1610070100058 19100707360803071
Preseptor
19100707360803071
Durameter
Meningen Ruang subduraL
Arachnoid
Ruang
subarachnoid
Otak Piameter
Kulit kepala 5 lapisan (SCALP)
Skin
Connective
tissue
Aponeorosis
galea
Loose
areolar tissue
Perikranium
Calvaria
Fossa anterior(menampung
traktus olfaktorius dan
permukaan basal dari lobus
frontalis, dan hipofise)
Fossa media (tempat untuk
permukaan basal dari lobus
temporal, hipotalamus, dan
fossa hipofiseal di tengah)
Fossa posterior (tempat
untuk cerebellum, pons,
dan medulla).
Meningen
Epidural ( ektradural)
Durameter
Bagian endosteal
Bagian meningeal
a. meningeal
Ruang subdural
Bridging vien
Arachnoid
Ruang sub arachnoid
CSS
Piameter
Otak
Otak terdiri dari empat bagian
besar yaitu serebrum ,serebelum ,
diensefalon, dan batang otak.
a.Tekanan intracranial
Tekanan intracranial yang tinggi dapat mengganggu fungsi otak. TIK Normal kira-
kira sebesar 10 mmHg, TIK lebih tinggi dari 20mmHg dianggap tidak normal.
Seamkin tinggi TIK seteelah cedera kepala,semakin buruk prognosisnya.
b.Hukum Monroe-Kellie
Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari
tulang tengkorang yang tidak elastik. Volume intrakranial adalah sama dengan
jumlah total volume komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (v otak),
volume cairan serebrospinal (V css) dan volume darah (V darah).
ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA
Klasifikas Mekanisme
Tembus
i Cedera
Kepala Calvaria
Basis Perdarahan
Fraktur cranium cranii Epidural
Morfologi
TRAUMA Lesi Perdarahan
KEPALA Fokal Subdural
Lesi intracranial
Perdarahan
Lesi Difus
Intraserebral
Ringan
Komosio
ringan
Beratnya Sedang Komosio
klasik
Berat Cedera akson
difus
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder.
Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari
suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan
suatu benda keras maupun oleh prosesak selarasi deselarasi gerakan kepala.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup.
Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak
dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.
Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara
mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang
tengkorak (substansi solid)dan otak (substansi semisolid) menyebabkan
tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi
dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup)
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
Tidak ada kehilangan Pingsan > 10 menit Gejala serupa dengan CKS
kesadaran, jika ada < 10 hanya lebih berat
menit
Diagnostik :
CT scan otak
gambaran hiperdens
di tulang tengkorak
dan dura, umumnya di
daerah temporal dan
tampak bikonveks.
Hematoma Subdural
Perdarahan terjadi di antara
duramater-arakhnoid akibat
robeknya “bridging vein”
Jenis :
Akut : lucid interval 0-5 hari
Subakut : lucid interval 5-
minggu
Kronik : lucid interval > 3 bulan
nyeri kepala
kesadaran
Diagnosis:
CT Scan Adanya
perdarahan di ruang
subaraknoid.
Hematoma Intraserebral
Adalah perdarahan parenkim otak, disebabkan
karena pecahnya arteri intraserebral mono atau
multiple
Fraktur Basis Cranii
Anterior
Rhinorrhea
Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis (raccoon eye)
Anosmia
Media
Otorrhea
Gangguan nervus VII dan VIII
Posterior
Bilateral mastoid ecchymosis/Battle’s sign
Diagnostik
Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal
CT scan
Lesi Intracranial
Komosio cerebri ringan Komosio cerebri klasik Cedera axonal difuse
CT- SCAN
Mengetahui lebih jelas lokasi dan adanya perdarahan intrakranial, edema, kontusio,
udara, benda asing intrakranial dan pergeseran struktur di dalam rongga tengkorak.
Trauma kapitis akut
Melihat kerusakan otak yang kronis. MRI mampu menunjukan gambaran yang
lebih jelas terutama untuk untuk memberi identifikasi yang lebih jelas lesi hipodens
pada CT Scan atau lesi yang sulit dibedakan densitasnya dengan korteks.
Penanggulangan Cedera Kepala
Primary Survey
Airway Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa
mulut, bila perlu lakukan intubasi.
Pastikan pernafasan adekuat, bila ada
Breathing gangguan nafas beri oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
Circulation Pertahankan TD > 90 mmHg, beri cairan IV
Vital sign, GCS, pupil, refleks patologis,
Disability luka-luka, anamnesa.
Laboratorium :
Darah : Hb, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, GDS, AGD,
elektrolit
Urine : perdarahan +/-
Radiologi :
Foto polos kepala Ap/lateral/tangensial
CT scan otak
Foto indikasi lain : servikal
Terapi
Operasibila ada indikasi
Penanganan luka
Pemberian obat sesuai dengan kebutuhan
Kasus Ringan
Pemeriksaan status umum dan neurologi.
Perawatan luka-luka.
Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48
jam.
Edukasi :
Pasien kembali ke RS bila di rumah terjadi hal-hal berikut :
Pasien cenderung.
Sakit kepala yang semakin berat.
Muntah proyektil.
Dirawat apabila :
Ada gangguan orientasi.
Sakit kepala dan muntah.
Taidak ada yang mengawasi di rumah.
Letak rumah jauh dan sulit kembali dari RS.
Tatalaksana
Cedera Kepala Sedang dan Berat
(GCS 3-13)
Atasi komplikasi :
Kejang dengan pemberian profilaksis OAE selama 7 hari
untuk mencegah immediate dan early seizure.
Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii /
fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis
infeksi intrakranial selama 10-14 hari.
Pemberian cairan dan nutrisi adekuat .
Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai
indikasi.
Prognosa