Anda di halaman 1dari 11

STIKES RS.

BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

PENGERTIAN HOMEOSTASIS & SISTEM PENGENDALIAN TUBUH (MEKA


NISME UMPAN BALIK POSITIF & NEGATIVE), PENGERTIAN DAN KOMP
ONEN LENGKUNG REFLEKS

MATA KULIAH : ILMU BIOMEDIK DASAR

DOSEN : DIAN TAVIYANDA, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok :

1. MISERI KORNELINCE DAELI ( 01.2.21.00760)


2. NOVINDA CICILIA HARIMU ( 01.2.21.00761 )
3. WILMELMINA YOLENTA KAPA ( 01.2.21.00771 )

Tahun Ajaran 2021


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerah-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Biomedik Dasar dengan judul “PENGERTIAN HOME
OSTASIS & SISTEM PENGENDALIAN TUBUH (MEKANISME UMPAN BALIK POSITIF & NE
GATIVE), PENGERTIAN DAN KOMPONEN LENGKUNG REFLEKS”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ilmu Biom
edik Dasar dan kami berharap ssemoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bag
i pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makal
ah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Namun kami tetap berusaha agar makal
ah ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 13 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................1

 A. Pengertian.........................................................................................................................1
a. Homeostasis...............................................................................................................1
b. Sistem Pengendalian Tubuh.......................................................................................2
o 1.1 Umpan Balik Positif............................................................................................3
o 1,2 Umpan Balik Negatif...........................................................................................4
 B. Pengertian dan Komponen Lengkung Refleks..................................................................5
o 2.1 Pengertian............................................................................................................5
o 2.2 Komponen Lengkung Refleks.............................................................................6

BAB II PENUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
a. Homeostasis
Homeostasis adalah kemampuan tubuh untuk beradaptasi dan menjaga
keseimbangan kondisi cairan didalam internal tubuh terhadap perubahan lingkungan
disekitar. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pengertian homeostatis yaitu upaya yang dilakukan
tubuh dalam mempertahankan keadaan ataupun situasi stabil dialam lingkungan tubuh baik
itu sel tubuh maupun cairan dalam tubuh manusia, misalnya cairan intrasel atau cairan
ekstrasel. Sangat perlu menjaga volume cairan tubuh dan komposisi elektrolit didalam
cairan tubuh baik cairan ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam batas
normal agar proses homeostasis tetap berjalan. Gangguan cairan di elektrolit dapat
membawa penderita dalam keadaan darurat, yang jika tidak dikelola secara cepat dan tepat
dapat menimbulkan kematian. Infus sangat membantu ketika pasien sangat membutuhkan
supply cairan ion. Namum pada penggunaan cairan infus yang tidak diperhatikan dengan
baik, akan membuat keadaan semakin buruk.
Dalam tujuan manusia banyak sekali faktor-faktor internal tubuh yang harus
dipertahankan secara homeostasis. Konsep dari homeostasis sendiri adalah sel tubuh
berkontak dengan lingkungan internal yang dipertahankan sendiri dan bukan dengan
lingkungan eksternal yang mengeliling sel. Dalam proses homeostasis, tubuh harus
senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai sebagai parameter, lalu
mengkoordinasikan respons dan sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu sama lain.
Karena itu, keadaan stabil sangatlah penting bagi setiap manusia karena apabila organ-organ
saraf manusia tidak berfungsi dengan baik saat menerima rangsang dari luar, hal ini akan
sangat berbahaya dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Banyak gejala yang dapat merangsang organ-organ pertahanan atau homeostasis dalam
tubuh kita, misalnya dehidrasi, yang artinya dimana keadaan tubuh seseorang mengalami
kekurangan cairan tubuh atau mengalami kekurangan air dan zat natrium. Kemudian, saat
tubuh mengalami dehidrasi banyak gejala penunjang yang dirasakan oleh manusia, hal ini
menunjukkan bahwa organ-organ homeostasis tubuh masih berfungsi. Setelah itu, dapat
melakukan pencegahan atau pengobatan dengan cara memberikan tambahan cairan dari luar
1
tubuh misalnya oralit. Oralit adalah larutan yang berguna untuk menambah cairan dalam
tubuh karena oralit engembalikan berbagai ion-ion tubuh yang terbuanng pada saat tubuh
mengalami dehidrasi. Selain oralit, dapat juga digunakan air dengan kandungan sodium
rendah, jus apel, jeruk, dan anggur untuk mengatasi dehidrasi hipertonik. Digunakan air,
suplemen yang menngandung sodium, dan jus toat untuk mengatasi dehidrasi isotonic.
Sedangkan untuk dehidrasi hipotonik, dapat menggunakan obat dengan kadar sodium tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara homeostasis tubuh dengan cairan
dalam tubuh, yaitu homeostasis merupakan cara sistem tubuh didalam kegiatannya
menyetabilkan keadaan cairan baik intrasel maupun ekstrasel yang ada dalam tubuh.

b. Sistem Pengendalian Tubuh


Sistem pengendali tubuh secara garis besar dilakukan oleh sistem saraf dan sistem en
dokrin. Kedua sistem ini dapat bekerja secara berurutan dan (sequential), bergantian atau sec
ara serempak (simultaneous) untuk tujuan yang sama. Sistem adalah seperangkat komponen
yang bekerjasama secara terkoordinasi untuk mencapai suatu ataupun beberapa tujuan. Secar
a umum dapat dikatakan bahwa pengendalian merupakan kegiatan yang terdapat dalam suat
u sistem yang mengubah beberapa factor/variable untuk mencapai tujuan. Kegiatan suatu sis
tem dapat berubah atau menurun secara terkendali, oleh pengaruh perubahan salah satu varia
ble melalui mekanisme umpan balik negative (negative feedback).

Pengendalian beraneka perilaku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan


suatu sistem dengan tujuan tertentu. Dengan kata lain, sistem pengendali merupakan sistem
yang mempunyai tujuan.
Sistem koordinasi atau pengendali adalah sebuah sistem yang mengatur kerja organ-
organ pada tubuh. Sistem ini berperan untuk memerintahkan setiap organ untuk bekerjasama
mendukung fungsi tubuh agar bekerja dengan baik.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai
media untuk berkomunikasi anatr sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali
berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormone. Sistem saraf pusat terdiri
dari otak dan medulla spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda.
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen juga disebut sebagai
saraf sensorik, yang berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor.saraf
eferen juga disebut sebagai saraf motorik, terdiri dari dua bagian, yaitu saraf motorik
somatik dan saraf motorik autonom. Saraf motorik somatik membawa impuls dari pusat otot
ke rangka sebagai organ efektor. Saraf motorik autonom merupakan salah satu komponen

2
sistem saraf autonom yang mengendalikan otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem
somatik turut berperan dalam proses mengendalikan kinerja otot rangka yang diperlukan
untuk menyelenggarakan beragam sikap dan Gerakan tubuh. Sistem saraf autonom (SSAU)
termasuk pusat pengendali di otak, pada dasarnya melakukan kegiatan secara independent
dan tidak langsung dikendalikan oleh kesadaranc. SSAU terutama mengendalikan berbagai
fungsi organ visceral yang sangat penting untuk mepertahankan kehidupan.
Pengendalian fungsi berbagai sistem organ oleh saraf berjalan secara relatif cepat
dibandingkan dengan sistem humoral, karena komunikasi berjalan melalui proses
penghantaran impuls listrik di sepanjang saraf. Rangsang ditimbulkan oleh perubahan
lingkungan baik didalam maupun diluar tubuh. Reaksi tubuh terhadap suatu rangsang yang
melibatkan sistem saraf disebut refleks. Jalur refleks tersebut bila dibuat bagan gambar akan
terlihat seperti jalur yang melengkung dengan demikian jalur yang dilalui proses reflek
sering disebut sebagai lengkung refleks (reflex arc).

1.1 Umpan Balik Positif


Umpan balik positif adalah sebuah proses yang terjadi dalam sebuah umpan balik
yang memberikan dampak gangguan kecil. Sehingga, dampak pertubasi pada
sebuah sistem meliputi sebuah peningkatan dalam magnitudo perturbasi. Sehingga, A
memproduksi lebih banyak B yang memproduksi lebih banyak.
Contoh umpan balik positif :
1. Pada saat terjadi kontraksi saat persalinan, hormon oksitosin dilepaskan kedalam tubuh
yang merangsang kontraksi lebih lanjut yang meyebabkan kontraksi meningkat.
2. Pada proses pembekuan darah trombosit diaktifkan yang menyebabkan pembekuan
darah dapat terjadi lebih cepat.
3. Pada proses menyusui lebih banyak susu diproduksi melalui peningkatan sekresi
prolaktin.
4. Estrogen yang berfungsi selama fase folikuler dari menstruasi juga merupakan contoh
dari umpan balik positif
5. Generasi sinyal saraf adalah contoh lain, di mana membran dari serat saraf menyebabkan
kebocoran sedikit ion natrium melalui saluran natrium, sehingga perubahan dalam
potensial membrane menyebabkan saluran membukan lebih. Jadi hasil sedikit kebocoran
awal dalam ledakan kebocoran natrium menciptakan saraf potensial aksi.
6. Kontrol lonjakan LH pada saat okulasi

3
1.2 Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif adalah umpan balik yang berupaya mencapai tujuannya dengan
memberikan respon terhadap kegagalan pencapainnya. Memiliki pengaruh perubahan paling
sensitif atau paling besar pada kinerja sistem secara keseluruhan.
Contoh umpan balik negatif :
1. Hipofisis memerintahkan ACTH untuk meningkatkan kortisol pada adrenalin yang
berfungsi dalam metabolism glukosa, lipid dan protein kemudian setelah produksi
kortisol mencukupi adrenal akan memerintahkan hipopisis untuk menghentikan
produksi ACTH.
2. Pada penderita diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar gula dalam darah karena
kurangnya hormone insulin sehingga pada saat kita mengkonsumsi gula yang kita
ketahui sifat gula membawa air hal ini menyebabkan pada saat penyaringan di
glomerulus sebagian gula yang lolos dari penyaringan akan keluar bersama urine dan
terjadi peningkatan urine (poliuri) karena banyaknya air yang keluar dari tubuh lewat
urine maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibatnya penderita akan merasa
kehausan.
3. Pada penderita Diabetes Mealitus karena kurangnya insulin maka terdapat banyak
gula diluar sel akibatnya sel akan memakan gula yang ada pada otot untuk mendapat
energi, akibatnya penderita merasa kelelahan dan mudah kelaparan.
4. Mekanisme penginderaan (reseptor) mengenali perubahan keadaan diluar batas-batas
tertentu. Pusat control atau integrator (sering terdapat diotak) menilai perubahan
tersebut dan mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk memperbaiki keadaan.
Keadaan tersebut senantiasa dipantau oleh reseptor dan dievaluasi oleh pusat kontrol.
Ketika pusat kontrol menentukan bahwa keadaan telah kembali normal, tindakan
perbaikan tidak dilanjutkan lagi

4
B. Pengertian dan Komponen Lengkung Refleks

2.1 Pengertian

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangs
angan, tanpa memerlukan control dari otak. (Robinson 2020). Jadi dapat dikatkan gerak refleks terja
di tanpa disadari. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut jantung, pernapasan, ak
tivitas suatu stimulus) dan respons somatis (sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada
lutut) merupakan kerja refleks. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pintas, kemudian dikirimka
n oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didal
am otak dan langsung mengirim tanggapan ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor, yaitu ot
ot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Adapun pengertian refleks adalah suatu b
entuk respon segera, baik motorik maupun sensorik. Dengan demikian, tanpa adanya interview dari
otak, otot dapat berkontraksi sebagai respon dari stimulus (Robinson, 2020).

Lengkung refleks adalah suatu sistem alur. Alur sistem dimulai dari rangsangan yang diteri
ma oleh suatu reseptor sampai terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor. Di efektor yang berup
a otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi di otot polos. T
etapi bila efktornya berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetus
kan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dan ef
eren biasanya terdapat di susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung refleks merupakan aktivitas
yang termodifikasi oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen)di neuron eferen.

Lengkung refleks terdiri dari :

1. Organ Indra;
2. Saraf Aferen;
3. Sinaps (satu atau lebih);
4. Saraf eferen; dan
5. Efektor
Pada mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatic aferen, dan eferen biasanya terdapa
t di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsali
s medulla spinalis atau melalui nervus kranalis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion d
orsalis atau di ganglion homolog nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis
atau melalui nervus cranial yang sesuai. Radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radik
s ventralis bersifat motorik (hukum Bell-Magendie)
5
Lengkung refleks mempunya 2 macam, lengkung reflek sederhana dan lengkung refleks yan
g mempunyai lebih dari satu. Lengkung refleks sederhana adalah lengkung reflek sinaps tunggal da
n dinamakan reflek monosinaptik, sedangkan lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu sina
ps antara neuron aferen dan eferen dinamakan polisinaptik.

Gambar 2.1

Jika dibuat gambar urutan peristiwa yang terjadi, maka akan terlihat seperti jalur yang mele
ngkung. Kegiatan ini dimulai dari reseptor sensorik sebagai potensial reseptor (besarnya sebanding
dengan kuat rangsang), potensial reseptor akan membangkitkan potensial aksi. Pada sistem saraf pu
sat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnyasebanding dengan kuat rangsang yang berupa potensial e
ksitasi pascasinaps dihubungan-hubungan saraf (sinaps).

2.2 Komponen Lengkung Refleks

Semua lengkung refleks teridiri dari komponen yang sama, yaitu :

a. Reseptor adalah ujung distal dendrit yang menerima stimululs.


b. Jalur aferen melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke otak atau medulla spinalis.
c. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
d. Jalur eferen melintas sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
e. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang merespon.

BAB II

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. homeostatis yaitu upaya yang dilakukan tubuh dalam mempertahankan keadaan ataupun
situasi stabil dialam lingkungan tubuh baik itu sel tubuh maupun cairan dalam tubuh
manusia. Konsep dari homeostasis sendiri adalah sel tubuh berkontak dengan
lingkungan internal yang dipertahankan sendiri dan bukan dengan lingkungan eksternal
yang mengeliling sel.
2. Sistem koordinasi atau pengendali adalah sebuah sistem yang mengatur kerja organ-
organ pada tubuh. Sistem ini berperan untuk memerintahkan setiap organ untuk
bekerjasama mendukung fungsi tubuh agar bekerja dengan baik.
3. Umpan balik positif adalah sebuah proses yang terjadi dalam sebuah umpan balik yang
memberikan dampak gangguan kecil.
4. Lengkung refleks adalah suatu sistem alur. Alur sistem dimulai dari rangsangan yang dit
erima oleh suatu reseptor sampai terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor.

7
DAFTAR PUSTAKA

A. Homeostasis
https://www.academia.edu/14885520/HOMEOSTASIS_MAKALAH_ok

http://repository.wima.ac.id/id/eprint/17110/2/BAB%201.pdf

1.1 Umpan Balik Negatif

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Negative_feedback

1.2 Umpan Balik Positif

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Umpan_balik_positif

B. Lengkung Refleks
Putri Ni’matul Lilah, http://repository.unair.ac.id/25565/12/12.%20Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai