Anda di halaman 1dari 108

Edisi 1

BUKU PETUNJUK SKIILS LAB

MODUL 4.1
Risk Assessment & Operative dentistry 1

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Islam sultan agung

BUKU PETUNJUK SKIILS LAB

MODUL 4.1
Risk Assessment & Operative dentistry 1

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung


Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM
Telepon. (024) 6583584 ext. 592
Facsimile: (024) 6582455

1
Modul 4.1

Buku Skills Lab

Copyright @ by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University.


Printed in
Semarang
Frist printed: Februari 2018
Designed by: team Blok
Cover Designed by: team Blok
Published by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission
in any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise

2
SKILL LAB MODUL 4.1

TIM MODUL:
Drg. Andina Rizkia P K Sp.KG
Drg. Moh. Yusuf, Sp.Rad.O.M

REVIEWER
Drg.Rahmawati S P, M.Med.Ed

TUTOR MODUL:
1. SGD 1 : drg, Muthia
2. SGD 2 : drg. Ken Sekar L
3. SGD 3 : drg. Linda
4. SGD 4 : drg.Erdianto
5. SGD 5 : drg. Eko
6. SGD 6 : drg.Putri
7. SGD 7 : drg.Rina
8. SGD 8 : drg. Rama P

KONTRIBUTOR
1. Bagian Konservasi Gigi
2. Bagian Biomaterial Kedokteran Gigi
3. Bagian Radiologi Kedokteran Gigi

3
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rob


seluruh alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat
menyelesaikan Risk Assessment & Operative dentistry 1. Sholawat dan salam
kepada rasulullah Muhammad sholallahu alaihi wa salam beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Buku petunjuk skills lab ini disusun dengan maksud memberikan tuntunan
kepada mahasiswa dalam melaksakan skills lab pada modul 4.1 ini. Mahasiswa
diharapkan telah memahami dasar-dasar teori sebelum memulai skills lab.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini.
Oleh karena itu, saran-saran baik dari tutor maupun dari mahasiswa akan kami terima
dengan terbuka.
Semoga buku ini dapat bermanfaat, dan membantu siapa saja yang
membutuhkannya.

Jazakumullhahi khoiron.

Tim Penyusun Modul

4
TATA TERTIB SKILLS LAB DAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa harus hadir di ruang skill lab/praktikum pada waktu yang telah
ditentukan dengan batas toleransi keterlambatan maksimal 20 menit.
2. Mahasiswa WAJIB berpakaian dan bersepatu rapi serta memakai jas
praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seizin
pembimbing.
4. Mahasiswa yang tidak hadir harus izin pada pembimbing.
5. Sebelum skills lab/ praktikum dilakukan, mahasiswa WAJIB membaca petunjuk
praktikum.
6. Setiap praktikum/skills lab harus membawa kain bersih (putih) +/- ukuran 40 x
40 cm yang akan digunakan untuk alas pada meja praktikum.
7. Selama skills lab berlangsung, mahasiswa WAJIB menjaga kebersihan dan
ketenangan ruangan.
8. Mahasiswa wajib menjaga peralatan yang disediakan
9. Kerusakan / kehilangan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada petugas.
Bila tidak dilaporkan, kemudian diketahui oleh petugas/pembimbing,
mahasiswa yang bersangkutan akan menerima sanksi tambahan.
10. Sebelum bekerja menggunakan alat-alat, wajib mempelajari terlebih dahulu
serta mengerti cara penggunaannya
TATA TERTIB PERMINTAAN BAHAN DAN PEMINJAMAN ALAT
1. Permintaan bahan praktikum dilakukan maksimal 2 kali aplikasi/permintaan,
jika lebih dari itu maka mahasiswa WAJIB menyediakan sendiri.
2. Bahan dapat diambil pada petugas.
3. Mahasiswa harus menulis nota peminjaman alat yang dibutuhkan dan
mengambilnya pada petugas yang telah ditunjuk. Jika mengembalikan harus
tanda tangan pada nota pengembalian. Setiap peminjaman dan pengembalian
alat, dilakukan pengecekan alat oleh petugas dan disaksikan mahasiswa.
4. Selama pemakaian / praktikum, alat menjadi tanggung jawab mahasiswa
sepenuhnya, apabila terdapat kerusakan atau kehilangan maka mahasiwa
WAJIB menghadap Kepala Laboratrium dan MENGGANTI alat yang
hilang/rusak.

SANKSI
Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib diatas akan diberikan sanksi akademik
sesuai dengan jenis pelanggarannya.

BOBOT NILAI SKILL LAB


Selama kegiatan ketrampilan medik harian, mahasiswa akan dinilai
penguasaan tekhniknya (sistematis dan lege artis). Hasil penilaian harian
ketrampilan medik akan dipakai sebagai syarat untuk mengikuti ujian OSCE yang
pelaksanaannya akan dilaksanakan pada akhir semester.
Kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak
lulus pada station tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai skill belum
dapat dikeluarkan sebelum mahasiswa lulus skill tersebut.

Ketentuan bagi mahasiswa :


1. Bobot nilai Skill Lab
a. Nilai skills lab harian 50% dari nilai akhir skill lab

5
b. Nilai ujian OSCE 50% dari total nilai akhir skill lab
2. Mahasiswa dapat mengikuti ujian OSCE setelah menyelesaikan administrasi.
3. Apabila mahasiswa berhalangan hadir pada kegiatan Skills Lab dikarenakan:
a. Menjadi delegasi atau utuan mewakili institusi dalam sebuah acara
dengan menunjukkan Surat Tugas dari Fakultas
b. Rawat inap di rumah sakit dengan menunjukkan Surat Keterangan
Rawat Inap
c. Melaksanakan ibadah Umroh/Haji dengan menunjukkan surat
keterangan peserta Umroh/haji dari biro yang digunakan serta
menunjukkan copy paspor setelah pelaksanaan ibadah umroh/haji
d. Duka cita dengan menunjukkan copy surat keterangan Kematian dari
RT/RW setempat Maka mahasiswa diberikan penggantian kegiatan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Prosedur penggantian KBM


Pengajuan permohonan penggantian dilakukan maksimal 1 minggu setelah
ketidakhadiran dengan regulasi.

DAFTAR PRAKTIKUM DAN SKILL LAB MODUL 4.1

LBM Materi Skills lab Departemen Durasi


(menit)
1 Caries risk assesment (Clinical Reasoning KG 1 x 170
Skill) (Praktikum)
Ergonomi, pengenalan dental unit dan KG 1 x 170
armamentarium dental unit

Pemeriksaan Intraoral, Rekam medis, indeks KG 1 x 170


DMF-T
2 Isolasi menggunakan rubber dam KG 1 X 170
Prosedur restorasi Kelas II Resin Komposit KG 1 x 170
Radiografi pulpitis, kelainan pulpa dan KG 1 x 170
material restorasi
3 Restorasi dengan resin komposit Klas IV KG 1 x 170
Restorasi klas III dengan RMGIC dan klas V KG 1 x 170
dengan GIC
4 Restorasi klas I Resin Komposit KG 1 x 170
Restorasi kelas II dengan open sandwich KG 1 x 170

6
PETUNJUK SKILLAB DAN
PRAKTIKUM

LBM 1

CARIES RISK ASSESMENT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
7
SASARAN BELAJAR:
1. Mahasiswa mampu melakukan dan mengevaluasi resiko karies dan perwatan
yang akan dilakukan
2. Mahasiswa mampu mensimulasikan penilaian resiko karies

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN MAHASISWA


Mahasiswa Kampus
1. Laptop 1. LCD
2. Kabel penghubung
2. Kertas
3. kertas tabel

KEMAMPUAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Mampu melakukan dan evaluasi resiko karies
2. mampu mensimulasikan penilaian resiko karies

TAHAPAN KETERAMPILAN
1. membaca materi
2. membagi kelompok skill menjadi 4-5 kelompok dengan anggota kelompok 2
orang
3. memilih form yang sesuai
4. melakukan penilaian CRA sesuai rubrik form yang dipilih
5. melakukan kesimpulan hasil CRA
6. melakukan telaah jurnal

TUGAS UNTUK MAHASISWA

1. membuat laporan hasil penilaian


2. membuat presentasi telaah jurnal

Referensi :
1. Garg, N., Garg, A., 2013, Text Book of Operative Dentistry, 2nd ed., New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher
2. Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC
3. Riset Kesehatan Dasar, 2007, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
2007, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik
Indonesia

8
Caries Risk Assessment (CRA) – American Dental Association
Dasar teori
Formulir penilaian risiko karies American Dental Association (ADA) digunakan sebagai
alat bantu dokter gigi dalam menilai risiko individu terhadap terjadinya karies.

Terdapat 2 formulir :
1. formulir penilaian risiko karies untuk usia 0-6 tahun dan
2. formulir penilaian karies untuk usia di atas 6 tahun.
- Formulir penilaian risiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor yang mudah
diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin.
- Bagian ‘Contributing Conditions’ dan ‘General Health Conditions’ dalam form ini dapat
dilengkapi oleh anggota dental team, sedangkan bagian ‘Clinical Conditions’ harus
ditentukan sendiri oleh dokter gigi.

Warna yang digunakan dalam formulir ini mengindikasikan tingkat risiko,


1. hijau untuk mengindikasikan risiko dengan tingkat rendah,
2. kuning untuk tingkat sedang, dan
3. merah untuk tingkat tinggi. Untuk masing-masing faktor risiko diisi dengan cara
melingkari atau memberikan tanda checklist sesuai dengan kolom tingkat
risiko.

Selain itu, terdapat beberapa informasi tambahan terkait dengan faktor risiko
spesifik, diantaranya:
1. Paparan fluorida
2. Makanan dan minuman yang mengandung gula
3. Pasien dengan kebutuhan khusus
4. Medikasi yang dapat menurunkan curah saliva

9
Tabel 1. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia 0-6 Tahun

10
Tabel 2. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia di Atas 6 Tahun

11
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 1

ERGONOMI, PENGENALAN DENTAL


UNIT DAN ARMAMENTARIUM
DENTAL UNIT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

12
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan posisi ergonomi dalam
operative dentistry
2. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan dental unit, komponen,
fungsi dan cara kerja
3. Mahasiswa mampu Mengetahui dan mensimulasikan armamentarium alat
restorasi gigi sesuai fungsi dan indikasi penggunaan:
a. alat diagnostik,
b. rotary cutting instrument (karakteristik desain, dental bur, diamond abrasive
instrument, matrix kit,
c. macam hand instrumen untuk aplikasi material restorasi (plastis instrumen,
ball aplicator, condensor, burnisher, carver, dll)
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN MAHASISWA
Mahasiswa Kampus
1. High speed 1.
2. Low speed 2. Model gigi phantom peng
3. Diangnostik set (sonde, kaca 3. Handscone
mulut, excavator, pinset dental) 4. masker
4. rotary cutting instrument 5. Kapas

a. dental bur round, fissure,


tappered, inverted, Pear-
shape bur
b. diamond abrasive
instrument
c. matrix kit
5. plastis instrumen
6. ball aplicator
7. condensor
8. burnisher
9. carver
10. Bengkok
11. Semen spatula
12. Agate Spatula
13. Pistol Amalgam

13
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1 Pre tes
2 Tahap ketrampilan ergomi
3 Tahap ketrampilan Alat

TAHAPAN KETRAMPILAN
Ergonomi
Adalah hubungan antara tenaga medis dan lingkungan kerja yaitu adaptasi dari
mesin dan seluruh kondisi yang sesuai bagi suatu individu agar bisa bekerja secara
efisien.

Zona Area Kerja


 Zona Operator  pukul 7 sampai pukul 12
 Zona Asisten  pukul 2 sampai pukul 4
 Zona Static  pukul 12 sampai pukul 2
 Zona Transfer pukul 4 sampai pukul 7

Posisi Operator
 Posisi pukul 7
o Area untuk bekerja: gigi mandubular anterior dan posterior, gigi maksila
anterior
o Untuk meningkatkan kemudahan dan visibilitas, kepala pasien menghadap
ke operator

14
 Posisi pukul 9
o Area bekerja untuk:
 Permukaan facial gigi posterior kanan maksila
 Permukaan facial gigi posterior kanan mandibula
 Permukaan oklusal gigi posterior kanan mandibula
 Posisi pukul 11
o Posisi ini dokter gigi duduk sedikit dibelakang kanan pasien dan lengan kiri
diposisikan disekitar kepala pasien.
o Sebagian besar daerah mulut dapat diakses baik dengan penglihatan
langsung maupun tidak langsung.
o Area kerja meliputi: permukaan palatal dan incisal/ oklusal dari gigi maksila
o Gigi mandibula (penglihatan direct)
 Posisi pukul 12
o Dokter gigi duduk dibelakang pasien dan melihat kebawat diatas kepala
pasien selama prosedur.
o Area Kerja: permukaan lingual dari gigi mandibula.
o Posisi ini memiliki aplikasi terbatas.

Penglihatan Operator
1. Secara Langsung
 Dilakukan jika penglihatan tegak lurus dengan permukaan gigi.
 Kaca mulut hanya menyibak pipi atau bibir berada pada tangan kiri,
handpiece berada pada tangan kanan.

2. Dengan menggunakan Kaca Mulut

15
 Posisi kaca mulut sebisa mungkin tegak lurus terhadap gigi
 Pembesaran dengan kaca mulut pada area kerja memberikan
keuntungan pada lapang pandang.
 Kaca mulut berada ditangan kiri dan handpiece berada ditangan kanan

Pengaturan duduk operator dan asisten


 Dokter gigi duduk ditengah bantalan bukan pada tepi kursi operator
 Dokter gigi harus duduk sedemikian rupa sehingga:
o Duduk dengan posisi tegak dan punggung bersandar pada kursi operator
o Paha sejajar lantai
o Kaki tungkai bawah tegak lurus dengan lantai

 Bila pasien diposisikan dengan benar, maka mata dokter gigi harus 35 cm- 40 cm
dari kepala pasien

16
 Jika kursi diposisikan terlalu tinggi akan memotong supply darah ke kaki akibatnya
terjadi kelelahan dan stres
 Asisten duduk sedekat mungkin dibelakang kursi pasien
 Tinggi bangku asisten 10 cm-15 cm diatas mata dokter gigi (eye level)
 Asisten duduk dengan posisi tegak dengan kaki diletakkan pada sandarakaki pada
kursi

Posisi Pasien
 Pasien diposisi supine pada dental unit agar operator lebih mudah untuk fokus
pada daerah kerja dalam posisi duduk.
 Kursi pasien sejajar dengan siku operator
 Posisi untuk RA anterior dan posterior serta RB gigi anterior

 Untuk gigi bawah posterior pasien 45 derajat


 Posisi dokter gigi pada pukul 11
 Penglihatan dokter gigi tegak lurus dengan permukaan gigi posterior
 Posisi ini lebih efektif untuk oklusal gigi mandibula

17
Four- handed dentistry
 Four- handed dentistry akan berhasil jika usaha tim baik. Tim ini terdiri dari
dokter gigi dan perawat gigi. Namun tidak jarang terdapat 2 perawat gigi.
 Prispsinya dokter gigi dapat bekerja secara efisien, sesuai prinsip ergonomi.
Namun prinsip dasarnya:
o Rationalisation dan standardisation  standar rasional terhadap tehnik
dan peralatan yang digunakan oleh operator dan perawat pada setiap
jenis perawatan
Misalkan operator berbicara ingin menambal kelas II komposit berarti
perawat harus mengetahui urutan tehnik yang akan dilakukan dan
menyiapkan peralatan standar untuk menambal kelas II komposit.
o Delegation beberapa step tindakan bisa didelegasikan kepada
perawat jika tenaga tersebut memiliki kualifikasi dan mampu memalukan
hal tersebut
Misal dalam menyiapkan spuit anastesi, dan manipulasi semen
o Anticipation setiap operator memiliki cara individual yang berbeda-
beda perawat harus memahami apa yang harus disiapkan saat
perawatan.
o Safety  safety disini baik untuk pasien maupun dokter gigi.
Pasien dengan posisi terlentang beresiko lebih besar menelan
peralatan kedokteran gigi terutama pada saat perawatan

18
endodontik. Perawatan yang memiliki resiko tinggi diwajibkan
menggunakan rubber dam untuk memproteksi jalan nafas pasien.
Jika ada pengumpulan cairan pada posterior segera di suction agar
tidak menganggu jalan nafas.
Untuk operator disarankan untuk menggunakan kaca mata agar
material biologis pasien (air ludah, darah, dll) atau material
kedokteran gigi tidak mengenai mata.
o Methods  zona transfer alat atau material kedokteran gigi dari perawat
ke operator dilakukan dibawah dagu.
 Pada saat transfer alat atau material perawat menyerahkan ke
pada dokter gigi pada posisi siap pakai. (correct grasp)

PENGENALAN ALAT- ALAT


1. Kaca mulut

a) Untuk melihat bagian-bagian mulut dan gigi yang tidak dapat dilihat langsung
dengan mata
b) Untuk menahan lidah
c) Untuk menyisihkan mukosa pipi

19
2. Pinset

Pinset dental: Untuk mengambil kapas dan lain-lain

3. Sonde
a) Untuk mengidentifikasi dalamnya karies/kavitas
b) Untuk mengidentifikasi karies di bagian interdental
c) Untuk mengidentifikasi retensi kavitas

Sonde half moon

20
Sonde lurus/ sonde endodontik

4. Eskavator (Excavator)
a) Untuk membersihkan/mengeruk jaringan karies
b) Untuk membentuk bagian dalam kavitas

5. Straight handpiece dan contra angle handpiece : Untuk memasang bur yang
dihubungkan dengan selang dental unit

21
6. Bur

 Round bur: bur yang pertamakali digunakan untuk membersihkan kavitas.


 Fissure bur: bur yang digunakan untuk melebarkan kavitas
 Inverted cone bur: disarankan untuk melakukan preparasi kavitas klas I
 Tapered fissure bur: diindikasikan untuk melakukan preparasi pada gigi dengan
restorasi indirek
 Pear shape bur: digunakan untuk preparasi dengan tumpatan logam mulia, pear
shape yang lebih panjang bisa digunakan untuk preparasi dengan tumpatan
amalgam
 Bur untuk preparasi amalgam klas I dan klas II outline form, yaitu bur No. 245
yang memiliki panjang bur 3 mm dan diameter tip 0,8 atau bur no 330. Bur 245
memiliki bentuk long inverted cone, dengan bentuk sedikit konvergen kearah

22
shank (sehingga membentuk konvergensi oklusal pada dinding preparasi,
menghasilkan retention form yang baik pada preparasi amalgam). Tepi bur
membulat, sehingga akan membentuk internal line angle yang membulat yang
lebih resisten terhadap fraktur akibat tekanan oklusal.

7. Plat gelas (Glass plate) ; Untuk mencampur semen


8. Spatula : Digunakan bersama plat gelas untuk mengaduk semen.

9. Semprot udara (air- water syringe)


a) Untuk menghembuskan sisa-sisa kotoran yang masih ada dalam kavitas
b) Untuk mengeringkan kavitas
c) Untuk membersihkan kavitas

10. Pistol amalgam / amalgam carrier ; Untuk memasukkan amalgam ke dalam


kavitas

23
11. Pemadat amalgam (amalgam condenser)
a) Untuk menekan amalgam di dalam kavitas supaya dapat mencapai segala
sisi
b) Untuk memadatkan amalgam

12. Alat gosok (burnisher) ; Untuk meratakan amalgam yang masih plastis supaya
diperoleh hubungan tepi yang baik

13. Alat ukir (carver) ; Untuk membentuk tumpatan sesuai anatomi gigi

14. Alat-alat penghalus dan pemoles (finishing dan polishing instrument), terdiri atas:
a) Carborondum stone untuk meratakan tumpatan dan hubungan tepinya
b) Rubber point bur

24
c) disc bur

d) finishing diamond bur

e) Silicone Rubber Bur digunakan untuk polishing tumpatan komposit

f) Arkansas Stone bur  digunakan untuk polishing tumpatan GIC

25
15. Matriks
Untuk tumpatan amalgam Kelas II. Alat ini terdiri atas pita matriks (matrix band)
dan pemegang pita matriks (matrix holder)

Fungsi utama dari matriks adalah untuk mengembalikan kontur anatomi dan area
kontak.
Kualitas dari matriks yang baik meliputi:
1. kekakuan,
2. pembentukan kontur anatomi yang tepat,
3. restorasi yang benar dari kontak proksimal,
4. pencegahan kelebihan restorasi pada gingiva,
5. kemudahan dalam aplikasi
6. kemudahan dalam penghapusan restorasi

Pemasangan wedge dilakukan setelah matriks dengan Masukkan wedge dari


embrasure lingual atau bukal

26
16. Plastis instrument

Cara Memegang Alat


Cara memegang alat harus diperhatikan sebab bila kita sudah mempunyai kebiasaan
yang salah pada waktu memegang laat, maka kita tidak akan dapat bekerja
denganbaik dan cepat merasa lelah. Cara memegang alat :
1. Cara pegang pena (pen grasp)
Alat dipegang antara ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Pada pen grasp tekanan
pada jari tengah, sedangkan pada waktu memegang pena tekanan pada jari
telunjuk.

27
2. Cara pegang pena terbalik (inverted pen grasp/reverse pen grasp)
Cara memegang alat sama dengan pen grasp, hanya posisi alat kebalikan dari pen
grasp (Dipergunakan untuk gigi-gigi atas)

3. Cara pegang dengan telapak tangan dan ibu jari (palm and thumb grasp)
Pegangan terletak pada telapak tangan dan digenggam oleh keempat jari, ibu jari
ditekankan pada permukaan sebelahnya atau pada elemen yang dikerjakan.

28
SOP PENGGUNAAN DENTAL UNIT
Tahap persiapan:

1. Hidupkan dental unit dengan menekan tombol power on/off


2. Posisikan dental unit pada posisi rest position
3. Hidupkan kompresor dengan menekan tombol on/off di kotak saklar kompressor sesuai
dengan nonor dental unit.
4. Hidupkan fan di ruang kompresor dengan menekan tombol on/off dikotak saklar
kompressor
5. Posisikan saliva ejector, hole kontra angle tepat pada tempatnya untuk menghindari angin
terbuang
6. Cek isi air dalam tabung, jika hampir habis isi kembali dengan air aqua (jangan air ledeng)

Tahap operasional

1. Atur posisi dental unit se-ergonomis mungkin sesuai tindakan yang akan dilakukan
2. Hidupkan lampu dengan cara menekan tombol on/off dibelakang lampu. Atur posisi lampu
sesuai dengan posisi rongga mulut pasien dan pergunakan lampu seperlunya saja.
3. Isi gelas kumur dengan menekan tombol bowll tempat kumur
4. Pada perawatan konservasi gigi: selalu gunakan mata bur yang tajam, jangan sekali-kali
menjatuhkan contra angle ke lantai dan lakukan pelumasan setelah selesai menggunakan
contra angle dengan oil di lubang yang besar.

29
5. Pada perawatan periodonsia: sebelum scaling selalu menggunakan pelunak karang gigi,
penggunaan scaler dengan posisi menyayat dan selalu menggunakan air untuk mencegah
panas.

Tahap akhir

1. Setelah selesai penggunaan, naikkan dental unit sampai maksimal, buka kran air pada bowl
selama 2 menit, untuk membuang kotoran yang mengendap dipipa
2. Turunkan dental unit semaksimal mungkin.
3. Matikan kompressor dengan menekan tombol on/off di kotak saklar kompressor sesuai
dengan nonor dental unit.
4. Tarik suction untuk mengeluarkan angin dari kompressor.
5. JANGAN MEMATIKAN KOMPRESSOR SAAT KOMPRESSOR MASIH
MENYALA.

30
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 1

PEMERIKSAAN INTRAORAL,
PENGISIAN REKAM MEDIS, dan
INDEKS DMF-T

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
31
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu Melakukan pemeriksaan objektif intra oral dan pengisian rekam medis
odontogram
2. Mahasiswa mampu Melakukan pemeriksaan objektif intra oral dan pengisian rekam medis
indeks DMF-T
3. Mahasiswa mampu Melakukan pemeriksaan objektif intra oral dan pengisian rekam medis
OHI-S

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Diangnostik set (sonde, kaca mulut, 1. Lembar odontogram, DMFT
excavator, pinset dental) 2. Kapas
2. Bengkok 3. Chlor ethyl
4. Handscone
5. masker

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre tes
2. Melakukan pemeriksaan objektif intra oral dan pengisian rekam medis odontogram
3. Melakukan pemeriksaan objektif intra oral dan pengisian rekam medis indeks DMF-T

32
TAHAP KETRAMPILAN
Diagnosis adalah Seni dalam menentukan suatu penyakit berdasarkan tanda
dan gejalanya. Gejala berupa: pemeriksaan subjektif (Anamnesa, sacred seven) dan
tanda berupa pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang.

Cara menulis diangnosis :

klasifikasi kedalaman kavitas + klasifikasi kavitas (GV Black) +


penyakit jar. Pulpa + penyakit jar. periapikal

1. Pemeriksaan subjektif

Adalah pandangan operator ( dokter gigi) terhadap gejala klinis yang dialami oleh
pasien dan dicatat dalam rekam medis.

2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif terdapat 2 tes yaitu tes diagnosis dan tes untuk keadaan
sulit.
1) Tes Diagnosis:
a. Visual
 Lokasi, kedalaman & perluasan karies: Oklusal/ bukal/ palatal/
oklusolingual/ insisomesial, dll
 Warna :
Arrested : hitam, white spot : putih, karies aktif : random.

33
 Syarat :
1) Gigi dalam kondisi bersih dari debris, plak & kalkulus
2) Dalam kondisi kering  analisis kedalaman penetrasi lesi
3) White spot pada kondisi kering  ½ kedalaman enamel
4) White spot/brown spot kondisi basah  demineralisasi pd dentin

b. Sondasi/ eksplorasi
 Fungsinya: untuk mengetahui jika kavitas sudah mencapai dentin atau
tidak
 Sondasi hanya dilakukan pada kavitas yang hampir/ sudah mencapai
dentin. Jika kavitas sudah mencapai pulpa atau akar tidak dilakukan
sondasi.
 Alat : eksplorer (sonde)
 Cara : sonde half moon digesekkan tanpa tekanan pada kavitas.jika
positif= ada respon, negatif= tidak ada respon

c. Perkusi
 Adalah pemeriksaan rangsangan mekanis yang dilakukan dengan
ketukan ringan (ujung jari atau ujung instrument) untuk menentukan
ada/ tidaknya kelainan pada jaringan periodontal
 Cara:
o Dimulai pada gigi tetangga yang sehat

34
o Dimulai dengan ujung jari kemudian dengan ujung instrument
(kasus akut), atau langsung dengan ujung instrument (kasus
kronis)
o Arah vertikal pada daerah incisal/ oklusal gigi

o Arah horizontal pada daerah bukal/ lingual gigi

o Positif = linu  ada kelainan jaringan periodontal


o Negatif = tidak ada linu  tidak ada kelainan jar periodontal

d. Palpasi
 Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi lesi pada gingiva
dengan perabaan/ tekanan ringan untuk mengetahui
o Ada tidaknya pembengkakan
o Ada tidaknya rasa sakit pada daerah palpasi
o Perluasan lesi
o Konsistensi lesi= keras /lunak/ fluktuasi
 Cara: tekan perlahan pada area mukobukal gigi
 Positif = sakit  ada perluasan lesi sampai melewati korteks tulang
 Negatif = tidak sakit  lesi masih blm melewati korteks tulang

35
e. Tes mobilitas
 Untuk mengetahui derajat kegoyangan gigi sehingga dapat
mendeteksi ada atau tidaknya kerusakan alveolar
 Derajat kegoyangan gigi menurut grossman:
o Derajat I: penderita merasakan kegoyangan gigi namun
operator belum melihat kegoyangan gigi tersebut
o Derajat II: kegoyangan gigi ± 1mm dari soket
o Derajat II: kegoyangan lebih dari 1mm dan dapat digerakan
dalam arah vertikal
 Cara: dengan menggunakan 2 ujung instrument yang digerakkan

f. Tes vitalitas
 Untuk mendeteksi kondisi pulpa dengan menggunakan :
o Termal panas  merangsang saraf sensoris sehingga terjadi
ekspansi pulpa

36
 Dengan menggunakan guttap perca panas atau
instrument panas
o Thermal dingin  merangsang saraf sensoris sehingga terjadi
kontraksi pulpa
 Caranya:
 Gigi dikeringkan dari saliva dengan menggunakan catton
pellet atau airway syiring
 Kemudian menggunakan kapas+ chloretyl
 Ditempelkan di servikal gigi

o Tes kavitas
 Dengan melakukan pengeburan pada kavitas karies
dengen menggunakan high speed bur dan adekuat air
 Pasien akan merasakan ngilu jika gigi tersebut masih
vital.

37
o electronic pulp test (EPT)

Cara penggunaan EPT :


 Baca petunjuk pabrik
 Keringkan gigi
 Isolasi dan ulasi bagian bukal gigi yang akan diperiksa
dengan gel/ konduktor (pasta gigi)
 Pengatur arus diset pada angka 0
 Ujung EPT dilekatkan pada servikal gigi

 Jangan sentuhkan EPT pada gingival atau restorasi


metal
 Naikkan pengatur arus bertahap sampai timbul respon
 Catat pada skala berapa timbul respon, lakukan2x
 Positif = ada rasa linu  vital
 Negatif = tidak ada rasa linu  non vital

38
2) Tes untuk keadaan sulit
a) Transiluminasi (Fiber Optic Transillumination (FOTI))
 Pemeriksaan menggunakan sinar fiberoptic sebagai sumber cahaya
untuk mengetahui ada atau tidaknya garis fraktur, membantu dalam
penentuan letak karies dan perluasan karies sebagai pengganti
radiograf
 Kekurangan: tidak bisa digunakan untuk mendeteksi karies awal
 Prinsip kerja: perbedaan pantulan dan serapan cahaya antara gigi
sehat dan gigi dengan karies
 Cara :
o Gigi dibersihkan dari debris
o Sinar fiberoptic diarahkan pada gigi diperiksa, kemudian
diamati
o Cahaya menembus struktur jaringan bila
 Jaringan sehat berwarna jernih kemerahan
 Jaringan patologik berwarna keruh/ gelap

 Fraktur cahaya tidak dapat melewati garis fraktur

39
Sisa restorasi

b) Tes anastesi
 Tujuannya mendapatkan sumber sakit bila tidak dapat ditemukan
dengan cara lain.
 Caranya:
o Lakukan anastesi infiltrasi jika gigi RA dimulai yang lebih
anterior
o Lakukan anastesi blok jika gigi RB
o Gigi sebagai sumber sakit akan berhenti sakitnya setelah
dilakukan anastesi

c) Tes gigit (bite test)


 Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gigi yang retak
dengan memisahkan segmen gigi yang retak dan gigi nekrosis
pulpa yang meluas ke ruang ligamen periodontal
 Caranya:
o Ujung instrument dililit dengan kasa/ kapas atau dengan
menggunakan apllicator stik

40
o Segmen gigi yang fraktur akan bergerak terpisah dan timbul
rasa sakit

d) Pewarnaan (staining)
Test pewarnaan untuk mengisolasi gigi yang fraktur
o Caranya: gigi harus bebas tumpatan
 Larutan 2% iodine atau methylene blue
 Gigi dikeringkan
 Gigi diulasi larutan 2% iodine atau methylene blue pada
kavitas
 Gigi yang mengalami fraktur menjadi lebih gelap
 Zinc okside dan eugenol
 Gigi dikeringkan
 Campur zink okside dan eugenol
 Masukkan kedalam kavitas
 ZOE akan meresap dan memperlihatkan garis fraktur
 Disklosing tablet
 Pasien diminta untuk mengunyah disclosing tablet
 Kemudian periksa gigi
 Garis fraktur akan terlihat

41
e) Gutta percapoint tracing dengan radiograf
 Untuk mendiagnosis antara lesi periodontal atau endodontik
 Caranya:
o Gigi dikeringkan
o Tempatkan guttap point ke dalam fistula
o Lakukan rontgen periapikal kearah akar gigi yang dicurigai
penyebab fistula

ODONTOGRAM
adalah suatu gambar peta mengenai keadaan gigi di dalam mulut yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Rekam Medik Kedokteran Gigi.
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui keadaan gigi geligi sesorang
Tujuan Khusus :
1. Memberikan gambaran umum keadaan gigi dan mulut pasien.
2. Merupakan dokumen legal yang dapat melindungi dokter gigi maupun pasien.
3. Sebagai resume keadaan gigi dan mulut pasien baik untuk kepentingan pasien
maupun rujukan.
4. Sebagai dasar perencanaan perawatan/kebutuhan alat/ bahan kedokteran gigi
melalui perhitungan DMF/T
5. Sebagai bahan penelitian.
6. Sebagai sarana identifikasi.

42
Pengisian Odontogram
 Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien dilakukan dan
dicatat pada kunjungan pertama atau kesempatan pertama sehingga
memberikan gambaran keadaan secara keseluruhan
• Selama perawatan belum mencapai restorasi tetap, tidak perlu dilakukan
perbaikan odontogram.
• Setelah perawatan mencapai restorasi tetap, dapat dilakukan koreksi pada
gambar odontogram yang ada, dan diberikan paraf dan tanggal perubahan.
• Jika koreksi dinilai sudah terlalu banyak, dapat dibuat odontogram baru.
Odontogram lama tetap dilampirkan sebanyak 2 odontogram yang lama.
• Jika kunjungan pasien terakhir kali sudah lebih dari satu tahun, dibuatkan
odontogram baru.

Daftar Singkatan dan Simbol- Simbol pada Odontogram


Ketentuan Umum
1. Penulisan menggunakan FDI (Federation on Dentaire Internationale)
Numbering System.
2. Permukaan/Lokasi /posisi caries atau tambalan wajib di isi : MODVL
M = Mesial, O = Occusal, D = Distal, V = Vestibular, L = Lingual
3. Restorasi gigi, digunakan warna hitam-putih.
4. Restorasi yang mempunyai warna sama dengan gigi, digunakan tanda arsir,
dan dijelaskan pada tabel.
5. Restorasi logam atau amalgam, digunakan warna hitam penuh.
6. Inlay digambarkan sama dengan tambalan, namun dirinci pada tabel

43
Ketentuan Khusus
1. Singkatan permukaan/Lokasi/posisi caries atau tambalan ditulis dengan huruf
kapital/besar, di depan singkatan yang lain. Misal : O car (Occlusal caries); MO
amf (Mesial Occlusal amalgam fi lling);
2. Singkatan kondisi lain (keadaan gigi, bahan restorasi, restorasi, dan protesa)
ditulis dengan huruf kecil;
3. Bila satu gigi memiliki dua atau lebih keterangan akan kondisi giginya, maka tiap
singkatan dari kondisi gigi tersebut di beri tanda (-). Misal : gigi 16 : O cof-rct;
gigi 46: mis-pon-pob
4. Keterangan tambahan tentang kondisi gigi yang tidak terdapat pada daftar
singkatan, bisa ditambah tanda (“………”).
Misal : gigi 12: cfr “ ½ insisal” (crown fracture “ ½ insisal”)

44
45
46
47
48
49
50
INDEKS KARIES GIGI
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Indeks
karies yang biasa dipakai adalah (Depkes RI, 1999) :
a. Untuk gigi permanen : Indeks DMF
b. Untuk gigi desidui : indeks def-t

A. INDEKS DMF
D = decay , jumlah gigi permanen karies yang masih dapat ditumpat
M = missing, jumlah gigi permanen yang dicabut karena karies dan indikasi
pencabutan karena karies.
F = filling, jumlah gigi permanen yang telah ditambal dan masih baik.
Indeks ini dapat dikemukakan dalam bentuk:
1. DMF-T (teeth)
Adalah untuk melihat prevalensi dental karies pada suatu populasi. setiap
gigi hanya memperoleh satu skor untuk D atau M atau F mana yang paling
parah.
2. DMF-S (surface/ permukaan gigi)
Adalah untuk mengukur keparahan dental karies pada suatu populasi. satu
gigi dapat menderita karies di permukaan oklusal, lingual/ palatal, mesial,distal
dan labial/bukal.
Untuk gigi anterior diukur 4 permukaan (lingual/ palatal, mesial,distal dan
labial/bukal) dan untuk gigi posterior diukur 5 permukaan (oklusal, lingual/
palatal, mesial,distal dan labial/bukal).
Yang perlu diperhatikan:
 Untuk gigi dengan karies yang luas sampai kehilangan seluruh cups
diberi skor 4 D untuk gigi anterior dan 5 D untuk gigi posterior.
 Untuk gigi yang hilang diberi skor 4 M untuk gigi anterior dan 5 M
untuk gigi posterior.
 Untuk gigi dengan mahkota / crown diberi skor 4 F untuk gigi anterior
dan 5 F untuk gigi posterior

Contoh: satu gigi menderita karies dipermukaan mesial, oklusal, dan


bukal, maka skor D gigi tersebut 3.

51
.
B. INDEKS def-t
d = decay, jumlah gigi desidui karies yang masih dapat ditumpat
e = exfoliated, jumlah gigi desidui yang telah/harus dicabut karena karies
f = filling, jumlah gigi desidui yang telah ditambal dan masih baik
Pada beberapa penelitian, ‘exfoliated’ tidak digunakan def-t karena mencegah
kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang
karena karies atau bukan. Pada gigi desidui sering kali gigi hilang karena faktor
resobsi fisiologis atau trauma.

Klasifikasi jumlah skor DMF-T/def-T menurut WHO adalah sebagai berikut:


0 - 1,0 Sangat rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,5 Tinggi
6,6 Sangat tinggi

52
53
PETUNJUK SKILL LAB
LBM 2

ISOLASI MENGGUNAKAN RUBBER


DAM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

54
PEMASANGAN RUBBER DAM

SASARAN BELAJAR

1. Mahasiswa mampu melakukan Isolasi menggunakan berbagai teknik aplikasi rubber dam

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Diagnostic set instrument 1. Rubber dam kit
2. Dental floss (tanpa gagang) 2. Model gigi phantom
3. Alat tulis 3. Chlorhexidine

KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN


1. mampu melakukan Isolasi menggunakan berbagai teknik aplikasi rubber dam

TAHAPAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre tes
2. Melakukan melakukan Isolasi menggunakan berbagai teknik aplikasi rubber dam

DASAR TEORI

55
11. Rubberdam clamps
TAHAPAN KERJA:
Terdapat 3 metode pemasangan rubber dam :
1. Dam first technique
2. Clamp first technique
3. Clamp and dam together technique

DAM FIRST TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak
lubang dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-
titik dari rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang
pertama untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior
maksila, lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan
lubang ke lima untuk anchor tooth.

56
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.

3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp
pada gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow
berada di distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual.
Cek kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.

4. Lepaskan clamp, masukkan lubang yang dibuat pada rubber sheet ke gigi kemudian
letakkan clamp kembali.

57
5. Pasang frame di dalam rubber sheet.

6. Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss.

CLAMP FIRST TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak
lubang dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-
titik dari rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang
pertama untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior
maksila, lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan
lubang ke lima untuk anchor tooth.
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.
3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp
pada gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow
berada di distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual.
Cek kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.

58
4. Biarkan clamp pada gigi
5. Masukkan lubang yang telah dibuat pada rubber sheet melalui bownya terlebih dahulu.
Setelah lubang pada rubber sheet masuk kedalam clamp dan gigi, lepaskan rubber sheet
dari wing pada clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat

6. Letakkan frame dibelakang rubber sheet


7. Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss

CLAMP AND DAM TOGETHER TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak
lubang dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-
titik dari rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang
pertama untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior
maksila, lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan
lubang ke lima untuk anchor tooth.
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.
3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp
pada gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow
berada di distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual.
Cek kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.
4. Lepaskan clamp
5. Ada 2 teknik dalam memasukkan clamp :
a. Wing technique

59
Masukkan kedua wing pada clamp kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber
sheet.

- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Lepaskan rubber sheet dari wing pada
clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat.

b. Bow technique
- Masukkan bow kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber sheet.

- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Masukkan sisa rubbersheet melalui bow
ke gigi dan sisa clamp.

6. Letakkan frame dibelakang rubber sheet.


7. Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss

60
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 2

RESTORASI KELAS II RESIN KOMPOSIT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

61
PENUMPATAN KELAS II RESIN KOMPOSIT
SASARAN BELAJAR

1. Mahasiswa mampu melakukan restorasi kelas II Resin Komposit

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Contraangle handpiece (low speed & 1. Sarung tangan
high speed) 2. Masker
2 Diagnostic set instrument 3. Model akrilik
3 Bengkok / nierbeiken 4. Wedge kayu/ plastik (3 ukuran)
4 Plastis instrument 5. Bahan liner ( GIC/CaOH2)
5 Diamond bur untuk high speed (bur 6. Matrix band
carbide long inverted cone no. 245 7. Finishing & polishing strip
highspeed, bur tapered fissure (enhance dan finishing strip)
panjang no 169L)
6 Finishing dan polishing bur (bur
finishing (pita kuning), enhance)
7 Matrix band
8 Matrix holder

KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN


1. Mampu melakukan restorasi kelas II Resin Komposit

TAHAPAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Penumpatan kavitas kelas II di molar
a. Preparasi kavitas klas II di molar
b. Penumpatan kavitas dengan Resin komposit
c. Finishing dan polishing

MATERI

Preparasi kavitas (Cavity preparation)


Suatu prosedur yang berhubungan dengan pengambilan jaringan karies dan
penentuan bentuk kavitas sehingga bila kavitas direstorasi gigi dapat dikembalikan
pada bentuk dan kekuatan semula serta relative tahan terhadap karies sekunder pada
daerah yang sama
Prinsip Preparasi Kavitas

62
1. Outline form (bentuk perluasan)
Gambaran bentuk dan batas kavitas pada permukaan gigi.
Hal yang perlu diingat :
a) Membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam
b) Membuang semua jaringan email yang tidak didukung dentin
c) Perluasan karies sampai ke self cleansing area.
d) Outline form juga harus memenuhi prinsip resistance form. Prinsip ini
memungkinkan operator untuk memposisikan margin pada area yang intak dan
terkena tekanan oklusal yang minimal.
2. Resistance form (bentuk resistensi)
Membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya sendiri tidak pecah/tahan
tekanan pengunyahan.
Resistensi pada restorasi amalgam bisa didapatkan dari :
a. Dasar kavitas rata dan terletak pada dentin atau enamel yang adekuat, dengan untuk
menahan tekanan oklusal dan memberikan kekuatan serta kestabilan restorasi.
b. Kedalaman preparasi minimal 1.5 mm untuk mendapatkan restorasi yang tahan
terhadap fraktur.
c. Perluasan kavitas ke arah fasial dan lingual seminimal mungkin diantara groove sentral
dan puncak cusp dan hanya mencakup karies saja, tanpa menghilangkan dukungan
dentin. Perluasan kavitas mencakup fissure, peletakan margin pada struktur gigi yang
intak.
d. Tepi enamel kuat dan ideal (menyisakan prisma enamel yang masih mendapat
dukungan dari dentin). Letak prisma enamel tegak lurus permukaan luar gigi.
3. Retention form (bentuk retensi)
Membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah lepas.
Retensi pada restorasi amalgam bisa didapatkan dari :
a) Undercut atau konvergensi dinding kavitas.
b) Paralelisme dinding-dinding kavitas
c) Dove tail
d) Groove (alur)
e) Pin hole
f) Micropit

4. Convenience form

63
Bentuk kavitas yang memudahkan pemasukan/insersi/pemasangan bahan
restorasi
5. Menghilangkan jaringan karies
6. Finishing enamel wall and margin (penyelesaian dinding dan tepi email)
Menghaluskan dan membentuk sudut pada email. Tahap ini penting untuk
memperoleh retorasi yang betul-betul baik. Jaringan email yang tidak didukung kuat
oleh dnetin harus dibuang agar restorasi di tempat tersebut tidak pecah dan rusak.
7. Toilet of the cavity (pembersihan kavitas)
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Membuang semua jaringan karies yang masih tertinggal
b) Memeriksa dan menghaluskan kembali dinding-dinding kavitas dengan alat
steril
c) Mengeringkan kavitas dengan kapas yang dipegang dengan pinset. Termasuk
tahap terakhir ini adalah tindakan sterilisasi dan disinfeksi kavitas.

BAGIAN-BAGIAN KAVITAS
1. Wall (dinding)
a. Internal wall ; dinding dasar kavitas
Axial wall ; dinding dasar kavitas yang sejajar terhadap aksis gigi
Pulpal wall ; dinding dasar kavitas yang tegak lurus terhadap aksis gigi dan dasar kavitas
Gingival wall : dinding dasar kavitas yang tegak lurus terhadap aksis gigi dan dasar
kavitas, terletak pada proksimal box kavitas kelas II
b. External wall ; dinding-dinding tepi kavitas yang telah dipreparasi (prepared cavity) diberi
nama sesuai dengan permukaan gigi dimana dinding kavitas itu berada, misalnya
dinding fasial (facial wall), dinding gingival (gingival wall), dinding mesial (mesial wall),
dinding distal (distal wall)
c. Enamel wall : external wall yang terdiri atas enamel
d. Dentinal wall : external wall yang terdiri atas dentin

64
M = margin/tepi
E = enamel wall
D = dentin wall
CS = cavosurvace
P= pulpa wall

F = facial
L = lingual
G = gingival
A = axial

2. Floor
Istilah floor (dasar kavitas) adalah diding yang sejajar dan berbatasan langsung
dengan pulpa (pulpal wall dan gingival wall). Jika pulpa sudah diambil dan kavitas
meluas sampai dasar pulpa, dinamakan sub-pulpal-wall (dasar sub pulpal) yang
disebut juga sub-pulpal-wall (diding sub pulpal)

3. Line angle (garis temu dinding)


Pertemuan dua buah dinding, diberi nama sesuai dengan nama kedua dinding
tersebut;
a. Faciopulpa line angle (FP) = pertemuan antara facial wall dan pulpa wall
b. Distofacial line angle (DF) = pertemuan antara distal wall dan facial wall

65
c. Distopulpa line angle (DP) = pertemuan antara distal wall dan pulpa wall
d. Distolingual line angle (DL) = pertemuan antara distal wall dan lingual wall
e. Linguopulpal line angle (LP) = pertemuan antara lingual wall dan pulpa wall
f. Mesiolingual line angle (ML) = pertemuan antara mesial wall dan lingual wall
g. Mesiopulpa line angle (MP) = pertemuan antara mesial wall dan pulpa wall
h. Mesiofacial line angle (MF) = pertemuan antara mesial wall dan fasial wall

Pada kavitas kelas II, ada beberapa penambahan line angle :


i. Axiofacial line angle (AF) = pertemuan antara axial wall dan fasial wall
j. Faciogingival line angle (FG) = pertemuan antara fasial wall dan gingival wall
k. Axiogingival line angle (AG) = pertemuan antara axial wall dan gingival wall
l. Linguogingival line angle (LG) = pertemuan antara lingual wall dan gingival wall
m. Axiolingual line angle (AL) = pertemuan antara axial wall dan lingual wall
n. Axiopulpal line angle (AP) = pertemuan antara axial wall dan pulpa wall
o. Linguopulpal line angle (LP) = pertemuan antara lingual wall dan pulpal wall

4. Point angle (titik temu dinding)


Titik pertemuan tiga buah dinding, diberi nama sesuai dengan nama ketiga
dinding tersebut
a. Distofaciopulpal point angle (DFP) = pertemuan antara distal, facial dan pulpal wall
b. Distolinguopulpal point angle (DLP) = pertemuan antara distal, lingual dan pulpal
wall
c. Mesiolinguopulpal point angle (MLP) = pertemuan antara mesial, lingual dan pulpal
wall
d. Mesiofaciopulpal point angle (MFP) = pertemuan antara mesial, facial dan pulpal
wall
Pada kavitas kelas II, ada beberapa penambahan point angle :

66
a. Axiofaciopulpa point angle (AFP) = pertemuan antara axial, fasial, dan pulpa
b. Axiofaciogingival point angle (AFG) = pertemuan antara axial, fasial dan gingival
c. Axiofaciolingual point angle (AFL) = pertemuan antara axial, fasial dan lingual
d. axiolinguopulpa point angle (ALP) = pertemuan antara axial, lingual, dan pulpa
5. Cavosurface angle & cavosurface margin :
Line angel pada permukaan gigi yang terbentuk dari pertemuan antara dinding kavitas
dan permukaan gigi disebut cavosurface line angle (garis pertemuan dinding
permukaan kavitas)

BAHAN TUMPATAN
Bahan tumpatan ialah suatu bahan yang ditempatkan pada kavitas yang telah
dipreparasi (prepared cavity) yang dimaksudkan untuk mengembalikan bentuk
anatomis dan amemelihara fungsi fisiologis, mengembalikan oklusi, mengembalikan
titik kontak, kadang-kadang juga dimaksudkan untuk estetis dan gigi yang ditumpat
dapat dilindungi sejauh mungkin dari kemungkinan kebocoran mikro yang dapat
menimbulkan terjadinya karies ulang atau karies sekunder.

Klasifikasi bahan tumpatan


Menurut daya tahannya
a. Tumpatan sementara (temporary filling)
1) Semen seng oksid (Zink oxide cement)
2) Gutta perca
b. Tumpatan permanen (permanent fillinf)
1) Emas, orden, cavex
2) Amalgam, semen silikat, resin komposit, semen ionomer kaca

67
Menurut Keras lunaknya waktu manipulasi
a. Tumpatan plastis, contoh : amalgam, semen silikat, resin komposit, semen ionomer
kaca
b. Tumpatan non plastis, contoh : alloy tuang (emas, orden, cavex)

Resistensi tumpatan kavitas kelas II didapatkan dari:


1. Pulpa wall dan gingival wall datar dan tegak lurus terhadap axis gigi
2. Membatasi perluasan dari wall/ dinding untuk menyediakan kekuatan cups dan
ridge dengan dukungan dentin yang cukup
3. membatasi occlusal outline form, minimal pada kontak oklusal
4. kurva terbalik mengoptimalkan kekuatan amalgam dan struktur gigi di
pertumuan antara oklusal dan box proksimal
5. sedikit pembulatan sudut garis internal untuk mengurangi konsentrasi
tegangan di struktur gigi (otomatis dibuat dengan desain bur kecuali untuk garis
axiopulpal sudut), dan
6. menyediakan ketebalan yang cukup bahan restorasi untuk mencegah
terjadinya fraktur pengunyahan
retensi utama didapatkan dari:
1. konvergensi oklusal pada dinding facial dan lingual
2. desain dovetail pada oklusal

TAHAPAN KETRAMPILAN
1. Membuat outline form kavitas kelas II
Pembuatan Outline form oklusal klas II mencakup pit dan fissure di area oklusal
gigi meluas ke salah satu area proksimal gigi (mesial atau distal). Mencakup area
yang karies
2. Preparasi oklusal
a. preparasi dimulai dari Permukaan pit oklusal terdekat dengan karies yang berada pada
area proksimal, kavitas dibuka dengan bur no. 245 atau long inverted cone bur.
b. Orientasi bur tegak lurus dengan aksis mahkota gigi
c. Kedalaman preparasi 1.5 mm – 2 mm (setengah dari panjang kepala bur). 1,5
mm diukur dari central fissure dan 2 mm diukur dari dinding eksternal preparasi.

68
d. preparasi terbatas pada daerah yang karies & memberikan akses untuk insersi
komposit & finishing

Kontraindikasi dilakukan bevel pada cavosurface margin bagian oklusal → masih


kontroversi → preparasi permukaan oklusal menghasilkan end cut enamel rods
(tranversal) bukan sides of rods (longitudinal).

Permukaan oklusal yang tidak dibevel: mencegah hilangnya struktur gigi sehat ,
mengurangi area permukaan untuk restorasi akhir, mengurangi kontak oklusal
pada restorasi, menghilangkan restorasi komposit yang tipis yang mudah fraktur
& wear, komposit dapat difinishing lebih baik

3. Preparasi margin proksimal


Margin proksimal fasial & lingual: preparasi kavitas membentuk sudut >900,
tetapi apabila cavosurface margin tegak lurus dengan permukaan gigi → bevel
diperlukan dengan sudut 45 dengan lebar 0,5 mm.

4. preparasi margin gingiva


Margin gingiva diberi bevel apabila margin berada pada email jauh dari CEJ &
sisa email yang didukung dentin cukup → adaptasi komposit meningkat.

69
5. Preparasi akhir atau finishing preparasi
a. Penghilangan sisa karies pada pit, fissure dan dentin yang terinfeksi karies pada pulpa
wall dengan menggunakan round bur yang sesuai dengan diameter karies atau
dengan excavator. Preparasi hanya terbatas pada area karies, tidak boleh
memperluas kavitas ke area dentin yang sehat.

b. Finishing external wall


Line angle pada gingival wall dibulatkan dengan cara pembuatan bevel 20 derajat
menggunakan bur tapered.

c. Toilet of the cavity / pembersihan kavitas : kavitas dibersihkan semprotan air dari
syringe utnuk mengangkat debris setelah preparasi dan diusap dengan kapas yang
telah dibasahi akuades steril
6. Aplikasi bahan liner:

- Liner (kalsiumhidrosid) diaplikasikan pada daerah yang sangat berdekatan dengan


pulpa.

70
- Preparasi dalam (margin gingiva mendekati atau melebihi CEJ), liner dengan SIK
lebih bagus.

Kelebihan liner SIK: Mengeluarkan flour, dapat berikatan dengan struktur gigi &
komposit, pengkerutan dapat dikurangi, memperkuat dinding preparasi karena
beradhesi pada dentin & mengurangi deformasi kuspal karena tekanan
pengunyahan, mengurangi kenaikan temperatur pulpa karena light curing unit.

Matrix dan wedge


Matriks yang digunakan pada skill lab ini adalah universal matrix/ matrix tofflemire. Matrix
terdiri dari matrix band dan matrix holder.
Pembentukan matrix band
Sebelum diaplikasikan, matriks band dibentuk dan disesuaikan pada area proksimal yang
akan di restorasi menggunakan burnisher sehingga membentuk permukaan yang
konveks.

Cara :
a. Letakkan matrix diatas paper pad
b. Gerakkan burnisher kecil maju mundur pada matriks sampai agak melengkung
c. Setelah matriks agak melengkung, haluskan dengan burnisher besar

Pemasangan matrix band pada matrix holder

a. Putar berlawanan arah jarum jam adjusting nut untuk memperbesar jarak antara
locking vise dengan guide channels

71
b. Putar berlawanan arah jarum jam locking nut sampai screw yang ada di dalam locking
vise berubah posisi mundur kebelakang.

c. Lipat matrix band dan masukkan ke dalam matriks dengan akhiran matrix band
berada pada band slot. Kencangkan kembali locking nut.

d. Masukkan matrix pada gigi yang akan direstorasi dengan posisi band slot berada di
bagian dalam. (Gambar. kiri: rahang atas, kanan: rahang bawah)

e. Posisi matrix dievaluasi dengan melihat kerapatan pada area gingivoproksimal, serta
mengevaluasi kontur proksimal yang dibentuk matrix band. Kontak area harus berada
pada area tengah gigi. Matrix band harus berada di 1 mm dibawah margin gingiva dan
1- 2 mm diatas marginal ridge mahkota.
Pemasangan wedge
a. Pilihlah ukuran wedge yang sesuai dengan proksimal gigi
b. Masukkan wedge dari embrasure lingual atau bukal (pilih yang lebih besar) dengan
posisi sedekat mungkin dengan margin gingiva.

72
c. Lakukan evaluasi kerapatan di proksimal dengan melakukan eksplorasi menggunakan
sonde. Gerakkan tip sonde sepanjang margin gingiva didalam kavitas, untuk
memastikan kerapatan dan mengangkat sisa enamel.

Konturing dan finishing


1. Carving/ membentuk restorasi amalgam dilakukan menggunakan amalgam carver.
Carving dilakukan dengan menggerakkan area tajam pada carver tegak lurus terhadap
margin. Sebagian tepi dari area tajam carving harus berakhir pada area permukaan gigi
yang tidak terpreparasi untuk mencegah overcarving yang dapat menyebabkan
restorasi menjadi underkontur.

2. Bentuk groove oklusal jangan terlalu dalam (overcarving), karena tepi amalgam menjadi
tipis dan beresiko chipping (lepas sebagian di tepi restorasi) (A). Restorasi yang
undercarving menyisakan sebagian kecil dari amalgam pada area gigi yang tidak
terpreparasi. Area yang berlebih tersebut juga akan lepas dan mengganggu integritas
tepi restorasi (B).

A B

73
8. Pengecekan oklusi (dilakukan pada pasien)
Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper. Jika ada area yang lebih
tebal, restorasi dikurangi menggunakan amalgam carver.

9. Mengangkat matrix & wedge dan menyelesaikan carving


Setelah matrix dan wedge diangkat, lakukan pengecekan pada proksimal gigi.
Hilangkan sisa amalgam pada tepi proksimofasial dan proksimolingual serta sepanjang
margin gingiva menggunakan pisau amalgam (scaler no 34 dan no 35). Permukaan
potong pada instrument tegak lurus terhadap tepi restorasi. Lakukan pengecekan
kehalusan tepi restorasi dengan sonde.

10. Finishing dan polishing


Tahapan kerja :
- Finishing dilakukan menggunakan batu karborundum (carborundum stone) warna
hijau dan putih. Batu karborundum warna hijau yang lebih abrasif diaplikasikan lebih
dulu sebelum warna putih. Lakukan evaluasi pada tepi restorasi dengan eksplorer.
Letak bur sejajar dengan batas restorasi.
- Polishing dilakukan menggunakan bur rubber point low speed kasar dan halus. Untuk
mendapatkan restorasi yang mengkilap, gunakan rubber point dengan pumice.
- Finishing dan polishing dilakukan setelah 24 jam. Cara sama dengan tumpatan Klas
I amalgam tetapi untuk bagian proksimal dibentuk dan dihaluskan dengan pita
penghalus/finishing strip (Gambar. Kiri: kontur proksimal sebelum dilakukan finishing
dengan finishing strip. Tengah : saat dilakukan finishing. Kanan : kontur proksimal
setelah dilakukan finishing dengan finishing strip.

74
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 2

RADIOGRAFI GIGI dan MATERIAL


RESTORATIF

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

75
SASARAN BELAJAR:
1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi radiogarfi intraoral periapikal
2. Mahasiswa mampu menentukan radiodiagnosa pemeriksaan penunjang
radiogarfi periapikal

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN MAHASISWA


Mahasiswa Kampus
1. Laptop 1. LCD
2. Kabel penghubung
2. Kertas
3. kertas tabel

KEMAMPUAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. mampu melakukan interpretasi radiogarfi intraoral periapikal
2. mampu menentukan radiodiagnosa pemeriksaan penunjang radiogarfi
periapikal

TAHAPAN KETERAMPILAN
1. membaca materi
2. membagi kelompok skill menjadi 4-5 kelompok dengan anggota kelompok 2
orang
3. memilih form yang sesuai
4. melakukan penilaian CRA sesuai rubrik form yang dipilih
5. melakukan kesimpulan hasil CRA
6. melakukan telaah jurnal

TUGAS UNTUK MAHASISWA

1. membuat presentasi sesuai form


2. menentukan radiodiagnosa

Referensi :

1. white and Pharoah, 2015, Esential of oral radiology ed 5, New York

76
TEORI
Interpretasi foto radiografis periapikal
Ada beberapa bagian dari interpretasi Intraoral yang harus diperhatikan :
1. Mahkota
2. Akar
3. Membran Periodontal
4. Laminadura
5. Puncak Tulang alveolar
6. Furkasi
7. Periapikal
Kesan
Suspect Diagnosis / Diagnosa radiografis /diagnosa periapikal

Mahkota :
 Anatomi : semua mahkota klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi sampai ke
cervical
 Diisi dengan :
1. Kondisi mahkota : dengan kata-kata radioopak / radiolusent di mahkota sampai batas
yang terlihat
2. Juga arah perjalanannya seperti dari oklusal ke sampai dentin, atau dari mesial sapai
mendekati pulpa

77
Akar :
 Anatomi : semua akar klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi cervical
sampai apikal
 Diisi dengan :
1. Jumlah akar, seperti dua buah, tunggal atau tiga buah
2. Bentuk akar seperti benkok kearah distal, mesial, konvergen atau divergen
3. Kondisi patologis seperti adanya garis fraktur, resobsi interna ataupun eksterna

Membran periodontal:
 Anatomi : selubung membran yang mengelilingi akar klinis gigi
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : membran yang tidak ada kelainan di perlihatkan dalan bentuk
tidak adanya banyangan radiolusent sepanjang akar
2. Melebar : membran yang mengalami peradangan ditujukkan dengan garis
radiolusent sepanjang akar dapat sebagaian ataupun keseluruhan
3. Menghilang : ditunjukkan dengan tidak adanya membran digantikan oleh lesi yang
jauh lebih besar

Lamina dura :
 Anatomi : merupakan tulang alveolar terluar
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak tampak garis radiolusent disepanjang tulang alveolar
yang mengelilingi gigi
2. Terutus-putus : bila terdapat bayangan radioopak disepanjang tulang baik
keseluruhan ataupun sebagian
3. Menebal : apabila bayangan radioopak terlihat jelas disepanjang tulang
alveolar
4. Menghilang : apabila laminadura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang
berukuran lebih besar

Furkasi :
 Anatomi : daerah furkasi atau percabangan akar
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak terdapat kalainan

78
2. Bayangan radiolusent bila terdapat lesi ataupu furkasi yang terbuka (tidak
terdukung tulang lagi)
3. Radiopak apabila ada lesi yang radioopak

Puncak tulang alveolar


 Anatomi : Tulang yang mengelilingi akar gigi mulai dari CEJ sampai dengan foremen
apikal
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : apabila tidak terdapat kelainan pada puncak tulang
2. Resorbsi : apabila puncak tulang mengalami penurunan baik secara horizontal,
vertikal ataupun bentuk lainnya

Periapikal
 Anatomi : daerah yang berapa dibawah foramen apikal gigi
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan

KARIES PADA PERMUKAAN GIGI

1. Karies Oklusal
 Diagnosis X- ray pada karies pit dan fissure sulit dideteksi pada tahap awal karena
dekalsifikasi, sehingga persentasi radiolusensi tidak terlalu terlihat pada radiografi.
 Karies enamel bisa diamati jika sudah mencapai dentin atau lesi sudah meluas

2. Karies proksimal
 Lesi kecil dapat dideteksi dengan radiografi.

79
 Bentuk lesi awal di enamel berbentuk triangular dengan dasar yang luas pada permukaan
gigi. Apabila Gambaran lesi melalui DEJ dan menembus dentin akan tampak seperti
gambaran segitiga dengan gambaran segitiga pada DEJ dan ujungnya mengarah ke kamar
pulpa
 Radiologi bitewing untuk mendeteksi karies pada interproksimal

3. Karies Pada Permukaan Bukal Dan Lingual


 Sulit untuk melihat karies bukal dan lingual pada radiograf
 Muncul Radiolusen dengan batas jelas dikelilingi oleh enamel yang non karies
4. Karies Akar
 Permukaan akar bisa terlihat seolah- seolah karies tetapi tidak hal ini disebut cervical
burnout
 Area radiolusen difus pada tepi tidak beraturan pada proksimal gigi di area servikal.
5. Karie Sekunder
 Diagnosis tergantung pada pemeriksaan klinis
 Lesi yang berseblahan dengan restorasi dapat dikaburkan dengan gambaran radiopaq
dari restorasi.
 Karies sekunder pada marginal servikal paling baik diamati dengan radiografi bitewing.

80
MATERIAL RESTORASI

 Material restorasi pada radiografi bervariasi tergantungpada ketebalan, densitas, dan


nomor atom.
 Berbagai bahan restorasi dapat dikenali pada radiografi intraoral.
 Amalgam radiopaq.

 Pin Stainless steel untuk retensi restorasi  radiopaq

81
 Basis Calsium hydroxide pada kavitas untuk memproteksi pulpa  tampak
radiopaq pada dasar kavitas

 Restorasi Komposit  pada umumnya radiopaq (dengan opacity lebih rendah dari
restorasi logam), tetapi kadang bisa tampak radiolusen dengan tepi teratur.

 Eksternal resorbsi saluran akar terlihat tetapi akar terlihat memendek jika
dibandingkan gigi normal.

82
Kesan
Kesan radiografis merupakan kesimpulan dari semua point yang ada kelianannya. Diisi
dengan keterangan point yang bermasalah mulai dari 1(mahkota) sampai 7(periapial).
Contohnya :
kesan : terdapat kelainan pada mahkota, akar, membran periodontal, lamina dura tergantung
pada point yang menunjukkan kelainana secara radiografi yang telah dijelaskan.

Berisi tentang kemungkinan diagnosa radiografis yang dapat ditentukan berdasarkan


keterangan yang dijelaskan .
Contoh : periodontitis apikal ec nekrose pulpa
periodontitis marginalis dll
(keterangan mengenai diagnosa akan dibahas dibagian suspek diagnosa )

Jenis Radiograf
Intra oral : Periapikal tekhnik Choose an item.
Elemen gigi :
Interpretasi

Elemen gigi
Mahkota
Akar
Membran periodontal
Lamina dura
Alv. Crest
Furkasi
Periapikal
Kesan

Suspek
Radiodiagnosis

Diagnosis banding

83
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 3

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS


IV

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

84
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS
KLAS IV DENGAN PALATAL GUIDE
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN

Disediakan oleh mahasiswa praktikan Disediakan oleh kampus

1. Contra angle hand piece (high 1. Double impression (putty)


speed/low speed) 2. Wax merah
2. Gigi anterior (incisivus sentral atau 3. Seluloid strip
lateral) yang sudah ditanam dalam 4. Etsa
box akrilik. 5. Bonding
3. Kaca mulut 6. Wedge plastic / kayu dengan 3 ukuran
4. Sonde halfmoon (small, medium, large).
5. Pinset 7. Vita shade guide
6. Excavator 8. Finishing dan polishing strip
7. Plastic filling instrument 9. Bahan tambal resin komposit
8. Ball applicator 10. Sarung tangan dan masker
9. Lecron 11. Microbrush
10. Kain putih 12. Polishing bur : pogo point & cup,
11. Bur diamond untuk preparasi  mandrill untuk bur polishing disc.
fissure bur, round end taper bur
(high speed/low speed)
12. Bur finishing pita kuning (taper,
flame long bur), enhance bur (point
& cup).
13. Polishing bur; polishing disc –
coarse, medium, fine dan superfine.

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Pembuatan palatal guide
3. Preparasi kavitas
4. Penumpatan kavitas dengan resin komposit
5. Finishing dan polishing

85
TAHAPAN PEKERJAAN
1. Gigi dikondisikan dalam kondisi akan dilakukan preparasi klas IV (fraktur atau karies
mencapai dentin melibatkan tepi insisal dan kontak proksimal) pada gigi anterior.

2. Gigi dibentuk sesuai anatomis dengan menggunakan wax. Bagian palatal gigi yang
hendak ditumpat dan gigi tetangga dicetak dengan bahan cetak double
impression(putty). Setelah mengeras, putty dilepas. Bersihkan wax dari gigi.

3. Membuat outline kavitas klas IV (meliputi permukaan labial, incisal dan palatal/lingual)

86
4. Preparasi kavitas
a. Bentuk kavitas

b. Bevel. Dilakukan pada email labial dan palatal dengan lebar 0,2 – 0,5 mm sebagai
tahap akhir preparasi. Bevel dibuat dengan menggunakan bur fissure dengan
kecepatan rendah atau sedang. Bevel labial dibuat meliuk-liuk untuk
menyamarkan batas preparasi.

c. Etsa. Bahan yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 35 - 37 %. Asam


fosfat ini dioleskan pada tepi email dengan menggunakan kapas kecil (cotton
pellet) atau aplikator khusus (microbrush), didiamkan 15 detik pada email dan 10
detik pada dentin yang telah terpreparasi, kemudian di bilas sampai bersih dengan
semprotan air. Permukaan kavitas dikondisikan moist/ lembab dengan
mengoleskan kavitas dengan kapas kecil yang dibasahi aquades steril yang telah
diperas kering.
d. Bonding.Bahan bonding diaplikasikan pada kavitas dengan menggunakan
microbrush, biarkan selama 10 detik. Kemudian kavitas dikeringkan dengan
menggunakan semprotan udara ringan, tetapi tip semprotan tidak langsung masuk
kedalam kavitas, melainkan hanya diatas kavitas selama 1 sampai 2 detik.

87
Kemudian dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus
bidang preparasi dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).

Tahap-tahap penempatan resin komposit :


1. Letakan palatal guide pada permukaan palatal, kemudian bentuk dinding
palatal dan incisal, caranya masukan resin komposit dengan memakai
instrument plastis dengan ketebalan kurang dari 0,3 mm dengan menyisakan
sisi proksimal sekitar 1 mm (setebal plastis instrumen), lalu sinari selama 20
detik dari arah labial.

2. Palatal guide dilepas, tempatkan seluloid strips dan wedge di interproximal gigi,
dan ditahan dengan jari pada permukaan palatal gigi. Dianjutkan dengan
aplikasi resin komposit menggunakan warna email untuk area interproksimal
dengan ketebalan 0,3 mm.

3. Seluloid strip dilepas. Aplikasi resin komposit warna dentin dengan ketebalan
kurang dari 2 mm, dibentuk mamelon. Semakin kearah insisal, ketebalan dentin
semakin berkurang. Aplikasi warna dentin menyisakan daerah di proksimal,
insisal, dan labial 1-2 mm. Sinari selama 20 detik.

88
4. Aplikasi warna enamel pada proksimal dan labial gigi, bentuk garis transisi dan
lobus pada permukaan labial gigi.

5. Finishing tumpatan dengan membentuk garis anatomi pada permukaan labial


gigi :
a. Sesuaikan insisal edge dengan gigi sebelahnya menggunakan finishing
disc bur.
b. Garis transisi vertikal. Gambar garis transisi dengan pensil sehingga
didapatkan posisi yang tepat dan sama dengan gigi sebelahnya. Bentuk
dengan finishing disc bur.
c. Embrasur insisal. Embrasur insisal pada mesial gigi incisivus lebih tajam
dibanding pada distal gigi incisivus.

89
6. Finishing tumpatan dengan membentuk garis anatomi pada permukaan labial
gigi :
a. Anatomi sekunder
Gambarkan dengan pensil; garis transisi, kemudian bagi gigi menjadi 3
bagian yang digunakan sebagai batas anatomi di 2/3 insisal. Bentuk
batasan untuk lobus dan mamelon. Mulai bentuk lobus dengan finishing
flame bur panjang pada lobus central untuk mengurangi volume gigi dan
menonjolkan lobus proksimal.

b. Anatomi tersier
Bentuk tekstur permukaan gigi dengan finishing diamond bur

90
7. Polishing tumpatan menggunakan pogo bur dan polishing disc. Arah bur
polishing sesuai dengan bentuk anatomi gigi. Tumpatan dibagian proksimal di
finishing dan polishing dengan finishing dan polishing strip.

91
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 3

PENUMPATAN KELAS III RMGIC dan


KELAS V GIC

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

92
PENUMPATAN KELAS III RMGIC

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Contraangle handpiece (high speed& 1. Sarung tangan
low speed) 2. Masker
2 Diagnostic set instrument 3. Model akrilik
3 Bengkok / nierbeiken 4. Wedge kayu/plastik (3 ukuran)
4 Plastis instrument 5. Seluloid strip
5 Semen spatula 6. Dentin conditioner
6 Glass plate 7. Fuji II LC
7 Semen stopper 8. Finishing & polishing strip
8 Diamond bur untuk highspeed (round 9. pumice
bur dan fissure bur)
9 Diamond bur untuk low speed (bur
diamond bulat)
10 Finishing dan polishing bur (diamond
pita kuning, enhance bur/ bur poles
silikon)

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Penumpatan kavitas kelas III RMGIC
a. Preparasi kavitas kelas III RMGIC pada 2 sisi proksimal insisivus yang berdekatan
b. Penumpatan kavitas dengan RMGIC
c. Finishing dan polishing RMGIC

93
TAHAPAN KETRAMPILAN

1. Membuat outline kavitas klas III. Preparasi di desain dari bagian palatal. Bagian
insisal dari titik kontak tidak dibuang.

2. Preparasi kavitas
a. Bentuk kavitas. Arah akses awal preparasi dibuat dari bagian palatal/ lingual.
Jika bagian labial dibiarkan utuh, nilai estetik nya lebih baik (bila email masih
tebal). Penetrasi dilakukan dengan memakai round bur, hindari cedera pada
gigi sebelahnya.

b. Hilangkan jaringan karies, dan email yang tidak didukung dentin


3. Isolasi gigi sebelahnya dengan memasukkan seluloid strip di area proksimal gigi yang
akan direstorasi
4. Conditioning
Aplikasikan asam poliakrilat 25% (dentin conditioner) pada kavitas selama 10 detik
menggunakan microbrush, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan. Jangan sampai
terlalu kering sekali.

94
5. Lakukan konturing pada matriks seluloid strip menggunakan batang instrumen.

6. Tempatkan seluloid strip di interproximal gigi. Letakkan wedge dari arah fasial.

7. Aduk material restorasi


a. Ambil 1 sendok penuh glass ionomer, ratakan kemudian letakkan pada paper pad
yang dialasi plat kaca
b. Letakkan liquid, dimiringkan kemudian diteteskan dengan posisi lurus (mengurangi
terjebaknya udara), 2 tetes pada paper pad
c. Pengadukan bahan tidak boleh lebih dari 30 detik, basahi powder, bukan dilarutkan.
d. Powder dibagi menjadi dua. Aduk sebagian pertama selama 10-15 detik, sampai
konsistensi milky. Campurkan dengan bagian kedua, aduk sampai 15 detik

95
8. Masukkan semen yang telah diaduk ke dalam kavitas dengan ball applicator dan
dikondensasikan dengan semen kondensor. Setelah padat, material restorasi dapat
dibentuk dengan plastis instrument
9. Lakukan penyinaran menggunakan light cure selama 20 detik
10. Lepas seluloid strip dan wedge
11. Finishing dilakukan dengan membuang kelebihan dari tumpatan hingga tidak ada step,
dan tumpatan dibentuk sesuai anatomi gigi. Finishing menggunakan bur diamond pita
kuning.
12. Polishing untuk menghaluskan dan mengkilatkan tumpatan. Polishing menggunakan bur
poles silicon/ enhance. Pada area proksimal dipoles menggunakan finishing & polishing
strip

96
PENUMPATAN KELAS V GIC

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Contraangle handpiece (high speed& 1. Sarung tangan
low speed) 2. Masker
2 Diagnostic set instrument 3. Model akrilik
3 Bengkok / nierbeiken 4. Seluloid strip
4 Plastis instrument 5. Dentin conditioner
5 Semen spatula 6. Fuji IX
6 Glass plate 7. Finishing & polishing strip
7 Semen stopper
8 Diamond bur untuk highspeed (round
bur dan fissure bur)
9 Diamond bur untuk low speed (bur
diamond bulat)
10 Finishing dan polishing bur (Arkansas
stone/ bur alpine

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Penumpatan kavitas kelas V GIC
a. Preparasi kavitas kelas V GIC
b. Penumpatan kavitas dengan kelas V GIC
c. Finishing dan polishing kelas V GIC (setelah 24 jam)

TAHAPAN KETRAMPILAN
1. Pembuatan outline form
Outline form kavitas kelas V dibuat pada area servikal gigi dengan bentuk seperti gambar
dibawah ini

97
2. Persiapan/preparasi
Kavitas pada kelas V dapat timbul akibat proses karies ataupun proses non karies. Pada
proses karies, jaringan karies dan enamel yang tidak didukung dentin harus dibuang
dengan diamond bur.

Sementara pada kavitas yang timbul akibat non karies (abrasi dan abfraksi) tidak perlu
dilakukan preparesi, cukup dilakukan pembersihan plak, pelikel atau stain pada lesi
dengan gerakan menyikat ringan menggunakan soft rubber cup dikombinasikan dengan
larutan serbuk pumice halus dan air selama 10 detik
3. Conditioning
Ulaskan bahan conditioner (asam poliakrilat 25%) dengan microbrush selama 10 - 15
detik. Cuci dan keringkan secukupnya, jangan terjadi dehidrasi. Kemudian kavitas dicuci
dan dikeringkan secukupnya. Jangan sampai terjadi dehidrasi (keadaan kering sekali)
pada dentin karena akan menyebabkan pengurangan daya pembasahan (wettability)
4. Aduk material restorasi
e. Ambil 1 sendok penuh glass ionomer, ratakan kemudian letakkan pada paper pad
yang dialasi plat kaca
f. Letakkan liquid, dimiringkan kemudian diteteskan dengan posisi lurus (mengurangi
terjebaknya udara), 2 tetes pada paper pad
g. Pengadukan bahan tidak boleh lebih dari 30 detik, basahi powder, bukan dilarutkan.
h. Powder dibagi menjadi dua. Aduk sebagian pertama selama 10-15 detik, sampai
konsistensi milky. Campurkan dengan bagian kedua, aduk sampai 15 detik

98
5. Masukkan semen yang telah diaduk ke dalam kavitas dengan ball applicator dan
dikondensasikan dengan semen kondensor. Setelah padat, material restorasi dapat
dibentuk dengan plastis instrument
6. Biarkan mengeras dengan waktu sesuai petunjuk pabrik (pada umumnya sekitar 4 – 6
menit dari saat mulai pengadukan) dan aplikasikan varnish.
7. Finishing dengan bur alpine dilakukan setelah 24 jam, bila diperlukan potong ekses-ekses
bahan yanga berlebih dengan eskavator.

99
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 4

RESTORASI KELAS II DENGAN OPEN


SANDWICH

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

100
RESTORASI RESIN KOMPOSIT PADA KAVITAS KLAS II
DENGAN METODE OPEN SANDWICH

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN

Disediakan oleh mahasiswa praktikan Disediakan oleh kampus

1. Contra angle hand piece (high 1. Matrix band


speed/low speed) 2. Etsa
2. Gigi posterior (molar pertama atau 3. Bonding
kedua atas atau bawah) yang sudah 4. Dentin conditioner
ditanam dalam box akrilik. 5. Wedge plastic / kayu dengan 3 ukuran
3. Kaca mulut (small, medium, large).
4. Sonde halfmoon 6. Finishing dan polishing strip
5. Pinset 7. Bahan tambal resin komposit
6. Excavator 8. Glass Ionomer Cement (Fuji IX)
7. Plastic filling instrument 9. Sarung tangan dan masker
8. kondensor 10. Microbrush
9. Semen stopper 11. Polishing bur: pogo point & cup, mandrill
10. Ball applicator untuk bur polishing disc.
11. Matrix holder
12. Kain putih
13. Diamond bur high speed (round, fissure
tapered)
14. Finishing bur; buah pir, taper, flame,
enhance bur (point & cup)
15. Polishing bur; polishing disc – coarse,
medium, fine dan superfine.

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Preparasi kavitas
3. Penumpatan kavitas dengan metode open sandwich
4. Finishing dan polishing

101
TAHAPAN PEKERJAAN
Restorasi ini dilakukan pada kavitas klas II, dengan dinding kavitas berada di bawah gingiva
(subgingiva).
1. Membuat outline kavitas klas II. Buat simulasi karies dengan menggunakan pulpen
berwarna hitam, pada area oklusal meluas ke mesial atau distal gigi, dan meluas ke area
servikal

2. Tahap preparasi :
a. Pembuangan sisa karies dan pembukaan kavitas menggunakan round bur. Buang
email yang tidak didukung dentin menggunakan tapered bur.
b. Preparasi pada bagian oklusal dilakukan seperti pada klas I, kedalaman preparasi
minimal 1 mm. Pembuatan bevel seperti pada kelas I
c. Kedalaman preparasi pada gingival floor sampai dibawah servikal. Bentuk bevel pada
gingival floor berupa short bevel menggunakan bur tapered, perluasan ke buko-lingual/
buko-palatal minimal 2 mm.
d. Line angle ditumpulkan dengan tapered bur.

3. Tahap restorasi:
a. Aplikasi matrix band dan matriks holder serta wedge pada area proksimal kavitas

102
b. Aplikasi GIC sebagai basis.
 Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Aplikasi asam poliakrilat 25 % (dentin
conditioner) pada dentin selama 10 detik, kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan.
 GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan instrument plastis
dan semen stopper. GIC langsung diaplikasikan secukupnya ke gingival floor dan
axial floor dibentuk sebagai basis (Open sandwich).
c. Etsa dan bonding
 Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-
dinding kavitas (dentin dan email) dietsa pada tepi email dengan menggunakan
kapas kecil (cotton pellet) atau aplikator khusus (microbrush), didiamkan 15 detik
pada email dan 10 detik pada dentin yang telah terpreparasi, kemudian dibilas
sampai bersih dengan semprotan air. Permukaan kavitas dikondisikan moist/
lembab dengan mengoleskan kavitas dengan kapas kecil yang dibasahi aquades
steril yang telah diperas kering.
 Bahan bonding diaplikasikan pada kavitas dengan menggunakan microbrush,
biarkan selama 10 detik. Kemudian kavitas dikeringkan dengan menggunakan
semprotan udara ringan, tetapi tip semprotan tidak langsung masuk kedalam
kavitas, melainkan hanya diatas kavitas selama 1 sampai 2 detik. Kemudian
dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus bidang
preparasi dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).
d. Aplikasi Resin Komposit
 Tube syringe resin komposit diputar sampai bahan menonjol dari ujung tube sekitar
1 mm. Plastis instrumen diletakkan sejajar dengan tepi tube, kemudian plastis
instrumen memotong resin komposit. Resin komposit yang sudah terambil dari tube
tidak boleh tersentuh oleh tangan dan langsung diletakkan pada kavitas
menggunakan plastis instrumen.
 Aplikasi resin komposit pada kavitas klas II dilakukan dengan teknik incremental /
layering. Ketebalan tiap lapisan resin komposit maksimal 2 mm. Jeda tiap aplikasi
per lapisan tidak lebih dari 5 – 10 menit.
 Resin komposit dimasukkan ke dalam kavitas untuk membentuk dinding kavitas
terlebih dahulu, kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.
 Resin komposit kemudian diaplikasikan pertonjol dan dilakukan penyinaran
perlapisan selama 20 detik.

103
e. Finishing dan polishing
Buang kelebihan komposit dan pembentukan anatomi gigi dengan
menggunakan superfine diamond bur (bur pita kuning) bentuk buah pir, taper, atau
flame dan enhance point/cup. Pada area interproksimal difinishing menggunakan
finishing disc dan finishing & polishing strip. Pemolesan dengan memakai pogo bur
bentuk point.

Dari kiri ke kanan : pogo point & cup

104
PETUNJUK SKILL LAB

LBM 4

RESTORASI KLAS I DENGAN RESIN


KOMPOSIT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

105
RESTORASI RESIN KOMPOSIT
PADA KAVITAS KLAS I
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN

Disediakan oleh mahasiswa praktikan Disediakan oleh kampus

1. Contra angle hand piece (high 1. Etsa


speed/low speed) 2. Bonding
2. Gigi posterior (molar pertama atau 3. Bahan tambal resin komposit
kedua atas atau bawah) yang sudah 4. Sarung tangan dan masker
ditanam dalam box akrilik 5. Microbrush
3. Kaca mulut
4. Sonde halfmoon
5. Pinset
6. Excavator
7. Plastic filling instrument
8. kondensor
9. Kain putih
10. Diamond bur high speed (round,
Fissure tapered bur)
11. Diamond bur finishing pita kuning(fine
finishing high speed bur bentuk taper
dan flame, enhance bur (point & cup)
12. Polishing bur : pogo point & cup

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pre test
2. Preparasi kavitas
3. Penumpatan kavitas dengan teknik inkremental
4. Finishing dan polishing

106
TAHAPAN PEKERJAAN
1. Membuat outline kavitas klas I. Buat simulasi karies dengan menggunakan pulpen
berwarna hitam, pada area pit dan fissure di oklusal gigi.

2. Preparasi kavitas
a. preparasi kavitas pada area karies menggunakan round bur. Area email yang tidak
didukung dentin dibuang dengan tapered bur. Kedalaman preparasi 0,2 – 0,8 mm
a. Bevel. Dilakukan pembentukan partial bevel pada email pada cavosurface sebagai
tahap akhir preparasi. Bevel dibuat dengan menggunakan tapered bur dengan sudut
kemiringan 45 derajat terhadap permukaan gigi bagian luar sehingga membentuk
bevel knife edge. Bevel hanya dibuat pada tepi cavosurface yang prisma emailnya
belum terpotong.

3. Aplikasi resin komposit.


a. Etsa. Bahan yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 35 - 37 %. Asam fosfat
ini dioleskan pada tepi email dengan menggunakan kapas kecil (cotton pellet) atau
aplikator khusus (microbrush), didiamkan 15 detik pada email dan 10 detik pada dentin
yang telah terpreparasi, kemudian di bilas sampai bersih dengan semprotan air.
Permukaan kavitas dikondisikan moist/ lembab dengan mengoleskan kavitas dengan
kapas kecil yang dibasahi aquades steril yang telah diperas kering.
b. Bonding. Bahan bonding diaplikasikan pada kavitas dengan menggunakan
microbrush, biarkan selama 10 detik. Kemudian kavitas dikeringkan dengan
menggunakan semprotan udara ringan, tetapi tip semprotantidak langsung masuk
kedalam kavitas, melainkan hanya diatas kavitas selama 1 sampai 2 detik. Kemudian

107
dilakukan penyinaran selama 10 detik. Arah sumber sinar tegak lurus bidang preparasi
dengan jarak sedekat mungkin (paling tidak sekitar 1 mm).
c. Aplikasi resin komposit
Tube syringe resin komposit diputar sampai bahan menonjol dari ujung tube sekitar 1
mm. Plastis instrumen diletakkan sejajar dengan tepi tube, kemudian plastis instrumen
memotong resin komposit. Resin komposit yang sudah terambil dari tube tidak boleh
tersentuh oleh tangan dan langsung diletakkan pada kavitas menggunakan plastis
instrumen. Aplikasi resin komposit pada kavitas klas I dilakukan dengan teknik
incremental / layering dengan cara aplikasi pertonjol. Ketebalan tiap lapisan resin
komposit maksimal 2 mm. Jeda tiap aplikasi per lapisan tidak lebih dari 5 – 10 menit.
Kondensasikan resin komposit didalam kavitas menggunakan kondensor. Lapisan
terakhir dibentuk menggunakan plastis instrumen dan kondensor.

4. Pemolesan komposit.
Buang kelebihan komposit dan pembentukan anatomi gigi dengan menggunakan
superfine diamond bur (bur pita kuning) bentuk buah pir, taper, atau flame. Pemolesan
dengan memakai pogo bur bentuk point dan cup.

Dari kiri ke kanan : pogo point & cup

108

Anda mungkin juga menyukai