OTITIS EKSTERNA
Oleh:
1510070100027
Preseptor :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“Otitis Eksterna”. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior pada bagian THT-KL di RSUD M. Natsir.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita Sari,
Sp.THT-KL selaku pembimbing, karena telah meluangkan waktu dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis. Dalam penyusunan referat ini penulis mengalami
beberapa hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah
beliau berikan, maka referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................
2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................9
2.11. Prognosa.......................................................................................................10
3
BAB III: PENUTUP.............................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
(Gambar 2. Anatomi Aurikulum)
Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus
cranial V, VII, IX dan X.2
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula
sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter
lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang
berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars
cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan perluasan dari tulang
rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh
kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut
mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.
Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan
menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis
dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang.
Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel
rambut (gambar 3).3
8
lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini
terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan mempengaruhi
konsistensi MT.3 Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan
skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi
vibrasi yang ideal (gambar 4).4
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh
ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh
nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus
of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.4
2.3. EPIDEMIOLOGI
Otitis eksterna umumnya terjadi diseluruh dunia, dengan insiden yang
lebih sering pada daerah tropis daripada daerah beriklim sedang karena suhu dan
kelembapan yang lebih tinggi. Prevalensinya lebih sering terjadi orang dewasa,
jarang terjadi pada anak-anak, pada anak-anak biasanya terjadi pada usia 5-14
tahun. Insiden meningkat 5 kali lipat pada perenang dengan demikian kondisi ini
juga disebut “swimming ear”.8,9,10,11
9
2.4. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI OTITIS EKSTERNA
Faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembapan,
penyumbatan liang telinga tengah, trauma local, dan alergi. Factor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan edema
dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri pathogen pada otitiseksterna akut adalah pseudomonas (41%),
Sterptococus (22%), staphylococcus aureus (15%), dan bacteriodes (11%).7,8
Faktor Resiko terjadinya otitis eksterna adalah sebagai berikut;7
1. Lingkungan yang panas dan lembab
2. Berenang
3. Membersihkan telinga secara berlebihan seperti dengan cutton bud
ataupun dengan benda lainnya
2.5. PATOFISIOLOGI
Perubahan saluran telinga yang terlihat pada otitis eksterna seperti
hyperkeratosis epidermis, jaringan granulasi kronis, edema, atau fibrosis dermis
yang dapat cenderung mempersempit saluran. Migrasi sel epitel biasanya
membersihkan saluran telinga dari serumen, detritus seluler, dan mikroorganisme.
Gangguan proses ini oleh peradangan atau stenosis merupakan predisposisi
perkembangan otitis eksterna.8
2.6. KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,8
1) Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus
c. Otomikosis
2) Otitis eksterna kronik
3) Otitis eksterna maligna
10
2.6.1.1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Oleh karena kulit disepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjer sebase dan kelenjer serumen, maka ditempat itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.Kuman
penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.1
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula).
Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan
menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.1
2.6.1.2. Otitis Eksterna Difusa
Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab
biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab
adalah staphylococuc albus, eschericia colli dan sebagainya. Otitis ekstrena difus
dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.1
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjer getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang
berbau. Secret ini tidak mengandung musin/lender seperti secret yang keluardari
kavum tympani pada otitis media.1
2.6.1.3. Otomikosis
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi
didaerah tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan aspergilus. Kadang
kadang ditemukan juga candida albikans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan
rasa penuh diliang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.1
c
Gambar 5: Otomikosis8
11
karena otitis eksterna akut yang tidak diobati secara adekuat, meskipun 15% kasus
otitis eksterna akut sembuh dalam 10 hari. Keterlibatan saluran telinga oleh
penyakit kulit seperti dermatitis atopic atau psoriasis sering terjadi. PH basa
diliang telinga karena proses inflamasi juga dapat memperngaruhi otitis eksterna
kronis.5,8
Gejala khasnya adalah gatal dan gangguan pendengaran konduktif akibat
obstruksi, sedangkan sakit telinga jarang terjadi. Ada dua bentuk gambaran klinis
utama; bentuk seboroik ditandai dengan berkurangnya serumen dan dengan kulit
kering, bersisik, merah, atau berkilau diliang telinga, bentuk eksim dengan kulit
yang lembab dan eritematosa. Rasa gatal dapat menyebabkan ekskoriasi dan
menimbulkan peradangan akut. Peradangan kronis menyebabkan fibrosis
progresif pada saluran telinga.8
2.6.3. Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes, PH serumennya lebih tinggi daripada
PH serumen non-diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih
mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya factor imunocompromized dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.1
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan
subkutis, tulang rawan dan ke tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis,
osteisis, dan osteomyelitis yang menghancurkan tulang temporal.1,5
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal diliang telinga yang
dengan cepat diikuti nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga.
Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh
jaringan granulasi yan cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1
Kelainan patologik yang penting dalah osteomyelitis yang progresif, yang
disebabkan kuman pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi
diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi
yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. 8
12
2.7. MANIFESTASI KLINIS OTITIS EKSTERNA
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. namun ada pasien dengan otomikosis
biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa penuh pada liang
telinga.7 Rasa nyeri hebat(otalgia) terjadi karena iritasi periosteum tepat dibawah
dermis dimana tidak memiliki subkutis. Rasa sakit diperburuk oleh tekanan pada
tragus atau ketegangan pada pinna.8
Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada telinga merupakan
keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering
mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang
pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang
telinga, secret yang serous atau purulent, penebalan kulit yang progresif pada
otitis ekstrena yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif.7
2.8.PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
SEDERHANA
Pemeriksaan Fisik pada otitis eksterna adalah sebagai berikut;7
Nyeri tekan pada tragus
Nyeri tarik daun telinga
Kelenjer getah bening regional dapat membesar dan nyeri
Pada pemeriksaan liang telinga;
1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul
serta liang telinga sempit
2. Pada otitis eksterna difus liang telinga sempit, kulit liang telinga
terlihat hiperemis, dan udem yang batasnya tidak jelas serta secret
yang sedikit
3. Pada otomikosis terlihat jamur seperti serabut kapas dengan warna
yang bervariasi (putihkekuningan)
4. Pada herperzooster otikus tampak lesi kulit vesikuler disekitar liang
telinga
Pada pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH untuk otomikosis
2.9. PENATALAKSANAAN
Pada otitis eksterna akut, terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila
sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Local
13
diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau basitracin, atau
antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol). Kalau dinding furunkel tebal,
dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotic secara sistemik, hanya diberikan obat
simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.1
Penatalaksanaan non farmakologis meliputi membersihkan liang telinga
dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati. Selama pengobatan sebaiknya
pasien tidak berenang dan tidak mengorek telinga.7
Pentalaksanaan farmakologis meliputi;
1. Topical
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrate diberikan salep
ikhtiol atau antibiotic dalam bentuk salep seperti polymixin B atau
basitrasin.1
Otitis eksterna difus dengan memasukan tampon yang mengandung
antibiotic keliang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotic yang dipakai adalah
campuran polimixin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi topical.1
Pada otomikosis, dilakukan pembersihan liang
telinga dari plak jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga
dengan larutan asam asetat 2% dalam alcohol 70% setiap hari selama
2 minggu, larutan iodin povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan keliang
telinga. Kadang kadang diperlukan juga obat antijamur (sebagai salep)
yang diberikan secara topical yang mengandung nistatin atau
klotrimazol.1 Irigasi ringan ini harus diikuti dengan pengeringan.7
Pada otitis eksterna maligna, pengobatan harus cepat diberikan sesuai
dengan hasil lultur dan resistensi. Sementara menunggu hasil kultur
dan resistensi, diberikan golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin)
dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat, diberikan
antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic golongan
aminoglikosida yang diberi selama 6-8 minggu.1 disamping
pengobatan seringkali diperlukan tindakan membersihkan luka
(debrideman) secara radikal.tindakan membersihkan luka
(debrideman) yang kurang bersih akan menyebabkan makin cepatnya
penjalaran penyakit.1
2. Oral sistemik7
Antibiotic sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat
Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan
Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanah
14
2.10. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada otitis eksterna adalah sebagai berikut;7,8
Perikondritis
Erisepelas
Herpes zoster otikus
Kolesteatom
Karsinoma yang melibatkan saluran pendenganran eksternal
Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroik
2.11. PROGNOSA
Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada atau tidaknya
komplikasi, penyakit yang mendasarinya serta pengobatan lanjutannya.7
2.12. KONSELING DAN EDUKASI
Pasien dan keluarga pasien perlu diberitahu tentang;7
Tidak mengorek telinga baik dengan cutton bud atau dengan yang lainnya
Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam
kondisi kering dan tidak lembab
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-7. dr.
H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. Hal : 58-59.
2. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. In:
Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol 2.
Philadelphia: Lippincott W, Wilkins, 2006:1883-1902
3. Ghorayeb BY, Anatomy of the ear. 2006. Citation available
from:www.ghorayeb.com/AnatomyAuricl e.html. acces on September 30th,
2008.
4. O’Connor KN, Tam M, Blevins H, Puria S. Tympanic membrane
collagen fibers: a key to high frequency sound conduction. Laryngoscope
2008; 118: 483-90.
5. Araos R, D’Agata E. Pseudomonas aeruginosq and other pseudomonas
species. In: Bennet JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and
Bennett’s Principles and Practice of Infectious Desease. 9th ed. Philadelpia,
PA: Elsevier; 2020:chap 219
6. Waitzman AA, Elluru RG, Belantine J. Otitis Ekstrena. USA;WebMD;
2014 (disitasi pada 2015 jan 11)
7. Bagian Otitis Ekterna dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
8. Wiegand S, Berner R, Schneider A, Lundershauzen E, Dietz A: Otitis
Externa-investigation and evidence-based treatment. Dtsch Arztebl
International 2019; 116:224-34. DOI: 10.3238/arztebl.2019.0224
9. Jill Gore, MPAS, PA-C. Otitis Externa. Journal of the American Academy
of Physician Assistants 2018; 47. DOI:101097/01.JAA.0000529781.8e.
10. John Ansley, MD.,Eric A.Mair.MD. et.al. OTO-201 for the Treatment of
Acute Otitis Externa: Results from a Phase 3 Randomized Clinical Study.
Sagepub.com/journals-permission.2019,Vol.128(6)524-533.
DOI:10.1177/0003489419830116.
17
11. Thomas Sandi Musa, et.al. Pattern of otitis externa in Kaduna Nigeria. Pan
African Medical Journal 2015;21:165.
DOI: 10.11604/pamj.2015.21.165.5577.
18