Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/362378831

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA (Full Color) ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Tim Penulis

Chapter · July 2022

CITATIONS READS

0 7,757

2 authors, including:

Mohammad Imam Sufiyanto


IAIN Madura, Pamekasan, Jawa Timur
33 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

ekonomi View project

Pembelaran Daring IPS View project

All content following this page was uploaded by Mohammad Imam Sufiyanto on 31 July 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Book Chapter

Tim Penulis
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
ANATOMI
FISIOLOGI
MANUSIA
(Full Color)

ISBN: 978-623-6040-92-8
Jl.Nyi Wiji Adisoro Rt. 03/01 Pelemsari
Prenggan Kotagede,Yogyakarta. 55172
Email Marketing Cs.: nutamedijogja@gmail.com
IKAPI No. 135/DIY/2021 connecting lecturers
9 786236 040928
BAB 2

Homeoistasis Sel, Jaringan, dan Organ

Tubuh manusia merupakan susunan sistem yang sangat terorganisir secara rapi
dan mempunyai sistem pengaturan yang setiap saat selalu dapat berkoordinasi dengan
rinci dan tanpa kesalahan untuk dapat mempertahankan kondisi dari keseimbangan
tubuh dalam kondisi statis secara fisiologi. Jika terjadi gangguan didalam tubuh baik
berupa gangguan phisiologis, yaitu badan akan menstimulus dan usaha keras untuk
dapat dikembalikan lagi dalam keadaan stabil melalui mekanisme timbal balik antara
muatan negatif dan muatan positif. Homeostasis ini merupakan proses yang sangat
penting karena sel dan jaringan tubuh hanya akan tetap hidup dan dapat berfungsi
secara efisien ketika kondisi internal ini dipertahankan dengan baik. Semua sistem
organ bekerja dengan normal cara saling bergantung untuk mempertahankan
homeostasis.

A. Pengertian Homeostasis
Homeostasis merupakan prinsip paling dasar yang juga menunjang semua proses
phisiologis. Homeostasis adalah suatu proses dalam tubuh makhluk tetap menjamin
untuk terus dalam kondisi sehat, sehingga proses metabolisme yang terlibat
didalamnya berupa sel tampil seimbang dan optimal. Homeostasis dirujuk juga pada
pertahanan dan juga pengaturan lingkungan yang seimbang dan konstan (badan
organisme). Homeostatis juga adalah keseimbangan kondisi didalam sel, juga disebut
equilibrium. Homeostatis mengelola metabolisme dalam membran plasma, untuk
mendistribusikan apa saja cairan yang masuk dan meninggalkan sel, sehingga sel dapat
menjaga keseimbangan cairan yang ada didalam organel-organel sel (Yustina &
Darmadi, 2017).
Kata Homeostasis merupakan istilah ilmiah dalam kesehatan, ada dua kata yang
dapat diartikan yaitu Homeo yang artinya sama, sedangkan arti kata stasis adalah
seimbang atau mempertahankan sebuah keadaan, sehingga jika diartikan secara ilmiah
merupakan suatu keadaan di dalam fisik untuk mengontrol jalur keluar masuk
metabolisme untuk mengetahui gangguan segala kondisi yang akan terjadi. Istilah ini
banyak dipakai oleh ahli fisiologi untuk mendeskripsikan adalah sebuah kondisi
konstan yang hampir selalu ada di lingkungan dalam tubuh organisme (Raimundus
Chalik, S.Si., M.Sc., 2021).
Organisme bersel satu atau unisel tidak mampu untuk survive dalam daerah yang
tidak konsisten oleh sebab itu sedikit yang juga memiliki perlindungan penuh terhadap
alam yang dihuninya, namun makhluk kompleks multiseluler, seperti hewan dan
manusia, juga mampu bertahan di daerah yang dinamis karena itu punya kemampuan
survive dengan keadaan alam yang juga ada didalamnya (mileu interieur) sehingga
dijamin juga kondisi keberlangsungan hidup organisme.
Pada tahun 1926, ada ahli sel yang bernama Cannon menjelaskan bahwa
homeostasis merupakan kondisi dimana dari proses phisiologis dalam tubuh untuk
mampu menstabilkan konstannya tubuh dan cenderungnya semua sistem jaringan
tubuh guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau equilibrium.
Kemudian berlanjut sekitar tahun 1965, seorang ahli bernama Dubois kembali
mendeskripsikan, yaitu kata homeostasis adalah kondisi dimana mampu beradaptasi
dengan alam secara internal atau eksternal yang dapat sewaktu-waktu berubah sebagai
suatu kunci kesuksesan, survive dan tetap hidup, atau suatu kondisi keseimbangan yang
sifatnya turun-naik, yang mempertahankan kondisi tubuh melalui adanya pergeseran
dan kesesuaian atau adaptasi akan adanya gangguan yang berlangsung kontinue
(Sherwood, 2011).
Jadi, bisa juga dipahami pengertian homeostasis adalah pola dari perubahan yang
kontinue atau kondisi dari tubuh untuk dapat mempertahankan keseimbangan dalam
segala kondisi yang dialaminya dan juga bersifat berubah-ubah yang berlangsung stabil
atau tetap, dan terjadi pada setiap individu. Proses homeostasis juga bisa terjadi, jika
tubuh mengalami konstan dan stress sehingga tubuh akan secara alami juga akan
terjadi proses mekanisme imun untuk menjaga kondisi yang konstan (Nurjati, 2015).

B. Mekanisme Kestabilan Pada Sistem Homeostasis


Homeostasis juga dapat mempertahankan dari semua proses dalam prinsip
menyeimbangkan cairan didalam sel, namun bersifat fluktuatif (dynamic steady state).
Berbagai macam regulator yang terkontrol dalam homeostasis itu sendiri meliputi feed
back negatif dan feed back positif yang merupakan mekanisme secara otomatis dan
terstruktur dengan baik secara koordinasi yang rapi.
Regulasi dari adanya negative feedback adalah regulasi yang urgent untuk
homeostasis. Regulasi dari adanya feed back negatif ini control sistem senantiasa
mengkomparasikan dari parameter yang dikontrol (misalnya suhu tubuh atau tekanan
darah) dengan nilai setpoint. Contohnya adalah pada saat keadaan dingin, badan akan
dikontrol untuk mengurangi cairan pada badan, berupa urine. Selain itu, ada juga
pengaturan umpan balik yang positif (negative feedback). Pengaturan ini tidak bersifat
homeostasis karena tidak memperbesar stimulus, sampai ada idikator dari luar yang
mampu menghentikan (Muliani, 2012).

Gambar 1. Mekanisme umpan balik negatif yang mengatur kadar glukosa


Sumber : (Yustina & Darmadi, 2017)
Sedangkan untuk pengaturan feed back positif dari variabel control yang
mengalami perubahan, sehingga dapat memicu stimulus yang dapat mendorong ke
satu arah yang sama, seperti start permulaan dari perubahan sehingga mekanisme
perubahan semakin kuat. Umpan balik positif ini jarang terjadi didalam tubuh, namun
umpan balik ini juga berperan penting dalam suatu keadaan tertentu. Misalnya adanya
pelepasan oksitosin yang semakin banyak dengan semakin besarnya tekanan pada
serviks.

Gambar 2. Mekanisme Umpan Balik Positif Pada Partus


Sumber : (Yustina & Darmadi, 2017)

Dalam pergerakan yang distimulus oleh umpan balik (feed back) positif maka
pergerakan akan memutar otot dan pergerakan secara melingkar dan membuat
keadaan kembali homoestasis untuk menyeimbangkan cairan tubuh yang akan keluar
(Ermolaeva et al., 2018). Faktor-faktor yang merupakan suatu lingkungan didalam,
harus juga melindungi secara homeostasis, adalah :
1. Kadar dari molekul zat pada gizii. Sel-sel juga butuh adanya distribusi molekul
nutrient yang konstan, untuk dapat menyuplai bahan bakar energi dalam
metabolik untuk menghasilkan energi. Energi kemudian, juga digunakan untuk
menyokong kegiatan-kegiatan special dan untuk survive.
2. Kadar parameter oksigen dan karbon dioksida. Sel membutuhkan oksigen
sebagai bahan baku reaksi biokimia tubuh dan merangsang sebanyak mungkin
energi dari molekul nutrien digunakan oleh aktivitas sel. Karbon dioksida yang
diproduksi selama proses rekasi tersebut berlangsung harus disetarakan dengan
CO2 yang dikeluarkan oleh paru-paru, sehingga karbon dioksida membentuk
acid ini dapat menurunkan tingkat keasaman untuk kondisi dalam sel.
3. Konsentrasi zat ekskresi. Berbagai reaksi dari senyawa kimia menghasilkan
proiduk-produk akhir yang berdampak racun bagi sel-sel apabila dibiarkan
tertimbun melebihi kapasitas tertentu.
4. Kadar keasaman (pH). Diantara dampak yang terlihat mencolok dari adanya
tingak keasaman yang berubah dilingkungan internal adalah adanya perubahan
mekanisme membentuk sinyal listrik pada sel saraf dan perubahan dari aktifitas
enzim di semua sel yang ada di dalam tubuh.
5. Komponen H2O, elektrolit garam, dan ion-ion berlainan kutub lain. Karena
kadarnya relatif kecil dari garam (NaCl) dan H2O yang masuk ke luar sel
(lingkungan internal) dipengaruhi oleh kadar air yang tersedia atau keluar sel,
konsentrasi komponen tersebut diatur secara detail untuk mempertahankan
kapasitas sel yang sesuai. Sel juga kehilangan fungsinya secara normal apabila
mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam
mekanisme peran yang berbeda. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relatif konstan.
6. Adanya temperature badan. Sel juga berfungsi secara maksimal dalam rentan
suhu yang optimal dan sempit. Beberapa sel terjadi perlambatan aktifitas yang
hebat, jika suhunya terlalu ekstrem dan yang lebih buruk komponen protein
struktural dan enzimatiknya akan tidak teratur apabila suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan. Dua Komponen regulasi pada kondsi lingkungan
didalam, yaitu plasma, harus juga dipertahankan pada tekanan darah dan
volume yang kuat agar juga penghubung vital antara sel dan lingkungan
eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

Gambar 3 ilustrasi dalam konsep homeostasis yang berjalan didalam tubuh dan sel
Sumber : Kerajaan Biologi.com

Ilustrasi pada gambar, tentang konsep homoestasis yang menjadi siklus didlam
tubuh Nampak jelas dalam sistem tubuh homoestasis akan mempertahankan kerja sel
agar sel tidak banyak kehilangan cairan di dalamnya. Didalam kerja dari sel dan tubuh
yang mempertahankan homeostasis, sehingga sistem kerja metabolisme di dalam
tubuh bekerja dengan baik tanpa adanya gangguan dari lingkungan di luar tubuh yang
dapat membuat komponen organel sel akan semakin berkurang.
C. Distribusi Bermacam-macam Sistem bagi Homeostasis
Homeostasis sangat urgent bagi tingkat keberlangsunan kehidupan sel yang ada,
dan pada saatnya, kumpulan sel akan melalui kegiatan khususnya setiap sel, memiliki
peran sebagai bagian dari kondisi tubuh untuk menjaga kondisi alam didalam yang
digunakan bersama oleh semua sel (Li et al., 2018).
Terdapat sebelas sistem tubuh utama, yang merupakan kontribusi terpenting
mereka untuk homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
1. Sistem peredaran darah. Adalah sebuah sistem transport yang mengedarkan
macam zat yang dibutuhkan, misalnya zat makanan, oksigen, CO2, zat-zat sisa,
elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Saluran cerna. Mampu untuk memisahkan makanan menjadi senyawa
yang mikroskopis dan zat gizi yang dapat dicerna ke dalam plasma darah
diedarkan ke seluruh sel tubuh. Sel ini juga mendistribusikan air dan elektrolit
dari lingkungan luar ke lingkungan dalam. Sistem ini mengeluarkan eksresi
makanan yang tidak dicerna menjadi tinja lewat saluran pembuangan.
3. Sistem Pernafasan (Respirasi). Mengambil oksigen dari udara yang luas dan
mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan
pengeluaran CO2 pembentuk asam, sistem respirasi juga penting untuk
mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.
4. Sistem Eksresi. pengeluaran untuk kelebihan NaCL, H2O, dan elektrolit lain
dari plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Gerak Pasif. Sebagai Penyokong dan pelindung lunak organ penting
dan lainnya. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat cadangan kalsium, suatu
kadar ion-ion yang hilang juga dipertahankan agar tidak dehindrasi dan
kehilangan cairan. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga membuat
gerak aktif pada tubuh.
6. Sistem Otot. Berfungsi dalam menggerakkan alat gerak yang pasif dan
berkoordinasi yang memungkinan terjadinya aus akibat gerak yang timbul dan
banyak kehilangan energi panas, karena manusia termasuk kedalam organisme
homoiterm. Untuk itu kontrol kesadaran juga membutuhkan koordinasi dari
alat gerak aktif untuk melakukan gerakan.
7. Sistem Integument. Kotnrol dari proteksi untuk gangguan luar baik mekanik
dan kimia dan juga mencegah terjadinya dehidrasi pada kulit dan tubuh, serta
mencegah mikroorganisme keluar masuk. Untuk menjaga regulator didalam
tubuh manusia dan konstanya suhu tubuh kulit juga sebagai pengontrol keluar
masuknya cairan dan penghubung lingkungan luar. Kulit merupakan jaringan
yang tersusun atas tiga lapisan yang mampu menjaga homoestasis tubuh dan
sebagai regulator dan penguat sistem pertahanan tubuh, sehingga banyak dari
kulit yang pertama kali rusak akibat gangguan dari luar.
8. Sistem Imun. Merupakan pertahanan tubuh yang paling sempurna dalam
mempertahankan kondisi tubuh dari gangguan luar, serangan dari bakteri dan
virus, benda asing dan sel-sel tubuh yang telah berubah menjadi kanker. Sistem
ini juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dan
pergantian sel yang telah tua.
9. Sistem Saraf. Merupakan salah satu dari dua sistem pengatur atau control
utama tubuh. Secara umum, sistem ini mengontrol dan mengkoordinasikan
aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. Sistem ini sangat penting
terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap berbagai
perubahan di lingkungan internal. Selain itu, sistem ini akan bertanggung jawab
atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk
mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10. Sistem Endokrin. Merupakan sistem kontrol keseimbangan. Secara umum,
kelenjar-kelenjar penghasil hormone pada sistem endokrin mengatur aktifitas
yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan. Sistem ini
terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan
menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit
lingkungan internal.
11. Sistem Reproduksi. Reproduksi merupakan sistem yang masih non esseial,
sehingga hanya dibutuhkan pada waktu tertentu fungsinya. Akan tetapi,
reproduksi dibutuhkan pada waktu meneruskan keberlangsungan hidup
spesies/jenis.

Gambar 4 ilustrasi kerja Homeostasis dalam berbagai sistem kerja tubuh


Sumber Gambar : Generasi Biologi
D. Tahapan-Tahapan Dalam Homeostasis
1) Homeostasis pertama (primer)
Pada tahapan ini adalah bagaimana tubuh juga dapat mempertahankan
keseimbangan tubuh untuk tidak kehilangan cairan akibat adanya luka kecil
robeknya sistem integument atau kulit. Jika peristiwa desquamasi terjadi dan
terdapat luka kecil pada sistem transportasi, maka homeostasis primer akan
muncul. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima dari transportasi dan
trombosit. Luka akan pula menginduksi terjadinya sistem vasokonstriksi dan
sumbat trombosit. Pada Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan
lama. Jika homeostasis pada fase pertama belum cukup untuk menyembuhkan
luka, maka dapat dilanjutkan fase kedua.
2) Homeostasis kedua (Sekunder)
Pada mekanisme kedua, bagaimana homoestasis pada terjadi luka. Maka jika
terjadi luka yang parah dan melebar pada pembuluh darah atau jaringan yang
lain, maka terjadi tingkat homeostasis yang kedua akan banyak terlibat keeping
darah (trombosit) dan koagulan (penggumpalan darah) dan terjadi koagulasi.
Tingkat kedua ini mencangkup pembentukan fibrin, dan bersifat delayed dan
waktu lama untuk merespon, jika respon kedua tidak berpengaruh akan
dilanjutkan ke respon yang ketiga.
3) Homeostasis Ketiga (Tersier)
Terakhir pada sistem Homeostasis ketiga atau tersier ini bertujuan untuk dapat
terkontrol dan agar dari aktivitas koagulasi (pembekuan darah) tidak
berlebihan.Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis, sistem
fibrinolisis adalah pembekuan darah yang digunakan untuk menghilangkan
beberapa sel yang rusak. Pada homoestasis yang terakhir inilah sistem
homoestasis yang dapat memperoleh keseimbangan dalam tubuh dan stabil
(Hansen et al., 2018).

Gambar 5 Proses mekanisme homoestasis pada luka


Sumber : Badan PPSDM Kesehatan
E. Ketidakseimbangan Homeostasis
Mekanisme ketidakseimbangan homoestasi, merupakan gejala tubuh atau sel tidak
lagi seimbang dan banyak kekurangan cairan. Jika ada pertahanan tubuh atau
homeostasis yang gagal berfungsi dengan baik, mengalami gangguan pada salah satu
sel atau semua sel, maka tubuh akan terganggu dan tidak memiliki lingkungan yang
baik dan optimal untuk metabolisme akibatnya tubuh akan kehilangan fungsi dan
keseimbangan sistem yang ada didalamnya. Beberapa gangguan sistem akan
memunculkan gejala patofisiologis didalamnya. Patofisiologi merupakan gejala dimana
tubuh akan mengalami abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologis) yang akan
berkaitan dengan beberapa penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis yang
menyebabkan tambah parahnya penyakit, sehingga tidak lagi memungkinkan
keberlangsungan hidup yang akan menyebabkan kematian fungsional sel atau organ
didalamnya, sehingga akan mati organisme tersebut (Erickson & Echeverri, 2018).
Hampir pada semua penyakit akan menyebabkan kegagalan untuk dapat
mempertahankan kondisi tubuh yang optimal. Keberadaan organisme dilingkungan
tertentu yang sangat ekstrem seperti di kutub utara tanpa pelindung dan pakaian akan
berakibat fatal jika tubuhnya mengalami mal fungsi dalam sirkulasi metabolisme dan
gagal mempertahankan kondisi suhu tubuhnya. Hal ini dapat juga menyebabkan
terganggunya fungsi metabolik dari proses enzimatik sel yang sangat bergantung pada
suhu tubuh termonal. Contoh lain dehidrasi pada suhu ekstrem akan menyebabkan
kerja dari ginjal semakin berat dan sistem integument mengeluarkan banyak caira yang
akan berakibat fatal terhadap terganggunya metabolisme sel dan fungsi dari organ
tubuh secaracontinue dan menurunkan fungsi metabolik dari sistem homeostasis sel
atau tubuh organisme (Serin & Acar, 2019).

Gambar 6 Ilustrasi ketidakseimbangan homestasis pada tubuh akibat


aktivitas metabolisme di dalam tubuh manusia
Sumber gambar : Pinterpandai.com
Pada beberapa kasus untuk tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk
merawat secara intensif bagi pasien-pasien yang kehilangan kontrol homeostasis.
Berbagai indikator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut
jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
banyaknya cairan tubuh yang keluar. Tujuan unit adalah untuk usaha alih fungsi dan
mengambil kerja dari homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh tubuh yang tidak
normal sehingga tidak mampu mengembalikan fungsi homeostasis (Westman et al.,
2020).
Secara umum kondisi tubuh dalam mempertahankan homeostasis, baik bagi sel,
jaringan, dan organ akan cenderung seimbang baik dari segi pemasukan maupun dari
segi pengeluaran, kecuali tubuh akan merasa kehilangan cairan atau dehidrasi maka
homeostasis didalam tubuhnya akan merasa mulai tidak seimbang karena ion positif
dan ion negatif akan berkurang dan tidak seimbang. Pada tubuh yang memiliki banyak
cairan maka tubuh terutama di dalam sel akan kehilangan banyak cairan, sel memiliki
membrane plasma yang memisahkan antara kondisi lingkungan di dalam maupun
kondisi lingkungan diluar. Pada kondisi jaringan tubuh kondisi homestasis dapat pula
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan diluar sehingga kadang-kadang tubuh akan
merasa kehilangan kontrol padahal tubuh sudah berusaha menjaga untuk menjaga
homeostasis didalamnya, terkadang karena kondisi suhu lingkungan yang ekstrim maka
partikel-partikel kecil didalam tubuh akan semakin banyak yang pergi dan menghilang.

Gambar 7 ilustrasi tubuh dalam mempertahankan keseimbangan (homeostasis)


Sumber : Wikipedia.com

Oleh karena itu dalam mempertahankan kondisi homeostasis didalam tubuh


diperlukan nutrisi, mineral, dan ion-ion yang dapat mendukung pada sel, jaringan, dan
organ yang mampu dalam mempertahankan tubuh dari kondisi ekstrem, serrangan
virus, dan gangguan fisik dari luar yang akan juga dapat menyebabkan homeostasis
akan hilang keseimbangan dan membuat tubuh merasa kejang-kejang terhadap kondisi
lingkungan. Homesotasis bisa terjadi baik dari sel, organ, maupun pada jaringan tubuh
organisme yang dapat memberikan saling pengertian, komunikasi, dan transport ion
didalam tubuh organel, organ, dan organisme sehingga tubuh akan tetap terjaga dalam
kondisi homeostasis secara kontinu dan berkepanjangan.

Daftar Pustaka

Badan PPSDM Kesehatan. (2018). Anatomi Fisiologi Manusia. Retrieved from


https://bppsdmk.kemkes.go.id

Erickson, J. R., & Echeverri, K. (2018). Learning from regeneration research


organisms: The circuitous road to scar free wound healing. Developmental
Biology, 433(2), 144–154. https://doi.org/10.1016/j.ydbio.2017.09.025

Ermolaeva, M., Neri, F., Ori, A., & Rudolph, K. L. (2018). Cellular and epigenetic
drivers of stem cell ageing. Nature Reviews Molecular Cell Biology, 19(9),
594–610. https://doi.org/10.1038/s41580-018-0020-3

Hansen, M., Rubinsztein, D. C., & Walker, D. W. (2018). Autophagy as a promoter of


longevity: insights from model organisms. Nature Reviews Molecular Cell
Biology, 19(9), 579–593. https://doi.org/10.1038/s41580-018-0033-y

Lalu Abdur Rahman. (2018). Homestasis Definisi dan Konsep. Retrieved from
https://www.kerajaanbiologi.com/tag/homeostasis/

Li, X., Egervari, G., Wang, Y., Berger, S. L., & Lu, Z. (2018). Regulation of chromatin
and gene expression by metabolic enzymes and metabolites. Nature Reviews
Molecular Cell Biology, 19(9), 563–578. https://doi.org/10.1038/s41580-018-
0029-7

Muliani. (2012). Exercise Enhancing Calcium Absorption Mechanism. Medicina, 43,


103–107.

Mh. Badurt Tamam. (2018). Homon dan Homoestasis. Retrieved from


https://generasibiologi.com/2016/04/hormon-dan-homeostatis.html

Mahmudi. (2019). Homeostasis pada tubuh manusia. Retrieved From


https://www.pinterpandai.com/homeostasis-penjelasan-soal-jawaban/

Nurjati, S. (2015). Homeostasis dan Sistem Umpan Balik Positif Negatif. Biological
and Strcuture, 12(5), 342–352.

Raimundus Chalik, S.Si., M.Sc., A. (2021). Anatomi Fisiologi Manusia. Health and
Modern Biological, 13(4), 234–254.
Serin, Y., & Acar, N. (2019). Effect of Circadian Rhythm on Metabolic Processes and
the Regulation of Energy Balance. 16, 322–330.
https://doi.org/10.1159/000500071

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia. xxix, 870 hlm.

Wikipedia. (2020). Diagram yang juga menggambarkan bahwa ada


perubahan glukosa menjadi glikogen dan sebaliknya untuk menjaga kadar gula
darah tetap konstan, meskipun terjadi fluktuasi akibat makan atau berpuasa.
Retrived From https://id.wikipedia.org/wiki/Homeostasis

Westman, J., Grinstein, S., & Marques, P. E. (2020). Phagocytosis of Necrotic Debris
at Sites of Injury and Inflammation. Frontiers in Immunology, 10(January).
https://doi.org/10.3389/fimmu.2019.03030

Yustina, & Darmadi. (2017). Buku Ajar Fisiologi Hewan. FKIP Universitas Riau,
14(6), 1–275.

BIOGRAFI PENULIS

Moh. Imam Sufiyanto dilahirkan di kota


Pamekasan, Jawa Timur Pada tanggal 30 Januari
1987, anak kedua dari tiga bersaudara, Berangkat
dari bangku sekolah, ia meneruskan kuliah pada
prodi Biologi, dan Pendidikan Biologi di
Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun
2005. Setelah lulus pada Strata Satu (S1), ia
melanjutkan ke Strata Dua (S2) di kampus dan
jurusan yang sama pada tahun 2012. Ia menjadi
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN Pamekasan) di kota Pamekasan
ini pada Prodi S1 Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI), yang pada pertengahan
tahun 2017 ini sudah berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN Madura)
Pamekasan. Penulis juga bisa dihubungi melalui media sosial via surel atau email
bersamabiologi@gmail.com, dan biologiyayan@gmail.com. WA 0852-3267-8786.
Alamat domisili penulis: Jl Pintu Gerbang Gang VII RT 001/RW 007 No. 124
Pamekasan, Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan Kota Pamekasan Jawa Timur.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai