MODUL 4.1
Risk Assessment & Operative dentistry 1
MODUL 4.1
Risk Assessment & Operative dentistry 1
1
Modul 4.1
This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission
in any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise
2
SKILL LAB MODUL 4.1
TIM MODUL:
Drg. Andina Rizkia P K Sp.KG
Drg. Moh. Yusuf, Sp.Rad.O.M
REVIEWER
Drg.Rahmawati S P, M.Med.Ed
TUTOR MODUL:
1. SGD 1 : drg, Muthia
2. SGD 2 : drg. Ken Sekar L
3. SGD 3 : drg. Linda
4. SGD 4 : drg.Erdianto
5. SGD 5 : drg. Eko
6. SGD 6 : drg.Putri
7. SGD 7 : drg.Rina
8. SGD 8 : drg. Rama P
KONTRIBUTOR
1. Bagian Konservasi Gigi
2. Bagian Biomaterial Kedokteran Gigi
3. Bagian Radiologi Kedokteran Gigi
3
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Jazakumullhahi khoiron.
4
TATA TERTIB SKILLS LAB DAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa harus hadir di ruang skill lab/praktikum pada waktu yang telah
ditentukan dengan batas toleransi keterlambatan maksimal 20 menit.
2. Mahasiswa WAJIB berpakaian dan bersepatu rapi serta memakai jas
praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seizin
pembimbing.
4. Mahasiswa yang tidak hadir harus izin pada pembimbing.
5. Sebelum skills lab/ praktikum dilakukan, mahasiswa WAJIB membaca petunjuk
praktikum.
6. Setiap praktikum/skills lab harus membawa kain bersih (putih) +/- ukuran 40 x
40 cm yang akan digunakan untuk alas pada meja praktikum.
7. Selama skills lab berlangsung, mahasiswa WAJIB menjaga kebersihan dan
ketenangan ruangan.
8. Mahasiswa wajib menjaga peralatan yang disediakan
9. Kerusakan / kehilangan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada petugas.
Bila tidak dilaporkan, kemudian diketahui oleh petugas/pembimbing,
mahasiswa yang bersangkutan akan menerima sanksi tambahan.
10. Sebelum bekerja menggunakan alat-alat, wajib mempelajari terlebih dahulu
serta mengerti cara penggunaannya
TATA TERTIB PERMINTAAN BAHAN DAN PEMINJAMAN ALAT
1. Permintaan bahan praktikum dilakukan maksimal 2 kali aplikasi/permintaan,
jika lebih dari itu maka mahasiswa WAJIB menyediakan sendiri.
2. Bahan dapat diambil pada petugas.
3. Mahasiswa harus menulis nota peminjaman alat yang dibutuhkan dan
mengambilnya pada petugas yang telah ditunjuk. Jika mengembalikan harus
tanda tangan pada nota pengembalian. Setiap peminjaman dan pengembalian
alat, dilakukan pengecekan alat oleh petugas dan disaksikan mahasiswa.
4. Selama pemakaian / praktikum, alat menjadi tanggung jawab mahasiswa
sepenuhnya, apabila terdapat kerusakan atau kehilangan maka mahasiwa
WAJIB menghadap Kepala Laboratrium dan MENGGANTI alat yang
hilang/rusak.
SANKSI
Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib diatas akan diberikan sanksi akademik
sesuai dengan jenis pelanggarannya.
5
b. Nilai ujian OSCE 50% dari total nilai akhir skill lab
2. Mahasiswa dapat mengikuti ujian OSCE setelah menyelesaikan administrasi.
3. Apabila mahasiswa berhalangan hadir pada kegiatan Skills Lab dikarenakan:
a. Menjadi delegasi atau utuan mewakili institusi dalam sebuah acara
dengan menunjukkan Surat Tugas dari Fakultas
b. Rawat inap di rumah sakit dengan menunjukkan Surat Keterangan
Rawat Inap
c. Melaksanakan ibadah Umroh/Haji dengan menunjukkan surat
keterangan peserta Umroh/haji dari biro yang digunakan serta
menunjukkan copy paspor setelah pelaksanaan ibadah umroh/haji
d. Duka cita dengan menunjukkan copy surat keterangan Kematian dari
RT/RW setempat Maka mahasiswa diberikan penggantian kegiatan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
6
PETUNJUK SKILLAB DAN
PRAKTIKUM
LBM 1
TAHAPAN KETERAMPILAN
1. membaca materi
2. membagi kelompok skill menjadi 4-5 kelompok dengan anggota kelompok 2
orang
3. memilih form yang sesuai
4. melakukan penilaian CRA sesuai rubrik form yang dipilih
5. melakukan kesimpulan hasil CRA
6. melakukan telaah jurnal
Referensi :
1. Garg, N., Garg, A., 2013, Text Book of Operative Dentistry, 2nd ed., New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher
2. Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC
3. Riset Kesehatan Dasar, 2007, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
2007, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik
Indonesia
8
Caries Risk Assessment (CRA) – American Dental Association
Dasar teori
Formulir penilaian risiko karies American Dental Association (ADA) digunakan sebagai
alat bantu dokter gigi dalam menilai risiko individu terhadap terjadinya karies.
Terdapat 2 formulir :
1. formulir penilaian risiko karies untuk usia 0-6 tahun dan
2. formulir penilaian karies untuk usia di atas 6 tahun.
- Formulir penilaian risiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor yang mudah
diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin.
- Bagian ‘Contributing Conditions’ dan ‘General Health Conditions’ dalam form ini dapat
dilengkapi oleh anggota dental team, sedangkan bagian ‘Clinical Conditions’ harus
ditentukan sendiri oleh dokter gigi.
Selain itu, terdapat beberapa informasi tambahan terkait dengan faktor risiko
spesifik, diantaranya:
1. Paparan fluorida
2. Makanan dan minuman yang mengandung gula
3. Pasien dengan kebutuhan khusus
4. Medikasi yang dapat menurunkan curah saliva
9
Tabel 1. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia 0-6 Tahun
10
Tabel 2. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia di Atas 6 Tahun
11
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 1
12
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan posisi ergonomi dalam
operative dentistry
2. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan dental unit, komponen,
fungsi dan cara kerja
3. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan armamentarium alat
restorasi gigi sesuai fungsi dan indikasi penggunaan:
a. alat diagnostik,
b. rotary cutting instrument (karakteristik desain, dental bur, diamond abrasive
instrument, matrix kit,
c. macam hand instrumen untuk aplikasi material restorasi (plastis instrumen,
ball aplicator, condensor, burnisher, carver, dll)
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN MAHASISWA
Mahasiswa Kampus
1. High speed 1.
2. Low speed 2. Model gigi phantom peng
3. Diangnostik set (sonde, kaca 3. Handscone
mulut, excavator, pinset dental) 4. masker
4. rotary cutting instrument 5. Kapas
13
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1 Pre tes
2 Tahap ketrampilan ergomi
3 Tahap ketrampilan Alat
TAHAPAN KETRAMPILAN
Ergonomi
Adalah hubungan antara tenaga medis dan lingkungan kerja yaitu adaptasi dari
mesin dan seluruh kondisi yang sesuai bagi suatu individu agar bisa bekerja secara
efisien.
Posisi Operator
Posisi pukul 7
o Area untuk bekerja: gigi mandubular anterior dan posterior, gigi maksila
anterior
o Untuk meningkatkan kemudahan dan visibilitas, kepala pasien menghadap
ke operator
14
Posisi pukul 9
o Area bekerja untuk:
Permukaan facial gigi posterior kanan maksila
Permukaan facial gigi posterior kanan mandibula
Permukaan oklusal gigi posterior kanan mandibula
Posisi pukul 11
o Posisi ini dokter gigi duduk sedikit dibelakang kanan pasien dan lengan kiri
diposisikan disekitar kepala pasien.
o Sebagian besar daerah mulut dapat diakses baik dengan penglihatan
langsung maupun tidak langsung.
o Area kerja meliputi: permukaan palatal dan incisal/ oklusal dari gigi maksila
o Gigi mandibula (penglihatan direct)
Posisi pukul 12
o Dokter gigi duduk dibelakang pasien dan melihat kebawat diatas kepala
pasien selama prosedur.
o Area Kerja: permukaan lingual dari gigi mandibula.
o Posisi ini memiliki aplikasi terbatas.
Penglihatan Operator
1. Secara Langsung
Dilakukan jika penglihatan tegak lurus dengan permukaan gigi.
Kaca mulut hanya menyibak pipi atau bibir berada pada tangan kiri,
handpiece berada pada tangan kanan.
15
Posisi kaca mulut sebisa mungkin tegak lurus terhadap gigi
Pembesaran dengan kaca mulut pada area kerja memberikan
keuntungan pada lapang pandang.
Kaca mulut berada ditangan kiri dan handpiece berada ditangan kanan
Bila pasien diposisikan dengan benar, maka mata dokter gigi harus 35 cm- 40 cm
dari kepala pasien
16
Jika kursi diposisikan terlalu tinggi akan memotong supply darah ke kaki akibatnya
terjadi kelelahan dan stres
Asisten duduk sedekat mungkin dibelakang kursi pasien
Tinggi bangku asisten 10 cm-15 cm diatas mata dokter gigi (eye level)
Asisten duduk dengan posisi tegak dengan kaki diletakkan pada sandarakaki pada
kursi
Posisi Pasien
Pasien diposisi supine pada dental unit agar operator lebih mudah untuk fokus
pada daerah kerja dalam posisi duduk.
Kursi pasien sejajar dengan siku operator
Posisi untuk RA anterior dan posterior serta RB gigi anterior
17
Four- handed dentistry
Four- handed dentistry akan berhasil jika usaha tim baik. Tim ini terdiri dari
dokter gigi dan perawat gigi. Namun tidak jarang terdapat 2 perawat gigi.
Prispsinya dokter gigi dapat bekerja secara efisien, sesuai prinsip ergonomi.
Namun prinsip dasarnya:
o Rationalisation dan standardisation standar rasional terhadap tehnik
dan peralatan yang digunakan oleh operator dan perawat pada setiap
jenis perawatan
Misalkan operator berbicara ingin menambal kelas II komposit berarti
perawat harus mengetahui urutan tehnik yang akan dilakukan dan
menyiapkan peralatan standar untuk menambal kelas II komposit.
o Delegation beberapa step tindakan bisa didelegasikan kepada
perawat jika tenaga tersebut memiliki kualifikasi dan mampu memalukan
hal tersebut
Misal dalam menyiapkan spuit anastesi, dan manipulasi semen
o Anticipation setiap operator memiliki cara individual yang berbeda-
beda perawat harus memahami apa yang harus disiapkan saat
perawatan.
o Safety safety disini baik untuk pasien maupun dokter gigi.
Pasien dengan posisi terlentang beresiko lebih besar menelan
peralatan kedokteran gigi terutama pada saat perawatan
18
endodontik. Perawatan yang memiliki resiko tinggi diwajibkan
menggunakan rubber dam untuk memproteksi jalan nafas pasien.
Jika ada pengumpulan cairan pada posterior segera di suction agar
tidak menganggu jalan nafas.
Untuk operator disarankan untuk menggunakan kaca mata agar
material biologis pasien (air ludah, darah, dll) atau material
kedokteran gigi tidak mengenai mata.
o Methods zona transfer alat atau material kedokteran gigi dari perawat
ke operator dilakukan dibawah dagu.
Pada saat transfer alat atau material perawat menyerahkan ke
pada dokter gigi pada posisi siap pakai. (correct grasp)
a) Untuk melihat bagian-bagian mulut dan gigi yang tidak dapat dilihat langsung
dengan mata
b) Untuk menahan lidah
c) Untuk menyisihkan mukosa pipi
19
2. Pinset
3. Sonde
a) Untuk mengidentifikasi dalamnya karies/kavitas
b) Untuk mengidentifikasi karies di bagian interdental
c) Untuk mengidentifikasi retensi kavitas
20
Sonde lurus/ sonde endodontik
4. Eskavator (Excavator)
a) Untuk membersihkan/mengeruk jaringan karies
b) Untuk membentuk bagian dalam kavitas
5. Straight handpiece dan contra angle handpiece : Untuk memasang bur yang
dihubungkan dengan selang dental unit
21
6. Bur
22
shank (sehingga membentuk konvergensi oklusal pada dinding preparasi,
menghasilkan retention form yang baik pada preparasi amalgam). Tepi bur
membulat, sehingga akan membentuk internal line angle yang membulat yang
lebih resisten terhadap fraktur akibat tekanan oklusal.
23
11. Pemadat amalgam (amalgam condenser)
a) Untuk menekan amalgam di dalam kavitas supaya dapat mencapai segala
sisi
b) Untuk memadatkan amalgam
12. Alat gosok (burnisher) ; Untuk meratakan amalgam yang masih plastis supaya
diperoleh hubungan tepi yang baik
13. Alat ukir (carver) ; Untuk membentuk tumpatan sesuai anatomi gigi
14. Alat-alat penghalus dan pemoles (finishing dan polishing instrument), terdiri atas:
a) Carborondum stone untuk meratakan tumpatan dan hubungan tepinya
b) Rubber point bur
24
c) disc bur
25
15. Matriks
Untuk tumpatan amalgam Kelas II. Alat ini terdiri atas pita matriks (matrix band)
dan pemegang pita matriks (matrix holder)
Fungsi utama dari matriks adalah untuk mengembalikan kontur anatomi dan area
kontak.
Kualitas dari matriks yang baik meliputi:
1. kekakuan,
2. pembentukan kontur anatomi yang tepat,
3. restorasi yang benar dari kontak proksimal,
4. pencegahan kelebihan restorasi pada gingiva,
5. kemudahan dalam aplikasi
6. kemudahan dalam penghapusan restorasi
26
16. Plastis instrument
27
2. Cara pegang pena terbalik (inverted pen grasp/reverse pen grasp)
Cara memegang alat sama dengan pen grasp, hanya posisi alat kebalikan dari pen
grasp (Dipergunakan untuk gigi-gigi atas)
3. Cara pegang dengan telapak tangan dan ibu jari (palm and thumb grasp)
Pegangan terletak pada telapak tangan dan digenggam oleh keempat jari, ibu jari
ditekankan pada permukaan sebelahnya atau pada elemen yang dikerjakan.
28
SOP PENGGUNAAN DENTAL UNIT
Tahap persiapan:
Tahap operasional
1. Atur posisi dental unit se-ergonomis mungkin sesuai tindakan yang akan dilakukan
2. Hidupkan lampu dengan cara menekan tombol on/off dibelakang lampu. Atur posisi lampu
sesuai dengan posisi rongga mulut pasien dan pergunakan lampu seperlunya saja.
3. Isi gelas kumur dengan menekan tombol bowll tempat kumur
4. Pada perawatan konservasi gigi: selalu gunakan mata bur yang tajam, jangan sekali-kali
menjatuhkan contra angle ke lantai dan lakukan pelumasan setelah selesai menggunakan
contra angle dengan oil di lubang yang besar.
29
5. Pada perawatan periodonsia: sebelum scaling selalu menggunakan pelunak karang gigi,
penggunaan scaler dengan posisi menyayat dan selalu menggunakan air untuk mencegah
panas.
Tahap akhir
1. Setelah selesai penggunaan, naikkan dental unit sampai maksimal, buka kran air pada bowl
selama 2 menit, untuk membuang kotoran yang mengendap dipipa
2. Turunkan dental unit semaksimal mungkin.
3. Matikan kompressor dengan menekan tombol on/off di kotak saklar kompressor sesuai
dengan nonor dental unit.
4. Tarik suction untuk mengeluarkan angin dari kompressor.
5. JANGAN MEMATIKAN KOMPRESSOR SAAT KOMPRESSOR MASIH
MENYALA.
30
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 1
PEMERIKSAAN INTRAORAL,
PENGISIAN REKAM MEDIS, dan
INDEKS DMF-T
32
TAHAP KETRAMPILAN
Diagnosis adalah Seni dalam menentukan suatu penyakit berdasarkan tanda
dan gejalanya. Gejala berupa: pemeriksaan subjektif (Anamnesa, sacred seven) dan
tanda berupa pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan subjektif
Adalah pandangan operator ( dokter gigi) terhadap gejala klinis yang dialami oleh
pasien dan dicatat dalam rekam medis.
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif terdapat 2 tes yaitu tes diagnosis dan tes untuk keadaan
sulit.
1) Tes Diagnosis:
a. Visual
Lokasi, kedalaman & perluasan karies: Oklusal/ bukal/ palatal/
oklusolingual/ insisomesial, dll
Warna :
Arrested : hitam, white spot : putih, karies aktif : random.
33
Syarat :
1) Gigi dalam kondisi bersih dari debris, plak & kalkulus
2) Dalam kondisi kering analisis kedalaman penetrasi lesi
3) White spot pada kondisi kering ½ kedalaman enamel
4) White spot/brown spot kondisi basah demineralisasi pd dentin
b. Sondasi/ eksplorasi
Fungsinya: untuk mengetahui jika kavitas sudah mencapai dentin atau
tidak
Sondasi hanya dilakukan pada kavitas yang hampir/ sudah mencapai
dentin. Jika kavitas sudah mencapai pulpa atau akar tidak dilakukan
sondasi.
Alat : eksplorer (sonde)
Cara : sonde half moon digesekkan tanpa tekanan pada kavitas.jika
positif= ada respon, negatif= tidak ada respon
c. Perkusi
Adalah pemeriksaan rangsangan mekanis yang dilakukan dengan
ketukan ringan (ujung jari atau ujung instrument) untuk menentukan
ada/ tidaknya kelainan pada jaringan periodontal
Cara:
o Dimulai pada gigi tetangga yang sehat
34
o Dimulai dengan ujung jari kemudian dengan ujung instrument
(kasus akut), atau langsung dengan ujung instrument (kasus
kronis)
o Arah vertikal pada daerah incisal/ oklusal gigi
d. Palpasi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi lesi pada gingiva
dengan perabaan/ tekanan ringan untuk mengetahui
o Ada tidaknya pembengkakan
o Ada tidaknya rasa sakit pada daerah palpasi
o Perluasan lesi
o Konsistensi lesi= keras /lunak/ fluktuasi
Cara: tekan perlahan pada area mukobukal gigi
Positif = sakit ada perluasan lesi sampai melewati korteks tulang
Negatif = tidak sakit lesi masih blm melewati korteks tulang
35
e. Tes mobilitas
Untuk mengetahui derajat kegoyangan gigi sehingga dapat
mendeteksi ada atau tidaknya kerusakan alveolar
Derajat kegoyangan gigi menurut grossman:
o Derajat I: penderita merasakan kegoyangan gigi namun
operator belum melihat kegoyangan gigi tersebut
o Derajat II: kegoyangan gigi ± 1mm dari soket
o Derajat II: kegoyangan lebih dari 1mm dan dapat digerakan
dalam arah vertikal
Cara: dengan menggunakan 2 ujung instrument yang digerakkan
f. Tes vitalitas
Untuk mendeteksi kondisi pulpa dengan menggunakan :
o Termal panas merangsang saraf sensoris sehingga terjadi
ekspansi pulpa
36
Dengan menggunakan guttap perca panas atau
instrument panas
o Thermal dingin merangsang saraf sensoris sehingga terjadi
kontraksi pulpa
Caranya:
Gigi dikeringkan dari saliva dengan menggunakan catton
pellet atau airway syiring
Kemudian menggunakan kapas+ chloretyl
Ditempelkan di servikal gigi
o Tes kavitas
Dengan melakukan pengeburan pada kavitas karies
dengen menggunakan high speed bur dan adekuat air
Pasien akan merasakan ngilu jika gigi tersebut masih
vital.
37
o electronic pulp test (EPT)
38
2) Tes untuk keadaan sulit
a) Transiluminasi (Fiber Optic Transillumination (FOTI))
Pemeriksaan menggunakan sinar fiberoptic sebagai sumber cahaya
untuk mengetahui ada atau tidaknya garis fraktur, membantu dalam
penentuan letak karies dan perluasan karies sebagai pengganti
radiograf
Kekurangan: tidak bisa digunakan untuk mendeteksi karies awal
Prinsip kerja: perbedaan pantulan dan serapan cahaya antara gigi
sehat dan gigi dengan karies
Cara :
o Gigi dibersihkan dari debris
o Sinar fiberoptic diarahkan pada gigi diperiksa, kemudian
diamati
o Cahaya menembus struktur jaringan bila
Jaringan sehat berwarna jernih kemerahan
Jaringan patologik berwarna keruh/ gelap
39
Sisa restorasi
b) Tes anastesi
Tujuannya mendapatkan sumber sakit bila tidak dapat ditemukan
dengan cara lain.
Caranya:
o Lakukan anastesi infiltrasi jika gigi RA dimulai yang lebih
anterior
o Lakukan anastesi blok jika gigi RB
o Gigi sebagai sumber sakit akan berhenti sakitnya setelah
dilakukan anastesi
40
o Segmen gigi yang fraktur akan bergerak terpisah dan timbul
rasa sakit
d) Pewarnaan (staining)
Test pewarnaan untuk mengisolasi gigi yang fraktur
o Caranya: gigi harus bebas tumpatan
Larutan 2% iodine atau methylene blue
Gigi dikeringkan
Gigi diulasi larutan 2% iodine atau methylene blue pada
kavitas
Gigi yang mengalami fraktur menjadi lebih gelap
Zinc okside dan eugenol
Gigi dikeringkan
Campur zink okside dan eugenol
Masukkan kedalam kavitas
ZOE akan meresap dan memperlihatkan garis fraktur
Disklosing tablet
Pasien diminta untuk mengunyah disclosing tablet
Kemudian periksa gigi
Garis fraktur akan terlihat
41
e) Gutta percapoint tracing dengan radiograf
Untuk mendiagnosis antara lesi periodontal atau endodontik
Caranya:
o Gigi dikeringkan
o Tempatkan guttap point ke dalam fistula
o Lakukan rontgen periapikal kearah akar gigi yang dicurigai
penyebab fistula
ODONTOGRAM
adalah suatu gambar peta mengenai keadaan gigi di dalam mulut yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Rekam Medik Kedokteran Gigi.
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui keadaan gigi geligi sesorang
Tujuan Khusus :
1. Memberikan gambaran umum keadaan gigi dan mulut pasien.
2. Merupakan dokumen legal yang dapat melindungi dokter gigi maupun pasien.
3. Sebagai resume keadaan gigi dan mulut pasien baik untuk kepentingan pasien
maupun rujukan.
4. Sebagai dasar perencanaan perawatan/kebutuhan alat/ bahan kedokteran gigi
melalui perhitungan DMF/T
5. Sebagai bahan penelitian.
6. Sebagai sarana identifikasi.
42
Pengisian Odontogram
Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien dilakukan dan
dicatat pada kunjungan pertama atau kesempatan pertama sehingga
memberikan gambaran keadaan secara keseluruhan
• Selama perawatan belum mencapai restorasi tetap, tidak perlu dilakukan
perbaikan odontogram.
• Setelah perawatan mencapai restorasi tetap, dapat dilakukan koreksi pada
gambar odontogram yang ada, dan diberikan paraf dan tanggal perubahan.
• Jika koreksi dinilai sudah terlalu banyak, dapat dibuat odontogram baru.
Odontogram lama tetap dilampirkan sebanyak 2 odontogram yang lama.
• Jika kunjungan pasien terakhir kali sudah lebih dari satu tahun, dibuatkan
odontogram baru.
43
Ketentuan Khusus
1. Singkatan permukaan/Lokasi/posisi caries atau tambalan ditulis dengan huruf
kapital/besar, di depan singkatan yang lain. Misal : O car (Occlusal caries); MO
amf (Mesial Occlusal amalgam fi lling);
2. Singkatan kondisi lain (keadaan gigi, bahan restorasi, restorasi, dan protesa)
ditulis dengan huruf kecil;
3. Bila satu gigi memiliki dua atau lebih keterangan akan kondisi giginya, maka tiap
singkatan dari kondisi gigi tersebut di beri tanda (-). Misal : gigi 16 : O cof-rct;
gigi 46: mis-pon-pob
4. Keterangan tambahan tentang kondisi gigi yang tidak terdapat pada daftar
singkatan, bisa ditambah tanda (“………”).
Misal : gigi 12: cfr “ ½ insisal” (crown fracture “ ½ insisal”)
44
45
46
47
48
49
50
INDEKS KARIES GIGI
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Indeks
karies yang biasa dipakai adalah (Depkes RI, 1999) :
a. Untuk gigi permanen : Indeks DMF
b. Untuk gigi desidui : indeks def-t
A. INDEKS DMF
D = decay , jumlah gigi permanen karies yang masih dapat ditumpat
M = missing, jumlah gigi permanen yang dicabut karena karies dan indikasi
pencabutan karena karies.
F = filling, jumlah gigi permanen yang telah ditambal dan masih baik.
Indeks ini dapat dikemukakan dalam bentuk:
1. DMF-T (teeth)
Adalah untuk melihat prevalensi dental karies pada suatu populasi. setiap
gigi hanya memperoleh satu skor untuk D atau M atau F mana yang paling
parah.
2. DMF-S (surface/ permukaan gigi)
Adalah untuk mengukur keparahan dental karies pada suatu populasi. satu
gigi dapat menderita karies di permukaan oklusal, lingual/ palatal, mesial,distal
dan labial/bukal.
Untuk gigi anterior diukur 4 permukaan (lingual/ palatal, mesial,distal dan
labial/bukal) dan untuk gigi posterior diukur 5 permukaan (oklusal, lingual/
palatal, mesial,distal dan labial/bukal).
Yang perlu diperhatikan:
Untuk gigi dengan karies yang luas sampai kehilangan seluruh cups
diberi skor 4 D untuk gigi anterior dan 5 D untuk gigi posterior.
Untuk gigi yang hilang diberi skor 4 M untuk gigi anterior dan 5 M
untuk gigi posterior.
Untuk gigi dengan mahkota / crown diberi skor 4 F untuk gigi anterior
dan 5 F untuk gigi posterior
51
.
B. INDEKS def-t
d = decay, jumlah gigi desidui karies yang masih dapat ditumpat
e = exfoliated, jumlah gigi desidui yang telah/harus dicabut karena karies
f = filling, jumlah gigi desidui yang telah ditambal dan masih baik
Pada beberapa penelitian, ‘exfoliated’ tidak digunakan def-t karena mencegah
kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang
karena karies atau bukan. Pada gigi desidui sering kali gigi hilang karena faktor
resobsi fisiologis atau trauma.
52
53
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 2
54
PEMASANGAN RUBBER DAM
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan Isolasi menggunakan berbagai teknik aplikasi rubber dam
DASAR TEORI
55
11. Rubberdam clamps
TAHAPAN KERJA:
Terdapat 3 metode pemasangan rubber dam :
1. Dam first technique
2. Clamp first technique
3. Clamp and dam together technique
56
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.
3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp
pada gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow
berada di distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual.
Cek kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.
4. Lepaskan clamp, masukkan lubang yang dibuat pada rubber sheet ke gigi kemudian
letakkan clamp kembali.
57
5. Pasang frame di dalam rubber sheet.
58
4. Biarkan clamp pada gigi
5. Masukkan lubang yang telah dibuat pada rubber sheet melalui bownya terlebih dahulu.
Setelah lubang pada rubber sheet masuk kedalam clamp dan gigi, lepaskan rubber sheet
dari wing pada clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat
59
Masukkan kedua wing pada clamp kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber
sheet.
- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Lepaskan rubber sheet dari wing pada
clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat.
b. Bow technique
- Masukkan bow kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber sheet.
- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Masukkan sisa rubbersheet melalui bow
ke gigi dan sisa clamp.
60
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 2
61
PENUMPATAN KELAS II RESIN KOMPOSIT
SASARAN BELAJAR
MATERI
62
1. Outline form (bentuk perluasan)
Gambaran bentuk dan batas kavitas pada permukaan gigi.
Hal yang perlu diingat :
a) Membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam
b) Membuang semua jaringan email yang tidak didukung dentin
c) Perluasan karies sampai ke self cleansing area.
d) Outline form juga harus memenuhi prinsip resistance form. Prinsip ini
memungkinkan operator untuk memposisikan margin pada area yang intak dan
terkena tekanan oklusal yang minimal.
2. Resistance form (bentuk resistensi)
Membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya sendiri tidak pecah/tahan
tekanan pengunyahan.
Resistensi pada restorasi amalgam bisa didapatkan dari :
a. Dasar kavitas rata dan terletak pada dentin atau enamel yang adekuat, dengan untuk
menahan tekanan oklusal dan memberikan kekuatan serta kestabilan restorasi.
b. Kedalaman preparasi minimal 1.5 mm untuk mendapatkan restorasi yang tahan
terhadap fraktur.
c. Perluasan kavitas ke arah fasial dan lingual seminimal mungkin diantara groove sentral
dan puncak cusp dan hanya mencakup karies saja, tanpa menghilangkan dukungan
dentin. Perluasan kavitas mencakup fissure, peletakan margin pada struktur gigi yang
intak.
d. Tepi enamel kuat dan ideal (menyisakan prisma enamel yang masih mendapat
dukungan dari dentin). Letak prisma enamel tegak lurus permukaan luar gigi.
3. Retention form (bentuk retensi)
Membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah lepas.
Retensi pada restorasi amalgam bisa didapatkan dari :
a) Undercut atau konvergensi dinding kavitas.
b) Paralelisme dinding-dinding kavitas
c) Dove tail
d) Groove (alur)
e) Pin hole
f) Micropit
4. Convenience form
63
Bentuk kavitas yang memudahkan pemasukan/insersi/pemasangan bahan
restorasi
5. Menghilangkan jaringan karies
6. Finishing enamel wall and margin (penyelesaian dinding dan tepi email)
Menghaluskan dan membentuk sudut pada email. Tahap ini penting untuk
memperoleh retorasi yang betul-betul baik. Jaringan email yang tidak didukung kuat
oleh dnetin harus dibuang agar restorasi di tempat tersebut tidak pecah dan rusak.
7. Toilet of the cavity (pembersihan kavitas)
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Membuang semua jaringan karies yang masih tertinggal
b) Memeriksa dan menghaluskan kembali dinding-dinding kavitas dengan alat
steril
c) Mengeringkan kavitas dengan kapas yang dipegang dengan pinset. Termasuk
tahap terakhir ini adalah tindakan sterilisasi dan disinfeksi kavitas.
BAGIAN-BAGIAN KAVITAS
1. Wall (dinding)
a. Internal wall ; dinding dasar kavitas
Axial wall ; dinding dasar kavitas yang sejajar terhadap aksis gigi
Pulpal wall ; dinding dasar kavitas yang tegak lurus terhadap aksis gigi dan dasar kavitas
Gingival wall : dinding dasar kavitas yang tegak lurus terhadap aksis gigi dan dasar
kavitas, terletak pada proksimal box kavitas kelas II
b. External wall ; dinding-dinding tepi kavitas yang telah dipreparasi (prepared cavity) diberi
nama sesuai dengan permukaan gigi dimana dinding kavitas itu berada, misalnya
dinding fasial (facial wall), dinding gingival (gingival wall), dinding mesial (mesial wall),
dinding distal (distal wall)
c. Enamel wall : external wall yang terdiri atas enamel
d. Dentinal wall : external wall yang terdiri atas dentin
64
M = margin/tepi
E = enamel wall
D = dentin wall
CS = cavosurvace
P= pulpa wall
F = facial
L = lingual
G = gingival
A = axial
2. Floor
Istilah floor (dasar kavitas) adalah diding yang sejajar dan berbatasan langsung
dengan pulpa (pulpal wall dan gingival wall). Jika pulpa sudah diambil dan kavitas
meluas sampai dasar pulpa, dinamakan sub-pulpal-wall (dasar sub pulpal) yang
disebut juga sub-pulpal-wall (diding sub pulpal)
65
c. Distopulpa line angle (DP) = pertemuan antara distal wall dan pulpa wall
d. Distolingual line angle (DL) = pertemuan antara distal wall dan lingual wall
e. Linguopulpal line angle (LP) = pertemuan antara lingual wall dan pulpa wall
f. Mesiolingual line angle (ML) = pertemuan antara mesial wall dan lingual wall
g. Mesiopulpa line angle (MP) = pertemuan antara mesial wall dan pulpa wall
h. Mesiofacial line angle (MF) = pertemuan antara mesial wall dan fasial wall
66
a. Axiofaciopulpa point angle (AFP) = pertemuan antara axial, fasial, dan pulpa
b. Axiofaciogingival point angle (AFG) = pertemuan antara axial, fasial dan gingival
c. Axiofaciolingual point angle (AFL) = pertemuan antara axial, fasial dan lingual
d. axiolinguopulpa point angle (ALP) = pertemuan antara axial, lingual, dan pulpa
5. Cavosurface angle & cavosurface margin :
Line angel pada permukaan gigi yang terbentuk dari pertemuan antara dinding kavitas
dan permukaan gigi disebut cavosurface line angle (garis pertemuan dinding
permukaan kavitas)
BAHAN TUMPATAN
Bahan tumpatan ialah suatu bahan yang ditempatkan pada kavitas yang telah
dipreparasi (prepared cavity) yang dimaksudkan untuk mengembalikan bentuk
anatomis dan amemelihara fungsi fisiologis, mengembalikan oklusi, mengembalikan
titik kontak, kadang-kadang juga dimaksudkan untuk estetis dan gigi yang ditumpat
dapat dilindungi sejauh mungkin dari kemungkinan kebocoran mikro yang dapat
menimbulkan terjadinya karies ulang atau karies sekunder.
67
Menurut Keras lunaknya waktu manipulasi
a. Tumpatan plastis, contoh : amalgam, semen silikat, resin komposit, semen ionomer
kaca
b. Tumpatan non plastis, contoh : alloy tuang (emas, orden, cavex)
TAHAPAN KETRAMPILAN
1. Membuat outline form kavitas kelas II
Pembuatan Outline form oklusal klas II mencakup pit dan fissure di area oklusal
gigi meluas ke salah satu area proksimal gigi (mesial atau distal). Mencakup area
yang karies
2. Preparasi oklusal
a. preparasi dimulai dari Permukaan pit oklusal terdekat dengan karies yang berada pada
area proksimal, kavitas dibuka dengan bur no. 245 atau long inverted cone bur.
b. Orientasi bur tegak lurus dengan aksis mahkota gigi
c. Kedalaman preparasi 1.5 mm – 2 mm (setengah dari panjang kepala bur). 1,5
mm diukur dari central fissure dan 2 mm diukur dari dinding eksternal preparasi.
68
d. preparasi terbatas pada daerah yang karies & memberikan akses untuk insersi
komposit & finishing
Permukaan oklusal yang tidak dibevel: mencegah hilangnya struktur gigi sehat ,
mengurangi area permukaan untuk restorasi akhir, mengurangi kontak oklusal
pada restorasi, menghilangkan restorasi komposit yang tipis yang mudah fraktur
& wear, komposit dapat difinishing lebih baik
69
5. Preparasi akhir atau finishing preparasi
a. Penghilangan sisa karies pada pit, fissure dan dentin yang terinfeksi karies pada pulpa
wall dengan menggunakan round bur yang sesuai dengan diameter karies atau
dengan excavator. Preparasi hanya terbatas pada area karies, tidak boleh
memperluas kavitas ke area dentin yang sehat.
c. Toilet of the cavity / pembersihan kavitas : kavitas dibersihkan semprotan air dari
syringe utnuk mengangkat debris setelah preparasi dan diusap dengan kapas yang
telah dibasahi akuades steril
6. Aplikasi bahan liner:
70
- Preparasi dalam (margin gingiva mendekati atau melebihi CEJ), liner dengan SIK
lebih bagus.
Kelebihan liner SIK: Mengeluarkan flour, dapat berikatan dengan struktur gigi &
komposit, pengkerutan dapat dikurangi, memperkuat dinding preparasi karena
beradhesi pada dentin & mengurangi deformasi kuspal karena tekanan
pengunyahan, mengurangi kenaikan temperatur pulpa karena light curing unit.
Cara :
a. Letakkan matrix diatas paper pad
b. Gerakkan burnisher kecil maju mundur pada matriks sampai agak melengkung
c. Setelah matriks agak melengkung, haluskan dengan burnisher besar
a. Putar berlawanan arah jarum jam adjusting nut untuk memperbesar jarak antara
locking vise dengan guide channels
71
b. Putar berlawanan arah jarum jam locking nut sampai screw yang ada di dalam locking
vise berubah posisi mundur kebelakang.
c. Lipat matrix band dan masukkan ke dalam matriks dengan akhiran matrix band
berada pada band slot. Kencangkan kembali locking nut.
d. Masukkan matrix pada gigi yang akan direstorasi dengan posisi band slot berada di
bagian dalam. (Gambar. kiri: rahang atas, kanan: rahang bawah)
e. Posisi matrix dievaluasi dengan melihat kerapatan pada area gingivoproksimal, serta
mengevaluasi kontur proksimal yang dibentuk matrix band. Kontak area harus berada
pada area tengah gigi. Matrix band harus berada di 1 mm dibawah margin gingiva dan
1- 2 mm diatas marginal ridge mahkota.
Pemasangan wedge
a. Pilihlah ukuran wedge yang sesuai dengan proksimal gigi
b. Masukkan wedge dari embrasure lingual atau bukal (pilih yang lebih besar) dengan
posisi sedekat mungkin dengan margin gingiva.
72
c. Lakukan evaluasi kerapatan di proksimal dengan melakukan eksplorasi menggunakan
sonde. Gerakkan tip sonde sepanjang margin gingiva didalam kavitas, untuk
memastikan kerapatan dan mengangkat sisa enamel.
2. Bentuk groove oklusal jangan terlalu dalam (overcarving), karena tepi amalgam menjadi
tipis dan beresiko chipping (lepas sebagian di tepi restorasi) (A). Restorasi yang
undercarving menyisakan sebagian kecil dari amalgam pada area gigi yang tidak
terpreparasi. Area yang berlebih tersebut juga akan lepas dan mengganggu integritas
tepi restorasi (B).
A B
73
8. Pengecekan oklusi (dilakukan pada pasien)
Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper. Jika ada area yang lebih
tebal, restorasi dikurangi menggunakan amalgam carver.
74
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 2
75
SASARAN BELAJAR:
1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi radiogarfi intraoral periapikal
2. Mahasiswa mampu menentukan radiodiagnosa pemeriksaan penunjang
radiogarfi periapikal
TAHAPAN KETERAMPILAN
1. membaca materi
2. membagi kelompok skill menjadi 4-5 kelompok dengan anggota kelompok 2
orang
3. memilih form yang sesuai
4. melakukan penilaian CRA sesuai rubrik form yang dipilih
5. melakukan kesimpulan hasil CRA
6. melakukan telaah jurnal
Referensi :
76
TEORI
Interpretasi foto radiografis periapikal
Ada beberapa bagian dari interpretasi Intraoral yang harus diperhatikan :
1. Mahkota
2. Akar
3. Membran Periodontal
4. Laminadura
5. Puncak Tulang alveolar
6. Furkasi
7. Periapikal
Kesan
Suspect Diagnosis / Diagnosa radiografis /diagnosa periapikal
Mahkota :
Anatomi : semua mahkota klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi sampai ke
cervical
Diisi dengan :
1. Kondisi mahkota : dengan kata-kata radioopak / radiolusent di mahkota sampai batas
yang terlihat
2. Juga arah perjalanannya seperti dari oklusal ke sampai dentin, atau dari mesial sapai
mendekati pulpa
77
Akar :
Anatomi : semua akar klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi cervical
sampai apikal
Diisi dengan :
1. Jumlah akar, seperti dua buah, tunggal atau tiga buah
2. Bentuk akar seperti benkok kearah distal, mesial, konvergen atau divergen
3. Kondisi patologis seperti adanya garis fraktur, resobsi interna ataupun eksterna
Membran periodontal:
Anatomi : selubung membran yang mengelilingi akar klinis gigi
Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : membran yang tidak ada kelainan di perlihatkan dalan bentuk
tidak adanya banyangan radiolusent sepanjang akar
2. Melebar : membran yang mengalami peradangan ditujukkan dengan garis
radiolusent sepanjang akar dapat sebagaian ataupun keseluruhan
3. Menghilang : ditunjukkan dengan tidak adanya membran digantikan oleh lesi yang
jauh lebih besar
Lamina dura :
Anatomi : merupakan tulang alveolar terluar
Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak tampak garis radiolusent disepanjang tulang alveolar
yang mengelilingi gigi
2. Terutus-putus : bila terdapat bayangan radioopak disepanjang tulang baik
keseluruhan ataupun sebagian
3. Menebal : apabila bayangan radioopak terlihat jelas disepanjang tulang
alveolar
4. Menghilang : apabila laminadura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang
berukuran lebih besar
Furkasi :
Anatomi : daerah furkasi atau percabangan akar
Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak terdapat kalainan
78
2. Bayangan radiolusent bila terdapat lesi ataupu furkasi yang terbuka (tidak
terdukung tulang lagi)
3. Radiopak apabila ada lesi yang radioopak
Periapikal
Anatomi : daerah yang berapa dibawah foramen apikal gigi
Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan
1. Karies Oklusal
Diagnosis X- ray pada karies pit dan fissure sulit dideteksi pada tahap awal karena
dekalsifikasi, sehingga persentasi radiolusensi tidak terlalu terlihat pada radiografi.
Karies enamel bisa diamati jika sudah mencapai dentin atau lesi sudah meluas
2. Karies proksimal
Lesi kecil dapat dideteksi dengan radiografi.
79
Bentuk lesi awal di enamel berbentuk triangular dengan dasar yang luas pada permukaan
gigi. Apabila Gambaran lesi melalui DEJ dan menembus dentin akan tampak seperti
gambaran segitiga dengan gambaran segitiga pada DEJ dan ujungnya mengarah ke kamar
pulpa
Radiologi bitewing untuk mendeteksi karies pada interproksimal
80
MATERIAL RESTORASI
81
Basis Calsium hydroxide pada kavitas untuk memproteksi pulpa tampak
radiopaq pada dasar kavitas
Restorasi Komposit pada umumnya radiopaq (dengan opacity lebih rendah dari
restorasi logam), tetapi kadang bisa tampak radiolusen dengan tepi teratur.
Eksternal resorbsi saluran akar terlihat tetapi akar terlihat memendek jika
dibandingkan gigi normal.
82
Kesan
Kesan radiografis merupakan kesimpulan dari semua point yang ada kelianannya. Diisi
dengan keterangan point yang bermasalah mulai dari 1(mahkota) sampai 7(periapial).
Contohnya :
kesan : terdapat kelainan pada mahkota, akar, membran periodontal, lamina dura tergantung
pada point yang menunjukkan kelainana secara radiografi yang telah dijelaskan.
Jenis Radiograf
Intra oral : Periapikal tekhnik Choose an item.
Elemen gigi :
Interpretasi
Elemen gigi
Mahkota
Akar
Membran periodontal
Lamina dura
Alv. Crest
Furkasi
Periapikal
Kesan
Suspek
Radiodiagnosis
Diagnosis banding
83
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 3
84
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS
KLAS IV DENGAN PALATAL GUIDE
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN
85
TAHAPAN PEKERJAAN
1. Gigi dikondisikan dalam kondisi akan dilakukan preparasi klas IV (fraktur atau karies
mencapai dentin melibatkan tepi insisal dan kontak proksimal) pada gigi anterior.
2. Gigi dibentuk sesuai anatomis dengan menggunakan wax. Bagian palatal gigi yang
hendak ditumpat dan gigi tetangga dicetak dengan bahan cetak double
impression(putty). Setelah mengeras, putty dilepas. Bersihkan wax dari gigi.
3. Membuat outline kavitas klas IV (meliputi permukaan labial, incisal dan palatal/lingual)
86
4. Preparasi kavitas
a. Bentuk kavitas
b. Bevel. Dilakukan pada email labial dan palatal dengan lebar 0,2 – 0,5 mm sebagai
tahap akhir preparasi. Bevel dibuat dengan menggunakan bur fissure dengan
kecepatan rendah atau sedang. Bevel labial dibuat meliuk-liuk untuk
menyamarkan batas preparasi.
87
Kemudian dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus
bidang preparasi dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).
2. Palatal guide dilepas, tempatkan seluloid strips dan wedge di interproximal gigi,
dan ditahan dengan jari pada permukaan palatal gigi. Dianjutkan dengan
aplikasi resin komposit menggunakan warna email untuk area interproksimal
dengan ketebalan 0,3 mm.
3. Seluloid strip dilepas. Aplikasi resin komposit warna dentin dengan ketebalan
kurang dari 2 mm, dibentuk mamelon. Semakin kearah insisal, ketebalan dentin
semakin berkurang. Aplikasi warna dentin menyisakan daerah di proksimal,
insisal, dan labial 1-2 mm. Sinari selama 20 detik.
88
4. Aplikasi warna enamel pada proksimal dan labial gigi, bentuk garis transisi dan
lobus pada permukaan labial gigi.
89
6. Finishing tumpatan dengan membentuk garis anatomi pada permukaan labial
gigi :
a. Anatomi sekunder
Gambarkan dengan pensil; garis transisi, kemudian bagi gigi menjadi 3
bagian yang digunakan sebagai batas anatomi di 2/3 insisal. Bentuk
batasan untuk lobus dan mamelon. Mulai bentuk lobus dengan finishing
flame bur panjang pada lobus central untuk mengurangi volume gigi dan
menonjolkan lobus proksimal.
b. Anatomi tersier
Bentuk tekstur permukaan gigi dengan finishing diamond bur
90
7. Polishing tumpatan menggunakan pogo bur dan polishing disc. Arah bur
polishing sesuai dengan bentuk anatomi gigi. Tumpatan dibagian proksimal di
finishing dan polishing dengan finishing dan polishing strip.
91
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 3
92
PENUMPATAN KELAS III RMGIC
93
TAHAPAN KETRAMPILAN
1. Membuat outline kavitas klas III. Preparasi di desain dari bagian palatal. Bagian
insisal dari titik kontak tidak dibuang.
2. Preparasi kavitas
a. Bentuk kavitas. Arah akses awal preparasi dibuat dari bagian palatal/ lingual.
Jika bagian labial dibiarkan utuh, nilai estetik nya lebih baik (bila email masih
tebal). Penetrasi dilakukan dengan memakai round bur, hindari cedera pada
gigi sebelahnya.
94
5. Lakukan konturing pada matriks seluloid strip menggunakan batang instrumen.
6. Tempatkan seluloid strip di interproximal gigi. Letakkan wedge dari arah fasial.
95
8. Masukkan semen yang telah diaduk ke dalam kavitas dengan ball applicator dan
dikondensasikan dengan semen kondensor. Setelah padat, material restorasi dapat
dibentuk dengan plastis instrument
9. Lakukan penyinaran menggunakan light cure selama 20 detik
10. Lepas seluloid strip dan wedge
11. Finishing dilakukan dengan membuang kelebihan dari tumpatan hingga tidak ada step,
dan tumpatan dibentuk sesuai anatomi gigi. Finishing menggunakan bur diamond pita
kuning.
12. Polishing untuk menghaluskan dan mengkilatkan tumpatan. Polishing menggunakan bur
poles silicon/ enhance. Pada area proksimal dipoles menggunakan finishing & polishing
strip
96
PENUMPATAN KELAS V GIC
TAHAPAN KETRAMPILAN
1. Pembuatan outline form
Outline form kavitas kelas V dibuat pada area servikal gigi dengan bentuk seperti gambar
dibawah ini
97
2. Persiapan/preparasi
Kavitas pada kelas V dapat timbul akibat proses karies ataupun proses non karies. Pada
proses karies, jaringan karies dan enamel yang tidak didukung dentin harus dibuang
dengan diamond bur.
Sementara pada kavitas yang timbul akibat non karies (abrasi dan abfraksi) tidak perlu
dilakukan preparesi, cukup dilakukan pembersihan plak, pelikel atau stain pada lesi
dengan gerakan menyikat ringan menggunakan soft rubber cup dikombinasikan dengan
larutan serbuk pumice halus dan air selama 10 detik
3. Conditioning
Ulaskan bahan conditioner (asam poliakrilat 25%) dengan microbrush selama 10 - 15
detik. Cuci dan keringkan secukupnya, jangan terjadi dehidrasi. Kemudian kavitas dicuci
dan dikeringkan secukupnya. Jangan sampai terjadi dehidrasi (keadaan kering sekali)
pada dentin karena akan menyebabkan pengurangan daya pembasahan (wettability)
4. Aduk material restorasi
e. Ambil 1 sendok penuh glass ionomer, ratakan kemudian letakkan pada paper pad
yang dialasi plat kaca
f. Letakkan liquid, dimiringkan kemudian diteteskan dengan posisi lurus (mengurangi
terjebaknya udara), 2 tetes pada paper pad
g. Pengadukan bahan tidak boleh lebih dari 30 detik, basahi powder, bukan dilarutkan.
h. Powder dibagi menjadi dua. Aduk sebagian pertama selama 10-15 detik, sampai
konsistensi milky. Campurkan dengan bagian kedua, aduk sampai 15 detik
98
5. Masukkan semen yang telah diaduk ke dalam kavitas dengan ball applicator dan
dikondensasikan dengan semen kondensor. Setelah padat, material restorasi dapat
dibentuk dengan plastis instrument
6. Biarkan mengeras dengan waktu sesuai petunjuk pabrik (pada umumnya sekitar 4 – 6
menit dari saat mulai pengadukan) dan aplikasikan varnish.
7. Finishing dengan bur alpine dilakukan setelah 24 jam, bila diperlukan potong ekses-ekses
bahan yanga berlebih dengan eskavator.
99
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 4
100
RESTORASI RESIN KOMPOSIT PADA KAVITAS KLAS II
DENGAN METODE OPEN SANDWICH
101
TAHAPAN PEKERJAAN
Restorasi ini dilakukan pada kavitas klas II, dengan dinding kavitas berada di bawah gingiva
(subgingiva).
1. Membuat outline kavitas klas II. Buat simulasi karies dengan menggunakan pulpen
berwarna hitam, pada area oklusal meluas ke mesial atau distal gigi, dan meluas ke area
servikal
2. Tahap preparasi :
a. Pembuangan sisa karies dan pembukaan kavitas menggunakan round bur. Buang
email yang tidak didukung dentin menggunakan tapered bur.
b. Preparasi pada bagian oklusal dilakukan seperti pada klas I, kedalaman preparasi
minimal 1 mm. Pembuatan bevel seperti pada kelas I
c. Kedalaman preparasi pada gingival floor sampai dibawah servikal. Bentuk bevel pada
gingival floor berupa short bevel menggunakan bur tapered, perluasan ke buko-lingual/
buko-palatal minimal 2 mm.
d. Line angle ditumpulkan dengan tapered bur.
3. Tahap restorasi:
a. Aplikasi matrix band dan matriks holder serta wedge pada area proksimal kavitas
102
b. Aplikasi GIC sebagai basis.
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Aplikasi asam poliakrilat 25 % (dentin
conditioner) pada dentin selama 10 detik, kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan.
GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan instrument plastis
dan semen stopper. GIC langsung diaplikasikan secukupnya ke gingival floor dan
axial floor dibentuk sebagai basis (Open sandwich).
c. Etsa dan bonding
Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-
dinding kavitas (dentin dan email) dietsa pada tepi email dengan menggunakan
kapas kecil (cotton pellet) atau aplikator khusus (microbrush), didiamkan 15 detik
pada email dan 10 detik pada dentin yang telah terpreparasi, kemudian dibilas
sampai bersih dengan semprotan air. Permukaan kavitas dikondisikan moist/
lembab dengan mengoleskan kavitas dengan kapas kecil yang dibasahi aquades
steril yang telah diperas kering.
Bahan bonding diaplikasikan pada kavitas dengan menggunakan microbrush,
biarkan selama 10 detik. Kemudian kavitas dikeringkan dengan menggunakan
semprotan udara ringan, tetapi tip semprotan tidak langsung masuk kedalam
kavitas, melainkan hanya diatas kavitas selama 1 sampai 2 detik. Kemudian
dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus bidang
preparasi dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).
d. Aplikasi Resin Komposit
Tube syringe resin komposit diputar sampai bahan menonjol dari ujung tube sekitar
1 mm. Plastis instrumen diletakkan sejajar dengan tepi tube, kemudian plastis
instrumen memotong resin komposit. Resin komposit yang sudah terambil dari tube
tidak boleh tersentuh oleh tangan dan langsung diletakkan pada kavitas
menggunakan plastis instrumen.
Aplikasi resin komposit pada kavitas klas II dilakukan dengan teknik incremental /
layering. Ketebalan tiap lapisan resin komposit maksimal 2 mm. Jeda tiap aplikasi
per lapisan tidak lebih dari 5 – 10 menit.
Resin komposit dimasukkan ke dalam kavitas untuk membentuk dinding kavitas
terlebih dahulu, kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Resin komposit kemudian diaplikasikan pertonjol dan dilakukan penyinaran
perlapisan selama 20 detik.
103
e. Finishing dan polishing
Buang kelebihan komposit dan pembentukan anatomi gigi dengan
menggunakan superfine diamond bur (bur pita kuning) bentuk buah pir, taper, atau
flame dan enhance point/cup. Pada area interproksimal difinishing menggunakan
finishing disc dan finishing & polishing strip. Pemolesan dengan memakai pogo bur
bentuk point.
104
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 4
105
RESTORASI RESIN KOMPOSIT
PADA KAVITAS KLAS I
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN
106
TAHAPAN PEKERJAAN
1. Membuat outline kavitas klas I. Buat simulasi karies dengan menggunakan pulpen
berwarna hitam, pada area pit dan fissure di oklusal gigi.
2. Preparasi kavitas
a. preparasi kavitas pada area karies menggunakan round bur. Area email yang tidak
didukung dentin dibuang dengan tapered bur. Kedalaman preparasi 0,2 – 0,8 mm
a. Bevel. Dilakukan pembentukan partial bevel pada email pada cavosurface sebagai
tahap akhir preparasi. Bevel dibuat dengan menggunakan tapered bur dengan sudut
kemiringan 45 derajat terhadap permukaan gigi bagian luar sehingga membentuk
bevel knife edge. Bevel hanya dibuat pada tepi cavosurface yang prisma emailnya
belum terpotong.
107
dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus bidang preparasi
dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).
c. Aplikasi resin komposit
Tube syringe resin komposit diputar sampai bahan menonjol dari ujung tube sekitar 1
mm. Plastis instrumen diletakkan sejajar dengan tepi tube, kemudian plastis instrumen
memotong resin komposit. Resin komposit yang sudah terambil dari tube tidak boleh
tersentuh oleh tangan dan langsung diletakkan pada kavitas menggunakan plastis
instrumen. Aplikasi resin komposit pada kavitas klas I dilakukan dengan teknik
incremental / layering dengan cara aplikasi pertonjol. Ketebalan tiap lapisan resin
komposit maksimal 2 mm. Jeda tiap aplikasi per lapisan tidak lebih dari 5 – 10 menit.
Kondensasikan resin komposit didalam kavitas menggunakan kondensor. Lapisan
terakhir dibentuk menggunakan plastis instrumen dan kondensor.
4. Pemolesan komposit.
Buang kelebihan komposit dan pembentukan anatomi gigi dengan menggunakan
superfine diamond bur (bur pita kuning) bentuk buah pir, taper, atau flame. Pemolesan
dengan memakai pogo bur bentuk point dan cup.
108