TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amalgam
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk
menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi
alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi. Ketika
powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna
perak abu abu (Anusavice,2004).
2.1.1 Komposisi Amalgam
Alloy
Silver
65 (maksimum)
Tin
29 (maksimum)
Copper
6 (maksimum)
Zinc
2 (maksimum)
Mercury
3 (maksimum)
Palladium
0,5
Silver
a.
b.
c.
d.
e.
2.
Memutihkan alloy.
Menurunkan creep.
Meningkatkan strength.
Meningkatkan setting expansion.
Meningkatkan resistensi terhadap tarnish.
Tin
a.
b.
c.
d.
3.
4.
dapat ditoleransi.
Menigkatkan kontraksi.
Mengurangi resistensi terhadap tarnish dan korosi.
Copper
a.
Meningkatkan ekspansi saat pengerasan.
b.
Meningkatkan strength dan hardness
Zinc
a. Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang
tertunda bila campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan
b.
5.
Mercury
Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%)
ditambahkan kedalam alloy. Campuran yang terbentuk disebut
dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan reaksi yang
lebih cepat.
6.
Palladium
a.
Mengeraskan alloy.
b.
Memutihkan alloy
(Anusavice,2004)
2.1.2 Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:
a. Alloy binary, contohnya : silver-tin
b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper
c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium
2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:
Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan pada
Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar
4.
Abrasi
B.
C.
2.
Korosi
Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan
Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air
3.
4.
5.
Mudah dimanipulasi
6.
7.
8.
Murah
9.
Manipulasi mudah
10. Pengerjaan pada pasien hanya memerlukan satu kali waktu pertemuan
11. Kekuatan kompresi baik
B. Kekurangan
1. Estetis kurang baik
2. Tepi tambalan dapat mengalami perubahan warna
3. Menimbulkan alergi
4. toksisitas
(Anusavive, 2004).
kesejajaran dari dinding yang berlawanan atau dengan sedikit underkut pada
dentin (Mccabe,2008).
2.2.1 Preparasi Kavitas Kelas II
Gambar 6. Pandangan mesial dan oklusal dari preparasi gigi dengan lesi
karies insipien.
Bentuk Intenal
Tegas, dinding yang terpotong jelas membentuk pinggiran cavosurface yang 90 derajat. Dinding aksial dari preparasi berbentuk datar atau
cembung pada pandangan horizontal; pada pandangan vertikal, rata dan
sejajar dengan sumbu panjang gigi. Dinding fasial dan lingual mempunyai
undercut untuk menahan restorasi amalgam pada tempatnya. Undercut ini
tidak dalam tetapi seragam dan meluas dari dasar gingiva ke permukaan
oklusal.
Urutan Preparasi
Restorasi Klas II insipien pada dasarnya adalah preparasi yang
menggunakan bur. Karena tidak meluas,maka tidak ada karies dentin yang
perlu diekskavasi dengan instrumen genggam, sebab bur secara otomatis
sudah menghilangkannya selama preparasi gigi.
1. Preparasi melibatkan alur oklusal dan ceruk. Pekerjaan ini dilakukan
dengan bur bulat No. 1/2 dan disempurnakan dengan bur 330. Beberapa
ceruk dan alur imun terhadap karies.
2. Memotong bagian fasio-lingual yang dilakukan untuk mendapat akses
ke lesi proksimal. Kemudian membuat takikan dengan bur bulat No, 1/2
menembus lingir tepi untuk membuka pertautan dento-email.
3. Setelah orifis dari parit terbalik dibuat, preparasi dentin dengan bur
bulat, dan potong sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah lapisan
proksimal dari email.
4. Lapisan email ditembus denga alur vertikal. Tindakan ini harus
dilakukan hati-hati agar tidak mengenai permukaan gigi .
5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa
dipatahkan.
6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan pahat dan hatchet
7. Dinding aksial diperdalam jika diperlukan, untuk membentuk kembali
alur aksial, dan untuk melakukan penyempurnaan tepi sepanjang
oklusal
(Mccabe, 2008).
2.2.3 Amalgam Klas II yang Diperluas
Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah dalam
kavitas atau karies rekuren disekitar tambalan lama. Dinding dipreparasi datar dan
lurus, dengan sudut cavo-surface 90 derajat. Berbeda dengan preparasi kavitas
insipien, sudut fasio-gingiva dan lingio-gingiva lebih baik tajam daripada bulat.
Kedalaman dinding aksial tidak ditentukan oleh lesi karies atau tambalan yang
lama. Tetapi ditentukan secara acak dan biasanya lebarnya 1,2 mm untuk gigi
premolar dan 1,8 mm untuk gigi molar. Faktor-faktor yang mempengaruhi lebar
ini berkaitan dengan anatomi gigi, seperti lokasi pertautan ento-email dan jarak
dasar gingiva ke garis servikal. Gigi-gigi umumnya lebih menyempit dan email
menjadi lebih tipis di daerah pertautan semento-email, dan ciri anatomi dari gigi
ini sendiri merupakan faktor yang menentukan lebar dasar gingiva. Tetapi satu hal
yang tidak mempengaruhi lebar dasar gingiva adalah kedalaman karies. Jika
karies dentin atau tambalan yang lama meluas ke arah pulpa , basis ditambahkan
untuk membawa preparasi kembali ke lokasi optimalnya, atau diaplikasikan
kalsium hidroksida untuk melindungi dan menginsulasi pulpa.
Komponen retentif dasar dari boks proksimal adalah alur aksial, satu
ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Alur-alur ini lebih
dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang ke arah oklusal. Makin
lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk oleh dinding fasial dan lingual dan
akibatnya, makin dalam alur yang harus dibuat. Bila sudut ini mendekati 90
derajat, retensi tambahan diperlukan seperti suatu parit atau pin.
Gambar 7. Kedalaman alur aksial dipengaruhi oleh perluasan buccolingual. A. Kavitas yang kecil dengan perluasan minimal. B.Kavitas mulai
mengelilingi gigi. C. Kavitas yang besar meluas mengenai sebagian permukaan
bukal dan lingual
Urutan preparasi
Preparasi kavitas ini mengikuti langkah-langkah dalam preparasi kavitas
dari Dr. G. V Black. Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan
dilakukan prosedur yang sama seperti untuk lesi insipien. Dengan bur fisur
runcing No. 700 kecepatan rendah, dentin di bawah email proksimal dibuang,
diikuti dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi.
1. Preparasi dari alur berparit di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan.
Dengan hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas,
apakah parit cukup diperluas kea rah fasial dan lingual, apakah dasar
gingiva dari alur rata dan halus, dan juga apakah semua dentin telah
dihilangkan dari bawah email.
2. Bila operator telah memeriksa parit dan email yang sudah dipatahkan,
bagian tepi dibuat dengan instrument genggam.
3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatchet email digunakan
pengasah tepi gingiva untuk menghaluskan dasar gingival dan
menghilangkan fragmen email yang tertinggal.
4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa
dan dibuang. Pembersihan bagian dalam dari kavitas adalah penting dan
rutin, yang meliputo pemeriksaan daerah-daerah yang terlewatkan seperti
basis semen yang diperdalam sehingga menyebabkan amalgam tinggi
dalam oklusi atau memperbaiki dinding oklusal atau sudut garis.
5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No.700 dan
bur bulat No. 1/2.
6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah
tepi gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat
retentive dari restorasi.
7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita
matriks dan pemampatan amalgam. Permukaan yang tidak teratur
sepanjang dasar gingival dapat dihaluskan dengan instrument genggam
dan kurva tebalik dari oklusal dapat dipreparasi dengan pahat bengkok
yang tajam.
8. Kemudian dilakukan pembuangan debris, penghilangan fragmen semen
dan membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan hidrogen
peroksida 3% bisa digunakan untuk membantu menghilangkan debris.
(Koudi, 2007).
b)
cusp dilingkari
c)
d)
e)
f)
luas
2. Resistence Form(bentuk resistensi)
a) kavitas dibentuk agar gigi tahan terhadap tekanan pengunyahan
b) dinding email pada cavo surface dibevel berbentuk chamfer
shoulder lebar minimal 1mm dengan bor fissure ujung membulat.
3. Retention Form (bentuk retensi)
a) kavitas dibentuk agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah
lepas.
b)
a.
undercut
1. Proportioning
Perbandingan antara alloy dan merkuri harus sesuai. Menggunakan
perbandingan alloy dan mercury 5:7 atau 5:8. Kelebihan mercury
mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis Jika
mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan
terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi
dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh.
2. Triturasi
Pencapuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator
selama waktu yang telah ditentukan. Proses triturasi dapat dilakukan dengan
cara manual dan mekanis.
3. Kondensasi
Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan
fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang
tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari
amalgam lathe- cut.Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan
tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
5. Polishing.
Amalgam
konvensional
baru
dapat
dipoles
palng
cepat
24
jam
setelah penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang terbuat
dari
alloy
kaya
kuprum
lebih
cepat
mendapatkan
kekuatannya,
Cek tumpatan :
Oklusi, kontak aproksimal, keutuhan tepi tumapatan dan konturnya sudah
betul ?
Bila kontur gingiva >> dibuang dengan bur batu hijau bentuk nyala api
Kilau akhir dengan karet (rubber cups) + pasta poles digunakan dalam
keadaan basah