Anda di halaman 1dari 14

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dental Plak
Dental plak merupakan suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan
bakteri yang berkembang biak di dalam lapisan suatu matrik intraseluler. Lapisan
ini terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulutnya. Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat
kecuali apabila telah diwarnai dengan disclosing solution atau telah mengalami
diskolorasi oleh pigmen pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak
telah menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu abu, kekuningan dan kuning.
Plak biasanya terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan
gigi yang cacat dan kasar (Manson, 2004).
2.1.1 Mekanisme pembentukan dental plak
Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap
pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri. Acquired
pelicle merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva terdiri dari
glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat gigi. Setelah
pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan
pembentukan matriks interbakterial yang terdiri dari polisakarida ekstraseluler.
Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran, protein saliva dan hanya bakteri
pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh, yakni Streptococcus
mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius,
sehingga pada 24 jam 2 pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis
coccus. Bakteri tidak membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas permukaan
aquirec pelikel melainkan suatu kelompok kelompok kecil yang terpisah,
suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya
mikroorganisma aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang biak
(Caranza, 2002).

Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus
fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi 50%
terdiri dari Streptococcus mutans (Ashri, 2013).
Dengan adanya perkembangbiakan bakteri maka lapisan plak bertambah
tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi bakteri pada permukaan luar
plak, lingkungan dibagian dalam plak berubah menjadi anaerob. Setelah
kolonisasi pertama oleh Streptococcus mutans berbagai jenis mikroorganisme lain
memasuki plak, hal ini dinamakan Phenomena of succession, pada keadaan ini
dengan bertambahnya umur plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak. Pada
tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan mulut diabaikan,
coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%)
dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang bersifat anaerob. Pada hari
kelima Fusobacterium, Actinomyces dan Veillonella yang aerob bertambah
jumlahnya. Pada saat plak matang dihari ketujuh ditandai dengan munculnya
bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan jenis filamen terus bertambah, dimana
peningkatan paling menonjol pada Actinomyces naeslundi. Pada hari ke- 3 28 dan
ke-29 jumlah Streptococcus terus berkurang (Ashri, 2013).
2.1.2 Dental plak sebagai penyebab kelainan jaringan periodontal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal
antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, material alba dan food debris.
Semua faktor lokal tersebut terjadi akibat kurangnya kebiasaan memelihara
kebersihan gigi dan mulut. Loe et al (1965) mengadakan penelitian mengenai
proses terjadinya gingivitis pada pasien pasien dengan gingival sehat, dengan
cara mengabaikan kebersihan gigi dan mulut serta meneliti perubahan
perubahan yang terjadi pada mikroflora plak. Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara plak dan gingivitis. Gejala gejala klinis gingivitis
mulai terlihat 10 21 hari setelah prosedur pembersihan gigi dan mulut
dihentikan. Theilade dan Ritz menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur
plak juga akan terjadi perubahan pada jumlah dan jenis bakteri. Coccus dan

batang Gram positif merupakan bakteri yang dominan pada permulaan, setelah
beberapa hari akan berkurang. Selanjutnya coccus Gram negatif, filamen
fusobakterium, vibrio, spirochaeta dan jenis lainnya akan bertambah dan terdapat
bukti bukti bahwa perubahan perubahan ini berhubungan erat dengan
bertambahnya potensi patologis plak gigi terhadap periodontal (Manson,2004).
Terjadinya inflamasi pada gingival oleh bakteri di dalam plak disebabkan
karena bakteri tersebut menghasilkan enzim enzim yang mampu menghidrolisa
komponen interseluler dari epitel gingival dan jaringan ikat di bawahnya. Enzim
enzim hidrolitik yang berperan pada proses inflamasi ini yaitu enzim
hialuronidase, lipase, kolagenase, betaglukoranidase, chondrolitin sulfatase,
dekarboksilase, peroksidase dan katalase. Beberapa jenis bakteri berbentuk
filament seperti Bacteroides melaninogenicus mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan

kolagenase

(enzim

yang

dapat

menghidrolisa

kolagen),

Odontomyces viscosus dan beberapa jenis lainnya mempunyai potensi patogenik


terbesar terhadap gingival. Iritasi terjadi karena toxin yang dihasilkan oleh bakteri
dalam plak dan akan mengakibatkan degenerasi dari epitel gingival dan inflamasi
jaringan ikat dibawahnya. Dinding sel dari bakteri Gram negatif yang banyak
terdapat pada plak dewasa mengandung endotoksin yang akan dilepaskan setelah
bakteri tersebut mati. Bakteri dalam plak dan hasil metabolismenya merangsang
terjadinya reaksi antigen antibodi yang abnormal pada jaringan gingival sebagai
respon tubuh terhadap antigen bakteri (Ritonga, 2005).
2.1.3

klasifikasi plak

a. Supragingiva / margin plak adalah dental plak yang berada lebih ke koronal
hingga kontak dengan margin gingival. Plak ini menyebabkan gingivitis.
b. Subgingiva plak adalah dental plak yang berada lebih ke apikal mulai margin
gingiva yang terletak antara gigi dengan jaringan gingival sulcular. Plak tipe
sugingiva dapat menyebabkan destruksi jaringan lunak / periodontitis.
(Ritonga, 2005).

2.1.4

Komposisi dari plak


Secara umum komposisi plak terdiri dari air dan berbagai jenis bakteri di

dalam matriks intraseluler yang dibentuk oleh bakteri tersebut. Banyaknya bakteri
tersebut tergantung pada lokasi, diet individu dan lamanya plak tersebut
mengalami proses pematangan (Panjaitan, 2007).
a. komposisi secara keseluruhan
Komposisi plak terdiri dari bahan organik dan anorganik ter utama terdiri
dari bakteri dan jumlah bakteri kira-kira 250 juta per mg plak basah. Kandungan
plak mempunyai banyak air, bakteri-bakteri yang terdapat di dalam plak
berkolonisasi di atas suatu matriks, yang terdiri dari saliva dan bahan-bahan
metabolisme bakteri, misalnya polisakharida ekstraseluler yaitu dekstran, levan
dan lain-lain. Disamping komponen air, bakteri dan matriks, interseluler endapan
plak ini juga mengandung sel-sel epitel yang lepas, sel-sel darah putih, partikel
sisa makanan, garam-garam anorganik yaitu garam-garam kalsium dan fospat
(Panjaitan, 2007).
b. komposisi plak masak
Tujuh puluh persen ( 70 % ) plak terdiri dari mikroba dan sisa-sisa produk,
ekstraseluler dan bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein,
karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan dalam plak. Karbohidrat yang
paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran juga levan dan
galaktose. Komponen organik utama adalah kalsium, fosfor, magnesium,
potasium dan sodium. Kandungan garam anorganik tertinggi pada permukaan
lingual insisivus bawah, ion kalsium ikut membantu perlekatan antara bakteri
dengan pelikel (Panjaitan, 2007).
2.1.5 Proses kemampuan bakteri dalam merusak jaringan
Secara langsung degradasi jaringan yang menyebabkan pengeluaran bahanbahan aktif dari sel jaringan tubuh. Produk bakteri menghambat pertumbuhan sel /
mengganggu metabolisme sel, ex. Ammonia, havotile sulfur compounds, fatty
acids, peptide, indole.Enzym produk bakteri juga mampu merusak seluruh

jaringan dan matrix interseluler. Produk bakteri merusak system imun sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan. Kalkulus merupakan plak termineralisasi yang
terbentuk pada permukaan gigi dan protesa gigi (Ashri, 2013).
2.2 Pengertian Kalkulus
Kalkulus disebut juga tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang
melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat pada
gigi karena dental plak yang keras. Struktur permukaan kalkulus yang kasar
memudahkan timbunan plak gigi. Kalkulus melekat erat mengelilingi mahkota
dan akar gigi, juga pada gigi tiruan dan restorasi gigi (Mandel, 2014).
Menurut Kamus Kedokteran Gigi ( F.J Harty dan R Ogston ) Kalkulus yang
dahulu disebut tartar atau calcareous deposits terdiri atas deposit plak yang
termineralisasi , yang keras yang menempel pada gigi. Kalkulus yang sudah
matang umumnya terdiri dari 75-85% anorganik dan sisanya (15-25%) terdiri dari
komponen organik dan air. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak
sering ditemukan pada gigi permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada
usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut,
dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.
2.2.1 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di
dalam mulut dan bahkan lokasi geografi dari individu. Kalkulus terdiri dari 80%
massa anorganik, air dan matriks organic dari protein dan karbohidrat, juga sel-sel
epithelial deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus dan leukosit. Proporsi
filament pada kalkulus adalah lebih besar daripada bagian mulut lainnya. Fraksi
anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium dalam bentuk hidroksiapatit,
brushite, whitlockite dan fosfat oktalsium. Selain itu juga

terdapat

sejumlah

kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat dan fluoride. Kandungan fluoride


dari kalkulus adalah beberapa kali lebih besar daripada di dalam plak. Permukaan
kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi pada pusat deposit yang tebal ada
kemungkinan steril.

Kalkulus supragingiva mengandung

bahan organik dan anorganik.

Proposi anorganik yang mayor pada kalkulus sekitar 76% kalsium fosfat,
Ca3(PO4)2; 3% kalsium karbonat, CaCO3 dan sisanya magnesium fosfat,
Mg3(PO4)2 serta bahan lain. Persentase komponen anorganik pada kalkulus
adalah sama dengan jaringan terkalsifikasi yang lain di dalam tubuh.
Komponen anorganik mengandungi 39% kalsium, 19% fosforus, 2% karbon
dioksida dan 1% magnesium serta sisanya adalah natrium, seng, strontium,
bromin, tembaga, magnesium, tungsten, emas, aluminium, silikon, besi dan fluor.
Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata dari kalkulus supragingiva dan
subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan cara depositnya juga berbeda.
Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip seperti kalkulus supragingiva
kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan kandungan sodiumnya
lebih besar. Protein

saliva

tidak ditemukan

pada

kalkulus subgingiva,

menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya nonsaliva (Mandel, 2014).


2.2.2 Klasifikasi Kalkulus
Berdasakan lokasinya kalkulus ada 2 macam, yaitu :
A. Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva terletak di sebelah koronal margin gingiva. Kalkulus
terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan duktus
saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar atas,
tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak
dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak mempunyai
antagonis.

Kalkulus biasanya berwarna putih kuningan kecuali bila tercemar

faktor lain seperti tembakau, anggur, pinang. Bentuknya cukup keras dengan
konsistensi liat, rapuh, dan mudah terlepas dari permukaan gigi. Kalkulus
supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena pembentukannya
dibantu oleh mineral yang bersumber dari saliva. Kalkulus ini dapat terlihat
langsung di dalam mulut (Mandel, 2014).

B. Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak di bawah margina gingival, tepatnya pada
akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang parah, bahkan
dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi (dibawah gingival). Oleh
karena itu, kalkulus ini tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis
rutin. Lokasi dan

luasnya

kalkulus

subgingiva

dapat dievaluasi

atau

dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti sonde. Kalkulus


ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan, konsistensinya lebih
keras daripada kalkulus supragingiva, dan melekat lebih erat pada permukaan
gigi. Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak
berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingival dan
pembentukan poket, suatu fakta terefleksi dari namanya kalkulus seruminal juga
terbentuk dari cairan sulkular sehingga kalkulus ini disebut dengan kalkulus
serumal (Mandel, 2014).
2.2.3 Proses Pembentukan Kalkulus
Proses pembentukan kalkulus diawali dengan terbentuknya dental
plak. Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap
pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri. Acquired
pelicle

merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva terdiri dari

glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat gigi. Setelah


pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan
pembentukan matriks inter bacterial yang terdiri dari polisakarida ekstraseluler.
Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran, protein saliva dan hanya bakteri
pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh, yakni Streptococcus
mutans, Streptococcus bovis,Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius,
sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari
jenis

coccus. Bakteri tidak membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas

permukaan aquirec pelikel melainkan suatu kelompok-kelompok kecil yang


terpisah, suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga
hanya mikroorganisme aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang

10

biak. Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus
fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi 50%
terdiri dari

Streptococcus mutans. Dengan adanya perkembangbiakan bakteri

maka lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolism dan adesi
bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak berubah
menjadi anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus mutans berbagai
jenis mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan Phenomena of
succession, pada keadaan ini dengan bertambahnya

umur plak, terjadi

pergeseran bakteri di dalam plak Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat
apabila kebersihan mulut diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah
jumlahnya (dari 7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus
yang bersifat anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces dan
Veillonella yang aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari
ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan jenis
filamen terus bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada Actinomyces
naeslundi. Pada hari ke 28 dan ke-29 jumlah Streptococcus terus berkuran.
Akumulasi plak akan menjadi matriks organic untuk mineralisasi dalam struktur
tergantung pada kondisinya. Fosfolipid asam dan proteolipid tertentu dalam
membran sel memiliki peran dalam mineralisasi mikroba. Cairan sulkus gingiva
menghasilkan kalsium, fosfat, dan protein untuk pembentukan kalkulus
subgingiva. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kalkulus dari tahap plak
lunak menjadi termineralisasi sekitar 10 hari hingga 20 hari, dengan waktu ratarata 12 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah
maksimum pembentukan kalkulus adalah 10 minggu hingga 6 bulan (Hine, 2010).

11

2.2.4

Perlekatan kalkulus
a. melalui pelikel organic
b. mechanical locking
c. adaptasi kalkulus pada sementum
d. penetrasi bakteri ke sementum
(Niken, 2005).

2.2.5 Peranan Mikroba Terhadap Pembentukan Kalkulus


Mula-mula diakibatkan oleh sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi
sehingga menjadi plak yang dipenuhi oleh bakteri seperti Streptococcus mutans,
Streptococcus

sanguis,

actinomycetemcomitans,

Actinomyces
Capnocytophypa

viscosus,
species,

Actinobacillus
Eikenellacorrodens,

Porphyroonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia,


Bacteroides

forsythus, Campylobacter

rectus, Treponema

denticola

dan

lainnya.Dalam beberapa jam plak ditempati oleh bakteri tersebut dan apabila
dibiarkan beberapa hari akan di ikuti oleh bakteri lain berupa kuman filamen,
spiril, dan spirilcaeta seperti Bifidobacterium, Neisseria, Branhamella dan lainnya
yang akan menghuni plak tersebut. Dari beberapa bakteri tersebut ada yang
menghasilkan fosfatase yang membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga
terjadi pengendapan garam kalsium fosfat dan esterase yang terdapat pada
mikrorganisme tersebut juga membantu proses hidrolisis ester lemak menjadi
asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsium fosfat. Plak yang
tidak di bersihkan akan mengalami mineralisasi (berikatan dengan kalsium).
Mineralisasi plak mulai dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang
sehingga mengeras membetuk karang gigi yang susah di bersihkan dengan sikat
gigi kecuali dengan cara scalling atau root planning yang bisa membantu
menghilangkan atau mengambil serta membersihkan karang gigi(Ashri, 2013).

12

Ada lebih dari 300 bakteri pambentuk karang gigi diantaranya adalah :
1.

Bifidobacterium

Bifidobacterium adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora,


berbentuk seragam(uniform) atau cabang( bifurcated Y, V dan berkelompok).
Bentuk marphology tergantung kondisi nutrisi dan perwarnaan yang tak stabil.
Kemampuan fermentasi terhadap berbagai karbohidrat dan tidak membentuk gas,
produk akhirnya dari fermentasi glukosa adalah acetic dan lactic acid, bersifat
anaerobic. Genus Bacterionema mempunyai spesies tunggal yaitu Bacterionema
matruchotti. Bacterionema matruchotti selalu ditemukan pada hasil pembiakan
spesimen yang berasal dari plak gigi dan calculus, tapi tidak dinyatakan sebagai
penyebab penyakit pada manusia. Sejak kuman ini mempunyai kemampuan untuk
merubah intracellular calcium menjadi hydroxyapatite mempunyai peranan
penting dalam pembentukan karang gigi (Ashri, 2013).
2.

Streptococcus sanguis

Streptococcus sanguinis, cocus, gram-positif yang memiliki dinding sel tebal yang
terdiri dari peptidoglikan. Organisme ini berisi banyak enzim yang meningkatkan
jalur metabolik termasuk biosintesis, pentosa fosfat jalur, glukoneogenesis,
fermentasi gula dan karbohidrat, dan sebagainya. Enzim tersebut digunakan untuk
glukoneogenesis memungkinkan bakteri untuk mengubah asam amino menjadi
fruktosa 6 fosfat. Streptococcus sanguinis langsung mengikat permukaan dan
berfungsi sebagai tether untuk lampiran dari berbagai mikroorganisme mulut lain
yang menjajah permukaan gigi, membentuk plak gigi (Ashri, 2013).

13

3.

Actinomyces viscosus
Actinomyces viscosus, gram-positif, fakultatif, katalase-positif, berfilamen,

ataumikroorganisme diphtheroidal. Semua budaya tumbuh dengan baik aerobik


dan anaerobik dengan penambahan 10% karbon dioksida. Mereka fermentasi
laktosa, menghasilkan katalase danacetylmethylcarbinol, mengurangi nitrat,
Aesculin terhidrolisis, dan tidak menghasilkan gelatinaseatau urease (Ashri,2013).

4.

Capnocytophypa species
Capnocytophypa species, genus anaerob gram-negatif yang merupakan

penghuni rongga mulut (Ashri, 2013).


5.

Eikenella corrodens
Eikenella corrodens, gram negatif anaerob fakultatif. Koloni kecil dan

keabu-abuan, oksidase-positif, katalase-negatif, urease-negatif, indol-negatif,dan


mengurangi nitrat menjadi nitrit. Eikenella corrodens adalah komensal dari mulut
manusia dan saluran pernapasan bagian atas (Ashri, 2013).

14

6. Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri oral, terdapatdalam rongga mulut
manusia. Organisme ini merupakan komponen plak jika berlebih dapat
mengakibatkan kalkulus yang mengiritasi menjadi penyakit periodontal (Ashri,
2013).

7. Neisseria dan Branhamella


Neisseria

dan

Branhamella,

gram-negative,

tidak

bergerak,

tidak

membentuk spora, berbentuk coffee bean/diplococci, aerobik, membentuk


enzyme cytochrome oxidase yang merupakan bakteri yang terdapat pada
mucous membrane dari rongga mulut dan saluran nafas bagian atas. Genus
dari Neisseria dibagi

menjadi

gonorrhoeae dan Neisseria

spesies

yang

meningitidis dan

pathogenik
spesies

yang

yaitu Neisseria
commensial

yaitu Neisseria sicca, Neisseria subflava, Neisseria flavescens dan Neisseria


mucosa, pembagian ini berdasarkan reaksi fermentasi karbohidrat. Neisseria tidak
terdapat secara normal dalam rongga mulut termasuk plak gigi. Spesies dari
genus Neisseria yang biasa terdapat/hidup dalam rongga mulut tidak patogen atau
virulentnya lemah, dapat menyebabkan subacute bacterial endocarditis dan
purulent meningitis (Ashri, 2013).
2.3 Pengertian Stain
Stain secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi. Stain
pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining), penuaan
(aging), dan bahan-bahan kimia. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi dan
obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan menyebabkan terbentuknya

15

stain yang akan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga mudah
ditempeli sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk plak. Apabila
tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi (calculus)
kemudian sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah, gampang goyah
dan tanggal. Stain pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara :
1)

Perlekatan stain secara langsung pada permukaan gigi.

2)

Stain terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak.

3)

Penggabungan stain dengan struktur gigi atau material restorative


(Niken, 2005).

2.4 Pengertian Material Alba


Sisa makanan yang halus seperti serbuk,menempel pada gigi tapi mudah
hilang dengan semprot air (Bakar, 2012).
2.5 Pengertian Debris
Sisa makanan/deposit lunak yang dapat dibersihkan dengan berkumur atau
dengan semprotan air (Bakar, 2012).

Anda mungkin juga menyukai