DERMATITIS
DiSusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
DiSusun Oleh :
1. Setiyani (010115A114)
2. Sinta Widyawati (010115A119)
3. Siti Nurul Hikmah (010115A122)
4. Siti Waddah Mukaromah (010115A123)
5. Sri Ulan Fatmaningsih (010115A124)
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng
pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Kulit juga
merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung
saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan:
epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi
menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis
terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang
sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh
dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak
subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh
dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda, antara lain dermatitis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis menyusun makalah ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar
jurusan keperawatan khususnya di mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
dengan bahan ajar asuhan keperawatan pada klien Dermatitis.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsep dari Dermatitis
a. Penertian
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Manifestasi Klinis
e. Patofisiologi
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penatalaksanaan
C. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang
penyakit beserta konsep asuhan keperawatan dari Dermatitis. Penulis berharap dengan
disusunnya makalah ini, para pembaca lebih mengetahui tentang Dermatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat
yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel)
pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga
digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit
dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil
dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan
Hepplewhite, 2008)
Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2008 ).
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
B. Etiologi
Penyebab dermatitis tidak diketahui dengan pasti, diduga disebabkan oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan (multifaktorial). Faktor intrinsik berupa
predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan biokimia kulit, disfungsi imunologis,
interaksi psikosomatik dan disregulasi/ketidakseimbangan sistem saraf otonom,
sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen
hirup, makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur, dan trauma. Mikroorganisme
utamanya adalah Staphylococcus aureus (SA).
Faktor-faktor yang umum terkait dengan dermatitis yaitu:
1. Suhu dan Kelembaban
Lingkungan terdapat beberapa potensial bahaya yang perlu diperhatikan seperti
kelembaban udara dan suhu udara. Kelembaban udara dan suhu udara yang tidak
stabil dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak. Kelembaban rendah
menyebabkan pengeringan pada epidermis.
2. Usia
Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit
kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada
kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi
lebih mudah terkena dermatitis. Kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai
dari usia 40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya
karena menipisnya lapisan basal. Produksi sebum menurun tajam, hingga banyak
sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam hal penyakit kulit perempuan
dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit dibandingkan dengan pria.
Dibandingkan dengan pria, kulit wanita memproduksi lebih sedikit minyak untuk
melindungi dan menjaga kelembapan kulit, selain itu juga kulit wanita lebih tipis
daripada kulit pria sehingga lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis,
terlihat dari beberapa penelitian.
4. Ras
Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan merupakan
pendukung terjadinya dermatitis. Ras Manusia adalah karakteristik luar yang
diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.
Bila dikaitkan dengan penyakit dermatitis, ras merupakan salah satu faktor yang
ikut berperan untuk terjadinya dermatitis. Kulit putih lebih rentan terkena
dermatitis dibandingkan dengan kulit hitam.
5. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai
cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat
keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi (misalnya alergi
terhadap obat-obatan tertentu) dan riwayat penyakit sebelumnya.
6. Personel Hygiene
Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan
perawatan badan. Kebersihan perorangan dapat mencegah penyebaran kuman dan
penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan
pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia.
Kebersihan perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak antara
lain:
a. Mandi
Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan membersihkan diri.
Kebiasaan kuantitas dan kualitas berpengaruh terhadap kulit.
b. Mencuci tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak. Kebiasaan mencuci
tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi kulit yang rusak.
c. Pakaian
Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa kotoran yang menempel
di baju dapat dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. (
Burns T.2010)
C. Klasifikasi
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat
yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergik.
a. Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,
umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses
menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
b. Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.
Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala
antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami
bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun
mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan,
parfum, kosmetik atau rumput.
2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik.
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan
faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat,
menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural). Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit
menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang
salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan
mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil
dan dewasa(Adhi Djuanda,2005).
D. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
(Djuanda S, 2007)
1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
2. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
E. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan
oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV
yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit
selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau
endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan
kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten
protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan
dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji
antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan
ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen
kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3.
CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans,
sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-
Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel
saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada
permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen
recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1
(interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian
IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T
cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan
memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini
pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit.
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko
untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen
yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen
dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk
mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1
dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular
adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta
sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk
melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang
meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema,
edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan
2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi
menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit.
Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak
degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang
molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain,
seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau
meredakan peradangan.
Pathway
Endogen (stress
Eksogen (bahan emosional,makanan)
iritan kimiawi dan
fisik)
Terbentuk IgE
Proses degranulasi
Terjadinya reaksi
sensitivitas pada Pelepasan mediator
Merusak lapisan
DERMATITIS
epidermis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio
asetilkolin 1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein
total, albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi
yaitu :
1. Terapi sitemik: Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau
kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit SRS A dan
pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Terapi topical: Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup
diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
3. Diet:Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu,
ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain (Burns T.2008)
BAB III
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
MENGGUNAKAN NANDA, NOC, NIC
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan / kronologis dari permulaan klien
merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit dan
mencari bantuan pengobatan.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi
atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
d. Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien .?
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal
ini berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.
e. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agens Cidera Biologis (mis., infeksi iskemia,
neoplasma) (Domain 12. Kenyamanan kelas 1 Kenyamanan fisik
00132 NANDA 2015-2017 hal. 469)
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d Gangguan Turgor Kulit
(Domain 11 Keamanan/perlindungan kelas 2 Cedera Fisik 00046
NANDA 2015-2017 hal. 425)
3. Gangguan Rasa Nyaman b/d Gejala Terkait Penyakit
(Domain 12. Kenyamanan kelas 1. Kenyaman Fisik 00214 NANDA
2015-2017 hal. 466)
4. Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Persepsi Diri
(Domain 6. Persepsi Diri kelas 3. Citra Tubuh 00118 NANDA 2015-
2017 hal. 293)
A. Kesimpulan
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah
peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung
kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan
cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang
menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan
spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti 'mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan Hepplewhite, 2008)
Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak
tegas. Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit )
yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik
( Brunner dan Suddart 2008 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit
yang ditandai oleh rasa gatal.
B. Saran
Saran yang saya berikan sebagai pembuat makalah agar bagi para tenaga
kesehatan maupun mahasiswa keperawatan serta bagi para pembaca lebih
membuka buku-buku yang berkaitan dengan segala jenis penyakit agar
mengetahaui berbagai jenis penyakit salah satunya penyakit Dermatitis ini,
dimana agar dapat membuka wawasan pengetahuan si pembaca mengenai
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Dermatitis
Tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah ini ibu (Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,Ns.,M. Kep).
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
dosen pembimbing dan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
banyak orang dan dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap para
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi/pathway
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan penunjang
H. penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA