mukosa bukal, dan faring; <8 mm (biasanya 2 hingga 3 mm); dan
sembuh dalam 10 hari tanpa jaringan parut. Factor factor penyebaba SAR belum
diketahui dengan jelas, namun memiliki beberapa factor yang dapat merangsang
terjadinya SAR, seperti factor kehamilan, hormone, trauma, dan kekurangan
vitamin atau gizi.
Penyakit mulut yang banyak memiliki prevalesi yang cukup banyak adalah
Torus Palatinus. Torus palatinus memiliki prevalensi sekitar 3-5% penduduk
dunia. Torus palatinus ini umumnya lebih sering terjadi pada wanita dan rasa tau
etnis tertentu seperti daerah Asia.
Torus palatinus adalah suatu Penonjolan tulang (eksostosis) atau pertumbuhan
benigna jaringan tulang yang keluar dari permukaan tulang. Secara khas keadaan
ini ditandai dengan tertutupnya tonjolan tersebut oleh kartilago pada daerah
midline rahang atas. Factor penyebab dari torus palatinus juga belum diketahui
secara pasti, namun torus palatinus memiliki factor gentik yang sangat kuat untuk
diturunkan kepada keturunannya, selain itu juga pemasangan gigitiruan juga dapat
menyebabkan pertumbuhan dari torus palatinus.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
a. Lesi primer merupakan lesi yang biasanya tidak merusak kulit. Pembagian
lesi primer antara lain:
Makula, perubahan warna dalam kulit yang ukuran dan bentuknya
bervariasi. Adapun contoh dari makula yaitu; Eritema Multiformis
merupakan lesi yang belum diketahui penyebabnya secara pasti namun
diyakini bahwa hipersensitifitas terhadap suatu antigen potensial. Eritoma
Multiformis dapat mengenai daerah mukosa oral, okular dan genital.
Diagnosis untuk penegakan diagnosa dapat dilihat dari krusta pada regio
merah bibir dan terjadinya lesi target yang merupakan tanda klinis yang
khas. Diagonosis banding pada penyakit ini yaitu gingivostomatitis
herpetik primer.
Papula,ditemukannya elevasi yang dapat diraba yang beridameter 1-5 mm
dengan permukaan yang bervariasi yaitu bulat, tajam pun datar. Contoh
penyakitnya yaitu
Nodul yaitu suatu massa yang menonjol dan memiliki perluasan ke bawah
yang berukuran sekitar 1 cm. Contoh penyakitnya yaitu fibroma.
Plaque/plak merupakan massa menonjol dengan permukaan yang halus,
kasar maupun pecah-pecah dan memiliki ukuran lebih besar daripada
papula. Salah satu contoh penyakit pada plak adalah leukoplakia.
Tampakan klinis penyakit ini dimulai dari bercak putih datar, lesi yang
mirip kutil dan bercak kulit yang menebal.
Vesikula/vesicle merupakan suatu penonjolan bening yang berisi cairan
berupa darah, limfe atau serum. Vesikel umumnya memiliki ukuran
kurang dari 1 cm. Contoh penyakitnya adalah lesi hipertik
Bula memiliki ciri yang sama dengan vesikel hanya saja ukuran yang lebih
besar. Contoh penyakitnya adalah pempigus. Pempigus merupakan
penyakit bulosa dan manifestasi dari penyakit autoimun. Tampakan klinis
dari penyakit ini yaitu, lesi bula pada mukosa, kemudian pecah menjadi
ulser dan terus membesar, dangkal dan tak teratur .
Pustula atau yang dikenal sebagai jerawat merupakan benjolan yang
bening dan transparan dan berisi cairan berupa pus atau purulen atau
nanah. Contoh penyakitnya adalah acne vulgaris
b. Lesi sekunder merupakan lesi yang terjadi setelah mengalami lesi primer.
lesi sekunder dapat menyebabkan kerusakan pada kulit
Ulserasi kerusakan pada mukosa mulut yang disebabkan oleh permukaan
yang tajam dalam rongga mulut. Selain itu, ulserasi juga terjadi akibat dari
pipi tergigit. Penyebab ulserasi belum diketahui secara pasti namun bisa
disebabkan oleh oleh iritasi kimia. Salah satu contoh penyakitnya yaitu
Neutropania siklik. Penyakit ini merupakan reduksi neutrofil yang absolut
dalam darah. Penyakit ini ditandai oleh terjadinya demam, malaise,
limfedenopati servikal, infeksi dan ulser oral.
Erosi merupakan kerusakan atau hilangnya epitel yang dangkal diatas
lapisan basal. Contoh penyakitnya adalah erosive licen planus. Penyakit ini
merupakan penyakit mukokutan yang prevelen. Belum diketahui penyebab
terjadinya, penyakit ini diperantarai imunologi yang mirip dengan
hipersensitif terhadap antigen yang tidak dikenal. Tanda klinisnya berupa
bercak putih atau tria yang dapat mengenai bagian mulut.
Fisura, kerusakan jaringan kulit atau mukosa yang membentuk celah,
memanjang dan dalam yang sering di sertai dengan rasa sakit. Contohnya
Angular Chelitis, peradangan reaksi disudut mulut yang menyebar dalam
bentuk celah, kulit tampak terkikis dengan disertai rasa sakit. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kandidiasi, trauma pada rongga
mulut, status gizi anak-anak, manifestasi penyakit sistemik dan infeksi
virus.
Pseudomembran merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu-abuan
yang timbul di daerah mukosa hidung, mulut hingga tenggorokan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Torus palatina adalah tulang cancellous yang ditutupi oleh tulang kompak dan
dilapisi dengan lapisan tipis mukoperiousteum, dapat meluas anteroposterior
mencapai ujung papila insisivus dan tepi posterior palatum durum. Penyebab
eksostosis ini tidak diketahui tetapi pewarisan dengan pola autosomal dominan
telah diuraikan pada beberapa individu. Eksostosis tulang Nampak sebagai
pembengkakan yang dapat dilihat dengan mukosa normal diatasnya. Apabila
terjadi pada garis tengah palatum durum disebut “torus palatinus” dan jika terjadi
bilateral dilingual region premolar mandibula, disebut “torus mandibularis”.
Eksostosis multiple mungkin terjadi pada tulang alveolar bukal pada madibula
atau maksila. Seringkali, pasien menemukan eksostosis tulang pada usia agak tua,
barangkali sesudah trauma yang menarik perhatian, dan meskipun telah ada
bertahun-tahun.
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang dikenal dengan istilah apthae atau
cancer sores, merupakan suatu lesi ulserasi yang terjadi secara kambuhan pada
mukosa mulut tanpa adanya tanda-tanda suatu penyakit lainnya . Tidak ada faktor
tunggal yang teridentifikasi. Defisiensi hermatinik disertai kekurangan kadar zat
besi, asam folat atau vitamin B12 ditemukan pada sebagian kecil pasien SAR dan
koreksinya bisa membuat gejala hilang. Secara klinis, RAS dikelompokkan
menjadi 3 subkelompok: minor, mayor dan herpetiform. Ketiga subtype tersebut
memberikan tanda klinis yang sama, yakni ulser yang sakit berbentuk bulat atau
oval dan teratur dengan batas erimatus yang kambuhan.
DAFTAR PUSTAKA