Anda di halaman 1dari 15

Referat

OTOMIKOSIS

Disusun Oleh:

Dara Nilam Sari

1610070100081

PRESEPTOR:
dr. Elfahmi, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
DEPARTEMEN ILMU THT RSUD M. NATSIR
SOLOK
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia yang diberi-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Otomikosis”
Referat ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dr. Elfahmi. Sp.THT-KL, yang
telah memberikan bimbingan serta arahan, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan
baik. Serta tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta atas
motivasi yang telah diberikan kepada penulis dan doa yang selalu mengiringi setiap
langkah dalam mencapai cita-cita, serta pihak pihak yang turut membantu dalam
pembuatan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam penulisan, isi, maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan menyempurnakan referat ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan tentang
presbikusis.

Solok, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI….................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................2

2.1 Anatomi Telinga..................................................................................2

2.2 Definisi................................................................................................3

2.3.Etiologi dan Faktor Resiko..................................................................4

2.4 Epidemiologi.......................................................................................5

2.5 Patofisiologi.........................................................................................5

2.6 Gejala klimis........................................................................................6

2.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang...............................................7

2.8 Penatalaksanaan...................................................................................9

2.9 Komplikasi...........................................................................................10

BAB IV KESIMPULAN...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur pada pinna

dan meatus auditorius eksternus. Otomikosis digambarkan sebagai infeksi

akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang menginfeksi epitel skuamosa

pada kanalis auditorius eksternus. Mikosis ini menyebabkan adanya

pembengkakan, pengelupasan epitel superficial, adanya penumpukan debris

yang berbentuk hifa, disertai supurasi dan nyeri. Spesies yang paling sering

adalah Aspergillus flavus (42,4%), A. niger (35,9%), A. fumigatus (12,5%),

A. candidus (7,1%), A. terreus (1,6%), dan Paecilomyces variotii (0,5% ) 1

Otomikosis dapat dijumpai di berbagai wilayah di dunia, umumnya

prevalensi otomikosis terkait dengan wilayah demografis dengan tingkat

kelembaban yang tinggi di daerah tropis dan subtropis. Negara tropis dan

subtropis mempunyai derajat kelembaban yang tinggi sekitar 70-80% dengan

suhu udara sekitar 15-300C. Banyak faktor yang dikemukakan sebagai

predisposisi terjadinya otomikosis, termasuk cuaca yang lembab, serumen,

status pasien yang immunocompromised, dan peningkatan pemakaian preparat

steroid dan antibiotik topikal. Pengobatan yang direkomendasikan meliputi

debridement lokal, anti jamur lokal atau sistemik, dan menghindari faktor

predisposisi 1

Meskipun otomikosis jarang mengancam nyawa, tetapi menjadi tantangan

untuk pasien dan dokter karena membutuhkan perawatan jangka panjang,

tindak lanjut dan kendala tingkat kekambuhan yang tinggi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Liang Telinga

Secara umum telinga terbagi atas 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah

dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas auricula, meatus akustikus

eksternus dan bagian lateral dari membran timpani. Auricula terdiri dari tulang

rawan elastin dan kulit yg dilapisi epitel skuamosa. Ke arah liang telinga lapisan

tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga

lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat

dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai

tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang

sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.

Gambar 1. Daun telinga

Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus

auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun

telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan

akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga

luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga.

2
Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.

Pada sepertiga bagian luar MAE terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar

keringat) dan sedikit dijumpai pada duapertiga bagian dalam

Gambar 2. Anatomi telinga

Telinga mendapatkan suplai darah dari arteri aurikula posterior lanjutan

dari arteri karotid eksterna) dan cabang kecil aurikuler dari arteri temporalis

superfisial. Dari arteri temporal superfisial, cabang aurikuler didistribusikan ke

lobus, nagian anterior aurikula dan meatus auditorius eksterna. Meatus sebagian

disuplai oleh pembuluh darah yang sama dengan aurikula tetapi bagian lebih dalam,

termasuk permukaan luar dari membran timpani, disuplai oleh arteri aurikuler

dalam, cabang pertama (mandibula) dari arteri maksilaris eksternus. Sementara

vena mengikuti nama dan perjalanan arteri sampai mereka meninggalkan regio

telinga.

2.2 Definisi

Otomikosis (dikenal juga dengan Swimmer’s ear), adalah infeksi telinga

yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur. Otomikosis ini sering dijumpai

pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akut dan subakut, dan khas

dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan ditelinga atau rasa

penuh ditelinga. Otomikosis ini menyebabkan adanya pembengkakan,


3
pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan debris yang berbentuk hifa,

disertai suppurasi, dan nyeri2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat

saprofit, terutama Aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A.

fumigatus, Allescheria boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan

Candida Spp. Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak

dari otomikosis ini. Pada dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger

dilaporkan sebagai penyebab utam2. Ozcan dkk, dan Hurst melaporkan A.niger ,

juga sebagai penyebab terbanyak otomikosis di Turki dan Australia 3.

Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi

jamur yang patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum

dimengerti. Beberapa dari faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya

infeksi, seperti perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan

kuantitatif dari serumen, faktor sistemik ( seperti gangguan imun tubuh,

kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor lingkungan ( panas,

kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik kronik,

post mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas

pada telinga. Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan

dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan

keluarnya serumen, dan keringnya kanalis auditorius eksternus. Bisa juga

disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga. Predisposisi yang lain

meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan asthma.

Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik

yang membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup oleh

4
angin sebagai partikel debu yang kecil. Spora jamur yang menyebar melalui udara

terbawa oleh uap air, suatu fakta bahwa adanya hubungan antara tingginya jumlah

infeksi dengan monsoon, dimana terjadi peningkatan kelembapan relatif hingga

80%.

Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris

yang mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling banyak

ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna

putih keabu-abuan. Jamur tidak pernah menonjol keluar dari EAC, bahkan pada

kasus kronis sekalipun. Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan

nutrisinya di luar EAC. Hasil penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan.

Aspergillus ditemukan paling banyak pada temperatur 37 C, sebuah fakta bahwa

kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur untuk tumbuh di sepertiga

dalam dari EAC.

2.4 Epidemiologi

Otomikosis biasanya terjadi unilateral dan lebih sering mengenai wanita

daripada pria. Otomikosis tersebar diseluruh dunia, namun prevalensinya

dipengaruhi letak geografis. Daerah beriklim tropis dan subtropis memiliki angka

prevalensi yang lebih tinggi2.Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 %

dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Di United

Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur ini sering

ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.2

2.5 Patofisiologi

Otomikosis berkaitan dengan histologi dan fisiologi kanalis auditorius

eksternus. Pada interior resesus timpani, bagian medial sampai isthmus cenderung

mengumpulkan sisa keratin dan serumenm dan merupakan area yang sulit

5
dibersihkan.Terdapat 4 proses yang dapat menyebabkan infeksi pada liang telinga

yaitu obstruk siserumen yang menyebabkan retensi air, hilangnya serumen akibat

pembersihan yang berlebih atau terpapar air terus menerus, trauma, dan perubahan

pH di permukaan liangtelinga luar. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi

kemunculan otomikosis sepertifaktor sistemik (gangguan imunitas, penggunaan

kortikosteroid, sitostatika, danneoplasia), riwayat otitis bakterial, OMSK, dan

mastoidektomi radikal sebelumnya.

Dermatomikosis di area tubuh lain juga dapat menjadi faktor predisposisi,

karena kemungkinan jamur di bagian tubuh terinokulasi ke liang telinga luar dan

menyebabkanotomikosis.Retensi air menyebabkan peningkatan kelembapan di

permukaan liang telinga luarsehingga jamur dapat mudah berproliferasi dan

tingginya kelembaban juga dapatmengabrasi epitel sehingga mudah diinvasi oleh

jamur.Hilangnya serumen akibat pembersihan telingan yang berlebihan atau

karena terlalu seringterbilas air juga menghilangkan serumen yang memiliki

fungsi proteksi dari jamur danorganisme lainnya sehingga invasi oleh jamur

patogen mudah terjadi di liang telinga luar.Trauma dan perubahan pH juga

menyediakan kondisi terbaik untuk berkembang biak.

Invasi hifa dan spora dari jamur patogen pada kulit telinga luar

menyebabkan proses peradangan yang ditandai dengan nyeri, panas, eritema dan

gatal. Hifa yang tumbuh di dalam liang telinga juga menyebabkan rasa penuh dan

tidak nyaman didalam telinga.

2.5 Gejala Klinis

Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna

pada umumnya yakni `otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak

dijumpai, kemudian diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada

6
telinga dan gatal.2,4

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama,

dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan

daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi

skuama halus. Bila meluas sampai kedalam, sampai ke membran timpani, maka

akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.2

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya

akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana

putih dan panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada

dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis

eksterna atau pada membran timpani.2

Gambar 3. Gambaran otoskopi dari telinga yang terkena

otomikosis akibat infeksi Aspergillus

2.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa didasarkan pada :

a. Anamnesis

Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya sekret yang

keluar dari telinga, rasa penuh ditelinga, maupun penurunan pendengaran.

Penting untuk ditanyakan apakah ada kecenderungan beraktifitas yang

berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.


7
Selain itu perlu ditanyakan apakah sering korek-korek telinga dan riwayat

penggunaan obat telinga jangka panjang.

b. Pemeriksaan Fisik dan Lokalis Telinga

Dari pemeriksaan fisik dan lokalis telinga akan didapatkan auriula

kemerahan, MAE tampak hiperemi dan edema, adanya akumulasi debris

berwarna keputihan dan berfilamen, MAE tampak rapuh saat di sentuh,

dan mungkin juga didapatkan perforasi pada membran timpani.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan

langsung dengan mikroskop, kultur, dan histopatologi5.

Mikologi

 Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga

diperiksa dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar,

berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecil

dengan diameter 2-3 u.5

 Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan

dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu

minggu berupa koloni filament berwarna putih. Dengan mikroskop

tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan

sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.5

Kultur

Spesimen diinokulasi langsung kedalam 2 tabung atau cawan agar sabour

untuk di kultur. Satu tabung/cawan di inkubasi pada suhu 370C dan

satunya pada suhu kamar (220C) selama 14 hari. 5

8
2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering,

jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan

barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas.

Pengobatan yang adekuat meliputi tepat jenis obat, rute administrsi, dosis dan

frekuwensi pemberian obat5.

Terapi Topikal

Pengobatan yang dapat diberikan seperti :

a. Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang

telinga biasanya dapat menyembuhkan.4 Tetes telinga siap beli seperti VoSol

( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil asetat ) dan Otic

Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.

b. Larutan burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan

desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan.

c. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti

preparat yang mengandung nystatin dan derivat azole.

d. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara

komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak

menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini

menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga

harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan

tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut, mengurangi paparan

dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi yang adekuat

ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat merubah

homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan

membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.4

9
2.8 Komplikasi

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari

membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,

dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran

timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani

sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya

perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-

16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi

terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan

konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun

merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.4

10
BAB III

KESIMPULAN

Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut,

sub akut, maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar (kanalis auditorius

eksternus). Gejala dari otomikosis dapat berupa nyeri pada telinga, keluarnya

secret (otorrhea), gatal, sampai berkurangnya pendengaran. Faktor predisposisi

yang menyebabkannya meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi

karena sering beraktifitas dalam air seperti berenang, dan penggunaan

kortikosteroid, dan anti mikroba pada infeksi sebelumnya. Spesies yang paling

terbanyak menyebabkan infeksi ini adalah dari genus Aspergillum dan Candida.

Pengobatan dengan menjaga kebersihan telinga, mengurangi kelembaban dan

faktor-faktor predisposisinya, dan pemakaian anti fungal baik secara lokal

maupun sistemik.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar, Khurshid., Gohar, Muhammad Shahid. 2014. Otomycosis: clinical

features, predisposing factors and treatment implications. Pak J Med Sci

2014;30(3):564-567. doi: http://dx.doi.org/10.12669/pjms.303.4106

2. Gharani, Maral. 2015. Otomycosis in Iran: A reviw. A Mycopatholo Spinger

Netehrlands 179:415

3. Hurts, William B. 2011. Outcome of 22 cases Perforated Tympanic

Membrane Caused by Otomycosis. The Journal of Laryngology & Otology,

Vol. 115, pp. 879–880

4. Hurts, William B. 2011. Outcome of 22 cases Perforated Tympanic

Membrane Caused by Otomycosis. The Journal of Laryngology & Otology,

Vol. 115, pp. 879–880

5. Vennewald, Iriana.Eckart, Klemm. 2010. Otomycosis: Diagnosis

and Treatment. Clinics in Dermatology. 202-2011

6. Anwar, Khurshid. Gohar, Muhammad Shahid. 2014. Otomycosis: Clinical

Featyres, Predisposing Factors and Treatment Implications. Pakistan

Journal of Medical Sciences.

12

Anda mungkin juga menyukai