Anda di halaman 1dari 33

CEDERA KEPALA

Dicky Gora Dinata 19100707360803071

1610070100058 19100707360803071

Preseptor
19100707360803071

dr. Jon Hadi, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
Pendahuluan
Bisa merupakan kasus
gawat darurat 
kerusakan kulit dan
jaringan subkutan, tulang
tengkorak, jaringan otak, KLL
saraf otak, dan pembuluh (jatuh)
darah.
Insiden PERKELA
pria : wanita = 2 : 1 HIAN
Mortalitas
pria : wanita = 3,4 : 1 KECELAKA
AN KERJA
Resiko (baik di rumah /
pada saat olah
tertinggi : raga)
usia 15-30 tahun.
Anatomi Kepala
Scalp
Calvaria

Tulang Basis cranii


tengkorak
Ruang epidural

Durameter
Meningen Ruang subduraL

Arachnoid
Ruang
subarachnoid

Otak Piameter
Kulit kepala  5 lapisan (SCALP)

 Skin
 Connective
tissue
 Aponeorosis
galea
 Loose
areolar tissue
 Perikranium
Calvaria

Os. Frontalis, Os. Parietalis, Os. Ocipitalis,


Os. temporalis
Basis Cranii

Fossa anterior(menampung
traktus olfaktorius dan
permukaan basal dari lobus
frontalis, dan hipofise)
Fossa media (tempat untuk
permukaan basal dari lobus
temporal, hipotalamus, dan
fossa hipofiseal di tengah)
Fossa posterior (tempat
untuk cerebellum, pons,
dan medulla).
Meningen

 Epidural ( ektradural)
 Durameter
 Bagian endosteal

 Bagian meningeal

 a. meningeal
 Ruang subdural
 Bridging vien

 Arachnoid
 Ruang sub arachnoid
 CSS

 Piameter
Otak
Otak terdiri dari empat bagian
besar yaitu serebrum ,serebelum ,
diensefalon, dan batang otak.

Lobus frontal  fungsi emosi,


fungsi motorik, sisi dominan
mengandung area bicara motorik.

Lobus parietal  fungsi sensorik


dan orientasi ruang.

Lobus temporal  fungsi memori


tertentu.

Lobus occipitalis  penglihatan.


ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA

a.Tekanan intracranial
 Tekanan intracranial yang tinggi dapat mengganggu fungsi otak. TIK Normal kira-
kira sebesar 10 mmHg, TIK lebih tinggi dari 20mmHg dianggap tidak normal.
Seamkin tinggi TIK seteelah cedera kepala,semakin buruk prognosisnya.

b.Hukum Monroe-Kellie
 Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari
tulang tengkorang yang tidak elastik. Volume intrakranial adalah sama dengan
jumlah total volume komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (v otak),
volume cairan serebrospinal (V css) dan volume darah (V darah).
ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA

c.Tekanan Perfusi otak 


 Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri rata-rata mean
arterial presure) dengan tekanan intrakranial. Apabila nilai TPO kurang dari
70mmHg akan memberikan prognosa yang buruk bagi penderita.

d.Aliran darah otak (ADO)


 ADO normal kira-kira 50 ml/100 gr jaringan otak permenit. Bila ADO menurun
sampai 20-25ml/100 gr/menit maka aktivitas EEG akan menghilang. Apabila ADO
sebesar 5ml/100 gr/menit maka sel-sel otak akan mengalami kematian dan
kerusakan yang menetap.
Cedera Kepala
Definisi
 Cedera kepala → cedera akibat benturan
langsung/tidak langsung
 Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus
dengan atau tanpa fraktur tulang tulang tengkorak.
 Bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak di tempat benturan, disebut “coup”,
atau di tempat yang berseberangan dengan
datangnya benturan. (contracoup).
Tumpul

Klasifikas Mekanisme
Tembus
i Cedera
Kepala Calvaria

Basis Perdarahan
Fraktur cranium cranii Epidural
Morfologi
TRAUMA Lesi Perdarahan
KEPALA Fokal Subdural
Lesi intracranial
Perdarahan
Lesi Difus
Intraserebral

Ringan
Komosio
ringan
Beratnya Sedang Komosio
klasik
Berat Cedera akson
difus
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder.
Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari
suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan
suatu benda keras maupun oleh prosesak selarasi deselarasi gerakan kepala.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup.
Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak
dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.
Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara
mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang
tengkorak (substansi solid)dan otak (substansi semisolid) menyebabkan
tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi
dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup)
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai


proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak,
kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi.
GCS (Glasgow Coma Scale)
EYE VERBAL MOTORIK
(kemampuan membuka (kemampuan (kemampuan motorik)
mata) komunikasi)

• Secara spontan (4) • Orientasi baik (5) • Kemampuan menurut


• Atas perintah (3) • Jawaban kacau (4) perintah (6)
• Rangsangan nyeri (2) • Kata2 tidak berarti (3) • Reaksi setempat (5)
• Tidak bereaksi (1) • Mengerang (2) • Menghindar (4)
• Tidak bersuara (1) • Fleksi abnormal (3)
• Ekstensi (2)
• Tidak bereaksi (1)
Cedera kepala berdasarkan GCS
Cedera Kepala Ringan Cedera Kepala Sedang Cedera Kepala Berat
(CKR) (CKS) (CKB)

GCS 14-15 GCS 9-13 GCS 3-8

Tidak ada kehilangan Pingsan > 10 menit Gejala serupa dengan CKS
kesadaran, jika ada < 10 hanya lebih berat
menit

Pusing (+) / sakit kepala Sakit kepala, mual, Penurunan kesadaran


(+) muntah, kejang, amnesia secara progresif
retrogad
Muntah, amnesia retrogad, Pemeriksaan neurologis: Ada Fraktur tulang
kelainan neurologis (-) kelumpuhan saraf dan tengkorak dan jaringan
anggota gerak otak yang lepas
Hematoma Epidural
 Perdarahan yang terjadi di antara tabula interna-
duramater
 Hematoma massif  akibat pecahnya a. meningea
media atau sinus venosus
 Tanda diagnostik klinis :
 Lucid interval (+)
 Kesadaran makin menurun
 Late hemipareseontralateral lesi
 Pupil anisokor
 Babinsky (+) kontralateral lesi
 Fraktur di temporal
Epidural Hematom

Diagnostik :
 CT scan otak 
gambaran hiperdens
di tulang tengkorak
dan dura, umumnya di
daerah temporal dan
tampak bikonveks.
Hematoma Subdural
 Perdarahan terjadi di antara
duramater-arakhnoid akibat
robeknya “bridging vein”
 Jenis :
 Akut : lucid interval 0-5 hari
 Subakut : lucid interval 5-
minggu
 Kronik : lucid interval > 3 bulan

Gejala dan tanda klinis : sakit kepala kesadaran menurun + / -


Subdural Hematoma

 Diagnostik : CT Scan otak ditemukan


gambaran hiperdens diantara
duramater dan araknoid, umumnya
karena robekan dari bridging vein dan
tampak seperti bulan sabit.
Hematoma Subarachnoid
 Gejala dan tanda klinis :
 kaku kuduk

 nyeri kepala

 bisa terdapat gangguan

kesadaran
 Diagnosis:
 CT Scan  Adanya

perdarahan di ruang
subaraknoid.
Hematoma Intraserebral
 Adalah perdarahan parenkim otak, disebabkan
karena pecahnya arteri intraserebral mono atau
multiple
Fraktur Basis Cranii
 Anterior
 Rhinorrhea
 Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis (raccoon eye)
 Anosmia
 Media
 Otorrhea
 Gangguan nervus VII dan VIII
 Posterior
 Bilateral mastoid ecchymosis/Battle’s sign

 Diagnostik
 Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal
 CT scan
Lesi Intracranial
Komosio cerebri ringan Komosio cerebri klasik Cedera axonal difuse

• Kesadaran tidak • Gangguan kesadaran • Koma pasca cedera


terganggu • Amnesia retrograd yang berlangsung lama
• Disfungsi neurologis • Defisit neurologis • Setelah pulih tetap
sementara dalam kedaan cacat
• Bisa pulih kembali berat
tanpa gejala sisa • Gejala disfungsi otonom
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Tengkorak

Bentuk Fraktur tulang kepala


Adanya benda asing
Pneumosefalus (udara yg masuk ke rongga tengkorak)
Brain shift, kalau kebetulan ada kasifikasi kelenjar pineal.

CT- SCAN

Mengetahui lebih jelas lokasi dan adanya perdarahan intrakranial, edema, kontusio,
udara, benda asing intrakranial dan pergeseran struktur di dalam rongga tengkorak.
Trauma kapitis akut

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

 Melihat kerusakan otak yang kronis. MRI mampu menunjukan gambaran yang
lebih jelas terutama untuk untuk memberi identifikasi yang lebih jelas lesi hipodens
pada CT Scan atau lesi yang sulit dibedakan densitasnya dengan korteks.
Penanggulangan Cedera Kepala
 Primary Survey
Airway Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa
mulut, bila perlu lakukan intubasi.
Pastikan pernafasan adekuat, bila ada
Breathing gangguan nafas beri oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
Circulation Pertahankan TD > 90 mmHg, beri cairan IV
Vital sign, GCS, pupil, refleks patologis,
Disability luka-luka, anamnesa.

Exposure Status lokalis kepala.


 Secondary Survey

 Laboratorium :
 Darah : Hb, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, GDS, AGD,
elektrolit
 Urine : perdarahan +/-
 Radiologi :
 Foto polos kepala Ap/lateral/tangensial
 CT scan otak
 Foto indikasi lain : servikal
 Terapi
 Operasibila ada indikasi
 Penanganan luka
 Pemberian obat sesuai dengan kebutuhan
Kasus Ringan
 Pemeriksaan status umum dan neurologi.
 Perawatan luka-luka.
 Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48
jam.
 Edukasi :
 Pasien kembali ke RS bila di rumah terjadi hal-hal berikut :
 Pasien cenderung.
 Sakit kepala yang semakin berat.
 Muntah proyektil.

 Dirawat apabila :
 Ada gangguan orientasi.
 Sakit kepala dan muntah.
 Taidak ada yang mengawasi di rumah.
 Letak rumah jauh dan sulit kembali dari RS.
Tatalaksana
Cedera Kepala Sedang dan Berat
(GCS 3-13)

 Lanjutkan penanganan ABC


 Pantau tanda vital , pupil, GCS, gerakan ekstremitas,
sampai pasien sadar. Pantauan tiap 4 jam  GCS 15
 Perhatian khusus  mencegah terjadinya hipotensi.

Hindari terjadi kondisi sebagai berikut:


 Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg
 Suhu > 38 derajat Celcius
 Frekuensi nafas > 20 x / menit
 Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi
intrakranial
 Posisi kepala ditinggikan 30.
 Bila perlu dapat diberikan Manitol 20 %.
 Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan sedasi
jangka pendek.

 Atasi komplikasi :
 Kejang dengan pemberian profilaksis OAE selama 7 hari
untuk mencegah immediate dan early seizure.
 Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii /
fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis
infeksi intrakranial selama 10-14 hari.
 Pemberian cairan dan nutrisi adekuat .
 Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai
indikasi.
Prognosa

 Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera


kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama
pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan
yang baik. Penderita yang berusia lanjut biasanya
mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk
pemulihan dari cedera kepala.
 Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala
pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi
kedepannya bagi penderita.
KESIMPULAN
 Cedera kepala merupakan cedera yang terjadi akibat benturan
langsung atau tidak langsung pada kepala. Benturan dapat
dibedakan macam kekuatannya, yakni kompresi, akselerasi
dan deselerasi (perlambatan).
 Klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala,
beratnya cedera kepala, dan morfologinya.
 Pemeriksaan klinis yang harus segera dilakukan pada penderita
cedera kepala meliputi : tingkat kesadaran, pupil dan
pergerakan bola mata, reaksi motorik, pola pernafasan dan
cedera bagian tubuh lainnya.
 Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei
sekunder.
Te ri m a K a si h

Anda mungkin juga menyukai