Anda di halaman 1dari 110

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

H DENGAN
SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT “ISPA” DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ABUKI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ESTER
NIM. P. 003200190107

RPL ANGKATAN III JURUSAN KEPERAWAATAN


POLTEKES KEMENKES KENDARI
2020
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. H DENGAN SALAH
SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT “ISPA” DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ABUKI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan meyelesaikan pendidikan program studi


Diploma III Keperawatan

Oleh :

ESTER
NIM. P. 003200190107

RPL ANGKATAN III JURUSAN KEPERAWAATAN


POLTEKES KEMENKES KENDARI
2020

i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. NamaLengkap : ESTER

2. Tempat / Tanggal Lahir : Liabuku, 16 Maret 1979

3. JenisKelamin : Perempuan

4. Agama : Katolik

5. Suku / Kebangsaan : Toraja

6. Alamat : Desa Epeea, Kec. Abuki, Kab. Konawe

7. No. Tlp / Hp : 0812-4562-1784

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Liabuku tahun 1992

2. SMP Negeri Bungi tahun 1995

3. SPK Pemda Buton tahun1999

4. Poltekes Kendari Sampai 2020

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, sehinggga penulis dapat menyusun karya tulis

ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawataan keluarga Tn H pada klien

Ny, M dengan gangguan sistem pernafasan “ ISPA “ di Kec. Abuki.

Studi kasus ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan

pendidikan program diploma III RPL Keperawatan Poltekes Kendari.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan studi kasus

ini banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak khususnya

pembimbing I Nurfantri, S.Kep, Ns,.M,Sc, dan pembimbing II Rusna

Tahir, S.Kep, Ns, M.Kep untuk itu penulis juga mengucapkan terima

kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekes Kendari

2. Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns. M,Sc selaku pembimbing I

3. Ibu Rusna Tahir, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing II

4. Bapak Indriono Hadi, s.Kep.,Ns.,M.kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan

5. Seluruh dosen Poltekes Kendari yang telah banyak memberikan

bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.

vi
6. Tak lupa pula saya mengucapkan banyak terimah kasih kepada kepala

puskesmas Kec. Abuki Ibu Hasnani, SKM., M.Kes, yang telah member

izin penelitian serta pengambilan data dalam menyusun karya tulis

ilmiah.

7. Ucapan terimah kasih banyak kepada suami, anak, dan keluarga

tercinta saya, atas doa, motivasi dan dukungan moral, materi dan

kasih sayang.

8. Seluruh staf pengelola D III Keperawatan Poltekes Kendari yang

selalu sabar dalam memberikan pelayanan sehingga proses

perkuliahan dapat berjalan dengan baik.

9. Rekan – rekan angkatan 2019 yang telah bersama-sama menempuh

pendidikan di Poltekes Kendari

10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan limpahan rammat-Nya

kepada kita semua dan memberikan balasan untuk amal perbuatan kita.

Akhir kata tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu saran

dan kritik yang membangun, sangat penulis harapkan demi perbaikan

karya tulis ini.

vii
Unaaha, 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………… iii
KEASLIAN PENELITIAN……………………………………………………. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………… vi
ABSTRAK…………………………………………………………………...... viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 2
C. Manfaat Penulisan…………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi………………………………………………………………… 4
2. Anatomi fisiologi sitem pernafasan........................................................ 4
3. Etiologi………………………………………………………………… 12
4. Patofisiologi……………………………………………………………. 13
5. Manifestasi klinis.................................................................................... 14
6. Pemeriksaan penunjang………………………………………............... 15
7. Komplikasi…………….………………………………..……………… 15
8. Penatalaksanaan……………………………………………………....... 17
9. Pengobatan……………………………………………………………... 17
10. Pathway ……….………………………………………………………. 18
11. Konsep Askep Keluarga…….…………………………………………. 19
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian…………………………………………………………....... 37
B. Data Fokus…………………………………………………………….. 46
C. Analisa Data…………………………………………………………… 48
D. Diagnose Keperawatan………………………………………………… 51
E. Rencana Keperawatan…………………………………………………. 51
F. Implementasi dan Evaluasi…………….………………………………. 54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian…………………………………………………………....... 63
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 63
C. Intervensi…………………………………………………………........ 65
D. Implementasi………………………………………………………...... 66

ix
E. Evaluasi………………………………………………………….......... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………......... 68
B. Saran………………………………………………………………....... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pathway Penyakit ISPA...........…… ..………………….. 18

Gambar 3.1. Genogram Struktur Keluarga Ny. M.…………………………... 38

Gambar 3.2. Denah Rumah ………………………………………………….. 40

xi
DAFTAR TABEL

Hal.

Table.2.2 Kriteria Dan Standar Keperawatan………………………….. 34

Table. 3.1 Anggota Keluarga……………………………..……………. 37

Tabel. 3.2 Pemeriksaan Fisik…………………………………………… 43

Tabel. 3.3 Analisa Data…………………………………………………. 48

Tabel. 3.4 Intervensi Keperawatan……………………………………… 51

Table. 3.5 Implementasi dan evaluasi Keperawatan…………………….. 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengkajian Pasien Ny. M dengan ISPA

Lampiran 2. Surat Pernayataan Benar Telah Melakukan Penelitian Studi Kasus

Lampiran 3. Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 4. Materi Penyuluhan

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 6. Media Penyuluhan Leaflet ISPA

Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan

xiii
ABSTRAK

ESTER ( P.003200190170) AsuhanKeperawatan Keluarga Tn. HDengan Salah


Satu Anggota Keluarga Menderita GangguanSistemPernafasan
“ISPA”.Dibimbingoleh Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns.M.Sc selaku pembimbing I.

Latar belakang.Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran


pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari,Diagnose yang muncul pada pasien yang
mengalami ISPA antara lain : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperseksi jalan nafas dan Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Metode penulisan. Metode
yang di gunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah deskriptif dengan
pendekatan studi kasus, pada salah satu pasien Ny dengan Infeksi Saluran Penafasan
Akut ( ISPA ) di Kec. Abuki, Kab. Konawe. Hasil. hasil studi kasus pada Ny. M di
temukan masalah utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, masalah yang
menyertai ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Simpulan.Dari hasil asuhan
keperawatan pada penelitian ini dari 2 masalah yang di angkat, Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan nafas masalah yang teratasi
sebagian dengan 3 hari implementasi dan Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
masalah dapat teratasi dengan 3 hari implementasi. Saran. Di harapkan kita dapat
membantu dalam memberikan asuhankeperawatan pada pasien dengan ISPA.

Kata Kunci : ISPA, Askep Keluarga

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian
bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan
menyerang host apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA
ini paling banyak di temukan pada anak-anak dan paling sering menjadi satu-
satunya alasan untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani
perawatan inap maupun rawat jalan (Cahya, 2016).
World Health Organization (WHO) (2017), memperkirakan insidens
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun. Pada
tahun 2010, jumlah kematian ISPA Indonesia sebanyak 151.000 kejadian, dimana
14% dari kejadian tersebut disebabkan oleh pneumonia (Siska, 2017).
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia telah mencapai 25%
dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 provinsi
diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga
sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas
yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA/ISPA sebagai
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari
seluruh kematian balita) (Kemenkes RI, 2016)
Hasil Riskesdas (2013) infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh
virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Namun data prevalence ISPA di Sulawesi Tenggara mencapai (22,2%). Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda
dengan 2007 (25,5%) (Riskesdas, 2013).
1
Data dari Dinas kesehatan Sulawesi tenggara tahun 2015 di dapatkan
bahwa ISPA menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di Sulawesi
Tenggara dengan jumlah kasus yang ditemukan sebannyak 55.521 kasus (Profil
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2015)
Berdasarkan data penyakit ISPA di puskemas Abuki sejak 2017 terakhir
sampai sekarang mengalami tingkat penurunan yang signifikan, di mana pada
tahun 2017 jumlah pasien ispa mencapi 621 kasus, tahun 2018 menurun menjadi
595 kasus dan tahun 2019 dengan jumlah kasus 581 kasus pasien ISPA. ( Profil
Kesehatan PKM Abuki, 2019 )
Menurut Sudiharto dalam Siska (2017), puskesmas mempunyai peran yang
sangat penting dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia di
indonesia maupun internasional. Puskesmas bertanggung jawab mengupayakan
kesehatan pada jenjang tingkat pertama dan berkewajiban menanamkan budaya
hidup sehat kepada setiap keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
menyelenggarakan asuhan keperawatan keluarga.
Bedasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. H Pada Salah Satu
Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem Pernafasan “ ISPA “ di
Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan “Asuhan Keperawatan KeluargaTn. H Pada Salah
Satu Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem Pernafasan “ ISPA “ di
Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.
2. Tujuan Khusus

2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga Tn.


HPada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem
Pernafasan “ ISPA “ di Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.

2
2.2 Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan keluarga Tn.
HPada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem
Pernafasan “ ISPA “ di Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.
2.3 Mahasiswa mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan keluarga
Pada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem Pernafasan “
ISPA “ di Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.
2.4 Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan keluarga Tn. H
Pada Salah Satu Anggota Keluarga Yang Menderita ISPA Di Wilayah
Kerja Puskesmas Abuki.
2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan keluarga
Tn. H Pada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Gangguan Sitem
Pernafasan “ ISPA “ di Wilayah Kerja Puskesmas Abuki.

C. Manfaat penulisan

1. Manfaat bagi institusi


Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi
sehingga diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada petugas
dalam mengatasi masalah kesehatan dengan ISPA di wilayah Abuki.

2. Bagi rumah sakit

Dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat memahami proses


pelaksanaan asuhan keperawatan/tindakan pada pasien dengan ISPA di
wliayah Abuki

3. Bagi pasien dan keluarga


Hasil studi kasus ini dapat memberikan informasi dan dapat lebih mengetahui
serta lebih paham akan status kesehatannnya dalam masa pemberian asuhan
kesehatan dan proses penyembuhannya.

3
4. Bagi mahasiswa dan penulis
 Sebagai bahan penambah wawasan dan untuk diaplikasikan dilapangan
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan terhadap kasus ISPA di wilayah Abuki dengan menggunakan
asuhan keperawatan sesuai standar profesi.
 Sebagai pengembangan kemampuan penulis sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah dengan
memberikan pendidikan kesehatan dalam kasus ISPA di lingkungan
masyarakat Abuki serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi peneliti dan hal yang diteliti.
2. Bagi institusi
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi
sehingga diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada petugas
dalam mengatasi masalah kesehatan dengan ISPA di wilayah Abuki.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ISPA
Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal, 2009)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan
adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA
secara otomatis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernapasan. Sesuai dengan batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk
saluran pernapasan. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari. (Depkes, 2010).
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
a. Organ Pernafasan

1) Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
5
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung (Adib, 2017).
Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping
hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas
farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi
bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares
anterior, dan bagian respirasi (Adib, 2017).

6
Menurut Pearce (2007) permukaan luar hidung ditutupi oleh
kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke
dalam vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar
keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi
menapis benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi.
Terdapat 3 fungsi rongga hidung :
1. Sebagai filtrasi.
2. Sebagai penerimaan bau.
3. Sebagai ruang resonasi.
Menurut Graaff (2010) pada potongan frontal, rongga hidung
berbentuk seperti buah alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum
mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang
dilapisi oleh mukosa, yaitu:
- Konka nasalis superior.
- Konka nasalis medium.
- Konka nasalis inferior.
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu
meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian
tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus
inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas,
keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang
disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang
atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada
rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis (Adib,
2017)
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang
menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman,
sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung di bagian
7
mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf
penciuman disebut nervus olfaktorius (Adib, 2017).
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas
dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan
rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut
tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata
disebut tuba lakminaris (Adib, 2017).
Fungsi hidung, terdiri dari :
- Bekerja sebagai udara pernafasan
- Sebagai penyaring udara pernafasan yang di lakukan oleh bulu –
bulu hidung.
- Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.
- Membunuh kuman – kuman yang masuk bersama – sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lender.
2) Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama
istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring,
ke belakang lubang esofagus (Adib, 2017).
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa
tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini
dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan
dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorok)
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Adib,
2017).
8
Menurut Graaff (2010 dalam Adib, 2017) Faring dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan
atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting
yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius
dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan
berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk
membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

2) Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak


dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua
saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari
dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi
pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks menelan
berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan
terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan secara
stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk
ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh
fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila,
seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.

3) Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring


merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah
laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem digestif.
Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat
posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

9
3) Laring
Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok
yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring (Adib,
2017). Laring terdiri dari 4 tulang rawan antara lain:
- Kartilago tyroid ( 1 buah ) bawah jakun.
- Kartilago aritenoid ( 2 buah ) yang berbentuk beker.
- Kartilago krikoid ( 1 buah ) yang berbentuk cincin.
- Kartilago epiglottis ( 1 buah ).
4) Trakea
Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring
yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia hanya bergerak kearah luar (Adib, 2017).
Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami
percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang memisahkan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Dinding-dinding
trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir. Lendir
ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat
partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia
berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke faring yang dapat
ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan saluran pernapasaan (Adib, 2017).

10
5) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris
kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris
kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian
terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Adib, 2017).
a) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan nafas.
b) Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).
c) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
d) Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.
6) Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan) (Adib, 2017).
11
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Adib, 2017).
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan
ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-
cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm
(Adib, 2017).
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada
pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas (Adib, 2017).
Persyarafan penting dalam aksi pergerakan pernapasan disuplai
melalui N. Phrenicus dan N. Spinal Thoraxic. Nervus Phrenicus
12
mempersyarafi diafragma, sementara N.Spinal Thoraxic mempersyarafi
intercosta. Di samping syaraf-syaraf tersebut, paru juga dipersyarafi
oleh serabut syaraf simpatis dan para simpatis (Adib, 2017).
Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah yang
miskin oksigen dari ventrikel kanan masuk ke paru melalui arteri
pulmonalis. Selain system arteri dan vena pulmonalis, terdapat pula
arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta, untuk memperdarahi
jaringan bronki dan jaringan ikat paru dengan darah kaya oksigen.
Ventilasi paru (bernapas) melibatkan otot-otot pernapasan, yaitu
diafragma dan otot-otot interkostal. Selain ini ada otot-otot pernapasan
tambahan eperti otot-otot perut (Adib, 2017).
b. Fisiologi sistem pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia
sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan
oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang
tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan
anoksia serebralis (Adib, 2017).
1) Pernapasan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu
bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli
memisahkan okigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil
oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan
ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil
buangan yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah
dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan

13
hidung (Adib, 2017). Empat proses yang berhubungan dengan
pernapasan pulmoner :
- Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
- Arus darah melalui paru – paru, darah mengandung oksigen
masuk ke seluruh tubuh.
- Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat, yang bisa di capai untuk semua bagian.
- Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih muda berdifusi dari pada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat
pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2
lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng
oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi
pernapasan eksterna (Adib, 2017).
2) Pernapasan sel
a) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa
kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke
dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari
jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah
kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara
keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan
bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian
juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia
reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi
senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas
14
pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2
menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Adib, 2017).
b) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan
sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung
pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas
yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah.Aliran darah bergantung pada
derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2
dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin,
dan afinitas (daya tarik) hemoglobin (Adib, 2017).
Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Adib, 2017) yaitu :
 Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada
waktu kita menarik napas tekanan parsial oksigen dalam
atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi udara berbeda
dengan komposisi udara atmosfer tekanan parsial O2 dalam
alveoli 105 mmHg.
 Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru
untuk mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam
darah ini terdapat oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg.
Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba pada
pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli
maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi
masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses
difusi tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100
mmHg.
 Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah
diedarkan keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran
oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma
darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
15
oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat
kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan
parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan
bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
 Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan,
oksigen dibawa melalui cairan interstisial lebih dahulu.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20 mmHg.
Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri (100
mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi
oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan
interstisial.
 Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara
0-20 mmHg. Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk
ke dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi
metabolism yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari
makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan
H2O, CO2 dan energi.
c) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2.
Hemoglobin adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida,
dibentuk porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom
besi dapat mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan
satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga
reaksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi (Adib, 2017).
d) Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2
sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan
26 sederhana. CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat
mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase
16
(berkurangnya sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam
plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah
melalui kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel
darah merah beraksi dengan gugus amino dari protein,
hemoglobin membentuk senyawa karbamino (senyawa
karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut
CO2 ditunjukkan ,,oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan
garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam darah arterial 2,6
ml dalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2 (Adib,
2017).

C. Etiologi
Depkes (2004) menyatakan penyakit ispa dapat disebabkan oleh
berbagaipenyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lainnya.
Ispa bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ispa bagian
bawah dapat disebabkan oleh bakteri, umumnya mempunyai manifestasi
klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
penanganannya
Bakteri penyebab ispa antara lain adalah genus streptococcus,
stapilococus, pneumococus,haemophyllus, bordetella dan corynobacterium.
Virus penyebab ispa antara lain golongan paramykovirus (termasuk
didalamnya virus influenza, virus parainfluenza dan virus campak),
adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan lain-lain. Di Negara-
negara berkembang umumnya kuman penyebab ispa adalah streptococcus
pneumonia dan haemopylus influenza.
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan
17
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak
keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan reflex
spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan
kenaikan aktfitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada dinding saluran
napas, sehingga terjadipengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.
Rangsangan cairan berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk sehingga
pada tahap awal gejala ispa paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti streptococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran
napas sehingga timbul sesak napas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya factor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa
dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran napas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ketempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar kesaluran napas bawah. Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran napas bawah, sehingga bakteri-bakteri
yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernapasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri

18
Penanganan penyalit saluran pernapsan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran napas terutama dalam hal bahwa system imun
disaluran napas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
system imun sistemik pada umumnya. System imun sluran napas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan cirri khas system
imun mukosa. Cirri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran napas bawah, diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran napas.
Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyekit ispa ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
1) Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa
2) Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh
sebelumnya memang sudah rendah
3) Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk
4) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia (Nurrijal, 2009)
E. Manifestasi Klinis
Ispa merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernapasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrate peradangan
dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mucus serta
perubahan struktur fungsi siliare. (Muttaqim, 2008)
Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :
a) Gejala dari ispa ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
- Batuk
19
- Serak
- Pilek
- Panas, atau demam.

b) Gejala dari ispa sedang


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
- Pernafasan cepat
- Suhu tubuh lebih dari 39 o C
- Tenggorokkan berwarna merah
- Timbul bercak – bercak merah pada kulit
- Telinga sakit atau mengeluarkan serumen
- Ada suara nafas tambahan.
c) Gejala dari ispa berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
- Bibir atau kulit membiru
- Terjadi penurunan kesadaran
- Ada suara nafas tambahan
- Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
- Peningkatan denyut nadi
- Tenggorokkan berwarna merah.
F. Pemeriksaan Penunjang

a) Foto rontgen leher AP


Mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign)
b) Pemeriksaan laboraturium
Gambaran darah dapat normal jika disertai infeksi sekunder maka leukosit
dapat meningkat

20
c) Pemeriksaan kultur
Dapat dilakukan bila didapat eksudat di orofaring atau plica vocalis. Dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri
streptococcus grup A.

G. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.Komplikasi yang dapat
terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran
infeksi.
a) Sinusitis Paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar,
nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah
sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat
lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai
sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus
disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa
sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi
sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotik.
b) Penutupan Tuba Eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
21
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-
kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau
diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi
pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering
menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.
Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan
antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan selaput
telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan
terjadi otitis media perforata (OMP). Faktor-faktor OMP yang sering
dijumpai pada bayi dan anak adalah :
1) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran
sekret.
2) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan
perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
3) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah
walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat
(meningitis).
c) Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
H. Penatalaksanaan

a) Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit tersebut
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada yang bersangkutan
orangtua misalkan penderita ISPA pada anak-anak atau balita
b) Klasifikasi ISPA dalam pencegahan

22
Program pemberantasan ispa (P2 ISPA) mengklasifikasi ispa sebagai
berikut:
- Pneumonia berat : di tandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
kedalam
- Pneumonia : di tandai secara klinis oleh adanya nafas cepat.
- Bukan pneumonia : di tandai secra klinis oleh batuk pilek, bisa di
sertai demam, tanpa tarikan dinding dada ke dalam, tanpa napas
cepat.
I. Pengobatan

1. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic parenteral,


oksigen dan sebagainya

2. Pneumonia: diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila penderita


tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotic
pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotic. Diberikan perawatn


di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin bila deman diberikan obat

4. Penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
ada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotic(
penisilin) selama 10 hari.

23
J. Pathway

ISPA

Paparan udara mengandung


virus/bakteri/patogen

Fungsi hidung dalam fungsi


filterisasi

Ukuran besar tersaring ukuran


kecil akan masuk

Silia mendorong debu ke Menyebar ke tonul


faring ( tonsillitis )

Spasmus laring gagal melakukan Selulitis


tangkapan refleks pentonular

Abses pentonular
Virus/bakteri/patogen dalam debu
merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernapasan Resiko infeksi

Reaksi peradangan

Hipotalamus berespon Reaksi mucus meningkat


dengan menekan set point

batuk Sesak nafas


Tubuh demam

Ketidakefektifan
hipertermia bersihan jalan
24 nafas
Sumber : Colmon, BH (1992). Disiase of The Nose, Throat and Ear, and
Head and Neck : A Handbook For Students and Practitioners. Fourtheeth
Edition. Singapore : Longman : 92 - 163

K. Konsep Asuhankeperawatan keluarga


Pada sub Bab inipenulis akanmenguraikanmengenaikonsepkeluarga, dan
konsepproses keperawatan keluarga secaratertulis.

1. Konsep Keluarga
A. Pengertian
Istilahkeluarga didefinisikan berbedabedda tergantungdari orientasi
teoritisyang digunakan.Beberapa definisikeluarga
seringmenggunakanteori interaksi system atau
tradisional.Secaratradisionalkeluargadidefinisikan sebagaiberikut:

WHO (1969)

Keluarga adalah kumpulan anggotarumah tanggayang saling


berhubunganmelalui pertalian darah,adopsi atau perkawinan
(dalamandarmoyo, 2012)

Bergess (1962)

Keluargaterdiri
dariataukelompokorangyangmempunyaiiakatanperkawinan,
keturunansedarahatauhasiladopsidalam anggotatinggalbersamadalam
saturumah, anggota berinteraksidan berkomunikasidalam peransosial
sertamempunyai kebiasaan/ kebudayaanyang berasal

25
darimasyarakat,tetapimempunyaikeunikan sendiri(dalam Chayatin
nurul2012)

Depkes RI ( 1988)

Keluargaadalahunit terkecildarimasyarakatyangterdiridari
kepalakeluargadan beberapa orangyangterkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (
dalamAndarmoyo, 2012

Allender dan spradley(2001)

Keluarga adalahsatuataulebihindividuyangtinggalbersama,
sehinggamempunyai ikatanemosional,danmengembangkandalam
interaksisocial,perandantugas(dalam Susanto, 2012)

B. Type/fungsi keluarga
keluargamemerlukanpelayanankesehatanberasaldariberbgaimacam
polakehidupan. Tipe keluarga berkembangmengikutisesuai
denganperkembangansosial.Menurut friedman, bowden,& jones tahun
2003 (dalamchayatinnurul, 2012)

1. keluarga tradisional
a. Keluarga inti(nuclear family)
Keluargayangterdiri dariayah, ibu,dananakanak. Yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi sanksilegal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/keduanyadapatbekerja diluar rumah

b. Reconstituted nuclear,
pembentukan baru dari keluarga intimelalui
perkawinankembalisuami/istri,tinggaldalam
pembentukansaturumah
dengananakanaknya.Baikitubawaandariperkawinanlamamaupun

26
hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja
diluar rumah
c. Theextended family,
Keluarga intiditambah dengan sanak saudara, sepertinenek,
kakek, keponakan, paman, bibidan sebagainya.
d. Middle age
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua duanya bekerja
di rumah, anak anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/ perkawiananmenitikarir

e. Dyadic nuclear
Suami istriyang sudah berumur dan tidakmempunyaianak,
keduanya/salah satu bekerja diluar rumah
f. Thesingle parentfamily
Keluargayangterdiri darisatu orang tua(ayahatau ibu)dengan
anak,hal ini terjadi biasanyamelalui prosesperceraian,
kematianatau karena ditinggalkan
(menyalahihokumperkawianan)
g. Dual carier
Keluarga dengan suami istriatau keduanya berkarier dan tanpa
anak
h. Commutermarried
Suami/istrikedaunyaorang karierdantinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya salingmenacri pada waktuwaktu tertentu.
i. Multigenerationalfamily
Keluarga dengan beberapa generasiatau kelompok
umuryangtinggal bersama dalamsatu rumah
j. Institutional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggaldalam suatu panti

27
k. Thesingle adultliving alone
Keluargayangterdiri dariorangdewasayanghidupsendirikarena
pilihannya atau perpisahan (seperasi) seperti: perceraian atau
ditinggal mati.
2. Non tradisional
a. Theunmarried teenagemother
Keluargayang terdiridariorang tua (terutama ibu) dengan anak
darihubungan tanpa anak
b. ThestepparentfamilyKeluarga dengan orang tua tiri
c. Communefamily
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)yangtidak ada
hubungan saudara yanghidup bersamadalam satu rumah, sumber
danfasilitasyang sama, sosialisasi anak denganmelaluiaktivitas
kelompok / membesarkananak bersama.
d. Thenonmaritalheterosexualcohabiting family
Keluargayang hidupbersama
bergantigantipasangantanpamelaluipernikahan.
e. Cohabiting family
Orang dewasayanghidup bersama diluarikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
f. Group marriagefamily
Beberapaorangdewasayangmenggunakanalat
alatrumahtanggabersama,yang salingmerasa
salingmenikahdengansatudenganyang lainnya,berbagai sesuatu
termasuk sexualdanmembesarkananaknya.
g. Group network family
h. Keluarga intiyangdibatasi olehsetaturan/ nilai-
nilai,hidupberdekatansatu sama

28
laindansalingmenggunakanbarangbarangrumahtanggabersama,pe
layanan dan bertanggung jawabmembesarkan anaknya
i. Foster family
Keluargamenerimayangtidakadahubungankeluarga/saudaradidala
m waktu sementara,padasaatorangtuaanaktersebut
perlumendapatkanbantuanuntuk menyatukan kembali
keluargayangaslinya.
j. Homelessfamily
k. Keluargayangterbentukdantidakmempunyai perlindunganyang
permanen karena krisispersonalyang dihubungkan denga
keadaanekonomi dan atau problemkesehatanmental.

l. Gang
Sebuah bentukkeluargayang destruktifdari orang-
orangmudayangmencari ikatan emosional ndan
keluargayangmempunyai perhatiantetapi berkembang
dalamkekerasaan dalamkriminaldalamkehidupannya.
C. Struktur keluarga
Menurut dermawan,A C, (2008) adapun struktur
keluargadiantarannyayaitu:
1. Berdasarkan jalur hubungan darah
a. Patrineal,keluargayang disusun melaluijalur garis ayah sukusuku
di Indonesiarata ratamenggunakan struktur keluargapatrineal.
b. Matrineal,keluargayang disusun melalui jalur garis ibu.
2. Dominasi keberadaan tempattinggal
a. Patrilokal,satu keluargayangtinggalsedarah dari pihak suami
b. Matrilokal,satu keluargayang tinggalsedarah daripihak istri
3. Dominasi pengambilkeputusan
a. Patriakal,pengambilan keputusan adapada pihak suami
b. Matriakal,pengambilan keputusan ada pada pihak istri
29
D. Peran keluarga
Perankeluargamenggambarkanmasingmasinganggotakeluargabaikdida
lam keluarga di lingkunganmasyrakat, diantarannyayaitu Ayahsebagai
suami dan pemimpin keluarga dan mempunyai peran sebagai pencari
nafkah,pendidik ataupengayom,selalumenjaga
danmelindungikeluarga,dansebagaianggotakelompokmasyarakat.Ibusebag
aiistri dan pengaturatau pengurusrumah tangga, pengasuhanak anak,
pendidik,menjaga dan
melindungianakanakdankeluarga.Ibujugasebagaipencari
nafkahtambahananak berperanmelaksanakan tugasperkembangan dan
pertumbuhan fisik,psikis,dansosia.
Kakek/nenekdalamkeluargaadalahsematamatahadirdalam
keluarga,menjagadan
melindungianak,cucu,dansebagaiorangtua(setiawati,santun2008&andarm
oyo,S,2012).
E. Fungsi keluarga
FungsikeluargaMenurut friedman (1986)dalam citrs, dermawan A,
(2008) adapunfngsi keluargasebagaiberikut:
1. FungsiAfektif, fungsi internalkeluarga sebagaidasar kekuatan
keluarga. Terkaitdengan salingmengasihi,mensalingmendukung,dan
salingmenghargaiantaranggota keluarga.
2. Funsisosialisasi,mengembangkan prosesinteraksi dalamkeluarga.
Dimulaisejak lahir dan keluargamerupakan tempatindividuuntuk
belajar dan bersosialisasi.
3. Fungsireproduksi, keluargauntukmeneruskan kelangsunganketurunan
danmenambah sumber dayamanusia.
4. Fungsiekonomi,untuk memenuhikebutuhan seluruh
anggotakeluargannyayaitu:sandang, pangan danpapan.

30
5. Fungsiperawatan kesehatan, untukmencegah terjadinyamasalah
kesehatan danmerawat anggota keluargayang mengalami masalah
kesehatan.
6. Fungsikeluarga(PPNo. 21 thn. 1994 dan UUNo. tahun 1992)

1. Fungsikeagamaan
Keluarga adalahwahana utamadan pertamamenciptakanseluruh
anggota keluarga menjadi insanyangtakwa kepada
TuhanYangMaha Esa.Tugasdan fungsi keagamaan adalah:
1) Membina norma/ajaran agamasebagaidasar tujuan hidup
seluruh anggota keluarga
2) Menerjemahkan ajaran /norma agama kedalamtingkah
lakuhidup sehari– hari seluruh anggota masyarakat.
3) Memberikan contohkonkritpengalamanajaran agama
dalamhidup seharihari.
4) Melengkapidanmenambah proses kegiatan belajar
anaktentang keagamaanyang tidak atau kurang diperolehnya
disekolahataumasyarakat.
5) Membina rasa, sikapdan praktikkehidupan
keluargaberagamasebagaifondasi menuju
keluargakecilbahagiadan sejahtera.
2. Fungsisosialbudaya
Keluarga berfungsiuntukmenggali,mengembangkan
danmelestarikan sosialbudayaIndonesia, dengan cara :
1) Membina tugas tugas keluarga
sebagailembagauntukmeneruskan normadan
budayamasyarakatdan bangsayang ingindipertahankan.
2) Membina tugas tugas keluarga
sebagailembagauntukmenyaring norma budaya asingyang
tidak sesuai
31
3) Membina tugas tugas keluarga sebagailembagadimana
anggotanyamengadakan
kompromi/adaptasidaripraktik/globalisasi dunia
4) Membina budaya keluargayang sesuai, selaras dan seimbang
dengan budaya masyarakat/bangsauntuk terwujudnya
keluargakecilbahagiadan sejahtera.
3. Fungsikasih sayang
Keluarga berfungsimengembangkan rasa cintadan kasihsayang
setiap anggotakeluarga, antarkerabat, antargenrasi. Termasuk
dalamfungsiiniadalah:
1) Menumbuhkembangkanpotensikasihsayangyangtelahadadia
ntaraanggota keluargakedalam symbolsymbolnyata/ucapan
danperilakusecaraoptimaldan terusmenerus.
2) Membina tingkah laku salingmenyayangibaik antara anggota
keluargayang satu denganyang lainnyasecara kuantitatif dan
kualitatif.
3) Membina praktikkecintaanterhadap kehidupan duniamidan
ikhromidalam keluargasecaraserasi,selaras dan seimbang
4) Membina rasa, sikapdan praktik
hidupkeluargayangmampumemberikan dan menerima kasih
sayangsebagai polahidupidealmenujukeluarga bahagia
sejahtera.
4. Fungsiperlindungan
Adalah fungsiuntukmemberikan rasa aman secaralahir dan
batinkepada setiap anggota keluarga. FungsiInimenyangkut:
1) Memenuhikebutuhan rasa aman anggota
keluargabaikdarirasa tidak amanyang
timbuldaridalammaupun dari luar kegiatan
2) Membina keamanankeluargabaikfisik, psikis, maupun dari
berbgaibentuk ancaman dan tantangan datang dariluar.
32
3) Membina danmenjadikan stabilitas dan keamanan
keluargasebagaimodal menuju keluargabahagia sejahtera.
5. Fungsireproduksi
Memberikan keturunanyang berkualitasmelalui:pengaturandan
perencanaanyang sehatdanmenjadi insanpembangunanyang
handal,dengancara:
1) Membina kehidupankeluargasebagaiwahanapendidikan
reproduksi sehatbagi anggota keluargamaupun bagikeluarga
sekitarnya.
2) Memberikan contohpengalaman kaidah kaidah
pembentukankeluargadengan hal usia, pendewasaan fisik
maupunmental.
3) Mengamalkan kaidah reproduksi sehatbaikyang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak dan jumlahidealanakyang
diinginkan dalamkeluarga.
4) Mengembangkan kehidupan
reproduksisehatsebagaimodalyang kondusif menuju
keluargabahagia sejahtera.
6. Fungsipendidikan dan sosialisasi
Keluargamerupakantempat pendidikanutama dan pertamadari
anggotakeluargayang berfungsi
untukmeningkatkanfisik,mental,sosial dan spiritual secara
selarasdan seimbang. Fungsi iniadalah:
1) Menyadari,merencanakan danmenciptakan lingkungan
keluarga sebagaiwahana pendidikan dan sosialisasi
anakyang pertama dan utama.
2) Menyadari,merencanakandanmenciptakankehidupankeluarg
asebagaipusat
dimanaanakdapatmencaripemecahanmsalahdarikonflikyangd

33
ijumpainya, baik dilingkungan sekolahmaupun dengan
masyarakat.
3) Membinaprosespendidikandansosialisasianaktentanghalhaly
ang diperlukannya untukmeningkatkan kematangandan
kedewasaanfisikdan mental, yangtidak/kurang diberikan
olehlingkungan sekolahmaupunmasyarakat
4) Membina prosespendidikan dan sosialisasiyang terjadi
dalam keluargasehingga tidak saja dapat bermanfaat positif
bagianak,tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangandan kematangan
hidupbersamamenujukeluargabahagia sejahtera.
7. Fungsiekonomi
Keluargameningkatkan keterampilan dalamusaha ekonomis
produktif agar pendapatan keluargameningkatdan
tercapaikesejahteraan.
1) Melakukan kegiatanekonomibaikdi luarmaupun
didalamlingkungamkeluarga dalamrangkamenopang
kelangsungan dan perkembangan kehidpan keluarga.
2) Mengatrur waktu sehingga kegiatan orangtua di luar rumah
dan perhatiannya terhadap anggotakeluargaberjalan
serasi,selaras dan seimbang.
3) Membina kegiatan dan
hasilekonomikeluargasebagaimodalmewujudkan
keluargabahagia sejahtera.
8. Fungsipembinaanlingkungan
Meningkatkan diridalamlingkungan sosialbudaya danlingkungan
alamsehingga tercipta lingkunganyang serasi selaras dan
seimbang.
1) Membina kesadaran,sikap dan
praktikpelestarianlingkunganhidup interen keluarga.
34
2) Membina kesadaran,sikap dan
praktikpelestarianlingkunganhidup ekstern keluarga
3) Membina kesadaran,sikap danpraktik pelestarian
lingkunganhidupyangserasi, selaras,dan seimbangantara
lingkungan keluarga denganlingkungan hidup
masyarakatsekitarnya.
4) Membina kesadaran,sikap dan
praktikpelestarianlingkunganhidup sebagaipola hidup
keluargamenuju keluargabahagia sejahtera.

F. Tahapandantugas perkembangankeluarga
Tahap siklusperkembangankeluargayang adaptasimenurut Duval
danmiller(1985) dalamsetiawati, santun (2008) &Andarmoyo, sulistyo,
(2012) diantarannyasebagai berikut:
1) PasanganPemula AtauPasanganBaruMenikah
Tahapaninidimulaisaat duainsandewasamengikat
janjimelaluipernikahan denganlandasan cinta dan kasih
sayangtugastahapanperkembangankeluarga
pemulaantaralainsalingmemuaskanantara
pasangan,beradaptasidengan keluarga besar dari masingmasing
pihaksecara harmonis,merencanakandengan matang
jumlahanakdanmemperjelas peranmasingmasing.
2) Keluarga Dengan” Child Bearing” (kelahiran anak pertama)
Tahapan ini dimulai sejak ibu hamil sampai dengan kelahiran anak
pertama sampai dengananaktersebutberumur30bulanatau2,5
tahun.Kehadiranbayi pertama akan menimbulkan suatu perubahan
yang besar dalah kehidupan berumah tangga
tahapantugaskeluargayaitu:mempersiapkan biaya persalinan,
mempersiapkanmental calonorang tuadan mempersiapkan berbagai
kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara
35
lain: memberikan ASI sebagai kebutuhanpertama bayi (minimal
6bulan),memberikan kasih saying mulaimensosialisasikan dengan
lingkungan keluargabesar besarmasingmasing pasangan,pasang
kembalimelakukanadaptasi karena kehadiran anggotakeluarga
termasuksirkulasi hubungan seksdanmempertahankanhubungan
perkawinan yangmemuaskan.
3) KeluargaDengan Anak Prasekolah
Dimulai ketika anakberusia 30bulan atau2,5tahundan berakhirketika
berusia 5 tahun.Tugasyangdimiliki pada keluargayaitu:menanamkan
nilai nilai dan norma kehidupanmulaimenanamkan
keyakinanberagama,mengenalkankultur
keluargamemenuhikebutuhan bermainanal,membantu anakdalam
bersosialisasi denganlingkungansekitar,menanamkantanggung
jawabdalam lingkupkecil memperhatikan danmemberikan
stimulasibagi pertumbuhandan perkembangan anak.
4) KeluargaDenganAnakUsiaSekolah
Dimulaiketikananakpertama telahberusia6tahun
danmulaimasuksekoklah dasardanberakhirpada
usia13tahun,awaldarimasaremajatugasyangdimiliki
keluargalebihdotekankanpada
pemenuhantugasperkembangananakantaralain
memenuhikebutuhansekolahanakbaikalat
alatsekolahmaupunbiayasekolah.
Membiasakanbelajarteraturmemperhatikananaksaat
menyelasaikantugastugas sekolahnya. Mensosialisasikan anak
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah
danmengembangkan hubungan dengan temann sebaya.
5) KeluargaDenganAnakRemaja
Dimulaiketikaanak pertama melewati usia13 tahun.
Tahapiniberlangsung selama6 hingga7 tahun, danberakhir
36
saatanakberusia 19 tahun 20 tahun keluargadengan remaja
beradadalam posisidilemmamengingatanak
sudahmulaimenurunperhatiannyaterhadaporang tua di bandingkan
dengan teman sebaya.Tugaskeluarga tahapanini antara
lain:memberikanperhatianlebihpada remaja bersama
samamendiskusikantentang rencana .
6) KeluargaDenganMelepaskanAnakUsiaMuda Ke Masyarakat
Remajayangakanberanjak dewasa harussiapmeninggalkankedua
orangtuanya untukmulai
hidupbaru,bekerjadanberkeluarga.Tugaskeluargayaitu:
mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak pertama
dalam melepaskandiri,danmembantuanakyangkecil
untukmandiri,memperluas hubungan keluargaantara orangtua
danmenentu,danmenata kembali peran, fungsikeluarga setelah
ditinggalkan anak-anaknya.

7) KeluargaDenganTahapanBerduaKembali
Tahap dari sikluskehidupan keluargasetelahdimulai terakhiranakanak
meninggalkan rumahdan mulai kehidupan baru antara lain: menjaga
keintiman pasangan,membantuanakmandiri,mempertahankan
komunikasi dengan anak anak dan cucu, danmempertahankan dan
meningkatkan kesehatan
8) keluargadengan Tahapanmasa tua
Masa tua dihinggapiperasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga
tugaskeluarga pada menyenangkan antara pasangan, merencanakan
kegiatan untuk mengisi waktu tua dengan berolahraga, berkebun,
mengasuh cucu, pada masa tua
pasangansalingmengingatkanakanadanyakehidupanyangkekal setelah
kehidupan ini.
37
G. Tugas keluarga dalambidang kesehatan
Menurut friedman (1981) menjadi5 tugaskeluargadalambidang
kesehatanyang harus dilakukan,yaitu:
1) Mengenalmasalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambilkeputusan untukmelakukan tindakanyang
tepatbagikeluarga
3) Memberikan keperawatan anggotanyayang sakit
4) Memodifikasi lingkungan
5) Memanfaatkan failitas pelayan kesehatan
2. Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatankeluargadisesuaikandengan fokus keperawatan.Jikaia


melihat
keluargasebagailatarbelakangataukonteksdarikeluargamakakeluargamerupakanf
ocus
utamatetapijikaiamelihatdidalamkeluargaindividuyangrawat,makaanggotakeluar
ga secara individumerupakan focus utama(setiadi,2008)

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Tahap pengkajianinimerupakan prosesyang sistematis
dalampengumpulan datadari berbagaisumber untuk mengevaluasi
danmengidentifikasi status kesehatan keluarga (lyer et al, (1996) dalam
setiadi, (2008). Dasar pemikiran dan pengkajian adalah suatuperbandingan,
ukuran atau penilaian mengenaikeadaankeluargadenganmenggunakan
norma, nilai,prinsip, aturan, harapan, teori dan konsepyang berkaitan
dengan permasalahan. Carapengumpulan pengkajian datatentang
keluargayang dapatdilakukan antara lain dengan:
1) Wawancara

38
Wawancarayaitumenanyakan atau Tanya jawab atauyangberhubungan
denganmasalah yangdihadapi keluarga denganmerupakansuatu
komunikasiyangdirencanakan.Tujuan wawancaraadalah:
a) Mendapatkan informasiyang diperlukan
b) Meningkatkan hubungan perawat- keluarga dalamkomunikasi
c) Membantu keluargauntukmemperoleh informasiyang dibutuhkan
d) Wawancara dengankeluargadikaitkan dalamhubungan dengan
kejadian-kejadianpada waktu lalu dan sekarang.
2) Pengamatan
Pengamatan dilakukanyang berkaitan dengan halhalyang tidak perlu
ditanyakan(ventilasi, penerangan, kebersihan).
3) Studidokumentasi
Yang biasa dijadikan acuan anatara lain adalah KMS, kartu keluarga
dan catatan kesehatanlainnyamisalnyainformasi-
informasitertulismaupunlisandari tujukan dari berbagailembagayang
menanganikeluarga dan darianggotatimlainnya.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan padaanggotakeluargayang
mempunyaimasalah kesehatan
Pada awal pengkajian perawat harusmembina hubunganyang baik dengan
keluarga dengan cara:

1) Diawaliperawatmemperkenalkan diri dengan sopan dan ramah


2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah
untukmembantukeluarga menyelesaikanmasalah kesehatanyang ada
dikeluarga
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawatyang dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluargasiapa tim kesehatan
lainyangmenjadijaringan perawat.

39
Dalampengkajian keluarga terdapattahaptahap pengkajianyang
disebutsebagaipenajajakan untukmempermudahproses pengkajian.

a) Penjajakan I
Datadatayang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
 Dataumum
 Riwayatdantahap perkembangan
 Lingkungan
 Struktur keluarga
 Fungsikeluarga
 Stress dan koping keluarga
 Harapan keluarga
 Data tambahan
 Pemeriksaan fisik
b) Penjajakan II
Pengkajianyangtergolongdalam
penjajakanIIdiantaranyapengumpulandata datayang
berkaitandenganketidakmampuankeluarga dalam
menghadapimasalahkesehatan sehingga
dapatditegakkandiagnosakeperawatankeluarga.Adapunketidakmampua
n keluargadalammenghadapimasalah diantaranya:
a) Ketidakmampuan keluargamengenalmasalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluargamengambilkeputusan
c) Ketidakmampuan keluargamerawatanggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluargamemodifikasilingkungan
e) Ketidakmampuan keluargamemanfaatkan fasilitas kesehatan

B. Diangnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatanadalahkeputusan
tentangresponkeluargatentangmasalah kesehatanaktual ataupotensial,
40
sebagaidasar seleksiintervensi keperawatan untukmencapai
tujuanasuhankeperawatankeluargasesuaidengankewenanganperawat.Tahapd
alam diagnosa keperawatan keluarga antaralain.:

1. Analisa data
Setelah dataterkumpulmakaselanjutnya dilakukan
analisadata,yaitumengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalammenentukanmasalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara
menganalisa data adalah:
a) Validasi
data,yaitumenilitikembalidatayangterkumpuldalamformatpengkajia
n
b) Mengelompokkan databerdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosialdan
spiritual
c) Mengembangkan standar
d) Membuatkesimpulan tentang kesenjanganyang diketemukan.

Ada 3 normayang perlu diperhatikan dalammelihatperkembangan


kesehatan keluargauntuk melakukananalisa data,yaitu:
Keadaan kesehatanyang normalbagisetiap anggota
keluarga,yangmeliputi:
a) Keadaan kesehatan fisik,mentaldan sosialanggota keluarga
Keadaan rumah dansanitasi lingkungan
b) Rumahyangmeliputiventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi
luas rumah dan sebagainya.
c) Karakteristik
2. Perumusanmasalah
Perumusanmasalahkeperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaranindividudan atau

41
keluarga.Komponendiagnosiskeperawatankeluargameliputiproblem,etiol
ogi dan sign/simpton.
 Masalah (problem)
Tujuanpenulisanpernyataanmasalah adalah
menjelaskanstatuskesehatanataumasalah kesehatansecarajelasdan
sesingkatmungkin.Daftar diagnosa keperawatankeluarga
berdasarkan NANDA (1995) dalamsetiadi(2008) adalah
sebagaiberikut:
1. Aktual(terjadideficit/gangguankesehatan)
Masalah inimemberikan gambaran berupa tandadan gejalayang jelas
mendukung bahwa benar benar terjadi.
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas
 Ketidakefektifan pola napas
 Gangguan pertukaran gas
 Nyeriakut
 Gangguan tumbuh kembang
2. Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah inisudah ditunjang dengan data yangakanmengarahpada
timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani :
 Resiko terjadi infeksi
 Resiko peningkatansuhu tubuh
 Resiko nutrisi kurang darikebutuhantubuh
 Resiko kurang volumecairan dan elektrolit

3. Potensial/sejahtera
Status kesehatan beradapadakopndisisehatdan inginmeningkat lebih
optimal :
 Potensialpeningkatan pemeliharaan kesehatan
 Potensialpeningkatan proses keluarga
 Potensipeningkatankoping keluarga
42
 Resiko terhadaptindakan kekerasaan
4. Sindrom
Diagnosayangterdiridarikelompokdiagnosaaktualdanresikotinggiyan
gdiperkirakanakan munculkarena
suatukejadian/situasitertentu.Menurut NANDA ada 2 diagnosa
keperawatan sindrom,yaitu:
a) Syndromtrauma pemerkosaan
Padakelompokinimenunjukkanadanyatandadangejala,sepertice
mas,takut,sedih,gangguan istirahattidur danlain lain.
b) Resiko sindrompenyalahgunaan
Misalnyaresiko gangguan proses pikir, resiko gangguan
gambaran diri danlainlain.
3. Penyebab (etiologi)

Dikeperawatan keluarga etiologi inimengacu kepada 5tugas


keluargayaitu:

1. Mengenalmasalah kesehatan setiap anggotannya


2. Mengambilkeputusan untukmelakukan tindakanyang tepat
3. Memberikan keperawatan anggotannyayang sakitatauyang tidak
dapat membantu dirinya sendirikarena cacatatau
usianyayangterlalumuda
4. Mempertahankan suasanadirumahyangmengutungkan kesehatan
dan perkembangan keperibadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbalbalikantarakeluargadan
lembagakesehatan(memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada.
4. Tanda (sign)

Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektifyang


diperolehperawat dari keluargayangmendukungmasalahdanpenyebab.
Tanda dangejala dihubungkandengankata- kata “yang dimanifestasikan

43
dengan”PrioritasmasalahUntukmenemukanprioritasterhadapdiagnosekep
erawatankeluargayangditemukandihitung denganmenggunakan
skalaprioritas ( skala baylon danmaglaya) sebagaiberikut:

a) Tentukan skor untuktiap criteria


b) Skor dibagidengan angka tertinggidan kalikan dengan bobot
c) Jumlahkan ekor untuk semua criteria
d) Skor tinggiadalah 5dan sama untuk seluruh bobot
C. PerencanaanKeperawatan

- Definisi
Perencanaan adalahbagian dari fase pengorganisasian
dalamproseskeperawatan keluargayang meliputi:
- Penetapan tujuan
Adabeberapatingkattujuandapatdisusundalamjangkapendek(khusu
s)danm jangkapanjang
(umum).Tingkataninidigunakanuntukmembedakanmasalahyangda
patdiselsaikansendiri oleh
keluargadanmasalahyangharusdiserahkanpadatimkeperawatanatau
kolektif.Tujuan
khusu/jangkapendeksifatnyaspesifik,dapatdiukur,dapatdimotivasi/
memberikepercayaan padakeluargabahwakemajuansedangdalam
prosesdanmembimbingkeluargakearahtujuan jamngka
panjang/umum. Tujuan jangka umum merupakantujuan
akhiryangpencapaian pada waktuyang telah ditentukan
sebelumnya.
- Penetapan Kriteriadan Standar
Merupakan standarevaluasiyangmenggambarkantentangfaktor-
faktoryang dapatmember petunjukbahwatujuantelahtercapai
dandigunakandalam pertimbangan.Bentukdankriteriaini adalah :
Tabel. 2.2. criteria dan standar keperawatan keluarga
44
No Kriteria Standar
a. Keluarga mampu menyatakan pengertian ISPA

1. Pengetahuan secaraumum
b. Keluarga mampu menyebutkan akibatdari infeksi
saluran pernapasan atas
c.
a. Keluargamampumelakukan
Keluargamampumemutuskanpemeriksaan
untukmembuatrencanakontrol kepuskesmas
2 Sikap
b. Keluarga mampu membuatrencana agar tidak terjadi
infeksi saluran pernapasan atas

1) Keluarga mampu menciptakan lingkunganyang


3 Psikomotor bersihdan sehat

D. PelaksanaanKeperawatan

Implementasiatautindakanadalahpengelolaandanuntuk perwujudandari
rencanakeperawatan
yangtelahdisusunpadatahapperencanaanada3tahapdalam
tindakankeperawatankeluarga yaitu:(setiadi, 2008.)

1) Tahap I :Persiapan
Persiapan inimeliputikegiatan– kegiatan:
a) Kontrak dengan keluarga
b) Mempersiapkan peralatanyang diperlukan
c) Mempersiapkan lingkunganyang kondusif
d) Mengidentifikasi aspek – aspek hukumdan etik
2) Tahap II :Intervensi
Tindakan keperawatan keluargaberdasarkan kewenangan dantanggung
jawab perawat secara professionaladalah :

45
a) Independent
Adalahsuatukegiatanyangdilakukanoleh perawat
sesuaidengankompetensi tanpa petunjukdanperintahdaritenaga
kesehatan lainnya.Lingkup tindakan independent iniadalah :
- Mengkajiterhadap klien dan
keluargamelaluiriwayatkeperawatan dan pemeriksaan fisik.
- Merumuskan diagnose keperawatan
- Mengidentifikasi tindakan keperawatan
- Melaksanakan rencana pengukuran
- Merujuk kepada tenaga kesehatanlain
- Mengevaluasi responklien
- Partisipasi dengan consumeratau tenaga kesehatan lainnya.
Tipe Tindakan
independentkeperawatandapatdikategorikanmenjadi4yaitu:
1. Tindakan diagnose
a) Wawancara
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan laboratoriumsederhana (Hb)
dan membaca hasildaripemeriksaanlaboratorium
2. Tindakanterapeutik
Tindakan untukmencegah,megurangi, danmengatasimasalah
klien
3. Tindakan edukatif
Tindakan untukmerubah perilaku klienmelaluipromosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien
4. Tindakanmerujuk
5. Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
b) Independent
Yaitu suatu kegiatanyangmemerlukan suatu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya.
46
3) Tahap III :Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikutioleh pencatatabyang
lengkap danakuran terhadap suatu keadaan dalamproses keperawatan
E.EvaluasiKeperawatan

Penulisakanmemaparkanproseskeperawatanyangterakhiryaitu:
evaluasikeperawatan merupakan proses berkesinambungan yang terjadi
setiap kali seorang perawat melakukan
rencanaasuhankeperawatanadapunpencapaianfaktoryangperludievaluasidal
am asuhan keperawatan,meliputibeberapa ranah,yaitu:

1. RanahKognitif(pengetahuan),evaluasipadaranahinimemilikitingkatpad
apengetahuan dan pemahaman keluarga tentang penyakit, tanda dan
gejala, pengebotan, pencegahan, dan upayameminimalkankomplikasi
2. Ranah Afektif (emosional),
dilihatketikaperawatmelakukanwawancaradengan pasien,
dalamhalinimengamati ekspresi wajah, nada suaradan isi pesanyang
disampaikan.
3. Ranah Psikomotor, dilakukan dengan ,melihatbagaimana
keluargamerupakan tindakanyang sudah direncanakanapakah sesua
atau sebaliknya (Andarmoyo, sulistyo, 2012 )

47
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini di sampaikan asuhan keperawatanpada keluargaTn. H Khusunya Ny.


Mdengan gangguansistempernapasan“ISPA”diWilayahRt001Rw.002Kecamatan
Abuki, Kabupaten Konawe. Untukmelengkapi data,
penulismengadakanpengumpulandata denganwawancara,observasi, danpemeriksaan
Fisik.AsuhanKeperawatanKeluargayangpenulislakukan dalam
Kasusiniberlangsung3hari terhitungdari tanggal pengkajian 05 maret–08maret2020
denganmenggunakan pendekatanproseskeperawatan keluargayangmeliputi
langkahlangkah sebagai berikut:pengumpulan data,analisa data,
perumusanmasalah,perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Tn. H sebagai kepala keluarga dengau usia 41tahun,pendidikan
SMAPekerjaanpetani, Tn.Hmempunyai seorangIstri dan 3
oranganakuntukmemberikangambaran lebihjelasmaka penulis
akanmemaparkan dalam bentuk susunan anggota dalam Tabel3. 1
2) Susunan AnggotaTabel3. 1
Hub.
N Nama ( Status
JK Dgn Umur Pendidikan Pekerjaan
o inisial ) imunisasi
keluarga
1. Tn. H L Suami 41 SMA Petani Lengkap
2. Ny. M P Istri 34 SMA IRT Lengkap
3. An. Fe L Anak 14 SMP Siswa Lengkap
4. An. Yu P Anak 8 SD Siswi Lengkap
5. An. Yo P Anak 4 SD Siswi Lengkap

48
3) Genogram keluarga Tn. H
a. Genogram 3 generasi

G:1

G :2

38 34

G:3
14 8 4

Keterangan :
: laki - laki

: perempuan

: pasien / klien

: tinggal serumah.

4) Resume kasus
Satuanggotakeluargamengalami keluhan:batuk,sesaknapas,RR:24
x/menit,lingkungan rumahkotor,di dalam
rumahbanyakbarangbarangyangberdebu,rumahtidakterdapatcahaya
49
matahari,rumahtidakada ventilasiruangan, jendelayangtidakpernahdibuka
terdengarsuara napasronchi,pasien tampaklemas,dan anggota keluargatidak
adayangmemilikiriwayatpenyakitISPA.
5) Data dasar
a. Tipe keluarga
TipekeluargaTn.Hadalah
keluargainti/nuclearfamilydalamsaturumahtinggalyaituTn.H, Ny. M, An.
Fe, An. Yu dan An. Yo
b. Suku
Tn.HbersukuBugisdanNy.MbersukuBugis danmerekamengikuti
adatkebiasaan yangadadiwilayahkampungmerekamasing masing
c. Agama
Tn. H dan Ny.Mrajin beribadah dan sholat 5waktu setiaphari dan ketiga
anaknya juga rajin mengikutisholat5 waktu setiap hari
d. Status sosial dan ekonomi
UntukmemenuhiKebutuhankeluargaTn.Hsehari
hari,hanyaTn.Hyangbekerjadanmemliiki penghasilan untukmenafkahi
keluarga.Penghasilanyangdidapat oleh Tn.Htidakmenentudari
kisaran700.000sampai 1.300.000-
/bulan.Darigajitersebutdigunakanuntukmemenuhi kebutuhan harian,
bulananmakan, pakaian, dana kesehatan lalumembayarrekeninglistrik.
e. Aktivitas rekreasi keluarga
AktifitaspadaTn.HdanNy .Madalahkeluarga Tn.H jarang pergi untuk
rekreasi, keseharian mereka lebih menghabiskan waktu untuk bercocok
tanam.
I. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembanganKeluargaTn.H saat
iniadalahtahapperkembanganRemaja .Karena anak pertamaTn.HyaituAn.Fe

50
berusia14tahun.Padatahapinidimulaidarianakberusia13tahun
sampaiberusia17tahun
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
DalamtahapperkembanganremajakeluargaTn.Hmemilikitugasperkembangan
yangbelum terpenuhiyaitu anakseusiadia ituseharusnyatumbuh kembang
sudah mulaimeningkat
3) Riwayat keluarga sebelumnya
Tn.H
tidakmempunyairiwayatdarahtinggidariorangtuanyayaitubapak,laludaripihak
Ny.Mjuga tidak mempunyairiwayat daristroke dari orang tuayaitu ibunya
II. Lingkungan
1) Karakteristik rumah

dapur

Ruang tamu pintu

jendela

WC Kamar I Kamar II
a
mar I
Keterangan : rumah keluarga Tn .H memiliki 2 kamar 1 kamar ,mandi umum
1 ventilasi dan 1 jendela.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Keadaan lingkungandi rumahTn.Hitusangat akur dan sangat bersahabat
danmaubergotong royongsatu samalain,lalu keluarga Tn.H sangat
berkontribusiuntukmengikutiyang namanya gotong royong diwilayah Rt001
Rw. 02
51
3) Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. Hsudah lamatinggaldikecamatan abuki.

4) Sistem pendukung keluarga


DidalamkeluargaTn.Hbahwauntukpengambilankeputusandilakukansecaraber
musyawarah lalubilatidak bisa dilakukan untuk bermusyawarahmemerlukan
saudara terdekat.
III. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Polakomunikasi yang digunakan dikeluarga Tn.Hadalah pola terbuka
dimanadilakukan musyawarahuntukmembuatkeputusan.Interaksidalam
keluargaTn.Hlebihbanyakdilakukan pada pagidanmalam
hari.Biasanyainteraksiterjadipadasaatmenontontvbersamayang
berlangsungsekedarnya saja. Anggota keluargayangpalingdominan
berbicaraadalahNy. M. bahasayangdigunakan
seharihariyangdigunakandikeluarga Tn.Hadalahbahasa Bugis
sehinggaanggota keluargamengertikeluarga terasa harmonis.
2) Strktur kekuatan keluarga
StrukturdikeluargaTn.Hadalahuntukcarapengambilankeputusandilakukanber
musyawarah terhadap istri.
3) Struktur peran
Tn. H adalah kepala keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
4) Nilai dan norma budaya
SukubudayayangadadikeluargaTn.HadalahsukuBugis.
MenurutkeluargaTn.,Hkesehatan merupakan
halterpentingyangharusterpenuhi sehinggaapabila
adaanggotakeluargayangsakit selaludiberikan obat.

52
IV. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hubungankasih sayang Tn. Hdenganistrinyadan sangat
perhatiandenganistrinyadan juga sangat harmonislaluhubungan kasih sayang
denganke 3anakanaknya sangat perhatiansangat dan sangatharmonis juga.

2) Fugsi sosiolisasi
Anggota keluargaTn. H jarangmenigikutiorganisasimasyarakat meskipun
begitu keluarga Tn.H tetapmenjalaniinteraksi dan hubunganyang baik
dengantetangga.
3) Fungsi reproduksi
Saat iniTn.Htelahdikarunia3oranganakanakpertama
lakilakibernamaAn.Feusia14tahun lalu anakke dua perempuan bernama
An.Yuusia 8tahundan anakketiga perempuanbernama An.Yo usia
4tahun.Lalu Ny.Msudahtidakakanmenambahanaklagi karena3 anak cukup
dan Ny. M tidakmenggunakan KB.

4) Fungsi perawatan kesehatan


Terdapatfasilitaskesehatan didekat rumahNy. M berupa puskesmasNy.
Mmengatakanjarang melakukan
kunjungankepuskesmasapabilaadakeluargayangsakit.Dalampengelolamakan
anNy. M selalumasaksendirijarangmembelimakanandiluar.Biasanyasebelum
dimasakselaludicuci
hinggabersihlaludipotongkemudianbahanmakananbarubisadimasak.Untukisti
rahat tidur keluarga Tn. H termasukorangyang mudah tidurtidak ada
kesulitandalam masalahtidur.
5) Fungsi ekonomi
UntukmemenuhikebutahankeluargaTn.H sehari hari
yangbekerjadanmemiliki pengahasilanyang tidakmenentu dari 700ribu
sampai 1.300.000dari gaji tersebut digunakan

53
untukmemenuhikebutuhanharian,bulananmakan,pakaian,dana
kesehatanlalumembayar kontrakandanmembayarpajak
rekeninglistrikdankadangkadangitutidakcukup untuk memenuhikebutuhan
seharihari. Danyang mengatur keuangan adalah Ny. M.

V. Stres dan koping keluarga


1) Stresor jangka pendek
Sudah1 minggu yang laluNy. Mmengalami batuk, sesak dan
demam,sudahmembeli obattetapibelumjugamembaik.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Dalam menghadapi masalah keluarga Tn. H selalu menggunakan
bermusyawarah dengan anggota keluarga.Jikamusyawarahtidakmenemukan
jalankeluarmakakeluarga Tn.Hmencari bantuan. Dalam masalahkesehatan
Ny.M,Tn. H memberikanobat Dalam menghadapimasalah padaNy. M, Tn. H
memberikan obat minum yanh di beli di warung.
3) Strategi koping yang di gunakan
Dalam menghadapi masalah keluarga Tn. H selalu menggunakan
bermusyawarah dengan anggota keluarga.Jikamusyawarahtidakmenemukan
jalankeluarmakakeluarga Tn.Hmencari bantuan. Dalam masalahkesehatan
Ny.M,Tn. H memberikanobat Dalam menghadapimasalah padaNy. M, Tn. H
memberikan obat minum yanh di beli di warung.
4) Pemeriksaan fisik
Tabel. 3.2 pemeriksaaan fisik
Pemeriks
No Tn .H Ny. M An. Fe An. Yu An. Yo
aan
1 Kepala Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,

54
tidak tidak tidak tidak tidak
rontok rontok rontok rontok rontok
Konjungt Konjungtiv Konjungtiv Konjungtiv Konjungt
2 Mata iva tidak a tidak a tidak a tidak iva tidak
anemis anemis anemis anemis anemis
Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada
3 Hidung benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
dan dan dan dan dan
sumbatan sumbatan sumbatan sumbatan sumbatan
Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
bibir bibir bibir bibir bibir
4 Mulut lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
gigi gigi gigi gigi gigi
lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap
Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak
5 Telinga
ada ada ada ada ada
serumen serumen serumen serumen serumen
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesar pembesara pembesara pembesara pembesar
6 Leher an n kelenjar n kelenjar n kelenjar an
kelenjar tyroid tyroid tyroid kelenjar
tyroid tyroid
Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
tidak ada pengemban tidak ada tidak ada tidak ada
7 Dada suara gan dada suara ronhi suara ronhi suara
ronhi cepat, ronhi
terdapat

55
suara ronhi
Peristalti Peristaltic Peristaltic Peristaltic Peristalti
c normal, normal, normal, normal, c normal,
8 Abdomen tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
dan masa dan masa dan masa dan masa dan masa
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
Ekstremit
9 dan dan dan dan dan
as
deformita deformitas deformitas deformitas deformita
s s
Tekanan 130/90 110/70 100/70 90/70 Tidak
10
darah mmHg mmHg mmhg mmhg dilakukan
11 Respirasi 18 x/m 24 x/m 20 x/m 20 x/m 20 x/m
12 Suhu 36, 8 o C 38,2 o C 37 o C 36 o C 36,4 o C
13 Nadi 80 x/m 95 x/m 85 x/m 90 x/m 97 x/m
24 BB 60 kg 56 kg 32 kg 20 kg 10 kg

VI. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga


Keluargamengharapkanmahasiswa dapatmembantumengatasimasalah
ISPApada Ny.M yangdirasakankeluarga
karenakeluargakurangmengertitentang caramerawat Ny. Myang menderitas
ISPA
PenjajakanII
 Masalah ISPA
1. KemampuanKeluargaMengenalMasalah
Tn.Hmengatakansudah1minggu istri mengalami
batuk,panas,sesaknapastanda gejalanya ISPA pada Ny. M yaitu
batuk, pilek, badannya panas sesak napas. Penyebabnya
karenakotoran debu
56
2. KemampuanKeluargaMengambil Keputusan
Tn.Hmengatakantidakpahamakibatlanjutdari ISPAjika
tidakditanganitetapi jika anak terkena ISPAmakaTn. H membelikan obat
3. KemampuanKeluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga
Tn.HmengatakandalammerawatNy.MyangterkenaISPAdenganmemberika
nobat
4. KemampuanKeluargaMemodifikasiLingkungan
Tn.H mengatakan tidakdapat memodifikasilingkunganrumahkarenarumah
selalu keadaanberantakan,banyakbarangbertumpuk,jendela
jarangpernahdibuka,cahaya mataharitidakdapatmasukkedalam
rumah,banyaksaranglabalabadan debudi langitlangitrumah lalu disekitar
lingkungan juga kotor.
5. KemampuanKeluargaMemanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Tn. H mengatakan Ny. M tidakmemanfaatkan fasilitas kesehatanyang
ada
 Masalah Pemeliharaan Kesehatan
1. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Tn.HmengatakanIstrinya mengalami batuk, edemam dan sesak nafas.
2. KemampuanKeluargaMengambil Keputusan
Tn.H mengatakanjikakeluarga sakit tidak langsung di bawah ke rumah
sakit atau puskesmas terdekat.
3. Kemampuan KeluargaMerawat Anggota Keluarga
Tn.Hmengatakantidaktahucaramerawatanggota keluarga yang mengalami
ISPA.
4. KemampuanKeluargaMemodifikasiLingkungan
Tn. H mengatakantidak dapatmemodifikasilingkungan untuk keluarganya
5. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan FasilitasKesehatan
Tn. H mengatakan jarangmemanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada
B. Data Fokus
1. Data subyektif
57
- Ny. M mengatakan penyebab terjadinya batuk yang di alami karena
kotoran debu.
- Ny. M mengeluh batuk dan sesak
- Ny. M mengatakan tidak paham akibat lanjut dari ISPA jika tidak di
tangani, tetapi jika Ny. M terkena ISPA keluarga membelikan obat
- Tn. H mengatakan tidak dapat memodifikasi lingkungan rumah
karena selalu berantakan banyak barang yang bertumpuk.
- Tn. H mengatakan terdapat puskesmas terdekat tetapi jarang untuk
pergi ke sana.
- Keluarga Tn. H mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita
oleh istrinya.
- Keluarga Tn. H mengatakan merasa bersalah terhadap penyakit yang
di derita Ny. M karena tidak segera di bawa ke puskesmas.
2. Data obyektif
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum nampak lemas
- Pasien nampak batuk
- Batuk berdahak
- Ada suara nafas tambahan ( ronhi )
- Tanda – tanda vital
- TD : 110 / 70 mmHg
- P : 24 x / m
- N : 95 x / m
- S : 38,2 0 C
- Rumah klien nampak kotor dan berdebu agak berantakan, jarang
membuka ventilasijendela
- Keluarga Ny. M nampak bertanya – Tanya
- Keluarga Ny. M nampak cemas

58
C. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. M Nama Mahasiswa : Ester
No. Rm : 0428 Nim : P. 003200190170
Tabel. 3.3 analisa data
No Data fokus Masalah kesehatan Diagnose keperawatan
1  Data subyektif : Ketidakmampuan Bersihan jalan nafas
- Ny. M mengatakan keluarga merawat tidak efektif
penyebab anggota keluarga dengan berhubungan dengan
terjadinya batuk masalah ISPA. hipersekresi jalan nafas.
yang di alami
karena kotoran
debu.
- Ny. M mengeluh
batuk dan sesak
- Ny. M mengatakan
tidak paham akibat
lanjut dari ISPA
jika tidak di
tangani, tetapi jika
Ny. M terkena
ISPA keluarga
membelikan obat
- Tn. H mengatakan
tidak dapat
memodifikasi
lingkungan rumah
karena selalu
berantakan banyak
barang yang

59
bertumpuk.
- Tn. H mengatakan
terdapat
puskesmas
terdekat tetapi
jarang untuk pergi
ke sana.
 Data obyektif :
- Kesadaran
composmentis
- Keadaan umum
nampak lemas
- Pasien nampak
batuk
- Batuk berdahak
- Tanda – tanda vital
- TD : 110 / 70
mmHg
- P : 24 x / m
- N : 95 x / m
- S : 38,2 0 C
- Ada suara nafas
tambahan ( ronhi )
- Rumah klien
nampak kotor dan
berdebu agak
berantakan, jarang
membuka ventilasi
jendela

60
2  Data subyektif : Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan
- Keluarga Tn. H pemeliharaan kesehatan tidakefektif
mengatakan cemas dalam keluarga berhubungan dengan
terhadap penyakit ketidakmampuan
yang di derita oleh keluarga mengenal
istrinya. masalah kesehatan
- Keluarga Tn. H
mengatakan
merasa bersalah
terhadap penyakit
yang di derita Ny.
M karena tidak
segera di bawa ke
puskesmas.
 Data obyektif :
- Keluarga Ny. M
nampak bertanya –
Tanya
- Keluarga Ny. M
nampak cemas

61
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan
nafas.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
E. Intervensi Keperawatan
Tabel. 3.4 intervensi keperawatan
Tujuan dan luaran (
Diagnosis Intervensi ( SIKI )
SLKI )
Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif kunjungan kepada :
berhubungan dengan keluaga Tn. H khususnya  Observasi :
hiperseksi jalan nafas. pada Ny. M selama 3 x 1. Monitor pola nafas
 Data subyektif : 24 jam bersuhan jalan 2. Monitor bunyi nafas
- Ny. M mengatakan nafas meningkat, dengan tambahan
penyebab terjadinya criteria hasil :  Terapeutik :
batuk yang di alami - Frekuensi nafas 1. Pertahankan
karena kotoran debu. membaik kepatenan jalan
- Ny. M mengeluh - Tekanan ekspirasi nafas
batuk dan sesak dan inspirasi 2. Berikan minuman
- Ny. M mengatakan menurun. hangat.
tidak paham akibat - Kedalaman nafas 3. Posisikan semi
lanjut dari ISPA jika membaik. fowler/fowler
tidak di tangani,  Edukasi :
tetapi jika Ny. M 1. Ajarkan tehnik
terkena ISPA batuk efektif
keluarga membelikan  Kolaborasi :
obat 1. Kolaborasi
- Tn. H mengatakan pemberian terapi.

62
tidak dapat
memodifikasi
lingkungan rumah
karena selalu
berantakan banyak
barang yang
bertumpuk.
- Tn. H mengatakan
terdapat puskesmas
terdekat tetapi jarang
untuk pergi ke sana.
 Data obyektif :
- Kesadaran
composmentis
- Keadaan umum
nampak lemas
- Pasien nampak batuk
- Batuk berdahak
- Tanda – tanda vital
- TD : 110 / 70 mmHg
- P : 24 x / m
- N : 95 x / m
- S : 38,2 0 C
- Ada suara nafas
tambahan ( ronhi )
- Rumah klien nampak
kotor dan berdebu
agak berantakan,
jarang membuka

63
ventilasi jendela.

Pemeliharaan kesehatan Setelah di lakukan 1. Bantu keluarga


tidak efektif kunjungan kepada mengenal masalah
berhubungan dengan keluaga Tn. H khususnya ISPA
ketidakmampuan pada Ny. M selama 3 x 2. Ajarkan kepada
keluarga mengenal 24 jam di harapkan keluarga mengenai
masalah kesehatan. pemeliharaan kesehatan perawatan ISPA.
 Data subyektif : meningkat, dengan 3. Bantu modifikasi
- Keluarga Tn. H criteria hasil : lingkungan rumah
mengatakan cemas - Pemahaman dan dalam rumah
terhadap penyakit perilaku sehat 4. Anjurkan keluarga
yang di derita oleh meningkat. untuk menggunakan
istrinya. - Perilaku hidup sehat fasilitas pelayanan
- Keluarga Tn. H meningkat. kesehatan.
mengatakan merasa
bersalah terhadap
penyakit yang di
derita Ny. M karena
tidak segera di bawa
ke puskesmas.
 Data obyektif :
- Keluarga Ny. M
nampak bertanya –
Tanya
- Keluarga Ny. M
nampak cemas

64
F. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel. 3.5 implementasi dan evaluasi
Hari /
Diagnosis Implementasi Evaluasi
tanggal
Kamis, Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :
0/03/2020 tidak efektif nafas. - Klien
berhubungan dengan Hasil : frekuensi mengatakan
hiperseksi jalan nafas 24 x/m masih agak
nafas. 2. Memonitor bunyi sesak
nafas tambahan. - Klien
Hasil : ada suara mengatakan
nafas tambahan ( masih
ronhi ) mengeluh
3. Mempertahankan batuk
kepatenan jalan berdahak.
nafas. O:
Hasil : kepatenan - Keadaan
jalan nafas dalam umum baik.
batas normal. - Kesadaran
4. Memberikan composment
minuman hangat. is
Hasil : keluarga - Terdengar
Ny. M suara nafas
menyediakan tambahan
minuman hangat - Nampak
untuk istri yang batuk
sakit berdahak
5. Memposisikan - Frekuensi
semi fowler/fowler nafas 24 x/m

65
Hasil : posisi klien - Posisi klien
yaitu semi fowler. semi fowler.
6. Mengajarkan - Terapi obat
tehnik batuk ambroxol
efektif. tablet 3 x 1
Hasil : klien A : masalah
mampu melakukan belum teratasi
tehnik yang di P : intervensi di
ajarkan. lanjutkan.
7. Kolaborasi
pemberian terapi.
Hasil : ambroxol
tablet 3 x 1.
Kamis, Pemeliharaan 1. Membantu S:
0/03/2020 kesehatan tidak keluarga mengenal - Keluarga
efektif berhubungan masalah ISPA mengatakan
dengan Hasil : keluarga sudah
ketidakmampuan belum mengerti mengerti
keluarga mengenal masalah ISPA. tentang
masalah kesehatan. 2. Mengajarkan ISPA tapi
kepada keluarga belum
mengenai semua.
perawatan ISPA. - Keluarga
Hasil : klien dan mengatakan
keluarga Nampak mampu
mengangukan merawat
kepala. keluarga
3. Membantu yang
modifikasi terkena

66
lingkungan rumah ISPA.
dan dalam rumah. O:
Hasil : keluarga - Kondisi
memberi dalam
lingkungan yang rumah
nyaman buat masih
pasien. Nampak
4. Menganjurkan berantakan.
keluarga untuk - Kondisi
menggunakan lingkungan
fasilitas pelayanan rumah
kesehatan. belum ada
Hasil : keluarga perubahan
mengatakan jika A : masalah
keadaan belum teratasi.
memburuk klien P : intervensi di
akan di bawah ke lanjutkan.
pelayanan
kesehatan.

Hari /
Diagnosis Implementasi Evaluasi
tanggal
Jumat, Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :
0/03/2020 tidak efektif nafas. - Klien
berhubungan dengan Hasil : frekuensi mengatakan
hiperseksi jalan nafas 23 x/m masih agak
nafas. 2. Memonitor bunyi sesak tapi
nafas tambahan. tidak berat
Hasil : ada suara - Klien

67
nafas tambahan ( mengatakan
ronhi ) masih
3. Mempertahankan mengeluh
kepatenan jalan batuk
nafas. berdahak
Hasil : kepatenan tapi bisa di
jalan nafas dalam atasi dengan
batas normal. tehnik yang
4. Memberikan di berikan.
minuman hangat. O:
Hasil : keluarga - Keadaan
Ny. M umum baik.
menyediakan - Kesadaran
minuman hangat composment
untuk istri yang is
sakit - Masih
5. Memposisikan terdengar
semi fowler/fowler suara nafas
Hasil : posisi klien tambahan
yaitu semi fowler. - Nampak
6. Mengajarkan batuk
tehnik batuk berdahak
efektif. - Frekuensi
Hasil : klien nafas
mampu melakukan menurun 23
tehnik yang di x/m
ajarkan. - Posisi klien
7. Kolaborasi semi fowler.
pemberian terapi. - Terapi obat

68
Hasil : ambroxol ambroxol
tablet 3 x 1. tablet 3 x 1
A : masalah
belum teratasi
P : intervensi di
lanjutkan.
Jumat, Pemeliharaan 1. Membantu S:
0/03/2020 kesehatan tidak keluarga mengenal - Keluarga
efektif berhubungan masalah ISPA mengatakan
dengan Hasil : keluarga sudah
ketidakmampuan mengatakan mengerti
keluarga mengenal mengerti masalah tanda dan
masalah kesehatan. mengenai ISPA. gejala
2. Mengajarkan tentang
kepada keluarga ISPA.
mengenai - Keluarga
perawatan ISPA. mengatakan
Hasil : klien dan mampu
keluarga dapat merawat
mengerti apa yang keluarga
di ajarkan. yang
3. Membantu terkena
modifikasi ISPA.
lingkungan rumah - Tn. H
dan dalam rumah. mengatakan
Hasil : Tn. H menganjurk
mengatakan anak an anak
anaknya telah anaknya
merapikan dan untuk

69
membersihkan membersihk
lingkungan sekitar an rumah
rumah. dan
4. Menganjurkan sekitarnya.
keluarga untuk O :
menggunakan - Kondisi
fasilitas pelayanan dalam
kesehatan. rumah
Hasil : keluarga Nampak
mengatakan jika sementara
keadaan di bersihkan
memburuk klien oleh anak
akan di bawah ke anak klien.
pelayanan - Kondisi
kesehatan. lingkungan
rumah
sementara
di
bersihkan.
A : masalah
belum teratasi.
P : intervensi di
lanjutkan.

Hari /
Diagnosis Implementasi Evaluasi
tanggal
Sabtu, Bersihan jalan nafas 1. Memonitor pola S :
07/03/202 tidak efektif nafas. - Klien
0 berhubungan dengan Hasil : frekuensi mengatakan

70
hiperseksi jalan nafas 20 x/m sesaknya
nafas. 2. Memonitor bunyi perlahan
nafas tambahan. mulai
Hasil : suara nafas berkurang
tambahan ( ronhi ) - Klien
berkurang mengatakan
3. Mempertahankan masih
kepatenan jalan mengeluh
nafas. batuk
Hasil : kepatenan O :
jalan nafas dalam - Keadaan
batas normal. umum baik.
4. Memberikan - Kesadaran
minuman hangat. composment
Hasil : keluarga is
selalu - Suara nafas
menyediakan tambahan
minuman hangat mulai
untuk keluarga berkurang.
yang sakit. - Nampak
5. Memposisikan batuk
semi fowler/fowler berdahak
Hasil : posisi klien - Frekuensi
yaitu semi fowler. nafas
6. Mengajarkan menurun 20
tehnik batuk x/m
efektif. - Posisi klien
Hasil : klien selalu semi fowler.
melakukan tehnik - Terapi obat

71
yang di ajarkan. ambroxol
7. Kolaborasi tablet 3 x 1
pemberian terapi. A : masalah
Hasil : ambroxol belum teratasi
tablet 3 x 1. sebagian
P : intervensi di
pertahankan.
Sabtu, Pemeliharaan 1. Membantu S:
07/03/202 kesehatan tidak keluarga mengenal - Keluarga
0 efektif berhubungan masalah ISPA mengatakan
dengan Hasil : keluarga sudah
ketidakmampuan mengatakan mengerti
keluarga mengenal mengerti masalah tanda dan
masalah kesehatan. mengenai ISPA. gejala
2. Mengajarkan tentang
kepada keluarga ISPA.
mengenai - Keluarga
perawatan ISPA. mengatakan
Hasil : klien dan mampu
keluarga dapat merawat
mengerti apa yang keluarga
di ajarkan. yang
3. Membantu terkena
modifikasi ISPA.
lingkungan rumah - Tn. H
dan dalam rumah. mengatakan
Hasil : Tn. H menganjurk
mengatakan anak an anak
anaknya telah anaknya

72
merapikan dan untuk
membersihkan membersihk
lingkungan sekitar an rumah
rumah. dan
4. Menganjurkan sekitarnya.
keluarga untuk O :
menggunakan - Kondisi
fasilitas pelayanan lingkungan
kesehatan. dan dalam
Hasil : keluarga rumah
mengatakan jika Nampak
keadaan bersih.
memburuk klien - Klien dan
akan di bawah ke keluarga
pelayanan mampu
kesehatan. menjelaska
n tanda dan
gejala ispa
- Klien dan
keluarga
mampu
mengetahui
faktor dan
penyebab
ISPA.
A : masalah
dapat teratasi.
P : intervensi di
pertahankan.

73
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulisakanmembandingkanantaratinjauanteori dan kasus


tentangasuhan keperawatan padakeluarga Tn. H khususnya Ny.Mdengan
pemenuhankebutuhan dasar oksigenasipadagangguan sistem pernapasan “ISPA”di
wilayahRt01Rw.02kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe. Pembahasan ini
dilakukan denganmenggunakan pendekatanmelalui proseskeperawatan
yangmeliputi prosespengkajian,diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasikeperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan teori yang ada, tanda dan gejala yang umumnya di dapat
pada klien dengan ISPA antara lain : pilek,batuk, kadang
bersinsakittenggorokansakitkepalakeluarsecretcairdanjernihdari hidung,muntah.
(Sari kartika wijayaningsih,2013). Sedangkan tanda gejala yang di temukan pada
saat pengkajian yaitu : badannya terasa panas, batuk berdahak di sertai sesak
nafas. Kemudian data obyektif yang Nampak yaitu : Kesadaran composmentis,
Keadaan umum nampak lemas, Pasien nampak batuk, Batuk berdahak, TD : 110
0
/ 70 mmHg, P : 24 x / m, N : 95 x / m, S : 38,2 C, Ada suara nafas
tambahan ( ronhi ), Rumah klien nampak kotor dan berdebu agak berantakan,
jarang membuka ventilasijendela.

Berdasarkan hasil analisa yang di dapatkan, perbedaan antara kasus dan


teori tidak semua tanda dan gejala pada teori muncul pada kasus, sebaliknya
tanda dan gejala pada kasus, nyata benar ada pada teori.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnose yang muncul pada keluarga Tn. H dalam hal ini Ny. M yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan
nafas.

74
 Data subyektif :
- Ny. M mengatakan penyebab terjadinya batuk yang di alami
karenakotoran debu.
- Ny. M mengeluh batuk dan sesak
- Ny. M mengatakan tidak paham akibat lanjut dari ISPA jika tidak di
tangani, tetapi jika Ny. M terkena ISPA keluarga membelikan obat
- Tn. H mengatakan tidak dapat memodifikasi lingkungan rumah
karena selalu berantakan banyak barang yang bertumpuk.
- Tn. H mengatakan terdapat puskesmas terdekat tetapi jarang untuk
pergi ke sana.
 Data obyektif :
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum nampak lemas
- Pasien nampak batuk
- Batuk berdahak
- Tanda – tanda vital
- TD : 110 / 70 mmHg
- P : 24 x / m
- N : 95 x / m
- S : 38,2 0 C
- Ada suara nafas tambahan ( ronhi )
- Rumah klien nampak kotor dan berdebu agak berantakan, jarang
membuka ventilasijendela
2) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
 Data subyektif :
- Keluarga Tn. H mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita
oleh istrinya.

75
- Keluarga Tn. H mengatakan merasa bersalah terhadap penyakit yang
di derita Ny. M karena tidak segera di bawa ke puskesmas.

 Data obyektif :
- Keluarga Ny. M nampak bertanya – Tanya
- Keluarga Ny. M nampak cemas
C. Perencanaan keperawatan
Rencanatindakan keperawatankeluargadiarahkanuntukmengubah
pengetahuan,sikap dan tindakan.Padaakhirnyakeluargamampumemenuhi
kebutuhan kesehatananggota keluarganya.

Pada diagnosa pertamayaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan hiperseksi jalan nafas, setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam di harapkan pasien : Frekuensi nafas membaik, Tekanan ekspirasi dan
inspirasi menurun, Kedalaman nafas membaik. Adapun intervensi yang di susun
yaitu :
Manajemen jalan nafas :

 Observasi :
3. Monitor pola nafas
4. Monitor bunyi nafas tambahan
 Terapeutik :
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Berikan minuman hangat.
6. Posisikan semi fowler/fowler
 Edukasi :
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
 Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian terapi.
Untuk diagnose ke dua yaitu : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
76
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan
pemeliharaan kesehatan meningkat, dengan criteria hasil : pemahaman perilaku
sehat meningkat, dan perilaku hidup sehat meningkat. Adapun intervensi yang
di tegakkan yaitu :
5. Bantu keluarga mengenal masalah ISPA
6. Ajarkan kepada keluarga mengenai perawatan ISPA.
7. Bantu modifikasi lingkungan rumah dan dalam rumah
8. Anjurkan keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi di lapangan pada diagnose pertama, Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan nafas, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari. Adapun implementasi yang di lakukan yaitu :
Memonitor pola nafas. Memonitor bunyi nafas tambahan, Mempertahankan
kepatenan jalan nafas, Memberikan minuman hangat, Memposisikan semi
fowler/fowler, Mengajarkan tehnik batuk efektif, Kolaborasi pemberian terapi.
Adapun yang di libatkan dalam pelaksanaan ini yaitu semua anggota keluarga,
dan dalam melaksanakan proses implementasi tidak ada kendala yang di
dapatkan, keluarga dan pasien kooperatif dalam tindakan yang di lakukan.
Implementasi di lapangan pada diagnose ke dua, Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, penulis melakukan implementasi selama 3 hari. Adapun implementasi
yang di lakukan yaitu : Membantu keluarga mengenal masalah ISPA,
Mengajarkan kepada keluarga mengenai perawatan ISPA, Membantu
memodifikasi lingkungan rumah dan dalam rumah, Menganjurkan keluarga
untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun yang di libatkan
dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu semua anggota keluarga Tn. H termasuk
anak anaknya. Dalam melakukan implementasi ini tidak ada hambatan yang di
temukan karena anak anak klien mau berpartisipasi dalam pemeliharaan
lingkungan.

77
E. EvaluasiKeperawatan
Waktuselama 3x24jamyangtelah ditentukansaatmembuatperencanaan
melakukanasuhan keperawatan,dan pada evaluasiakhirberupa SOAP. Dari
evaluasi hasil tersebut,analisamasalah untukdiagnosa1 Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan nafas, adalah masalah
teratasi sebagian karena perkembangan yang terjadi pada klien dan
keluargahanyamencakupsampai 3 hari
evaluasidariyangsudahditetapkansaatmembuatperencanaan.Hal inidapatdilihat
darihasil evaluasidengankeluargaTn.Hkhususnyapada Ny.M denganNy.M
frekuensi nafas menurun, m a s i h b a t u k ,danNy.Mtampaktidaksesak, lalu
lingkungan rumah tampak bersih. Namununtukmemanfaatkan
fasilitaskesehatanyangada keluargaTn.Hmulai mengikutisaranyang sudah di
lakukan oleh penulis.

Waktuselama 3x24jamyangtelah ditentukansaatmembuatperencanaan


melakukanasuhan keperawatan,dan pada evaluasiakhirberupa SOAP. Dari
evaluasi hasil tersebut,analisamasalah untukdiagnosa2, Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, adalah masalah dapat teratasi selama evaluasi 3 hari, adapun hasil
evaluasi yang di dapat dari masalah ini yaitu, keluarga dapat memahami
mengenai ISPA, lingkungan rumah dan dalam rumah dapat di bersihkan dan di
rapikan.

Untuk tindak lanjut dari evaluasi ini menyarankan kepada keluarga Tn.
H untuk selalu menjaga kesehatandiri,lingkungan sekitar, dan pada seluruh
anggota keluarga dapatmelakukan fisioterapijika keluarga mengalamiInfeksi
Saluran Pernapasan ( ISPA ).

78
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulismembahasasuhan keperawatandenganperbandingan antara teori
dan kasusyang ada bahwapenulis
dapatmengambilkesimpulandansaransebagaiberikut: ISPAadalahinfeksi
saluranpernapasanyangdisebabkan oelhvirus,maupunbakteri dan bersifat
akut.Tanda gejala ISPA adalah batuk, pilek, demam, tidak nafsu
makan,mualdan muntah.

1. Pengkajian
Pada saat pengkajian di temukan data masalah keperawatan yaitu :
 Data subyektif
- Ny. M mengatakan penyebab terjadinya batuk yang di alami karena
kotoran debu.
- Ny. M mengeluh batuk dan sesak
- Ny. M mengatakan tidak paham akibat lanjut dari ISPA jika tidak di
tangani, tetapi jika Ny. M terkena ISPA keluarga membelikan obat
- Tn. H mengatakan tidak dapat memodifikasi lingkungan rumah
karena selalu berantakan banyak barang yang bertumpuk.
- Tn. H mengatakan terdapat puskesmas terdekat tetapi jarang untuk
pergi ke sana.
- Keluarga Tn. H mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita
oleh istrinya.
- Keluarga Tn. H mengatakan merasa bersalah terhadap penyakit yang
di derita Ny. M karena tidak segera di bawa ke puskesmas.
 Data obyektif
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum nampak lemas

79
- Pasien nampak batuk
- Batuk berdahak
- Ada suara nafas tambahan ( ronhi )
- Tanda – tanda vital
- TD : 110 / 70 mmHg
- P : 24 x / m
- N : 95 x / m
- S : 38,2 0 C
- Rumah klien nampak kotor dan berdebu agak berantakan, jarang
membuka ventilasijendela
- Keluarga Ny. M nampak bertanya – Tanya
- Keluarga Ny. M nampak cemas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose yang dapat ditegagkan dari kasus ISPA ini yaitu :Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan nafas, dan
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan
nafas, intervensi yang di tegakkan yaitu : Monitor pola nafas, Monitor
bunyi nafas tambahan, Pertahankan kepatenan jalan nafas, Berikan
minuman hangat, Posisikan semi fowler/fowler, Ajarkan tehnik batuk
efektif, Kolaborasi pemberian terapi.
b) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, intervensi
yang di tegakkan yaitu : Bantu keluarga mengenal masalah ISPA,
Ajarkan kepada keluarga mengenai perawatan ISPA, Bantu modifikasi
lingkungan rumah dan dalam rumah, Anjurkan keluarga untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

80
4. Implementasi keperawatan
Dalam melaksanakan implementasi keperawatan untuk diagnose Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan nafas, di
lakukan implementasi selama 3 hari dengan hasil masalah teratasi
sebagian. Untuk diagnose Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan di lakukan implementasi selama 3 hari dengan hasil maslah
dapat teratasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan untuk diagnose
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperseksi jalan
nafas, di lakukan evaluasi selama 3 hari dengan hasil masalah teratasi
sebagian, dengan di buktikan frekuensi nafas menurun, pasien masih
Nampak batuk, masih terdengar suara nafas tambahan tapi sudah
berkurang. Untuk tindak lanjutnya yaitu beri penkes kepada keluarga serta
motivasi untuk tetap melaksanakan tindakan yang sudah pernah di lakukan
terhadap pasien demi proses penyembuhan klien.
Untuk diagnose masalah Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, di lakukan evaluasi selama 3 hari dengan criteria masalah dapat
teratasi, dengan di buktikan keluarga mampu mengenal ISPA, kondisi
lingkungan dan dalam rumah Nampak di bersihkan, klien dan keluarga
dapat mengetahui tanda dan gejala ISPA, serta mampu mengetahui faktor
dan penyebab ISPA.
Tindakanlanjut daripenulismenyarankankepada keluarga
Tn.Hselalumenjagakesehatanpada seluruh anggota keluarga
sertamelakukan fisioterapi dada, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatanyangada.

81
B. SARAN.
Penulismemberikansaran kepada beberapa pihak terkait,diharapkan
dapatmembantu dalam memberikan asuhankeperawatan pada keluarga Tn.
HKhususnya Ny.Mdengan sisitem pernafasan “ ISPA “ dan saran tersebut yaitu:

1. Puskesmas
Diharapkandalam meningkatkanmutupelayanankesehatanyangada
diwilayahAbuki dan sekitarnya dalam
halinidapatmembantumasyarakatdandaripuskesmasuntukbisamengontrol,m
engecek kesehatan,danmemberikanpenyuluhantentangperilaku hidupbersih
dansehat,bisadiadakan lomba bersih bersihpada wilayahRt 001Rw02karna
banyak sekaliyangtidakmelakukan pendidikankesehatanyangada.Halini
dapat didukungolehRt,Rwdan ibuPKKyang ditugaskan
untukselalumengingatkankepada seluruh warganya untukdapatmelakukan
pendidikan kesehatan dan selalumembersihkan rumah dan wilayah
lingkunganmasing masing.
2. Profesi perawat
Diharapkan dalam melakukanasuhankeperawatan baiknya perawat
memberikan penyuluhanberupa leafletkepadawargaRt001Rw. 02
supayabisaditerapakandirumahdan yang
belummengetahuisupayadiberitahukan
3. Institusi
Diharapkan padaintitusidapat menyediakan buku / referensi yang
memadai yang menyangkut hal hal baru tentang kasus ISPA, serta
menyediakan waktu nyang cukup untuk melaksanakan praktik keperawatan
di rumah sakit dan di masyarakat untuk mpenyusunan karya tulis di masa
yang akan datang.

82
4. Klien dan Keluarga
Diharapkan kliendan keluarga supayaharusmemenuhi pada tahap
perkembangan remaja
karnapadatahapperkembangaremajaitusangatperlubuatsianak,lalupadakarak
teristik
rumahdiharapkankeluargaharusmemilikitempattinggalyanglayakkarnabuat
kesehatan keluarga dan kenyamanan
keluarga,fungsiperawatankesehatandiharapakan keluargamampu
mengetahuicaraperawatan kesehatandirumah,fungsi ekonomi
diharapkanterpenuhi untuk kepentingankeluargaitusendiri,padatahap
penjajakankedua diharapkankeluarga dapat mengetahuidari
caramengenalmasalah,mengambil keputusan,merawat
anggota,memodifikasi lingkungan,memanfaatkan fasilitas kesehatan
5. Untuk Diri Sendiri
Di harapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah di berikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan,
Mahasiswa/I juga di harapkan secara aktif untuk membaca dan
meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus, yang di ambil
untukmendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.

83
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z, ( 2009 ). Pengatar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC

Alsagaff &mukti (2010), Dasar dasar ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga
Unuversitas Press.

Adib Huda Mujtaba. 2017. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi System Pernafasan
Manusia.

Nurrijal. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ). Gorontalo

Siska Handayani, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Isfeksi Saluran


Pernafasan Akut ( ISPA ). Padang : Poltekes Padang

Andarmoyo,S,(2012).Keperawatankeluarga:Konsepteori,proses,dan praktik
keperawatan. Edisi1.Yogyakarta :Graha Ilmu

Chayatin, N, (2012). Ilmu keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi. Jakarta :


salembamedika

Profil Kesehatan Puskesmas Abuki. 2019.

Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. 2015

Ekasari,f. ( 2008). Keperawatan komunitas.Jakarta : trans info media.

Kemenkes RI (2012), Pedoman Pengendalian Infeksi SaluranPernapasan


Akut,Jakarta : Direktorat JenderalPengedalian penyakit dan pepenyehatan
lingkungan http://www.pppl.depkes.go.id

Laporan NasionalRISKESDAS (2013).Prevelensi ISPA. http://www.depkes.go.id


Potter,P.A,BukuAjarFundamentalKeperawatanKonsep,Proses,danPraktikedisi
volume 2. Jakarta

Sari, K. W. (2013) Asuhan keperawatananak. Jakarta :kramatjatikesehatan Setiadi(

2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Edisi10.Jakarta : EGC

84
Susanto,(2012),BukuAjarKeperawatanKeluargaAplikasi

padapraktikasuhan.jakarta

Wong, D.L dkk. ( 2008 ). Buku ajar keperawatan pediatric. Volume 2.Jakarta :
EGC

85
86
87
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )

A. Pokok Pembahasan : ISPA


B. Sub pokok pembahasan : Pengertian sampai perawatan ISPA
C. Topik : Penyuluhan ISPA
D. Tanggal / Waktu : 8 maret 2020
E. Penyuluh : Ester
F. Sasaran : Keluarga Tn. H
G. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
H. Media : Leaflet
I. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit tentang Infeksi
Saluran
Pernafasan Atas (ISPA), diharapkan keluarga Tn. T mampu memahami tentang
penyakit ISPA dan mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ISPA.
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 20 menit diharapkan
keluarga
dapat :
 Menyebutkan kembali pengertian ISPA
 Menyebutkan kembali penyebab ISPA
 Menyebutkan tanda dan gejala ISPA
 Menyebutkan kembali komplikasi ISPA
 Menyebutkan cara perawatan dan pengobatan ISPA
J. Materi ( Materi terlampir )
K. Kegiatan penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi

88
3. Tanya jawab
4. Demonstrasi
5. Re- demonstrasi

Waktu Kegiatan Penyuluhan Peserta
5 menit Pembukaan 1. Mengucapkan salam  Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri  mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan
4. Melakukan kontrak waktu
5. Melakukan aspersepsi tentang
ISPA
15 Isi 1. menjelaskan materi (  memperhatikan
menit pengertian ISPA, tanda dan penyampaian
gejala ISPA, penyebab ISPA, materi
komplikasi, dan perawatan )  mengikuti
2. memberikan kesempatan untuk kegiatan Tanya
bertanya dan mengungkapkan jawab.
pendapat
3. memberikan penguatan
4. menjawab pertanyaan yang di
ajukan oleh peserta penyuluh
10 Evaluasi 1. meminta keluarga Tn. T untuk  peserta
menit menjelaskan kembali materi penyuluhan
(pengertian ISPA, tanda dan mengajukan
gejala ISPA, penyebab ISPA, pertanyaan
komplikasi, dan perawatan )  penyuluh
2. meminta keluarga Tn. T re- menjawab
demontrasi cara fisioterapi pertanyaan.
dada
5 menit Penutup 1. memberikan kesimpulan  Bersama – sama

89
penyuluhan menyimpulkan
2. memberi salam.  Menjawab salam.

L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan SAP: SAP ISPA telah dibuat h-2 pada tanggal 6 maret
sebelum dilaksanakannya penyeluhan pada tanggal 8 maret di keluarga
Tn. H Khusunya Ny. M
 Menyiapkan materi dan media : materi yang akan disampaikan dalam
penyuluhan adalah Pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat,
pencegahan dan perawatan.
 Kemudian media yang digunakan untuk mendukung jalannya kegiatan
adalah lembar balik ISPA dan leaflet ISPA
 Kontrak Waktu dan sasaran : mahasiswa telah menetapkan sasaran dari
penyuluhan ISPA yaitu kepada keluarga Tn. H Khususnya Ny. M itu
sendiri dan telah melakukan kontrak waktu penyuluhan pada hari kamis
 Menyiapkan tempat : tempat yang digunakan untuk penyuluhan adalah
rumah Tn. Htepat nya kepada Ny. M sendiri
 Menyiapkan pertanyaan : pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
Keluarga Tn. H adalah:
a) Jelaskan kembali pengertian ISPA?
b) Jelaskan kembali penyebab ISPA ?
c) Apa tanda dan gejala tekanan darah tinggi?
d) Akibat ISPA
e) Sebutkan Pencegahan ISPA ?
f) Jelaskan perawatan ISPA?

90
2. Evaluasi Proses
a) Keluarga Tn. H memperhatikan dan mendengarkan selama proses
penyuluhan berlangsung
b) Ny. M sangat aktif bertanya
c) Keluarga Tn. H khusushya Ny. M memberi jawaban atas pertanyaan
pemberi materi
d) Keluarga Tn. H tidak meninggalkan tempat selama proses penyuluhan
berlangsung
e) Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan
75% lebih dengan benar :
a) Tn. H mengatakan ISPA itu penyakit infeksi pernapasan yangdisebabkan
karena virus, atau bakteri, dapat tertular dengan yang lagi sakit,
imunisasi tidak lengkap, kurang gizi, ventilasi kurang. Tanda gejalanya
batuk, pilek, demam, tidak nafsu makan, dan muntah. Jika ISPA tidak
ditanggani dapat terkena infeksi telingga radang tenggorokan dan dapat
sesak napas hingga henti napas.
b) Tn. T mengatakan jika terkena ISPA bisa dilakukan kompres air hangat,
membuat penguapan buatan dan fisioterapi dada
c) Tn. H tampak mendemontasikan cara fisioterapi dada.

91
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Infeksi saluran pernafaan akut adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsia) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsung sampai 14 hari.
2. Penyebab
 Virus & bakteri
 ventilasi kurang
 Tertular penderita ispa
 imunisasi tidak lengkap
 Kurang gizi
3. Tanda Gejala ISPA
 Pilek
 Mual muntah
 Sakit kepala
 Anoreksia
 Demam
 Batuk
4. Akibat ISPA
 Otitis media
 Pleuritis
 Bronkopneumonia
 Bronchitis
 Sinusitis
5. Pencegahan
 Makan makanan bergizi
 Immunisasi
 memakai masker
 Ventilasi udara bagus

92
6. Perawatan
 Mengatasi panas (demam) : kompres dengan air biasa & dan minum air putih
yang banyak
 mengatasi batuk : berikan jeruk nipis ½ sendok teh di campur dengan kecap
atau muda ½ sendok the (1:1), diberikan 3x sehari
 memberikan inhalasi (pelage tenggorokan dan pernapasan ), caranya: air panas
masukkan dalam baskom + menthol dari minyak kayu putih atau minyak angina
 lakukan fisioterapi dada

LEAFLET ISPA

93
94
95

Anda mungkin juga menyukai