Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN PERSONAL

HYGIENE LANSIA DI DESA PANAIKANG

KEC. PATTALLASSANG KAB. GOWA

Oleh :

TASYA PUTRI TAMARA MAKMUR

NH0118088

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHLUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
A. Tinjauan Umum tentang .............................................................. 6
B. Tinjauan umum tentang ............................................................. 9
C. Tinjauan umum tentang .............................................................. 12
D. Tinjuan umum ............................................................................. 17
E. Kerangka Teori ........................................................................... 19
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS ................................................................................................... 20
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .......................................... 20
B. Kerangka Konsep ....................................................................... 20
C. Definisi Operasional dan Kriteria objektif .................................. 21
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 24
A. Rencana desain penelitian ........................................................... 24
B. Tempat dan waktu penelitian ...................................................... 24
C. Populasi dan sampel penelitian ................................................... 24
D. Alat atau instrumen penelitian .................................................... 25
E. Uji instrumen penelitian ............................................................. 25
F. Proses pengumpulan data ............................................................ 26
G. Pengolahan dan analisis data ....................................................... 28
H. Etika Penelitian ........................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentunya akan mempengaruhi
kemandirian lansia. Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (Rohaedi, Putri and
Karimah, 2016). Kemandirian dalam mengurus diri sendiri pada lansia dapat
dinilai dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi,
berpakaian rapi, pergi ke toilet, dan melakukan kerbersihan diri (Ranandika et al.,
2020).
Kesehatan fisik lansia akan meningkatkan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas harian lansia salah satunya pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan
meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang ada dan pada akhirnya
mencegah lansia terkena penyakit. Personal hygiene yang kurang baik diimbangi
dengan biologis lansia yang mengalami penurunan daya tahan fisik secara terus
menerus, dan menjadikan lansia semakin rentan terhadap penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Personal hygiene lansia adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan lansia untuk kesejahteraan fisik dan psikis
(Simbolon et al., 2019).
Menurut World Health Organization(WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, di perkirakan
mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa
yang tinggal di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia
(Titis Sriyanti, Anita Dwi Ariyani, 2020).
Menurut World Pupulation Ageing pada tahun 2017, lebih dari dua pertiga
lansia di dunia berada di daerah berkembang. Antara tahun 2017 hingga 2050,
jumlah orang yang berusia 60 tahun ke atas di perkirakan akan meningkat lebih
dari dua kali lipat, dari 652 juta menjadi 1,7 miliar. Sedangkan daerah yang lebih
maju diperkirakan akan mengalami peningkatan 38% jumlah lansia pada periode
tersebut. Dari 310 juta orang berusia 60 tahun atau lebih pada tahun 2017 menjadi
427 juta pada tahun 2050 (Surisma et al., 2020).
Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2015,menunjukan
lansia yang sudah tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehingga tidak menjaga
kebersihan diri diperkirakan sekitar 38,2% di dunia (WHO, 2015). Dari proporsi
penduduk lansia di Indonesia menunjukan lansia yang kurang menjaga kebersihan
diri diperkirakan sekitar 18,2% dari jumlah populasi lansia, dikarenakan
terbatasnya kemampuan diri dalam melaksanakan hygiene (Hardono, Siti
Tohiriah, Wisnu Probo Wijayanto, 2019).
Gubernur Sulawesi Selatan, DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH.,M.H.,M.Si
mengatakan, masalah lansia adalah merupakan tanggung jawab bangsa. Karena
itu, kesejahteraan dan kondisi lansia harus semakin baik kedepannya. Lansia
selalu matang dalam mengatasi berbagai problematika hidup. Ia menambahkan,
jumlah lansia di sulawesi selatan diprediksi bertambah seiring dengan semakin
membaiknya kondisi kesehatan masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh
tahun 2009 data sensus penduduk 2010, jumlah total lansia di Sul-Sel adalah
721.353 jiwa (9,19% dari jumlah penduduk Sul-Sel. Menurut BPS Provinsi
Sulawesi selatan tahun 2008, jumlah lansia mencapai 448805 dari 7.771.671
penduduk Sulawesi Selatan (Dinas Kesehatan Provinsi SulSel, 2009) (Asmi,
2016).
Berbagai kemunduran akibat penuaan pada lansia menimbulkan
ketergantungan dalam melaksanakan aktivitas sehari - hari. Hasil Riskesdas 2018
tentang tingkat ketergantungan pada lansia adalah ketergantungan mandiri/ringan
sebanyak 96,3%, ketergantungan sedang 1,2% dan ketergantungan berat/total
2,6% (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Berdasarkan hasil penelitian Hardiana
Chairil (2017) ditemukan data Perilaku personal hygiene mulut responden lansia
berada dalam kategori tidak baik sebanyak 31 responden atau 52,5%, dan perilaku
personal hygiene kuku responden lansia dalam kategori tidak baik sebanyak 41
responden atau 69,5% (Hadi & Muliani, 2020).
Lansia di Indonesia memiliki angka kesakitan di daerah perkotaan yaitu
sebesar 24,77 % yang artinya bahwa setiap 100 orang lansia di perkotaan pada
tahun 2012 terdapat 24 lansia yang sakit. Sedangkan dipedesaan 28,62% yang
berarti bahwa setiap 100 lansia di pedesaan pada tahun 2012 terdapat 28 lansia
yang sakit. Perlu diperhatikan bahwa lansia yang memiliki penyakit (dalam
keadaan sakit) pastinya akan mengalami gangguan dari kemandirian lansia atau
lansia tersebut akan memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya. Dan
lansia yang memiliki penyakit pula merupakan salah satu penyebab dari
ketidakmandirian lansia (Kemenkes RI, 2012) (Slamet Rohaedi, Suci Tuty Putri,
2016).
Menurut Observasi yang diperoleh pada saat studi pendahuluan di Panti Sosial
Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2015 ada sekitar 40% dari 61 lanjut usia
yang dibantu dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri. Lansia tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan kebersihan diri secara mandiri karena lansia tersebut
mengalami proses penuaan dan mengalami berbagai penyakit, sehingga petugas
panti yang membantu pemenuhan kebutuhan kebersihan diri lansia tersebut
(Latifah, 2021).
Berdasarkan data lanjut usia (lansia) di ketahui, prevalensi di Kabupaten
Gowa yang melampaui prevalensi rata-rata nasional adalah kemandirian lansia
pada tahun 2015 jumlah penduduk lansia di Kabupaten Gowa secara keseluruhan
sebanyak (40,4%), yaitu penduduk laki-laki sebanyak (20,3%) dan jumlah
perempuan sebanyak (20,37%). Profil kesehatan kabupaten Gowa berdasarkan
data lanjut usia (lansia) yang di ketahui oleh dinas kesehatan Kabupaten Gowa,
pada tahun 2016 yaitu umur 60 tahun ke atas untuk data penduduk laki-laki
mencapai (3,96%) adalah 13,005 jiwa, sedangkan untuk penduduk usia lanjut
perempuan mencapai (7,63%) sekitar 25,996 jiwa (profil kesehatan kabupaten
gowa,2016) dalam (Asikin & Asikin, 2021).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat hubungan antara kemandirian dengan personal hygiene lansia
di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan
personal hygiene lansia di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten
Gowa tahun 2022
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengukur tingkat kemandirian lansia menggunakan pendekatan …… di
Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa tahun 2022.
b. Untuk mengidentifikasi pola perilaku personal hygene lansia menggunakan
pendekatan ….. di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
tahun 2022.
c. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat kemandirian dan perilaku
personal hygene lansia di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten
Gowa tahun 2022.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi kesehatan dan konsep
kepatuhan yang bisa di terapkan di masyarakat serta dapat mengetahui hubungan
kemandirian dengan personal hygiene lansia di desa panaikang kec. Pattallassang
kab. Gowa.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian dan sebagai bahan baru
bagi dunia kesehatan dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait pelayanan
kesehatan.
3. Manfaat bagi peneliti
Dapat dijadikan sebagai pendalaman dalam hal konsep baru yang didapatkan,
sebagai pengalaman berharga dan bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan
khususnya tentang hubungan kemandirian dengan personal hygiene lansia di desa
panaikang kec. Pattallassang kab. Gowa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.
1. Tinjauan umum tentang kemandirian
a. Pengertian
Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata “independen”
yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada
orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri
(Husain, 2013). Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara
komulatif dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga
individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang
dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang ke yang lebih mantap
(Slamet Rohaedi, Suci Tuty Putri, 2016).
Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada
orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri
atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai
kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau
merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
AKS ADL pekerjaan rutin sehari-hari seperti halnya ; makan, minum, mandi,
berjalan, tidur, duduk, BAB, BAK, dan bergerak (Marlita et al., 2018).
Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan di mana individu
mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung
dengan orang lain. Kemandirian seorang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas
hidup lanjut usia itu sendiri, dimana kualitas hidup tersebut dapat dinilai dari
kemampuan melakukan Activity Of Daily Living (ADL) (Syamsidar et al.,
2020).
b. Aspek – aspek kemandirian
Menurut Hosnan (2016: 186) dalam (Risfi & Hasneli, 2019), aspek-aspek
kemandirian ada tiga, yaitu:
1) Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu.
2) Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan
melakukakannya secara bertanggung jawab.
3) Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip
tentang benar dan salah, serta tentang apa yang penting dan apa yang tidak
penting.
Senada dengan pendapat Steinberg (dalam Arumsari, 2016: 43-44)
dalam (Risfi & Hasneli, 2019), membagi aspek-aspek kemandirian
menjadi 3 bentuk, yaitu:
1) Emotional autonomy (kemandirian emosi), merupakan aspek
kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau
keterikatan hubungan emosional individu, terutama dengan keluarga.
Steinberg (dalam Sukardi, 2013: 338) juga menjelaskan kemandirian
emosional adalah kemandirian yang merujuk pada pengertian yang
dikembangkan mengenai individuasi dan melepaskan diri atas
ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar dari
orang tua.
2) Behavioral autonomy (kemandirian tingkah laku), merupakan aspek
kemandirian yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan
secara bebas dan melakukan tindak lanjut atas keputusan yang dibuat.
Steinberg (dalam Sukardi, 2013: 338) juga menjelaskan kemandirian
tingkah laku adalah kemandirian dalam perilaku bebas untuk berbuat
atau bertindak sendiri tanpa tergantung pada bimbingan keluarga.
Kemandirian perilaku merujuk kepada kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sebagai manifestasi dari berfungsinya kebebasan,
dengan jelas menyangkut peraturan- peraturan yang wajar mengenai
perilaku dan pengambilan keputusan seseorang.
3) Value autonomy (kemandirian nilai), yaitu aspek kebebasan untuk
memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, hak dan
kewajiban, apa yang penting dan apa yang kurang atau apa yang tidak
penting. Steinberg (dalam Sukardi, 2013: 338) juga menjelaskan
kemandirian nilai adalah kemandirian yang merujuk pada suatu
pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil
keputusan-keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang
pada prinsip- prinsip individual yang dimiliki daripada mengambil
prinsip- prinsip orang lain.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian
1) Usia (umur)
Berdasarkan indeks ADL menurut katz, dapat diprediksi beberapa usia
harapan hidup aktif pada suatu masyarakat. Hasilnya menunjukkan bahwa
lansia setelah melewati kategori 65-69 tahun hanya memiliki 10 tahun
harapan hidup dalam keadaan aktif, sementara mereka yang berusia
diatasnya, periodenya lebih singkat. Bagi mereka yang berusia 85 tahun
keatas (di Amerika Serikat), waktu aktifnya tinggal 2,5 tahun (Marlita et
al., 2018).
2) Imobilisasi
Imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri,
kekakuan, ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis. Penyebab
imobilisasi yang utama adalah takut jatuh. Tindakan penting pada keadaan
ini adalah pencegahan. Perlu juga ditekankan pemberian nutrisi secara
adekuat juga exercise secukupnya (Marlita et al., 2018).
3) Mudah jatuh
Mempengaruhi kemandirian lansia yaitu mudah jatuh, sesuai dengan
pernyataan Ediawati (2013) bila seseorang bertambah tua, kemampuan
fisik dan mentalnya perlahan akan menurun. Kemampuan fisik dan mental
yang menurun sering menyebabkan jatuh pada lansia, akibatnya akan
berdampak pada menurunnya aktivitas dalam kemandirian lansia. Pada
saat penelitian ditemukan bahwa di panti sosial tersebut sudah difasilitas
dengan pegangan tangan di setiap dinding (Slamet Rohaedi, Suci Tuty
Putri, 2016).
2. Tinjauan umum tentang lansia
A. Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan (Widayati et al., 2020).
Lanjut Usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas.
Herman dalam Tamimi (2016) menyatakan bahwa proses penuaan pada Lanjut
Usia merupakan akumulasi dari perubahan yang progresif seiring dengan
proses berjalannya waktu yang terus meningkat dan bertanggung jawab
terhadap suatu kelemahan/kerentanan yng biasanya disertai dengan penyakit
dan kematian (Saubani, antrina Kolondam, 2022).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran, fungsi dan telah menunjukan perubahan sejalan dengan waktu.
World healt organitation (WHO) atau badan kesehatan dunia menetapkan 65
tahun sebagai usia yang menunjukan proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lansia (Azizah et al., 2018).
B. Batasan umur lanjut usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) dalam (Alpin,
2016), batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia sebagai
berikut:
1) Menurut undang-undang no 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke atas.
2) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (Old) antara 75 ± 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3) Menurut Koesoemato Soetyonegoro (2002). Masa lanjut usia (getriatric
age) : > 65 tahun atau 70 tahun, Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur yaitu :
a. Young old (70-75 tahun)
b. Old (75-80 tahun )
c. Very old ( >80 tahun )
C. Klasifikasi lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Khotimah,
2018).
D. Perubahan yang dialami lanjut usia
Hurlock, menyatakan bahwa ada beberapa perubahan lansia yaitu (Karni,
2018) :
1) Perubahan Fisik
Perubahan penampilan fisik yang dialami lanjut usia misalnya, bahu
membungkuk dan tampak mengecil, perut membesar dan membuncit, mata
kelihatan pudar, tidak bercahaya, dan sering mengeluarkan cairan, pipi
berkerut, longgar, dan bergelombang, kulit berkerut dan kering, rambut
menipis berubah menjadi putih dan kaku (Karni, 2018).
Perubahan pada fungsi fisiologis misal sulit bernafas sebagai akibat dari
cara pemanfaatan tenaga yang tidak normal, berkurangnya tingkat
metabolisme dan kekuatan otot - otot menurun. Perubahan panca indera
terlihat seperti menurunnya fungsi organ penglihatan, pendengaran, perasa,
penciuman, dan perabaan sedangkan perubahan seksual yang dialami
lanjut usia adalah lanjut usia sering menahan hubungan seksual dan
munculnya keraguan akan kemampuan seksual karena sikap sosial yang
tidak menyenangkan (Karni, 2018).
2) Perubahan kemampuan motorik
Orang lanjut usia pada umumnya menyadari bahwa lebih lambat dan
koordinasi gerak kurang baik dibandingkan pada masa muda. Perubahan
kemampuan motorik disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis
(Karni, 2018).
3) Perubahan kemampuan mental
Perubahan mental yang dialami lanjut usia adalah menurunnya
kemampuan mengingat, mempelajari hal-hal baru, menurunnya kecepatan
dalam mencapai kesimpulan, berkurangnya kapasitas berpikir kreatif,
cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru, kecenderungan
untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat,
kehilangan rasa dan keinginan terhadap hal-hal yang lucu dan menurunnya
perbendaharaan kata yang digunakan (Karni, 2018).
4) Perubahan minat
Hubungan antara jumlah keinginan dan minat pada seluruh tingkat usia
ternyata erat dengan keberhasilan penyesuaian (Karni, 2018).
3. Tinjauan umum tentang personal hygiene
a. Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah
cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan
perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan
(Perry & Potter, 2006) (Mustikawati, 2017).
Menurut Depkes (2000) perawatan diri adalah salah satu kemampuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan, kesejaterahan, sesuai dengan kondisi kesehatan.
Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Ranandika et al., 2020).
Personal hygiene merupakan suatu tindakan memelihara kebersihan
diri dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal
hygiene berupa kebiasaan mencuci tangan, menggunakan sabun ketika mandi,
mengganti pakaian, tidak saling bertukar pakaian atau benda-benda pribadi
lainnya, dan kebiasaan memotong kuku dapat mengurangi resiko tertular
scabies (Nurlia Latipah, 2022).
b. Tujuan personal hygiene
Tujuan perawatan personal hygiene antara lain (Mustikawati, 2017) :
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4) Pencegahan penyakit
5) Meningkatkan percaya diri seseorang
6) Menciptakan keindahan Jenis
B. Kerangka teori
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Dasar pemikiran variabel penelitian


Variabel penelitian dikembangkan dari konsep atau teori dari hasil penelitian
dalam penelitian dikenal dengan variabel indenpenden (bebas) dan variabel dependen
(terikat).
1. Variabel bebas kemandirian
2. Variabel terikat personal hygiene lansia
B. Kerangka konsep
Hubungan antara variabel dan konsep yang menjadi landasan utama dalam
pembuatan kerangka konsep yang di uraikan di bawah.

Variabel independen variabel dependen

Personal
hygiene

Kemandirian
Lansia

Gambar : Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dilihat bahwa variabel yang
mempengaruhi dalam penelitian ini adalah kemandirian atau dapat disebut
variabel bebas, dan untuk variabel yang di pengaruhi atau variabel terikat
dalam penelitian ini adalah personal hygiene lansia.
C. Definisi operasional dan kriteria objektif
D. Hipotesis penelitian

Anda mungkin juga menyukai