Anda di halaman 1dari 18

Referat

OTITIS EKSTERNA

Oleh:

Dita Purnama Sari

1510070100027

Preseptor :

dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

RSUD M. NATSIR SOLOK

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“Otitis Eksterna”. Referat ini disusun untuk memenuhi  tugas Kepaniteraan
Klinik Senior pada bagian THT-KL di RSUD M. Natsir.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita Sari,
Sp.THT-KL selaku pembimbing, karena telah meluangkan waktu dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis. Dalam penyusunan referat ini penulis mengalami
beberapa hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah
beliau berikan, maka referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penyusunan,


pengolahan, pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap
pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata,
semoga referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya dalam memahami masalah Otitis Eksterna.

Solok, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................2

1.2.1 Tujuan umum..........................................................................................2

1.2.2 Tujuan khusus.........................................................................................2

1.3 Manfaat...........................................................................................................

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1 Anatomi Telinga Luar.....................................................................................3

2.2 Definisi Otitis Eksterna...................................................................................4

2.3 Epidemiologi Otitis Eksterna..........................................................................4

2.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi Otitis Eksterna............................................5

2.5 Patofisiologi Otitis Eksterna...........................................................................5

2.6 Klasifikasi Otitis Eksterna............................................................................. .5

2.7 Manifestasi Klinis...........................................................................................8

2.8 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana............................8

2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................9

2.10 Diagnosis Banding........................................................................................10

2.11. Prognosa.......................................................................................................10

2.12. Konseling dan Edukasi.................................................................................10

2.13. Kriteria Rujukan...........................................................................................10

3
BAB III: PENUTUP.............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Otitis eksterna adalah salah satu penyakit yang sering dalam prakteik
otorinolaringologi. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.1
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga yang
biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur muidah
tumbuh.1 Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%), strepokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). 1 Istilah otitis eksterna
akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur.4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat
komplek, keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar
merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. pemaparan terhadap air
dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang
akut maupun kronik.6
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada
telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila
peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa
sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.2

5
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian


THT-KL RSUD M. Natsir dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan
penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami tentang definisi Otitis Eksterna.


2. Mengetahui dan memahami tentang etiologi Otitis Eksterna.
3. Mengetahui dan memahami tentang klasifikasi Otitis Eksterna.
4. Mengetahui dan memahami tentang patofisiologi Otitis Eksterna.
5. Mengetahui dan memahami tentang tatalaksana Otitis Eksterna.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat penulisan referat ini agar menambah ilmu pengetahuan


pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya dapat lebih megetahui dan memahami mengenai Otitis Eksterna

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI TELINGA LUAR

Gambar 1. Anatomi Telinga

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari


membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
membran timpani (MT).2 Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang
dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks,
tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan
ialah lobulus (gambar 2).

7
(Gambar 2. Anatomi Aurikulum)
Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus
cranial V, VII, IX dan X.2
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula
sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter
lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang
berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars
cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan perluasan dari tulang
rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh
kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut
mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.
Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan
menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis
dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang.
Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel
rambut (gambar 3).3

Gambar 3. Gambar kelenjar pada liang telinga

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior


serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn.
aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n.
vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis.4
MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo, dasar MT tampak
sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga

8
lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini
terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan mempengaruhi
konsistensi MT.3 Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan
skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi
vibrasi yang ideal (gambar 4).4
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh
ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh
nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus
of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.4

Gambar 4. Gambar membran timpani

2.2. DEFENISI OTITIS EKSTERNA


Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi jamur, bakteri dan virus.1,9 Otitis eksterna adalah suatu
inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang / saluran telinga luar (meatus
akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis)
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata)
atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel) atau jerawat. Pengobatan
amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga.5

2.3. EPIDEMIOLOGI
Otitis eksterna umumnya terjadi diseluruh dunia, dengan insiden yang
lebih sering pada daerah tropis daripada daerah beriklim sedang karena suhu dan
kelembapan yang lebih tinggi. Prevalensinya lebih sering terjadi orang dewasa,
jarang terjadi pada anak-anak, pada anak-anak biasanya terjadi pada usia 5-14
tahun. Insiden meningkat 5 kali lipat pada perenang dengan demikian kondisi ini
juga disebut “swimming ear”.8,9,10,11

9
2.4. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI OTITIS EKSTERNA
Faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembapan,
penyumbatan liang telinga tengah, trauma local, dan alergi. Factor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan edema
dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri pathogen pada otitiseksterna akut adalah pseudomonas (41%),
Sterptococus (22%), staphylococcus aureus (15%), dan bacteriodes (11%).7,8
Faktor Resiko terjadinya otitis eksterna adalah sebagai berikut;7
1. Lingkungan yang panas dan lembab
2. Berenang
3. Membersihkan telinga secara berlebihan seperti dengan cutton bud
ataupun dengan benda lainnya

2.5. PATOFISIOLOGI
Perubahan saluran telinga yang terlihat pada otitis eksterna seperti
hyperkeratosis epidermis, jaringan granulasi kronis, edema, atau fibrosis dermis
yang dapat cenderung mempersempit saluran. Migrasi sel epitel biasanya
membersihkan saluran telinga dari serumen, detritus seluler, dan mikroorganisme.
Gangguan proses ini oleh peradangan atau stenosis merupakan predisposisi
perkembangan otitis eksterna.8
2.6. KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,8
1) Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus
c. Otomikosis
2) Otitis eksterna kronik
3) Otitis eksterna maligna

Gambar 5. Otitis eksterna akut Gambar 6. Otitis eksterna kronis

2.6.1. Otitis Eksterna Akut

10
2.6.1.1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Oleh karena kulit disepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjer sebase dan kelenjer serumen, maka ditempat itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.Kuman
penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.1
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula).
Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan
menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.1
2.6.1.2. Otitis Eksterna Difusa
Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab
biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab
adalah staphylococuc albus, eschericia colli dan sebagainya. Otitis ekstrena difus
dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.1
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjer getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang
berbau. Secret ini tidak mengandung musin/lender seperti secret yang keluardari
kavum tympani pada otitis media.1
2.6.1.3. Otomikosis
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi
didaerah tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan aspergilus. Kadang
kadang ditemukan juga candida albikans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan
rasa penuh diliang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.1

c
Gambar 5: Otomikosis8

2.6.2. Otitis Eksterna Kronis


Manifestasi otitis eksterna kronis berlansung lebih dari 3 bulan, atau
berlansung lebih dari empat serangan otitis eksterna pertahun. Hal ini dapat terjadi

11
karena otitis eksterna akut yang tidak diobati secara adekuat, meskipun 15% kasus
otitis eksterna akut sembuh dalam 10 hari. Keterlibatan saluran telinga oleh
penyakit kulit seperti dermatitis atopic atau psoriasis sering terjadi. PH basa
diliang telinga karena proses inflamasi juga dapat memperngaruhi otitis eksterna
kronis.5,8
Gejala khasnya adalah gatal dan gangguan pendengaran konduktif akibat
obstruksi, sedangkan sakit telinga jarang terjadi. Ada dua bentuk gambaran klinis
utama; bentuk seboroik ditandai dengan berkurangnya serumen dan dengan kulit
kering, bersisik, merah, atau berkilau diliang telinga, bentuk eksim dengan kulit
yang lembab dan eritematosa. Rasa gatal dapat menyebabkan ekskoriasi dan
menimbulkan peradangan akut. Peradangan kronis menyebabkan fibrosis
progresif pada saluran telinga.8
2.6.3. Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes, PH serumennya lebih tinggi daripada
PH serumen non-diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih
mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya factor imunocompromized dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.1
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan
subkutis, tulang rawan dan ke tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis,
osteisis, dan osteomyelitis yang menghancurkan tulang temporal.1,5
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal diliang telinga yang
dengan cepat diikuti nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga.
Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh
jaringan granulasi yan cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1
Kelainan patologik yang penting dalah osteomyelitis yang progresif, yang
disebabkan kuman pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi
diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi
yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. 8

Gambar 7. Otitis eksterna Maligna

12
2.7. MANIFESTASI KLINIS OTITIS EKSTERNA
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. namun ada pasien dengan otomikosis
biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa penuh pada liang
telinga.7 Rasa nyeri hebat(otalgia) terjadi karena iritasi periosteum tepat dibawah
dermis dimana tidak memiliki subkutis. Rasa sakit diperburuk oleh tekanan pada
tragus atau ketegangan pada pinna.8
Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada telinga merupakan
keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering
mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang
pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang
telinga, secret yang serous atau purulent, penebalan kulit yang progresif pada
otitis ekstrena yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif.7
2.8.PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
SEDERHANA
Pemeriksaan Fisik pada otitis eksterna adalah sebagai berikut;7
 Nyeri tekan pada tragus
 Nyeri tarik daun telinga
 Kelenjer getah bening regional dapat membesar dan nyeri
 Pada pemeriksaan liang telinga;
1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul
serta liang telinga sempit
2. Pada otitis eksterna difus liang telinga sempit, kulit liang telinga
terlihat hiperemis, dan udem yang batasnya tidak jelas serta secret
yang sedikit
3. Pada otomikosis terlihat jamur seperti serabut kapas dengan warna
yang bervariasi (putihkekuningan)
4. Pada herperzooster otikus tampak lesi kulit vesikuler disekitar liang
telinga
 Pada pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH untuk otomikosis

2.9. PENATALAKSANAAN
Pada otitis eksterna akut, terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila
sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Local

13
diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau basitracin, atau
antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol). Kalau dinding furunkel tebal,
dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotic secara sistemik, hanya diberikan obat
simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.1
Penatalaksanaan non farmakologis meliputi membersihkan liang telinga
dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati. Selama pengobatan sebaiknya
pasien tidak berenang dan tidak mengorek telinga.7
Pentalaksanaan farmakologis meliputi;
1. Topical
 Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrate diberikan salep
ikhtiol atau antibiotic dalam bentuk salep seperti polymixin B atau
basitrasin.1
 Otitis eksterna difus dengan memasukan tampon yang mengandung
antibiotic keliang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotic yang dipakai adalah
campuran polimixin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi topical.1
 Pada otomikosis, dilakukan pembersihan liang
telinga dari plak jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga
dengan larutan asam asetat 2% dalam alcohol 70% setiap hari selama
2 minggu, larutan iodin povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan keliang
telinga. Kadang kadang diperlukan juga obat antijamur (sebagai salep)
yang diberikan secara topical yang mengandung nistatin atau
klotrimazol.1 Irigasi ringan ini harus diikuti dengan pengeringan.7
 Pada otitis eksterna maligna, pengobatan harus cepat diberikan sesuai
dengan hasil lultur dan resistensi. Sementara menunggu hasil kultur
dan resistensi, diberikan golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin)
dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat, diberikan
antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic golongan
aminoglikosida yang diberi selama 6-8 minggu.1 disamping
pengobatan seringkali diperlukan tindakan membersihkan luka
(debrideman) secara radikal.tindakan membersihkan luka
(debrideman) yang kurang bersih akan menyebabkan makin cepatnya
penjalaran penyakit.1
2. Oral sistemik7
 Antibiotic sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat
 Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan
 Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanah

14
2.10. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada otitis eksterna adalah sebagai berikut;7,8
 Perikondritis
 Erisepelas
 Herpes zoster otikus
 Kolesteatom
 Karsinoma yang melibatkan saluran pendenganran eksternal
 Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroik

2.11. PROGNOSA
Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada atau tidaknya
komplikasi, penyakit yang mendasarinya serta pengobatan lanjutannya.7
2.12. KONSELING DAN EDUKASI
Pasien dan keluarga pasien perlu diberitahu tentang;7
 Tidak mengorek telinga baik dengan cutton bud atau dengan yang lainnya
 Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
 Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam
kondisi kering dan tidak lembab

2.13. KRITERIA RUJUKAN


Kriteria rujukan pada kasus Otitis Eksterna adalah sebagai berikut;7
 Pada kasus herpes zoster otikus
 Kasus otitis eksterna nekrotikum

15
BAB III
KESIMPULAN

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran


yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis. Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat
di lateral dari membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus
eksternus (MAE) dan membran timpani.2
Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang /
saluran telinga luar (meatus akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman
maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang
telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan.1
Otitis eksterna diklasifikasikan atas Otitis eksterna akut yang terdiri dari
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul), Otitis eksterna difus dan
Otomikosis. Serta Otitis eksterna kronik dan otitis eksterna maligna (nekrotik). 1,8
Penegakan diagnosis otitis eksterna didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan otitis eksterna meliputi faramakologi dan nonfarmakologi
sesuai dengan klasifikasi otitis ekterna. Prognosis penyakit ini tergantung dari
perjalanan penyakit, ada atau tidaknya komplikasi, penyakit yang mendasarinya
serta pengobatan lanjutannya. Kriteria rujukan pada otitis eksterna meliputi herpes
zoster otikum dan otitis eksterna nekrotikum.7

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-7. dr.
H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. Hal : 58-59.
2. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. In:
Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol 2.
Philadelphia: Lippincott W, Wilkins, 2006:1883-1902
3. Ghorayeb BY, Anatomy of the ear. 2006. Citation available
from:www.ghorayeb.com/AnatomyAuricl e.html. acces on September 30th,
2008.
4. O’Connor KN, Tam M, Blevins H, Puria S. Tympanic membrane
collagen fibers: a key to high frequency sound conduction. Laryngoscope
2008; 118: 483-90.
5. Araos R, D’Agata E. Pseudomonas aeruginosq and other pseudomonas
species. In: Bennet JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and
Bennett’s Principles and Practice of Infectious Desease. 9th ed. Philadelpia,
PA: Elsevier; 2020:chap 219
6. Waitzman AA, Elluru RG, Belantine J. Otitis Ekstrena. USA;WebMD;
2014 (disitasi pada 2015 jan 11)
7. Bagian Otitis Ekterna dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
8. Wiegand S, Berner R, Schneider A, Lundershauzen E, Dietz A: Otitis
Externa-investigation and evidence-based treatment. Dtsch Arztebl
International 2019; 116:224-34. DOI: 10.3238/arztebl.2019.0224
9. Jill Gore, MPAS, PA-C. Otitis Externa. Journal of the American Academy
of Physician Assistants 2018; 47. DOI:101097/01.JAA.0000529781.8e.
10. John Ansley, MD.,Eric A.Mair.MD. et.al. OTO-201 for the Treatment of
Acute Otitis Externa: Results from a Phase 3 Randomized Clinical Study.
Sagepub.com/journals-permission.2019,Vol.128(6)524-533.
DOI:10.1177/0003489419830116.

17
11. Thomas Sandi Musa, et.al. Pattern of otitis externa in Kaduna Nigeria. Pan
African Medical Journal 2015;21:165.
DOI: 10.11604/pamj.2015.21.165.5577.

18

Anda mungkin juga menyukai