Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT LANSIA DI DESA

JETIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Komunitas
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................
B. TUJUAN..............................................................................................................
C. MANFAAT..........................................................................................................
D. STRATEGI..........................................................................................................
E. RUANG LINGKUP.............................................................................................
F. WAKTU DAN TEMPAT......................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................
A. KONSEP DASAR LANSIA...............................................................................
B. KONSEP DASAR HIPERTENSI.......................................................................
C. KONSEP DASAR ASAM URAT.....................................................................
D. BAB III ASKEP KOMUNITAS AGREGAT LANSIA...............................................
A. DATA UMUM DESA JETIS.............................................................................
B. DATA KHUSUS PENDUDUK.........................................................................
1. Data Inti.........................................................................................................
2. Pengkajian Sub Sistem..................................................................................
3. Pengkajian Agregat Lansia............................................................................
C. ANALISA MASALAH.....................................................................................
D. DIAGNOSA......................................................................................................
E. SKORING..........................................................................................................
F. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................
G. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................
H. RENCANA KERJA (PLANNING Of ACTION)............................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang saling
berinteraksi atau berkomunikasi antar satu sama lain. Komunitas adalah kelompok
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi atau tempat yang sama dengan pemerintahan
yang sama (Swarjana, 2016).
Kesehatan yang optimal dalam keperawatan komunitas lebih menekankan pada
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan
keperawatan dalam upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Harefa
& Jelita, 2019). Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, keperawatan
adalah kegiatan pemeberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pengetahuan
dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Pengertian lain
keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk
meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitative
(Kholifah & Wahyu, 2016).
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus
kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap
individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2014). Dengan bertambahnya umur,
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak
menular banyak muncul pada lanjut usia
Menurut Profil Kesehatan Sukoharjo 2019, penyakit terbanyak pada lanjut usia
adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, stroke, PPOK dan Diabetes
Mellitus (DM). Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2019 menunjukan bahwa presentase
penderita hipertensi di Jawa Tengah adalah sebanyak 68,6 % dari rekapitulasi data kasus
Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya, yang berarti hipertensi menduduki peringkat
pertama. Jumlah penduduk yang mengalami hipertensi adalah sebanyak 8,070,378 orang.
Lalu berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2019, tercatat sebanyak
85.418 orang yang mengalami hipertensi. Berdasarkan data tersebut, hipertensi tentunya
menjadi hal yang perlu diperhatikan karena angka kejadian yang tergolong tinggi.
Hipertensi dapat didiagnosis apabila ketika diukur pada dua hari yang berbeda, hasil dari
tekanan darah sistolik pada kedua hari tersebut sebesar ≥140 mmHg dan/atau hasil dari
tekanan darah diastolik pada kedua hari tersebut sebesar ≥90 mmHg (WHO, 2019).
Hipertensi adalah gangguan vaskular yang ditandai dengan tekanan darah sistolik sama
dengan atau diatas 140 mmHg, dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau diatas
90 mmHg. Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala sehingga juga disebut silent killer
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang
sangat tinggi di dunia. Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1.15 milyar
kasus di tahun 2025 (Sinuraya et al, 2018 dalam Haldi et al, 2021).
Musyawarah masyarakat desa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat desa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi di desa serta
menentukan solusi pemecahan masalah. Dalam permenkes nomor 8 tahun 2019 tentang
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, menyatakan bahwa musyawarah desa
adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat. Melalui
musyawarah diharapkan dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di desa
terutama masalah kesehatan (Nurafifah, 2020.
Dalam upaya untuk menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas,
kami Mahasiswa Profesi Ners XXV Universitas Muhammadiyah Surakarta melaksanakan
praktik klinik keperawatan komunitas di Desa Jetis Kabupaten Sukoharjo dimana jumlah
penduduknya 5177. Dalam pelaksanaan salah satu program puskesmas Jetis yaitu
posyandu lansia kami memperoleh populasi lansia berusia ≥60 tahun sebanyak 391,
terdiri dari 181 lansia laki- laki dan 210 lansia perempuan dan sampel kami mengambil di
4 posyandu yaitu posyandu mekarsakir, mawarsari, menursari dan cempakasari sejumlah
60. Berdasarkan kunjungan posyandu lansia bulan Juni tahun 2022 didapatkan data
penderita hipertensi 21 kasus dan penderita asam urat 5 kasus. Berdasarkan hasil
kunjungan pemeriksaan posyandu bulan Juli dari 3 posyandu didapatkan data penderita
hipertensi 12 kasus dan penderita asam urat 3 kasus. Dari data tersebut kami mahasiswa
profesi ners keperawatan UMS bermaksud untuk melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada agregat lansia untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan yang ada di
desa Jetis dan menentukan strategi intervensi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setalah dilaksanakan kegiatan praktik klinik keperawatan stas komunitas
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat pada tingkat komunitas dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah melaksanakan kegiatan praktik klinik keperawatan stase komunitas,
diharapkan mahasiwa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas
b. Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas berdasarkan data yang diperoleh.
c. Menyusun perencanaan keperawatan komunitas, meliputi memprioritaskan
masalah, perumusan tujuan dan intervensi.
d. Melaksanakan perencanaan dengan kesepakatan masyarakat.
e. Mengimplementasikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan agregat.
f. Melakukan evaluasi terhadap pencapain tujuan sesuai waktu yang telah di tetapkan.
C. MANFAAT
1. Masyarakat Desa Jetis
Memberikan informasi mengenai demografi, jumlah populasi, kesehatan
lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta
pelayanan sosial atau kegiatan social kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan informasi mengenai status kesehatan dan kegiatan- kegiatan
kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat Desa Jetis, Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo.
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok dan
komunitas di Desa Jetis Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo
D. STRATEGI
Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan komunitas, dapat
duraikan sebagai berikut :
1. Penjajakan umum (MMD 1)
a. Pendekatan dan penjelasan program Kuliah Kesehatan Komunitas
Masyarakat kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangkat desa dan puskesmas. Kegiatan ini
dilaksanakan dalam musyawarah masyarakat desa 1 (MMD 1)
b. Orientasi wilayah
Mahasiswa melakukan survei batas-batas wilayah Desa Jetis, Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo.
c. Pengambilan data dan sampel
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari solusi atas
temuan yang ada titik. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat
dan pihak puskesmas untuk menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada.
Menetapkan prioritas pemecahan masalah yang ditemukan pada MMD ini
diharapkan ada kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pengumpulan data dilakukan melalui:
1) Wawancara dan observasi lingkungan pemukiman penduduk secara keseluruhan
dengan cara mendatangi setiap rumah.
2) Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas Baki dan di Desa Jetis.
3) Memperoleh data sekunder dari Puskesmas Baki
2. Evaluasi (MMD 2)
Kegiatan musyawarah mufakat desa yang kedua ini memaparkan hasil dari
proses pengkajian dan pengolahan data yang sudah didapatkan serta rencana yang
akan diimplementasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian dilanjutkan
dengan sesi diskusi terhadap masalah yang sudah dipaparkan.
3. Evaluasi (MMD 3)
Mengevaluasi program Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat yang sudah, belum, atau
masih berjalan kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangkat desa dan puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam musyawarah masyarakat desa
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup program Praktik Klinik Keperawatan Stase Komunitas ini berada di
wilayah Desa Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
F. WAKTU DAN TEMPAT
1. Waktu
Waktu pelaksanaan praktik klinik Keperawatan Komunitas dan Keluarga mahasiswa
Program Profesi Ners XXV FIK UMS adalah tanggal 11 Juli 2022 sampai dengan 06
Agustus 2022.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas adalah di wilayah Desa
Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan (Notoatmodjo, 2014). Lansia merupakan
perkembangan individu pada tahap masa tua dengan batasan usia >60 tahun. Lansia
merupakan keadaan dimana seseorang mengalami tahapan kegagalan dalam
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologi dengan jangka waktu
10 tahun. Menurut Azizah & Hartanti (2016) lansia merupakan individu yang akan
mengalami kemunduran fisik, mental serta sosial secara bertahap dengan batasan usia
di atas 60 tahun.
2. Batasan-batasa
Lansia Menurut data World Health Organization (WHO), batasan lansia antara lain:
a. Middleiagei (Usia pertengahan), rentan usiai 45-59 tahun
b. Elderlyi (Lanjutiusia), rentan usia 60-74 tahun.
c. Oldi (Usiaitua) rentan usia 75-90 tahuni.
d. Veryioldi (Usia sangat tua), rentan usia >90 tahun.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi padai Lansia
Penelitian oleh Azizah (2014) secara degeneratif seiring dengan bertambahnya usia
fungsi tubuh akan mengalami perubahan. Selain perubahan fisik, di proses penuaan
juga mengalami perubahan pada kognitif, social dan seksual. Perubahan-perubahan
tersebut antara lain :
a. Perubahan Fisik.
1) Terjadi gangguan pendengaran pada sistem indra pada lansia usia >60 tahun
yaitu prebiakusis.
2) Dengan bertambahnya usia, akan mengalami perubahan pada sistem integument
yaitu, akan mengalami atropi pada kulit lansia, mulai keriput, tidak elastis dan
kering yang disebabkan karena kurangnya cairan pada kulit sehingga
menyebabkan berbercakbercak dan tipis.
3) Pada sistem imusculoskeletal kepadatan tulang akan berkurang sehingga
mengakibatkan nyeri, fraktur, deformitas, dan osteoporosis
b. Sistem Kardiovaskular dan Respirasi
1) Sistem Kardiovaskular
Penurunan fungsi kardiovaskular dapat beresiko tinggimenyebabkan penyakit
kardiovaskular. Congestive Heart Failure ( CHF) dan Hipertensi merupakan
penyakit kardiovaskular yang sering dialami lansia.
2) Sistem Respirasi
Pernafasan bekerja lebih cepat yang dapat disebabkan oleh obstruksi jalan nafas
dan gagal jantung.
3) Pencernaan dan Metabolisme
Menurunnya fungsi indra pengecap dan sensitifitas lapar sertakehilangan gigi.
4) Sistem Perkemihan
Laju filtrasi, eksresi dan reabsorbsi oleh ginjal menurun.
5) Sistem Saraf
Penurunan koordinasi saat melakukan aktivitas fisik sehari-hari yang disebabkan
adanya sistem anatomi dan atropi yang mengalami perubahan pada serabut saraf
lansia.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi hipertensi
Hipertensi terjadi karena tekanan darah arteri meningkat serta tekanan darah sistolik
lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari atau
sama dengan 90 mmHg (World Health Organization (WHO), 2013). Menurut data
WHO, populasi terbanyak penderita hipertensi yaitu usia ≥60 tahun, dan orang yang
menderita hipertensi di dunia sekitar 1,13 miliar orang. (WHO, 2015). Hipertensi
adalah penyakit sistem peredaran darah yang disebabkan oleh peningkatan darah di
atas normal (≥140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2014). Tanda klinis hipertensi diketahui
karena ketidakseimbangan hemodinamik pada sistem kardiovaskular.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah terbagi atas dua macam yaitu, tekanan darah sistolik dan
diastolik (WHO-ISH & ESH-ESC, 2014).
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-
normal
130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi
ringan
140-159 140-159 90-99 90-99
Hipertensi
sedang
160-179 160-179 100-109 100-109
Hipertensi
berat
>180 >180 >110 >110
3. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi ada dua, antara lain hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Tidak terdapat obat untuk hipertensi primer, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan
yang tepat. Faktor genetik, usia, dan kurangnya olahraga serta faktor lainnya memiliki
peran penting dalam munculnya penyakit hipertensi primer (Tanto et al., 2016).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang mendasari, seperti stenosisiarteri
ginjal, penyakit parenkim ginjal, dan hiperaldosteron. Pengobatan hipertensi sekunder
adalah dengan pengobatan pertama dari penyakit yang menyebabkannya (Tanto et al.,
2016).
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Banyak ditemukan penderita hipertensi secara tidak sadar mengalami masalah
kesehatan, karena mungkin tidak ada tanda dan gejala peringatan. Gejala hipertensi
antara lain sakit kepala dini hari, mimisan, tidak teraturnya irama jantung dan telinga
yang berdengung. Maka dari itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangatlah
penting. Tekanan darah tinggi yang tergolong parah dapat menyebabkan mudah lelah,
kecemasan, kebingungan, nyeri dada, tremor otot, mual dan muntah (World Health
Organization, 2019). Manifestasi klinis hipertensi antara lain sakit kepala disertai rasa
mual muntah disebabkan intrakranium pada tekanan darah yang meningkat, retina
rusak yang menyebabkan penglihata menjadi kurang jelas, nokturia atau karena aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus, buang air kecil di malam hari juga meningkat.
Gejala lain juga sering timbul adalah kesulitan tidur, tengkuk pegal atau linu dan mata
yang berair (Nuraini, 2015).
5. Faktor Resiko Hipertensi
a. Tidak dapat diubah
1) Usia
Seiring bertambahnya usia, resiko menderita tekanan darah tinggi juga semakin
tinggi pula.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki lebih beresiko menderita tekanan darah tinggi daripada wanita dengan
kisaran sekitar 2,29 mmHg hingga peningkatan tekanan darah sistolik.
3) Genetik (keturunan)
Jika di dalam keluarga terdapat riwayat menderita tekanan darah tinggi atau
hipertensi maka dugaan akan beresiko lebih besar terkena tekanan darah tinggi
juga dibandingkan dengan seseorang yang tidak terdapat riwayat penyakit
tekanan darah tinggi di keluarga sebelumnya
4) Penatalaksanaan Hipertensi
Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan management hipertensi secara
non-farmokologi dan farmokologi. Kegiatan aktivitas fisik seharihari merupakan
salah satu penatalaksanaan non-farmakologi pada hipertensi dan telah ada
beberapa penelitian yang berkaitan dengan penunjang tersebut. Seperti halnya
gerakan tubuh lainnya yang memerlukan latihan teratur agar otot tetap berfungsi
dengan baik, begitu pula dengan otot jantung (Bazaruddin, Zahroh Shaluhiyah,
2019). Setelahterapi nonfarmokologi tidak menunjukkan perubahan, terapi
farmakologi dapat direkomendasikan (Pangastuti et al., 2019). Penatalaksanaan
primer pada hipertensi dapat dimodifikasi dengan gaya hidup. Menerapkan gaya
hidup sehat sangat penting dalam penanganan hipertensi (Mahmood et al.,
2019).
Menurut 12 Guideline JNC 8 dalam terapi non-farmokologis, modifikasi
gaya hidup tersebut antara lain (Muhadi, 2016):
a. Penurunan berat badan, seperti mengurangi asupan kalori serta melakukan
aktivitas fisik yang rutin. Berat badan yang ideal dibuktikan mampu
mengendalikan nilai tekanan darah sistolik sebanyak 5-20 mmHg.
b. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-syuran, dan susu rendah lemak
serta kaya dengan potassium dan calcium, yang sesuai dengan pola makan
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). mampu mengendalikan
nilai tekanan darah sistolik sebanyak 8-14 mmHg.
c. Diit rendah garam mampu mengendalikan tekanan darah sistolik sebanyak 2-
8 mmHg.
d. Melakukan olahraga yang secra rutin sangat bermanfaat untuk penderita
hipertensi, salah satunya dengan melakukan olahraga 3 kalidalam seminggu
dan paling baik 5 kali dalam seminggu (Padila, 2013)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT LANSIA DENGAN
HIPERTENSI

A. DATA UMUM DESA JETIS


1. Data Geografi
a. Desa Jetis Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo memiliki batas wilayah:
Utara : Desa Menuran
Selatan : Desa Gedongan
Timur : Desa Bentakan
Barat : Desa Geneng
b. Peta wilayah
2. Data Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Jetis sebanyak 5.274 jiwa, laki-laki 2.589 jiwa dan
perempuan 2.685 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 1.752 KK, yang tersebar
di masing-masing dukuh antara lain Karang, Daleman (RW 2), Daleman (RW 3),
Krangganan, Sonayan, Kwagean, Klegen, Tambakan, Kemasan, Ganjuran, dan
Jetis.
b. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Desa Jetis terdapat 1 posbindu yang berpusat di balai desa, 9
posyandu balita dan 9 posyandu lansia yang tergabung menjadi satu posyandu.
Selama pandemi kegiatan posbindu dan posyandu dilaksanakan secara door to door
dan sekarang sudah mulai berjalan kembali secara langsung sejak tahun 2022.
Terdapat 1 tempat praktik bidan desa, 1 praktik dokter di Ngabeanom dan 1 Poli
Klinik Desa (PKD) yang dijalankan oleh bidan. Warga Desa Jetis jika sakit biasa
memeriksakan diri ke tempat praktik dokter, tempat praktik bidan desa, Poli Klinik
Desa (PKD), Puskesmas Baki dan rumah sakit terdekat seperti Rumah Sakit Indriati
Solo Baru.
c. Karakteristik Penduduk
Sebagian besar penduduk Desa Jetis tinggal menetap dan mayoritas bekerja sebagai
karyawan swasta. Sebagian besar masyarakat beragama Islam. Tipe masyarakat di
Desa Jetis termasuk agraris.
3. Fasilitas Umum
Fasilitas umum di Desa Jetis terdapat 14 masjid/mushola dan 1 gereja. Fasilitas
sekolah terdapat 3 TK, 1 PAUD, 3 SD, 2 SMP dan 1 SMA. Di Desa Jetis juga terdapat
pasar yaitu Pasar Rakyat Daleman. Apabila ada kegiatan posyandu dapat dilakukan di
rumah kepala dusun atau kepala RT/RW maupun di masjid, jika ada posbindu
dilakukan di Balai Desa Jetis.
4. Hygiene sanitasi
Kondisi perumahan di Desa Jetis mayoritas cukup bersih dan tertata. Warga biasa
membuang sampah di depan rumah masing-masing kemudian diangkut oleh petugas
sampah dan sebagian dibakar di halaman. Pembuangan air limbah di selokan atau got
dengan kondisi tertutup dan beberapa pembuangan lewat sungai.
5. Organisasi Masyarakat
Organisasi masyarakat di Desa Jetis antara lain 1 kelompok Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM), 1 kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), 4
kelompok pengajian, 12 kelompok arisan, 3 kelompok tani dan 7 kelompok karang
taruna. Tidak ada Pemuda Siaga Sehat (DASIAT) di Desa Jetis.
6. Tokoh dan sumber informasi
Terdapat pamong desa meliputi kepala desa dan perangkat desa, tokoh masyarakat
antara lain ketua dusun, ketua RW dan ketua RT, di Desa Jetis tidak ada kiyai atau
ustad, namun terdapat 2 takmir masjid dan tidak ada pastor, terdapat kader kesehatan
yaitu 5-7 kader di setiap posyandu.
7. Sumber-sumber vector
Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) : Tidak ada
Gudang tua : Tidak ada
Rawa atau tempat genangan air : Tidak ada
Sungai : Sungai Daleman
8. Kejadian Wabah Dalam 1 Tahun Terakhir
Dalam 1 Tahun Terakhir Di Desa Jetis terdapat kasus COVID-19 selama satu tahun
terakhir ini, namun aktivitas penduduk telah berjalan kembali dengan protokol
kesehatan.

B. DATA KHUSUS ( PENDUDUK)


1. Data inti
a. Penduduk berdasarkan Usia
USIA
1) 0-9 Thn 2,68%
2) 10-19 Thn 14,43%
3) 20-29 Thn 14,51%
4) 30-39 Thn 13,64%
5) 40-49 Thn 10,80%
6) 50-59 Thn 13,01%
7) 60-69 Thn 11,51%
8) 70-75 Thn 6,47%
Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Jetis yang terdaftar pada 31 Mei 2022,
penduduk dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 2.58 jiwa (49.08%) sedangkan
penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 2.685 jiwa (51.02%). Sehingga
total penduduk Desa Jetis sebanyak 5.274 jiwa (Profil Data Desa Jetis, 2022).

b. Penduduk berdasarkan jenis Kelamin


JENIS KELAMIN
1) Laki-laki 49,03%
2) Perempuan 50,97%
Berdasarkan data yang diperoleh dari desa jetis yang terdaftar pada 31 mei
2022, pendududk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2,589 jiwa (49,03%)
sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 2,685 jiwa
(50,97%). Sehingga total pendududk desa jetis sebanyak 5,274 Jiwa.
c. Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Diagram 3.3 Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan 0.05% 0.18%
53.36% 33.09% 7.51% 5.62% 0.18%
PENDIDIKAN
Usia 3-6th belum masuk TK Usia 7-18th tidak pernah sekolah
Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat
Tamat D3/sederajat Tamat S1/sederajat
Tamat S2/sederajat
Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Jetis yang terdaftar pada 31
Mei 2022, penduduk berusia 3-6th yang belum masuk TK sebanyak 1
orang (0%), penduduk Usia 7-18th yang tidak pernah sekolah sebanyak
4 orang (0%), penduduk tamat SMP/sederajat sebanyak 1.158 orang
(53%), penduduk tamat SMA/sederajat sebanyak 718 orang (33%),
penduduk tamat D3/sederajat sebanyak 163 orang (8%), tamat
S1/sederajat sebanyak 122 orang (6%), dan tamat S2/sederajat sebanyak
4 orang (0%) (Profil Data Desa Jetis, 2022).
d. Penduduk Berdasarkan Agama
AGAMA
Islam 96,47%
Kristen 3,03%
Khatolik 0,50%
Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Jetis yang terdaftar pada 31 mei
2022, penduduk yang memeluk agama islam berjumlah 5,193 Berdasarkan data
yang diperoleh dari Desa Jetis yang terdaftar pada 31 Mei 2022, penduduk yang
bekerja sebagai Karyawan Swasta berjumlah 547 orang (63%), sebagai Buruh Tani
sebanyak 97 orang (11%), sebagai Pedagang sebanyak 47 oran (5%), sebagai
Tukang Batu sebanyak 44 orang (5%), sebagai PNS sebanyak 42 orang (5%),
sebagai Guru sebanyak 40 orang (5%), sebagai Pembantu Rumah Tangga sebanyak
18 orang (2%), sebagai Perangkat Desa sebanyak 11 orang (1%), sebaga

Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Jetis yang terdaftar pada 31 Mei
2022, penduduk yang bekerja sebagai Karyawan Swasta berjumlah 547 orang
(63%), sebagai Buruh Tani sebanyak 97 orang (11%), sebagai Pedagang sebanyak
47 oran (5%), sebagai Tukang Batu sebanyak 44 orang (5%), sebagai PNS
sebanyak 42 orang (5%), sebagai Guru sebanyak 40 orang (5%), sebagai Pembantu
Rumah Tangga sebanyak 18 orang (2%), sebagai Perangkat Desa sebanyak 11
orang (1%), sebagai Satpam sebanyak 8 orang (1%), sebagai bidan sebanyak 3
orang (0%), sebagai perawat sebanyak 3 orang (0%), sebagai dokter swasta
sebanyak 2 orang (0%), sebagai pemilik perusahaan, sopir, tukang rias, dosen
swasta dan montir yang masing-masing sebanyak 1 orang (0%) (Profil Data Desa
Jetis, 2022).
e. Pengkajian Sub-Sistem
Pengkajian subsistem masyarakat 8 komponen :
Lingkungan Fisik
1) Rumah Kondisi perumahan di Desa Jetis mayoritas cukup bersih dan tertata,
namun beberapa rumah tampak terlihat kurang bersih dan tidak tertata rapih. Di
setiap rumah terdapat ventilasi udara dan mayoritas warga Desa Jetis membuka
jendela setiap hari. Pencahayaan di dalam rumah cukup baik dan cahaya
matahari mudah masuk ke dalam rumah warga.
 Vektor yang banyak disekitar rumah warga Desa Jetis antara lain :
Lalat
Nyamuk
Tomcat
Kucing
Anjing
Ayam
Bebek
Burung
Kambing
2) Sumber Air
Setiap warga memiliki sumber air sendiri, yang sebagian besar bersumber dari
sumur gali dan sumur bor. Tempat penyimpanan air (bak mandi) tertutup dengan
intensitas pengurasan bak air 3 hari sekali. Air yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari warga berasal air sumur dengan kualitas air tidak berbau, tidak berasa
dan tidak berwarna. Namun sebagian besar warga menggunakan air galon untuk
minum.
3) Pembuangan Air Limbah
Sebagian besar rumah di Desa Jetis memiliki saluran air limbah berupa saluran
got atau selokan dengan kondisi tertutup maupun terbuka dan beberapa
pembuangan lewat sungai.
4) Pembuangan Sampah
Warga Desa Jetis membuang sampah dengan dikumpulkan dan diambil oleh
petugas sampah setiap 3x seminggu dengan membayar iuran sebesar 30 ribu
perbulan, namun ada juga beberapa warga yang membakar sampah di halaman
rumahnya bahkan adapula warga yang membuang sampah di sungai jika
rumahnya dekat dengan sungai dengan fakta terlihat sungai masih ada sampah
plastik yang hanyut dan tersangkut.
5) Kepemilikan Kandang Ternak
Beberapa warga memiliki kandang ternak berupa ayam, bebek, burung, kambing
di belakang rumah. Cara pemanfaatan kotoran ternak ditampung dan dijadikan
pupuk kandang.
6) Pembuangan Kotoran/tinja
Warga Desa Jetis sudah memiliki jamban, dengan tempat pembuangan tinja di
septic tank. Sebagian besar kondisinya terpelihara, jarak sumber air dengan
tempat pembuangan tinja kurang lebih berjarak 8 meter.
2. Pengkajian agregat lansia
1) Pengkajian berdasarkan wilayah posiandu
Jumlah lansia
a) Posyandu Anggreksari dengan jumlah 47 orang lansia dengan
persentase (12%).
b) Posyandu Arumsari dengan jumlah 41 orang lansia dengan persentase
(10,5%).
c) Posyandu Sekarsari dengan jumlah 38 orang lansia dengan persentase
(9,7%).
d) Posyandu Puspasari dengan jumlah 45 orang lansia dengan persentase
(11,5%).
e) Posyandu Mekarsari dengan jumlah 55 orang lansia dengan persentase
(14,1%).
f) Posyandu Mawarsari dengan jumlah 50 orang lansia dengan persentase
(12,8%).
g) Posyandu menursari dengan jumlah 45 orang lansia dengan persentase
(11,5%)
h) Posyandu cempaka sari dengan jumlah 40 orang lansia dengan
presentase (10,2%)
2) Distribusi jumlah Lansia yang menderita penyakit Hipertensi
Hipertensi 80,00%
Berdasarkan hasil kuesioner, dari jumlah 30 lansia yang melakukan
kunjungan diposyandu terdapat 12 lansia yang menderita hipertensi
dengan persentase 40%
C. ANALISAH MASALAH

No DATA PROBLEM ETIOLOGI


DS: Perilaku kesehatan Pemilihan gaya
- Bidan desa mengatakan sebagian cenderung berisiko hidup tidak sehat
lansia jarang
melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara rutin
dan hanya periksa jika menunjukkan
gejala.
- Bidan desa mengatakan rutin
memberikan edukasi
mengenai hipertensi, pola makan dan
olahraga ringan
yang dapat dilakukan.
- Bidan desa mengatakan sebagian
lansia yang
menderita hipertensi tidak rutin
mengkonsumsi obat
antihipertensi.
- Bidan desa dan kader mengatakan
belum ada
pelatihan mengenai skrinning
hipertensi.
- Kader mengatakan beberapa lansia
jarang melakukan
kunjungan ke posyandu salah satu
penyebabnya
karena kesulitan berjalan.
- Lansia mengatakan masih sering
mengkonsumsi
makanan asin.
- Lansia mengatakan kadang
berolahraga ringan dipagi
hari seperti jalan santai.
DO:
- Sebagian besar lansia tidak
merokok namun dalam
anggota keluarga terdapat yang
merokok.
- Sebagian besar lansia yang datang
diposyandu adalah
perempuan.
- Berdasarkan data posyandu bulan
Juni 2022, lansia
yang menderita hipertensi sebanyak
21 orang dengan
persentase 42,8%.
- Berdasarkan hasil kuesioner, dari
jumlah 30 lansia
yang melakukan kunjungan
diposyandu terdapat 12
lansia yang menderita hipertensi
dengan persentase
40%.
- Berdasarkan hasil kuesioner, dari
jumlah 12 lansia
yang menderita hipertensi didapatkan
dari Posyandu
Mawarsari sebanyak 3 lansia dengan
persentase 25%,
Posyandu Menursari sebanyak 5
lansia dengan
persentase 41,7% dan Posyandu
Cempakasari
sebanyak 4 lansia dengan persentase
33,3%.
- Hasil kuesioner menunjukkan
tingkat pengetahuan
lansia tentang hipertensi sebesar 15
lansia dengan
presentase 50% dalam kategori
kurang, 11 lansia
dengan presentase 36,67% dalam
kategori cukup dan
4 lansia dengan presentase 13,33%
dalam kategori
baik.
- Berdasarkan hasil kuesioner
menunjukkan bahwa 7
(58,3%) dari 12 (100%) lansia yang
menderita
hipertensi tidak rutin melakukan
pemeriksaan tekanan
darah, 8 (66,7%) dari 12 (100%)
lansia yang
menderita hipertensi tidak
mengurangi konsumsi
makanan asin, 8 (66,7%) dari 12
(100%) lansia yang
menderita hipertensi tidak
mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur, 7
(58,3%) dari 12
(100%) lansia yang menderita
hipertensi tidak rutin
berolahraga ringan di pagi hari
seperti jalan santai

DS: Defisit Kurang terpapar


- Bidan desa mengatakan sebagian pengetahuan informasi tentang
lansia jarang tentang asam urat asam ura
melakukan pemeriksaan asam urat
secara rutin dan
hanya periksa jika menunjukkan
gejala.
- Bidan desa mengatakan beberapa
lansia masih sering
mengkonsumsi tempe, tahu, jeroan.
- Kader mengatakan beberapa lansia
jarang melakukan
kunjungan ke posyandu salah satu
penyebabnya
karena kesulitan berjalan.
- Lansia mengatakan sering
mengkonsumsi jeroan,
tahu, tempe.
- Lansia mengatakan tidak
mengetahui makanan apa
saja yang perlu dihindari dan boleh
dikonsumsi jika
asam uratnya tinggi.
Defisit
pengetahuan
tentang asam urat
Kurang terpapar
informasi tentang
asam urat

D. DIAGNOSA
1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan pemilihan gaya hidup
tidak sehat.
2. Defisit pengetahuan tentang asam urat berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang asam urat

E. SKORING
No Diagnosa Kriteria Jumlah Keterangan
Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
1 Perilaku 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 Keterangan
kesehatan kriteria:
cenderung A. Sesuai
berisiko dengan
berhubungan peran
dengan perawat
pemilihan komunitas
gaya B. Risiko
hidup tidak terjadi
sehat C. Risiko
parah
2 Defisit 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 D. Potensi
pengetahuan untuk
tentang asam pendidikan
urat kesehatan
berhubungan E. Interest
dengan untuk
kurang komunitas
terpapar F.
informasi Kemungkin
tentang asam an diatasi
urat. G. Relevan
dengan
program
H.
Tersedianya
tempat
I.
Tersedianya
waktu
J.
Tersedianya
dana
K.
Tersedianya
fasilitas
L.
Tersedianya
sumber
daya
Keterangan
pembobota
n:
1. Sangat
rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat
tingg

F. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan pemilihan gaya hidup
tidak sehat.
2. Defisit pengetahuan tentang asam urat berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang asam urat

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN NIC NOC
1 Domain 1 : Berkurangnya Prevensi Primer: Kelas S: Edukasi
Promosi kesehatan perilaku Domain IV: Klien
Kelas 2 : berisiko pada Pengetahuan Pendidikan
Manajemen kesehatan lansia kesehatan dan kesehatan (5510)
Perilaku kesehatan dan perilaku -Targetkan sasaran
cenderung beresiko b.d meningkatnya Kelas Q: Perilaku pada kelompok
pemilihan gaya hidup efektivitas Sehat berisiko tinggi dan
tidak sehat pemeliharaan Kepatuhan perilaku rentang usia yang
kesehatan pada (1600) akan mendapat
lansia -Menanyakan manfaat besar dari
pertanyaan terkait pendidikan
kesehatan kesehatan
sering dilakukan -Identifikasi faktor
-Mencari informasi internal atau
kesehatan dari eksternal yang
berbagai dapat
macam sumber sering meningkatkan atau
dilakukan mengurangi
-Mempertimbangkan motivasi untuk
risiko/keuntungan berperilaku sehat
dari -Tentukan
perilaku sehat sering pengetahuan
dilakukan kesehatan dan
-Menggunakan gaya hidup
strategi untuk perilaku saat ini
mengoptimalkan pada individu atau
kesehatan sering kelompok sasaran
dilakukan -Rumuskan tujuan
-Menggunakan jasa dalam program
pelayanan kesehatan pendidikan
sesuai dengan kesehatan tersebut
kebutuhan sering -Identifikasi
dilakukan sumber daya
-Melakukan aktivitas (misalnya, tenaga,
hidup harian sesuai ruang,
dengan energi dan peralatan, uang,
toleransi sering dan lain-lain) yang
dilakukan diperlukan untuk
-Melakukan monitor melaksanakan
sendiri mengenai -Pertimbangan
status kemudahan akses,
kesehatan secara hal-hal yang
mandiri sering disukai
dilakukan konsumen, dan
biaya dalam
perencanaan
program
-Letakkan iklan
yang menarik di
tempat strategis
untuk
mendapatkan
perhatian audiens
sasaran
-Kembangkan
materi pendidikan
tertulis yang
tersedia dan sesuai
dengan audiens
sasaran
-Manfaatkan
dukungan sosial
dan keluarga
untuk
meningkatkan
efektivitas gaya
hidup atau
modifikasi
perilaku kesehatan
-Tekankan
pentingnya pola
makan yang sehat,
tidur,
olahraga, dan lain-
lain bagi individu,
keluarga dan
kelompok yang
meneladani nilai
dan perilaku ini
dari
orang lain,
terutama pada
anak-anak
-Rencanakan
tindak lanjut
jangka panjang
untuk
memperkuat
perilaku kesehatan
atau adaptasi
terhadap
gaya hidup
-Rancang dan
implementasikan
strategi untuk
mengukur
outcome.

2 Prevensi Prevensi Sekunder Berikan jaminan


Sekunder: Domain 3: Perilaku bahwa intervensi
Kelas T: Kelas O: Terapi diimplementasikan
Kontrol resiko Perilaku secara konsisten
dan keamanan Level 3: Intervensi oleh semua staf
Level 3: Modifikasi perilaku -Kuatkan
Intervensi (4350) keputusan (pasien]
Kontrol resiko -Tentukan motivasi yang konstruktif
(1902) pasien terhadap yang
-Mencari (perlunya) memberikan
informasi perubahan (perilaku) perhatian terhadap
tentang risiko -Bantu pasien untuk kebutuhan
kesehatan dapat kesehatan
-Identifikasi mengidentifikasi -Berikan umpan
faktor risiko kekuatan balik terkait
-Mengenali (dirinya) dan dengan perasaan
faktor risiko menguatkannya saat
individu -Dukung untuk pasien tampak
-Mengenali mengganti kebiasaan bebas dari gejala-
kemampuan yang tidak gejala dan terlihat
untuk diinginkan dengan rileks
mengubah kebiasaan yang -Hindari
perilaku diinginkan menunjukkan
-Monitor faktor -Kenalkan pasien perilaku atau
risiko di pada orang (atau ketidaktertarikan
lingkungan kelompok) yang pada saat pasien
-Monitor faktor telah berhasil berjuang untuk
risiko individu melewati pengalaman merubah
- yang sama perilaku[nya]
Mengembangka -Tawarkan
n strategi yang penguatan positif
efektif dalam dalam pembuatan
Menyesuaikan keputusan mandiri
strategi kontrol pasien
risiko -Dukung pasien
-Berkomitmen untuk memeriksa
akan strategi perilakunya
kontrol risiko sendiri
-Menjalankan -Bantu pasien
strategi kontrol dalam
risiko yang mengidentifikasi
sudah meskipun hanya
ditetapkan keberhasilan kecil
-Memodifikasi -Identifikasi
gaya hidup masalah pasien
untuk terkait dengan
mengurangi istilah
risiko perilaku
-Menghindari -Identifikasi
paparan perubahan
ancaman perilaku (target
kesehatan perilaku)
-Berpartisipasi dengan istilah
dalam skrining yang khusus,
masalah konkrit
kesehatan -Pilah pilah
-Berpartisipasi perilaku menjadi
dalam skrining bagian bagian
risiko kecil untuk
-Melakukan diruba
imunisasi yang
direkomendasik
an
-Menggunakan
sistem
dukungan
personal
untuk
mengurangi
risiko
-Mengenali
perubahan
status kesehatan
-Monitor
perubahan
status kesehatan

3 Defisit pengetahuan Meningkatnya Prevensi Primer: Prevensi Primer:


tentang asam urat b.d pengetahuan Domain IV: Domain 3:
kurang terpapar dan Pengetahuan Perilaku Kelas S:
pengetahuan tentang informasi pada kesehatan dan Edukasi klien
asam ura lansia perilaku. Pendidikan
tentang asam Kelas S: Pengetahuan kesehatan (5510)
urat kesehatan -Targetkan sasaran
Pengetahuan: pada kelompok
Manajemen athri 琀 berisiko
椀s 琀椀 nggi dan
rentang usia yang
(1831 Pengetahuan akan mendapat
banyak tentang
faktor-
faktor penyebab dan
faktor yang
berkontribusi
-Pengetahuan banyak
tentang tanda
dan gejala awal
penyakit
-Pengetahuan banyak
tentang tanda
dan gejala
memburuknya
penyakit
-Pengetahuan banyak
tentang
manfaat manajemen
penyakit
-Pengetahuan banyak
tentang strategi
untuk
menyeimbangkan ak
琀椀 vitas dan
is 琀椀 rahat
-Pengetahuan banyak
tentang strategi
mengelola nyeri
-Pengetahuan banyak
tentang
keyakinan kesehatan
yang
mempengaruhi
kepatuhan terhadap
pengobatan

Prevensi Primer: Prevensi Sekunder


Domain IV: Domain 3:
Pengetahuan Perilaku Kelas O:
kesehatan dan Terapi perilaku
perilaku Level 3: Intervensi
Kelas Q: Perilaku Pengajaran:
Sehat Kelompok (5604)
Kepatuhan perilaku -Sediakan
(1600) lingkungan yang
-Menanyakan kondusif untuk
pertanyaan terkait belajar
kesehatan -Libatkan keluarga
sering dilakukan atau orang
-Mencari informasi terdekat pasien,
kesehatan dari jika diperlukan
berbagai -Tetapkan
macam sumber sering kebutuhan
dilakukan terhadap program
-Mempertimbangkan -Tuliskan tujuan
risiko/keuntungan program
dari -Tuliskan tujuan
perilaku sehat sering pembelajaran
dilakukan -Tentukan hari
-Menggunakan atau waktu yang
strategi untuk tepat untuk
mengoptimalkan mencapai jumlah
kesehatan sering pasien yang
dilakukan maksimum
-Menggunakan jasa -Adaptasikan
pelayanan kesehatan metode
sesuai dengan pendidikan atau
kebutuhan sering materi
dilakukan terhadap
-Melakukan aktivitas kebutuhan atau
hidup harian sesuai karakteris 琀椀 k
dengan energi dan pembelajaran
toleransi sering grup, sesuai
dilakukan kebutuhan
-Melakukan monitor -Evaluasi
sendiri mengenai perkembangan
status pasien dalam
kesehatan secara program
mandiri sering dan penguasaan
dilakukan materi
-Revisi strategi/ak
琀椀 vitas
pembelajaran, jika
diperlukan, untuk
meningkatkan
pembelajaran
-Evaluasi sejauh
mana tujuan
program tercapai

No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat PJ


Kegiatan
1 Perilaku TUPAN : Pendidikan Lansia di 28 Juli Pendopo Kelompok
kesehatan Setelah kesehatan Desa 2022, RW 1 Lansia
cenderung dilakukan tentang Jetis Jam
berisiko tindakan hipertensi 08.00
berhubungan keperawatan 2. WIB
dengan selama 3 Pemeriksaan
pemilihan minggu, tekanan
gaya hidup diharapkan darah dan
tidak lansia konsultasi
sehat. dapat kesehatan
memahami,
mengetahui dan
melakukan
pemeliharaan
kesehatan
dengan baik.
TUPEN :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x60 menit,
diharapkan
lansia mampu :
1. Melakukan
pemeriksaan
tekanan
darah secara
rutin.
2. Memahami
dan mengetahui
tentang
pengertian
hipertensi,
tanda dan
gejala
hipertensi,
penyebab
hipertensi,
komplikasi
hipertensi,
pencegahan
hipertensi,
bahaya
merokok dan
penatalaksanaa
n
hipertensi.
3. Memahami
dan
mempraktikan
cara
pembuatan jus
seledri untuk
penderita
hipertensi.
4. Memahami
dan mengetahui
pentingnya
olahraga untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
5. Mengelola
stress.

3. Senam Lansia 28 juli Pendopo Kelompok


sehat lansia dengan 2022 RW 11 lansia
hipertensi Jam
di 08.00
Desa Wib
Jetis
Pelatihan Kader 25 Juli Balai Kelompok
skrining Desa 2022, Desa lansia
hipertensi Jeti Jam Jetis
13.00
WIB

Skrining Pendopo Kelompok


hipertensi RW 11 lansia
yang
dilakukan
oleh
kader

2 Defisit TUPAN : Pendidikan ansia di 8 Juli Pendopo Kelompok


pengetahuan Setelah kesehatan Desa 2022, RW 11 Lansia
berhubungan dilakukan tentang Jetis Jam
dengan tindakan asam urat 08.00
kurang keperawatan 2. WIB
terpapar selama 3 Pemeriksaan
informasi minggu, asam
tentang asam diharapkan urat dan
urat lansia konsultasi
dapat kesehatan
mengetahui dan
memahami
tentang
penyakit asam
urat pada lansia.
TUPEN :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x60 menit,
diharapkan
lansia mampu :
1. Memahami
dan mengetahui
tentang
pengertian asam
urat, tanda dan
gejala asam
urat, penyebab
asam
urat,
pencegahan
asam urat dan
penatalaksanaa
n asam urat.
2. Melakukan
pemeriksaan
asam urat
secara rutin.
3. Memahami
dan
mempraktikan
cara
pembuatan
kompres jahe
untuk
penderita asam
urat

Senam sehat Lansia 28 Balai Kelompok


Lansia dengan juni desa lansia
asam urat 2022 jetis
di Jam
Desa 08.00
Jetis wib

Pelatihan Kader 25 Juli Balai Kelompok


skrining Desa 2022, Desa Lansia
asam ura Jeti Jam jetis
13.00
WIB

Skrining Lansia di 8 Juli Pendopo Kelompok


asam urat desa Jetis 2022, Rw II Lansia
yang Jam
dilakukan 08.00
oleh WIB
kader

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2014). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah, R., & Hartanti, R. D. (2016). Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan.
Jurnal Universyty Reseach Coloquium, 261– 278.

Bazaruddin, Zahroh Shaluhiyah, L. W. (2019). The International Journal of Health, Education


and Social. The International Journal of Health, Education and Social (IJHES), The
Intern(August), 15–24

Haryani, Sri and Misniarti. (2020). “Efektifitas Akupresur Dalam Menurunkan Skala Nyeri
Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas.” Jurnal Keperawatan Raflesia 2(1),
21–30.

Mahmood, S., Shah, K. U., Khan, T. M., Nawaz, S., Rashid, H., Baqar, S. W. A. & Kamran, S.
(2019). Non-pharmacological management of hypertension: in the light of current research. Irish
Journal of Medical Science, 188(2), 437– 452. https://doi.org/10.1007/s11845-018-1889-8
Marlinda, Roza and Putri Dafriani. (2019). “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis
Gout”. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 2(1), 62–70.

Muhadi. (2016). JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 43(1), 54–59.
Pangastuti, H. S., Perdana, M., Wati, D. A., Melati, H. I. T., & Latifah, R. (2019).
The Difference of Sodium Intake, Physical Activities and Psychological
Problems of Patients Suffering from Hypertension in Rural and Urban
Areas. Indonesian Nursing Journal of Education and Clinic (Injec), 3(1),
71. https://doi.org/10.24990/injec.v3i1.196
Sapti, Mujiyem. (2019). “Gambaran Kadar Asam Urat Pada Lansia.” Kemampuan
Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi)
53(9), 1689–99.
Senocak, Gulsah. (2019). “Konsep Gout Artritis.” 5–7.

Anda mungkin juga menyukai