Anda di halaman 1dari 20

REFLEKSI KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun Oleh:
Tifani Ardiana
112110229

Pembimbing: drg. Teguh Tri Widodo, M.Kes Sp.Prost

BAGIAN PROSTODONSI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
I. DESKRIPSI KASUS

IDENTIFIKASI PASIEN :
Nama : Sri Mulyani
TTL : Semarang, 28 Oktober 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Jawa - Indonesia
Alamat : JL.Parang rt 11 rw 08, Tlogosari
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 29 mei 2015

INFORMASI MEDIS
Golongan darah : o
Penyakit jantung : d.t.a.k
Penyakit diabetes : d.t.a.k
Haemofilia : d.t.a.k
Hepatitis : d.t.a.k
Penyakit lainnya : d.t.a.k
Alergi terhadap obat : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
MOTIVASI
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
C HI EF C OMPLA I N
Pasien mengeluh gigi belakang rahang atas kiri habis, sehingga merasa tidak
nyaman.
PRESENT ILLNESS
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan lepasan. Pasien merasa tidak nyaman saat
makan karena giginya telah banyak yang hilang. Pasien juga merasa malu
karena giginya ompong.
PAST DENTAL HISTORY
Pasien kehilangan gigi sudah lama, kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien
cabut sisa-sisa akar ke rumah sakit. Pasien ingin di buatkan gigi tiruan supaya
tidak malu karena ompong dan pasien ingin agar fungsi pengunyahannya
kembali nyaman.
PAST MEDICAL HISTORY
Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
FAMILY HISTORY
Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit
sistemik
Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit
sistemik
Anak : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit
sistemik

PEMERIKSAAN OBYEKTIF
GENERAL
Jasmani : Sehat (Baik)
Rohani : Komunikatif dan kooperatif
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 78 X/Menit
Berat badan : 69 Kg Respiration rate : 18 X/Menit
Temperatur : tdl Tinggi badan : 169 Cm
PERSONAL HISTORY
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, maupun
mengunyah tembakau
PEMERIKSAAN KLINIS INTRAORAL
1. Evaluation of residual ridges
a. Bentuk lengkung rahang : Maxillary : Normal
Mandibular : Normal
b. Bentuk Residual ridge : RA
RB
c. Lokasi Undercut :
d. Mucosa : Normal
e. Bentuk palatum : Normal
f. Maxillary tuberosity : Normal
2. Mukosa bibir : Normal
3. Mukosa pipi : Normal
4. Kedalaman vestibulum : Normal
5. Frenulum : Normal
6. Lidah
a. Mucosa : Normal
b. Ukuran : Normal
c. Reflek muntah : Tidak Ada ketika dilakukan pencetakan
d. Bentuk palatum : Sedang

PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRAORAL


Profil muka pasien : Simetris
Bentuk wajah : Simetris
Mata : Normal
Bibir : Normal
Telinga : Normal
Warna rambut : Normal
Warna mata : Normal
Kelenjar limfe
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Sendi : Normal
Kebiasaan buruk : Tidak ada bad habit
Ringkasan Pemeriksaan:
Pasien berusia 45 tahun kehilangan gigi rahang atas Klas II modifikasi 2 Kennedy,
dengan kehilangan gigi 14, 15 dan gigi 23, 26, 27 yang akan dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan. Kondisi pasien baik dan tidak memiliki penyakit sistemik.pasien
merasa malu dan susah saat mengunyah makanan. Untuk itu perlu dibuatkan gigi
tiruan sebagian lepasan rahang atas sehingga fungsi pengunyahan dapat normal
kembali.
Pemeriksaan Processus alveolaris :
a) Rahang Atas : b) Rahang Bawah :
Posterior kiri : rendah Posterior kiri : sedang
Anterior : sedang Anterior : sedang
Posterior kanan : sedang Posterior kanan : sedang
Foto Pasien:
Tampak Rongga mulut pasien :

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH

Relief dari RA

FOTO RONTGEN
ODONTOGRAM :

Ue ue
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Ue ue
Keterangan :
15 Missing teeth
14 Missing teeth
12 Missing teeth
11 Missing teeth
21 Missing teeth
25 Missing teeth
26 missing teeth
27 missing teeth
37 missing teeth
36 missing teeth
35 Missing teeth
45 missing teeth
46 missing teeth
47 missing teeth

DIAGNOSIS (Rahang atas)


Klasifikasi Kennedy Klas II
TAHAP DESAIN
1. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
RA : Klas II Kennedy
2. Tahap II : Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel :
RA : Dukungan mukosa dan gigi
3. Tahap III : Menentukan macam retainer
Direct retainer
RA :
Klamer C pada gigi 13 dan 22
Klamer 2 jari pada gigi 24 dan 15
Indirect retainer
Perluasan basis pada daerah anterior ( Cingulum ) dan posterior ( retromolar
pad )
4. Tahap IV : Menentukan macam konektor
RA : Basis akrilik palatal Cengkram 2 jari

3
2
2. cengkeram C
4
3. cengkeram C

4. cengkeram C dg rest

RAHANG ATAS

II. ALUR PERAWATAN


A.TAHAP KLINIS
1. KUNJUNGAN I
a. Anamnesa Indikasi
b. Pre treatment :
Scalling
c. Membuat Studi Model
Alat : Sendok cetak nomor dua
Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
Metode Mencetak : Mucostatik
d. Posisi operator : RB : di kanan depan pasien
Posisi pasien : RB : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar
lantai posisi mulut setinggi siku operator.
e. Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak
dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan
posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di
samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan
mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok
dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi
dengan stone gips dan di-boxing.

2. KUNJUNGAN II
a. Membuat work model
Alat : Sendok cetak fisiologis
Bahan cetak : Hyidrokoloid irreversible (alginat)
Metode mencetak : mucocompresi
Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu
dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping
kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam
mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan garis
median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas.
Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk
kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok
dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan
dibantu dengan trimming.

Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu
dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk
membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian
sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk
menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan muscle
trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
b. Pembuatan klamer yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan
melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai
sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
c. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang
dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
d. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.
3. KUNJUNGAN III
a. Try in basis gigi tiruan akrilik dengan klamernya.
b. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan
yang tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan
cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua
lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung
gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit
malam tersebut.
c. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
d. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi
posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan
dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan
oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk
mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk sesuai
dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
e. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.

4. KUNJUNGAN IV
a. Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
i. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan
cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu
saja).
ii. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi
tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi
tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.
Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari
lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
iii. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang
menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat
dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan
stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
iv. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang
diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan
normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan
gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka
dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode
selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak
terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum
MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan
BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
b. Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
i. Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta
memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu
agar pasien terbiasa.
ii. Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum
dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.
iii. Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan
direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak
berubah ukurannya.
iv. Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
v. Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera
kontrol.
vi. Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
5.KontrolV
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan
yang perlu dilakukan :
i. Pemeriksaansubjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
ii. Pemeriksaan objektif
a. Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b. Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
c. Melihat posisi cangkolan.
d. Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e. Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
III. PERTANYAAN KRITIS
1. Klasifikasi Gigi Tiruan sebagian lepasan
2. Bagian-Bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1V. LANDASAN TEORI
A. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
GTSL dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan
beberapa hal, yaitu :

1. Berdasarkan jaringan pendukungnya


a. GT dukungan mukosa, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat
dukungan dari jaringan mukosa.
b. GT dukungan gigi, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat
dukungan dari gigi asli.
c. GT dukungan mukosa dan gigi, yaitu gigi tiruan yang mendapat
dukungan dari mukosa dari gigi asli.
2. Berdasarkan saat pemasangannya
a. Immediate prothesa, dipasang segera setelah pencabutan
b. Conventional prothesa, dibuat setelah gigi lama dicabut

3. Berdasarkan ada tidaknya wing


a. Open face denture, tanpa wing pada bagian bukal dan labial,
biasanya untuk anterior.
b. Close face denture, memakai wing pada bagian bukal, biasanya
untuk posterior.
4. Berdasarkan bahan yang digunakan menurut Soelarko dan
Wachijati (1980) :
a. Frame denture
Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri
dari kerangka logam tuang dan bagian sadel terdiri dari akrilik
serta elemen gigi tiruan.
b. Acrylic denture
Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya
terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
c. Vulkanite denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri
dari karet yang dikeraskan sebagai basis gigi tiruan serta elemen
gigi tiruan.

5. Kennedy (1923) mengklasifikasikan GTSL, berdasarkan letak


sadel dan free end:
a. Klas I
Adanya ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end), mempunyai
daerah tanpa gigi di belakang gigi yang tertinggal pada sebuah
sisi rahang.
b. Klas II
Adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free end),
mempunyai daerah tanpa gigi di belakang gigi yang tertinggal
pada satu sisi rahang saja.

c. Klas III
Bila tidak ada ujung bebas (free end), mempunyai gigi yang
tertinggal di bagian belakang kedua sisi.
d. Klas IV
Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati median line.
Bila terdapat daerah tidak bergigi tambahan oleh Kennedy disebut
sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak ada modifikasi.
6. Miller Mengklasifikasikan Berdasarkan Letak Cangkolan
b. Klas I, Ada dua cangkolan yang lurus berhadapan dan tegak lurus
median line
c. Klas II, Ada dua cangkolan yang letaknya diagonal
d. Klas III, Ada tiga cangkolan yang membentuk segitiga di tengah
prothesa bila dihubungan dengan garis.
e. Klas IV, Ada empat cangkolan yang membentuk segi empat di
tengah prothesa bila dihubungan dengan garis.

7. Cummer Mengklasifikasikan berdasarkan letak cangkolan


a. Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan
berhadapan diagonal.
b. Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang
berhadapan tegak lurus.
c. Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang.
d. Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun
segiempat.
B. Bagian-Bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan kerangka akrilik terdiri atas
beberapa komponen, yaitu :
1. Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-
komponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain
atau bagian yang menghubungkan basis dengan retainer.
Fungsi konektor utama adalah menyalurkan daya kunyah yang
diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain.
Syarat konektor utama adalah rigid, tidak mengganggu gerak jaringan,
tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva, tepi konektor
utama cukup jauh dari margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan
tidak tajam supaya tidak menganggu lidah dan pipi.
Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah
gigi yang hilang, dan rahang mana yang dibuatkan. Pada rahang atas
dapat berupa single palatal bar, U-shaped palatal connector, antero-
posterior palatal bar dan palatal palate. Pada rahang bawah dapat
berupa lingual bar dan lingual plate.

2. Konektor Minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan
konektor utama dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal.
Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk
melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban
oklusi ke gigi peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya
pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor
utama, menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan
kepada sandaran serta mentransfer efek retainer/klamer serta
komponen gigi lain ke gigi tiruan.

3. Sandaran / Rest
Merupakan bagian GTSL yang bersandar pada permukaan gigi
penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal
pada prothesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal
gigi posterior (sandaran oklusal) atau pada permukaan lingual gigi
anterior (sandaran incisal). Preparasi tempat sandaran ini disebut rest
seat.
Fungsi sandaran / rest :
a. Menyalurkan tekanan oklusal dari gigi tiruan ke gigi pegangan
b. Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya
c. Mencegahnya lengan cengkeram mekar/terbuka akibat tekanan
oklusal
d. Mencegah ekstrusi gigi pegangan
e. Mencegah terselipnya sisa makanan
f. Menyalurkan sebagian gaya lateral ke gigi pegangan
g. Memperbaiki oklusi
h. Sebagai retensi tidak langsung
i. Dapat sebagai splint dan mencegah kerusakan jaringan
periodontal
4. Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa
klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan
permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan tuang oklusal adalah
lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal gigi dan merupakan
cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan
gigi karena konstruksinya sederhana dan efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan
ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan,
pengimbangan, retensi, stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.
Macam-macam cangkolan menurut Ney, yaitu : Akers clasp, Roach
clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action clasp, Reverse back
Action clasp, Ring clasp, T clasp, I clasp, dan Compound clasp /
Embrasure clasp.
5. Indirect Retainer
Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung
diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari
garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa
lingual bar atau lingual plate bar.
6. Basis Landasan
Basis adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bagian untuk
mengganti jaringan alveolaris yang hilang dan tempat melekatnya
anasir gigi tiruan.
Fungsi basis :
a. Sebagai pondasi utama gigi tiruan
b. Melanjutkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung
c. Menunjang kebersihan dan perbaikan estetis
d. Memberikan stimulasi jaringan dibawahnya terutama kasus
tooth borne
e. Memberikan retensi dan stimulasi.
Keuntungan basis gigi tiruan kerangka akrilik: penghantar termis,
ketepatan dimensional, kebersihan terjamin, kekuatan maksimal,
dengan ketebalan minimal.
7. Gigi tiruan pengganti
Merupakan bagian GTS yang berfungsi menggantikan gigi asli yang
hilang. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan gigi yaitu : ukuran,
bentuk, warna, dan bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd


edition, W.B. Saunders Co. Philadelphia

Haryanto, A.G., 1995, Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid
II, Cetakan I, Hipokrates, Jakarta

Itjiningsij, 1980, Dental Teknologi, cetakan I, Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Trisakti, Jakarta

Soelarko, R.M dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung

Swenson, M.G., dan Terkla, I.G., 1959. Partical Denture, C.V., Mosby Co.,
St. Louise
LEMBAR PENGESAHAN

Case Refleksion

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Disusun oleh

Tifani Ardiana. S,KG

112110229

Telah disetujui oleh :

Semarang, 3 Februari 2017

Pembimbing klinik Operator

drg.Teguh T.W, Sp.Prost, M.Kes Tifani Ardiana, S.KG.

Anda mungkin juga menyukai