Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL PENELITIAN

DETERMINAN PEMANFAATAN PENGOBATAN TRADISONAL


DI BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASYARAKAT
MAKASSAR

NUR RESKY ANUGERAH


K011191167

DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR SINGKATAN........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................8

C. Tujuan...........................................................................................................8

D. Manfaat.........................................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11

A. Tinjauan Umum tentang Pengobatan Tradisional.......................................11

B. Tinjauan Umum tentang Balai Kesehatan Tradisional .................................


Masyarakat Makassar..................................................................................15

C. Tinjauan Umum tentang Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan......19

D. Sintesa Peneltian.........................................................................................27

E. Kerangka Teori...........................................................................................32

BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................33

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian..........................................................33

B. Kerangka Konsep........................................................................................36

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif................................................37

D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................44

A. Jenis Penelitian............................................................................................44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................44

C. Populasi dan Sampel...................................................................................44

D. Instrumen Penelitian...................................................................................47

E. Metode Pengumpulan Data.........................................................................47

F. Pengolahan Data.........................................................................................47

G. Analisis Data...............................................................................................48

H. Penyajian Data............................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50

LAMPIRAN...........................................................................................................55
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………….……32

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………………………………………….36

Gambar 4.1 Tabel Isaac dan Michael ………………………………………..43


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Data Kunjungan Pasien…………………………………...4

Tabel 2.1 Tabel Sintesa Penelitian…………………………………………27

Tabel 4.2 Pelayanan Kesehatan Tradisional di BKTM Makassar………...46


DAFTAR SINGKATAN

BKTM : Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat


JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
MA : Madrasah Aliyah
MI : Madrasah Tsanawiyah
MAK : Madrasah Aliyah Keagamaan
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SSP : Susunan Saraf
WHO : World Health Organization
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri memiliki tujuan yakni


meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai bentuk perwujudan kesejahteraan umum (Saubani, Posumah dan
Kolondam, 2022). Upaya pembangunan yang berkesinambungan merupakan
suatu rangkaian pembangunan secara menyeluruh, terarah dan terpadu
diantaranya pembangunan kesehatan untuk mencapai tujuan nasional
(Agustina, 2015).
Hak atas pelayanan kesehatan merupakan suatu yang harus dimiliki
oleh setiap warga Negara Indonesia sehingga semua masyarakat bisa
melakukan pengobatan. Setiap individu itu memiliki kewajiban dan tanggung
jawab untuk melindungi dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala
ancaman penyakit atau masalah kesehatan lainnya (Rahmisyah, 2022).
Pengobatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat berupa pengobatan medis
ataupun tradisional. Pengobatan tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi pasiennya meskipun
dengan metode yang berbeda.
Seiring berjalannya waktu, pelayanan kesehatan yaitu pengobatan
tradisional semakin banyak di Indonesia. Dimana pengobatan tradisional
menawarkan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan pengobatan
komplementer (medis). Hal tersebut membuat masyarakat yang beralih
pelayanan pengobatan komplementer ke pelayanan pengobatan tradisional
(Utami dan Alawiya, 2018). Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
(Renstra) tahun 2015-2019 mengenai Pembinaan Kesehatan Tradisional dan
Komplementer juga menyatakan bahwa dalam data Indikator Kinerja
Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan
Komplementer terdapat peningkatan pengobatan tradisional dari tahun 2015
sampai tahun 2019 (Kemenkes, 2015).
Meningkatnya minat masyarakat dalam melakukan pengobatan
tradisonal sejalan dengan peraturan per undang-undangan, yakni Undang-
Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada Pasal 1 angka 16
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menentukan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat (Heriani dan Munajah,
2019).

Menurut data dari WHO, hampir 80% masyarakat dunia masih


menggunakan pengobatan tradisional termasuk akupuntur, akupresur dan
pengobatan tradisional lainnya (Anwar, 2022), Di Indonesia berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI
menunjukkan bahwa 69,6% masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional yang dimanfaatkan oleh rumah tangga terbanyak adalah
keterampilan tanpa alat (77,8%) dan ramuan (49,0%). Pelayanan kesehatan
tradisional tertinggi yaitu di provinsi Kalimantan Selatan (63,1%) dan
terendah berada di provinsi Papua Barat (5,9%). Sedangkan yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional keterampilan dengan alat
tertinggi di DKI Jakarta (20,7%) dan terendah di Gorontalo (1,35). Selain itu,
berdasarkan Laporan provinsi Sulawesi Selatan Riskesdas 2018 proporsi
masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dengan nilai
rata-rata sebanyak (9,33%). Dan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional di Makassar sebanyak (8,43%) (Riskesdas, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Umar et al., 2017) di
Sulawesi Selatan termasuk kota Makassar yang menemukan bahwa sebanyak
36,8% dari responden yang menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang digunakan adalah pengobatan herbal (76,5%), pijat (27,8%),
dan pengobatan dengan akupuntur (9,0%). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa faktor yang signifikan terkait dengan pengobatan
tradisional di Sulawesi Selatan meliputi Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dan status kesehatan. Responden yang lebih tua, memiliki tingkat pendidikan
yang lebih rendah, bekerja sebagai petani, dan memiliki status kesehatan yang
buruk lebih cenderung menggunakan pengobatan tradisional. Karena, dalam
merawat kesehatannya kelompok miskin di desa cenderung memanfaatkan
pengobatan tradisional karena dianggap sudah merupakan tradisi,mudah,
murah dan manjur. Pengobatan tradisional umumnya digunakan sebagai
upaya pertama pertolongan saat mengalami sakit (Triratnawati, 2010).
Peningkatan pemanfaatan pengobatan tradisional pemerintah harus
terus mendorong pengembangan pengobatan tradisional yakni dengan
mempersiapkan beberapa rumah sakit yang mampu memberikan pengobatan
tradisional dengan poli pengobatan tradisional (Berto, 2019). Cara-cara
pengobatan Tradisional saat ini semakin popular baik dalam maupun luar
negeri. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang memilih
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit, disamping
menggunakan metode pengobatan medis (Putra, Ratnasari dan Septiwi, 2019).
Pengobatan tradisional memainkan peran penting dalam masyarakat dan
budaya di seluruh dunia.
Di Makassar, terdapat beberapa tempat pengobatan tradisional yang
dapat dikunjungi. Salah satunya yaitu Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar. BKTM Makassar merupakan salah satu
pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia yang secara Administratif di bina
oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat di lingkungan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat Makassar merupakan wadah untuk melakukan pengembangan
pelayanan kesehatan tradisional dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara holistik berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
integrasi pelayanan konvensional dan tradisonal sebagai bentuk alternatif dan
komplementer dalam menghadapi masalah kesehatan terutama setelah masa
pandemik Covid-19 (BKTM, 2022).
Adapun alur pelayanan di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) Makassar meliputi: Pendaftaran, Pemeriksaan kesehatan,
Pengobatan Tradisional, dan Tindak lanjut. Terdapat 7 jenis pelayanan
kesehatan yang ada di BKTM yaitu Pelayanan Poli Umum, Pelayanan
Akupuntur, Pelayanan Ramuan Herbal, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Laboratorium, dan Pelayanan Akupresur. Namun terdapat 1 jenis pelayanan
yang terpaksa harus ditutup pada saat pandemi Covid-19 hingga saat ini yaitu
Wellness SPA. Adapun jumlah kunjungan pasien pada setiap pelayanan di
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar,sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Kunjungan Pasien pada Setiap Jenis Pelayanan
di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar
Tahun 2020-2022

No Jenis Pelayanan Tahun


2020 2021 2022
1 Pelayanan Poli Umum 476 1072 2679
2 Pelayanan Akupuntur 612 547 1699
3 Pelayanan Ramuan Herbal 342 131 168
4 Pelayanan Gizi 188 284 214
5 Pelayanan Laboratorium 204 95 175
6 Pelayanan Akupresur 729 482 1623
Total 2.545 2.611 6.541
Sumber : Laporan Tahunan BKTM,2022

Berdasarkan data laporan tahunan Balai Kesehatan Tradisional


Masyarakat Makassar, total pengguna pelayanan pada tahun 2020 ke 2022
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sedangkan berdasarkan jenis pelayanan,
pada pelayanan gizi mengalami penurunan jumlah pengunjung di tahun 2022.
Dimana, jumlah kunjungan pelayanan gizi pada tahun 2021 sebanyak 284
orang dan mengalami penurunan pada tahun 2022 sebanyak 214 orang.
Pelayanan poli umum pada tahun 2021 sebanyak 1072 orang dan mengalami
kenaikan sebanyak 2679 orang. Pelayanan akupuntur pada tahun 2021
sebanyak 547 orang mengalami kenaikan pada tahun 2022 sebanyak 1699
orang.
Pelayanan kesehatan tradisional di BKTM Makassar terdapat tiga
yaitu Akupuntur, ramuan herbal dan akupresur. Akupuntur merupakan salah
satu jenis pelayanan yang ada di BKTM yang mengalami peningkatan jumlah
kunjungan pasien secara drastis. Akupuntur adalah salah satu bentuk
pengobatan tradisional yang berasal dari Tiongkok, yang melibatkan
penggunaan jarum yang dimasukkan ke dalam titik-titik tertentu pada tubuh
untuk merangsang system saraf dan memperbaiki keseimbangan energy dalam
tubuh. Praktik akupuntur telah menjadi semakin popular di seluruh dunia
dalam beberapa dekade terakhir dan banyak orang mencarinya sebagai
alternative dari pengobatan modern untuk mengatasi masalah kesehatan.
Tanaman herbal adalah tanaman obat yang mempunyai kegunaan dan
nilai lebih dalam pengobatan tradisional terhadap penyakit. Pengobatan
tradisional menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar tumbuhan dan
segala sesuatu yang berada di alam yang sampai saat ini banyak diminati
masyarakat bahan bakunya ditemukan di lingkungan sekitar (Sapitri, Asfianti
dan Marbun, 2022). WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, terutama penyakit
kronis dan kanker. Terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal
menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature (Syukur dan Asnawati,
2014).
Akupresur telah dikenal di Indonesia dan menjadi salah satu altenatif
yang popular. Teknik pengobatan ini mirip dengan akupuntur, namun tidak
menggunakan jarum. Akupresur digunakan dengan cara memberikan tekanan
dibagian tubuh tertentu untuk merangsang penyembuhan dan meredakan rasa
sakit. Tekanan ini bisa diberikan melakukan siku, tangan, atau alat bantu
khusus, namun bukan menggunakan jarum.
Secara keseluruhan jumlah kunjungan di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat dari tahun 2020 ke tahun 2022 mengalami peningkatan.
Meningkatnya jumlah kunjungan pemanfaatan pelayanan kesehatan
tradisional di BKTM. Hal tersebut tidak terlepas dari perilaku konsumen
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan antara
lain pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, fasilitas
kesehatan, sikap petugas, jarak dan dukungan keluarga.
Semakin banyaknya jumlah dan jenis pelayanan yang ada di
masyarakat, akan mempengaruhi perilaku dalam pencarian pengobatan
(Widarti, dkk 2016). Pemilihan konsumen atas pemilihan pemanfaatan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana perilaku
konsumen merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumen dalam
mengonsumsi jasa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan perilaku konsumen dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian (Doko, Kenjam dan Ndoen, 2019) menunjukkan
faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kartu JKN adalah Pengetahuan,
penghasilan, ketersediaan sarana dan prasarana, dan keluhan penyakit.Dari
total 85 responden terdapat (62,4%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang
baik dan (37,6%) tingkat pengetahuan kurang, yang mendapat dukungan
keluarga sebanyak (83,5%) dan (16,5%) tidak mendapat dukungan keluarga,
(78,8%) mengatakan ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas
Manutapen baik dan (21,2%) mengatakan kurang. Dan yang memanfaatkan
kartu JKN sebesar 44 responden (51,%).
Selain itu, persepsi dan kepercayaan terhadap suatu pelayanan
kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen
dalam penggunaan suatu layanan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Hutauruk, Barus dan Gintiing, 2021) menunjukkan bahwa
mayoritas responden percaya sebanyak (57,4%) sedangkan yang tidak percaya
sebanyak (11,8%). Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan p value =
0,00 yang berarti ada hubungan antara kepercayaan dengan pemanfaatan batra
akupuntur.
Ketersediaan transportasi dan jarak juga merupakan faktor penentu
seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dimana jarak dari
rumah ke fasilitas kesehatan yang jauh sangat menjadi faktor penentu
seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa terhadap hubungan perilaku
konsumen dengan pemnafaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mahfud dan Hayati,
2018) menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat penghasilan, tingkat
pengetahuan, jarak tempuh dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas. Dari 93 KK responden dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
di puskesmas terdapat (51,5%) dengan tingkat penghasilan rendah dan
(78,3%) tingkat penghasilan tinggi. Kemudian sebanyak (69,3%) dari
responden memiliki pengetahuan rendah dan (66,7%) memiliki pengetahuan
sedang,tinggi. Selanjutnya terdapat (72,4%) jarak tempuh dekat dan (67,2%)
jarak tempuh jauh.
Jenis pelayanan yang diberikan oleh BKTM menggunakan metode
tradisional untuk mengatasi penyakit seperti penyakit degenaratif dan
penyakit lainnya antara lain pelayanan akupuntur. Dari data laporan tahunan
terjadi peningkatan jumlah kunjungan dari tahun 2020-2022. Hal ini
menunjukkan ketertarikan masyarakat pada pengobatan tradisional.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Determinan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah untuk mengetahui “Determinan yang mendorong pasien untuk
memanfaatkan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyakat Makassar?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
Determinan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional di Balai Pengobatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) Makassar
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
d. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) Makassar
e. Untuk mengetahui hubungan antara keyakinan dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
f. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
g. Untuk mengetahui hubungan antara jarak fasilitas kesehatan
dengan pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar

D. Manfaat

1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang
dapat menambah informasi bagi penelitian selanjutnya yang akan
melakukan penelitian mengenai Determinan yang mendorong pasien
untuk memanfaatkan pengobatan tradisional di Balai Pengobatan
Tradisional Masyarakat serta sebagai tambahan pustaka untuk
perpustakaan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
2. Manfaat Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
determinan yang paling dominan mendorong pasien untuk
memanfaatkan pengobatan tradisional di Balai Pengobatan Tradisional
Masyarakat serta sebagai masukan bagi Balai Pengobatan Tradisional
Masyarakat Makassar.

3. Manfaat Bagi Peneliti


Penelitian ini dapat menjadi pengalaman berharga bagi peneliti
dalam menambah wawasan dan mengembangkan wawasan serta
pengetahuan dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pengobatan Tradisional

Pelayanan kesehatan tradisional juga memiliki beberapa jenis. Adapun


jenis-jenis pelayanan kesehatan tradisional berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 103 Tahun 2014 yaitu :
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris yaitu penerapan kesehatan
tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
2. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yaitu penerapan
kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan
biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya
terbukti secara ilmiah.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi yaitu suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan
konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer,
baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.
Pengobatan tradisional merupakan metode pengobatan yang
digunakan sejak jaman dahulu dan dikembangkan secara bertahap dari
generasi kegenerasi berdasarkan pengetahuan manusia dari masa ke masa.
Selain itu, pengobatan tradsional juga merupakan upaya kesehatan yang
dilakukan dengan cara lain dari ilmu kedokteran. Menurut WHO, pengertian
pengobatan tradisional itu sendiri adalah ilmu dan seni pengobatan
berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang
dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak (dikutip dari Mutmainna,
Amalia dan Irianti, 2022).
Pengobatan tradisional juga merupakan salah satu cabang pengobatan
alternatif yang dapat diartikan sebagai pengobatan yang dipilih oleh seseorang
bila pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan
(Tamalonggehe, 2021). Pengobatan tradisional juga berdampingan dengan
pengobatan modern dalam hal diagnose mendalam sehingga pengobatan yang
diberikan akan lebih tepat dan bisa tetap digunakan oleh semua masyarakat.
Ada beberapa jenis pengobatan tradisional sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupuntur merupakan cara pengobatan dengan memasukkan
jarum ke dalam titik akupuntur tubuh yang dapat mengurangi rasa
nyeri, meningkatkan kebugaran dan mempercepat pemulihan pasien.
Selain itu secara umum akupuntur juga berfungsi untuk meningkatkan
system humorial.
a. Sejarah Akupuntur
Akupuntur berkembang di bawa oleh perantau dari Cina pada
tahun 1963. Atas intruksi Menkes RI dibentuklah tim riset ilmu
pengobatan tradisional timur. Pada tahun 1963, praktek
akupuntur di adakan secara resmi di RS Ciptomangunkusumo
dan pada tanggal 3 oktober 2007, Menkes RI menerbitkan
keputusan tentang pembentukan prodi D III akupuntur dan
merupakan yang pertama milik Depkes di Indonesia. Sejarah
akupuntur yang berasal dari Cina juga tersebar di Indonesia
dapat menguntungkan masyarakat karena akupuntur berguna
menyembuhkan suatu penyakit. Selain itu, cara tradisional ini
harus dilakukan oleh tenaga ahli yang memiliki izin dan
terpercaya sehingga masyarakat tidak perlu takut akan legalitas
pengobatan ini (Abdul, 2020).
b. Cara kerja Akupuntur
Adapun cara kerja akupuntur yakni dengan merangsang titik-
titik akupuntur di permukaan tubuh. Titik tersebut yaitu 1)titik
umum merupakan titik yang berada di jalur meridian umum
dan istimewa, 2)titik ekstra merupakan titik yang berada diluar
jalur meridian umum dan istimewa, 3) titik nyeri merupakan
titik yang bukan termasuk titik meridian umum dan istimewa,
apabila dilakukan penekanan pada titik tersebut akan
menimbulkan rasa nyeri (Ariyanti, Sariyani dan Pemayun,
2020).
2. Ramuan Herbal
Ramuan Herbal adalah campuran bahan-bahan alami yang
digunakan untuk pengobatan, perawatan kesehatan, atau kecantikan
yang berasal dari tumbuhan atau bahan organic lainnya. Ramuan
herbal yang sering dibuat dengan mencampurkan berbagai jenis daun,
akar, bauh, bunga dan rempah-rempah yang memiliki khasiat tertentu
untuk tujuan tertentu.
Istilah obat herbal mengacu pada kata herb yang berarti
tanaman, yaitu obat yang berasal dari tumbuhan. Obat herbal dapat
berasal dari akar, batang, daun, buah, atau biji suatu tanaman. Adapun
jenis obat tradisional berdasarkan keputusan Kepala Badan POM RI
No.HK.00.05.4.2411. tentang ketentuan pokok pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan
menjadi tiga yaitu jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka (Damanti,
2017).
a. Jamu (Emphirical Based Herbal Medicine) adalah obat
tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional
dalam bentuk serbuk seduhan, pil atau cairan. Satu jenis jamu
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya 5-10
macam, bahkan bisa lebih.
b. Obat Herbal terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)
merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi
atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Proses pembuatanya dibutuhkan pealatan
yang tidak sederhana dan lebih mahal daripada jamu.
c. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine) merupakan obat
tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses
pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah
sampai uji klinis pada manusia. Pada proses pembuatannya
diperlukan peralatan teknologi modern, tenaga ahli, dan biaya
yang tidak sedikit.
3. Akupresur
Akupresur merupakan teknik pengobatan tradisional dari
tiongkok. Penggunaan akupresur di Indonesia dilakukan oleh para
praktisi tradisional atau altenatif, seperti tukang pijat, terapis refleksi,
dan ahli pengobatan tradisional. Akupresur tidak dapat dilakukan pada
kondisi kulit yang terkelupas, tepat pada bagian tulang yang patah, dan
tepat pada bagian yang bengkak (Emiliana et al., 2022).
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengobatan
tradisional akupresur adalah minyak tawon asli yang dicampur dengan
rempah-rempah agar khasiatnya lebih baik dan juga wangi. Akupresur
bermanfaat untuk menghilangkan nyeri dan gejala pada berbagai
penyakit. Beberapa penyakit yang biasanya menggunakan pengobatan
tradisional akupresur yaitu: Keseleo/terkilir, patah tulang, batuk, liver,
stroke, kanker, diabetes, ginjal, maag, dan hipertensi.
Pengobatan tradisional di Indonesia merupakan suatu bagian
kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pengobatan
tradisional sering dianggap sebagai pengobatan yang tidak rasional, serta
penuh takhayul.

B. Tinjauan Umum tentang Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat


Makassar

Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar


merupakan Unit Pelaksana Teknis yang secara Administratif di bina oleh
Sekretaris Jenderal Kesehatan Masyarakat, memiliki berbagai jenis
pelayanan.Adapun Pelayanan kesehatan yang ada di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar sebagai berikut :
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data ilmiah yang
akurat untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang
diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian
esensial dari data pokok pasien. Indikasi permintaan laboratorium
merupakan pertimbangan penting dalam kedokteran laboratorium.
Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang
dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Laboratorium klinik menempati kedudukan sentral dalam pelayanan
kesehatan sehingga laboratorium klinik mempunyai tanggung jawab
professional (professional responsibility), tanggungjawab teknis
(technical responsibility), maupun tanggung jawab pengelolaan
(management responsibility).
Tujuan dilakukan pemeriksaan laboratorium adalah untuk
membantu diagnose penyakit pada penderita atau menegakkannya
diagnose penyakit disamping untuk follow up terapi. Dimana sebelum
pemeriksaan dikeluarkan oleh bagian laboratorium, harus melalui
berbagai tindakan/penanganan untuk mencegah hasil tidak sesuai
dengan keadaan penderita. Untuk menentukan hasil yang dikeluarkan
oleh bagian laboratorium sudah sesuai dengan keadaan penderita dan
bukan karena kesalahan pemeriksaan, tidaklah sederhana dan
mudah.Dalam hal ini terdapatnya kecurigaan perbedaan hasil antara
hasil keadaan klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium, maka
umumnya dilakukan penilaian ulang terhadapt tahap-tahap
pemeriksaan yang dilakukan. Untuk mencegah hal tersebut di atas,
maka perlu diupayakan program pemantapan mutu pemeriksaan di
dalam laboratorium.
2. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik memasukkan atau memanipulasi
jarum ke dalam titik akupuntur tubuh untuk mengobati penyakit
maupun kondisi kesehatan lainnya. Pada saat ini akupuntur telah
dipraktekkan di banyak Negara di dunia. Adapun tahap-tahap dari
akupuntur dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Efek Lokal
Efek lokal yaitu penusukan mengakibatkan dilatasi kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler,dan hal ini dapat dilihat dari
warna kemerahan pada daerah penusukan khususnya pada otot-
otot bagian muka.
b. Efek Segmental
Efek segmental yaitu hantaran serabut saraf ke dalam medulla
spinalis dan sel saraf lainnya (regional).
c. Efek Sentral
Efek sentral yaitu rangsangan yang sudah sampai ke dalam
medulla spinalis diteruskan ke SSP (susunan saraf pusat) melalui
jalur batang otak, substansia grisea, hipotalamus, thalamus, dan
cerebrum. Hal tersebut merupakan invasif mikro dan
mengaktifkan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencapai suatu
keadaan yang seimbang dan pada kasus paralisis bell atau lumpuh
wajah, keadaan seimbang ini berarti suatu keadaan di mana otot-
otot wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi kembali
fungsional.
3. Akupresur
Akupresur adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional
keterampilan dengan cara menekan titik-titik akupunktur dengan
penekanan menggunakan jari atau benda tumpul di permukaan tubuh,
dalam rangka mendukung upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Jenis pelayanan akupresur dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
pelayanan akupresur untuk anak, pelayanan akupresur untuk wanita,
dan pelayanan akupresur untuk gangguan kesehatan umum.
4. Pijat Bayi/Balita
Pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Pijat bayi dapat
diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan
bayi. Pijat bayi sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu, pada
berbagai bangsa dan kebudayaan, dengan berbagai bentuk terapi dan
tujuan. Pijat bayi merupakan pengungkapan rasa kasih sayang antara
orang tua dengan anak lewat sentuhan pada kulit yang berdampak
sangat luar biasa. Sentuhan dan pelukan adalah salah satu kebutuhan
dasar bayi.
5. Ramuan Herbal
Herbal adalah pengobatan dan atau perawatan tradisional
dengan menggunakan obat atau ramuan tradisional yang berasal dari
tanaman. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan; dalam pasal 48 diatur bahwa salah satu
penyelenggaraan upaya kesehatan adalah pelayanan kesehatan
tradisional. Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan.
Permenkes nomor 003/Menkes/PER/2010 tentang Saintifikasi
Jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan merupakan usaha
untuk memanfaatkan jamu dalam pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Saintifikasi Jamu (SJ) adalah salah satu
program nasional membutuhkan suatu sistem kendali yang efektif dan
komprehensif dalam implementasi kegiatannya. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat.
6. Wellness SPA
SPA sering diartikan sebagai Solusi Per Aqua yang berasal dari
bahasa latin yang berarti perawatan dengan air. Menurut ASPI(asosiasi
spa Indonesia) sendiri, SPA dimaknai dengan bahasa Indonesia
menjadi “husada tirta” (perawatan dengan media air). Menurut ASTI
(asosiasi spa terapis Indonesia) SPA diartikan sebagai upaya untuk
mencapai kesehatan jiwa-raga-sukma secara seimbang dengan
menggunakan berbagai metode. Menurut DEPKES dalam buku
pedoman permenkes no 1205/Menkes/X/2004 menyebutkan SPA
adalah “Sehat Pakai Air”.
Adapun fungsi terapi SPA yaitu memperbaiki sirkulasi darah,
mengembalikan vitalitas dan fungsi organ-organ tubuh, memberi
kesegaran dan kebugaran, menghaluskan dan meremajakan kulit
tubuh, menghilangkan deposit lemak tubuh yang berlebihan dan
mengeluarkan racun tubuh melalui keringat, menghilangkan stress dan
memberikan efek relaksasi, serta meningkatkan derajat kesehatan jiwa,
raga dan sukma.
7. Pelayanan Gizi
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah antara Konselor dan Klien/Pasien untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perillaku
sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi yang sedang dihadapi.

C. Tinjauan Umum tentang Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

a. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan suatu fungsi interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Perilaku adalah tindakan organisme yang
dapat diamati atau bahkan dapat juga dipelajari (Parwati dan
Pithaloka, 2022). Perilaku adalah semua aktivitas yang dilakukan
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak.
Perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan dengan
pengetahuan, sikap kepercyaan, tradisi, dan orang tua masyarakat.
Selain itu fasilitas kesehatan juga dapat memperkuat terbentuknya
perilaku. Penggunaan pelayanan kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh perilaku. Perilaku kesehatan pada garis besar dikelompokkan
menjadi dua, yakni : perilaku sehat (Health Behavior) perilaku orang
sehat agar tetap sehat dan perilaku pencarian kesehatan (Health
Seeking Behavior) perilaku orang sakit untuk memperoleh
kesembuhan (Amisim, Kusen dan Mamosey, 2020).
Perilaku pencarian di masyarakat terutama di Negara
berkembang sangat bervariasi respons seseorang apabila sakit adalah :
1) Tidak bertindak (No action), dengan alasan bahwa kondisi
yang demikian tidak mengganggu kegiatan mereka sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum menjadi
prioritas di dalam hidup dan kehidupan mereka.
2) Tindakan mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan
karena orang tersebut sudah percaya kepada diri sendiri dan
merasa dan berdasar pada pengalaman yang lalu. Hal ini
mengakibatkan pengobatan keluar tidak diperlukan.
3) Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
(traditional remedy)
4) Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke warung-
warung obat (chemist shop) dan sejenisnya.
5) Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan moden
yang diadakan pemerintah atau lembaga kesehatan swasta
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
layanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan
(Retnaningsih, 2013).
b. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan Menurut Amiruddin dalam (Retnaningsih, 2013)
pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dicirikan dalam berbagai hal,
seperti jenisnya,situs tujuan, dan interval waktu yang terlibat.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah disediakan dalam bentuk rawat jalan,
rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau bentuk
kegiatan-kegiatan lainnya. Secara umum pemanfaatan pelayanan
kesehatan di Indonesia sudah dapat dikatakan baiik, akan tetapi masih
adanya beberapa wilayah ataupun daerah yang mengalami kendala
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Basith dan Prameswati,
2020).
Andersen dan Anderson (1979) dalam (Notoatmodjo, 2014b)
terdapat berbagai pendekatan yang dipakai dalam penelitian tentang
pelayanan kesehatan yang menurut jenisnya dibedakan ke dalam 7
kategori yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan
sebagai determinan-determinan penggunaan layanan kesehatan. Tujuh
model tersebut meliputi:
1. Model Demografi (Kependudukan)
Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah
umur, seks, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel-
varibael ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator
fisiologis yang berbeda (umur, seks) dan siklus hidup (status
perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan
derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan
kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel
diatas.
a) Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun mati.
Pada usia dewasa awal biasanya lebih banyak aktivitas
sehingga kelompok usia ini memilih pengobatan tradisional
untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Selain itu, pada usia ini
mudah menerima pengobatan tradisional apabila mereka
merasa pengobatan tersebut memiliki manfaat yang baik
untuk mengurangi keluhan-keluhan umum yang dialami
(Rahayu dan Satria, 2020).
2. Model-model struktur sosial (social structur models)
Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah
pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini
mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam
masyarakat. Model ini ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik,
dan psikologis. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-
orang dengan latar belakang, struktur sosial tertentu akan
menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara tertentu.
a) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha kelompok
mendewasakan manusia. Menurut Undang-udang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori
yaitu pendidikan dasar meliputi sekolah dasar (SD), Madrasah
Tsanawiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
bentuk lain yang sederajat, pendidikan menengah meliputi
pendidikan menegah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan
(MAK) atau bentuk lain yang sederajat, pendidikan tinggi
meliputi pendidikan diploma, sarajana, magister, spesialis, dan
doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi .
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah
dan atau pencaharian (Ilham, 2019). Pekerjaan juga bisa berupa
kegiatan yang dilakukan secara mandiri atau dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Pekerjaan seseorang berhubungan
dengan tingkat pendapatan yang dihasilkan.
3. Model-model sosial psikologis (Psychological models)
Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari
sikap dan keyakinan inidividu.Variabel-variabel psikologis pada
umumnya terdiri dari empat kategori yaitu: pengertian kerentanan
terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit,
keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam
menghadapi penyakit, dan kesiapan tindakan individu.
4. Model sumber keluarga (Family Resource models)
Dalam model ini variabel bebas yang dipakai adalah
pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga dan pihak yang
membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model
ini menekankan kesanggupan untuk memperoleh pelayaan
kesehatan bagi anggotanya.
5. Model sumber daya masyarakat (Community resource models)
Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan
pelayanan kesehatan, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan
Model ini berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan
pada masyarakat setempat.
6. Model-model organisasi (Organization models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan
perbedaan bentuk-bentuk system pelayanan kesehatan. Biasanya
variabel yang digunakan adalah: gaya, sifat, letak dari pelayanan,
dan petugas yang pertama kali kontak dengan pasien.
7. Model System Kesehatan
Model ini mengintegrasikan keenam model terdahulu kedalam
model yang lebih sempurna. Dengan demikian apabila hendak
dilakukan analisis terhadap penggunaan pelayanan kesehatan,
maka harus diperhitungkan faktor-faktor yang telibat didalamnya
(keenam model di atas).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan menurut Andersen, yaitu Faktor Predisposisi,
Faktor Enabling, dan Faktor Kebutuhsn (Need). Setiap faktor
kemungkinan saling berpengaruh sehingga dapat memprediksi
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Fatimah dan Indrawati, 2019).
Menurut (Notoatmodjo, 2007), perilaku perncarian pengobatan
merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk mencari
pengobatan. Faktor penentu/determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi, karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik
internal maupun eksternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan antara
lain teori Lawrence Green (1980). Lawrence Green mengatakan bahwa
perilaku terbentuk dari tiga faktor utama yaitu :
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasiltas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat konstraspsi, jamban dan lain sebagainya.
3) Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Menurut Anderson (1974) dalam Notoatdmodjo (2012),
menggambarkan model system kesehatan (health system model) yang
berupa model kepercayaan kesehatan.Determinan pemanfaatan
pelayanan kesehatan meliputi tiga faktor : Karakteristik predisposisi,
karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan.
1) Karakteristik Predisposisi (predisposing characteristics)
Karakteristik yang digunakan untuk menggambarkan
kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan
kesehatan ditentukan oleh serangkaian variable:
a) Ciri-ciri demografi :seperti umur, jenis kelain, status
perkawinan.
b) Struktur sosial: pendidikan, Pekerjaan, kesukuaan atau
ras, dan sebagainya.
c) Kepercayaan: keyakinan, sikap, serta pengetahuan
terhadap pengobatan dan penyakitnya.
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik yang menunjukkan kemampuan individu dalam
menggunakan pelayaan kesehatan, yang ditujukan oleh
variabel:
a) Sumber daya keluarga: pendapatan dan tabungan
keluarga, asuransi atau sumber pendapatan lainnya.
b) Sumber daya masyarakat: jumlah sarana pengobatan,
jumlah tenaga kesehatan, resio penduduk dengan tenaga
kesehatan.
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Karakteristik yang menunjukkan kemampuan individu untuk
menggunakan pelayanan keehatan yang ditujukan oleh adanya
kebutuhan karena alas an yang kuat. Kebutuhan (need) tersebut
dibagi menjadi 2 kategori yaitu dirasa atau perceived (subject
assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).
D. Sintesa Peneltian

No Peneliti Judul Sampel Variabel Variabel Metode Hasil


(Tahun) Independen Dependen Penelitian
1 (Hutauru Hubungan Jumlah 1. Pendidikan Karakteristik Jenis Terdapat adanya hubungan
k, Barus Sosiopsikologi Sampel 2. Penghasilan pemanfaatan penelitian ini variabel usia, pendidikan,
dan dan Karakter sebanyak 96 3. Persepsi batra adalah pekerjaan, penghasilan,
Gintiing, Pasien dengan responden. 4. Kepercayaan akupuntur. peneltian
persepsi, dan kepercayaan
2021) Pemanfaatan observasional
Pengobatan dengan pemanfaatan
Tradisional pengobatan tradisional
(BATRA) (BATRA) Akupuntur.
Akupuntur
2 (Mahfud Determinan Jumlah 1. Umur Pemanfaatan Metode Pada penelitian yang
dan Perilaku Kepala sampel 2. Tingkat pelayanan penelitian dilakukan sebagian
Hayati, Keluarga dalam Pendidikan kesehatan di yang besar responden
2018) Terhadap penelitian 3. Tingkat Puskesmas digunakan memanfaatkan pelayanan
Pemanfaatan ini adalah penghasilan adalah kesehatan di Puskesmas yaitu
Fasilitas 93 KK keluarga metode 68,82%.Berdasarkan umur,
Kesehatan (responden) 4. Pengetahuan survey kategori tua lebih banyak
Puskesmas 5. Jarak tempuh crossectional. memanfaatkan puskesmas
6. Waktu 76,9% dengan p value 0,293.
tempuh Berdasarkan tingkat
7. Promosi pendidikan,kategori dasar
kesehatan lebih banyak
oleh petugas memanfaatkan puskesmas
72,6% dengan p value 0,132.
Berdasarkan tingkat
penghasilan, kategori tinggi
lebih banyak memanfaatkan
puskesmas 78,3% dengan p
value 0,008. Berdasarkan
tingkat pengetahuan, kategori
rendah lebih banyak
memanfaatkan puskesmas
69,3% dengan p value 0,026.
Berdasarkan jarak, kategori
dekat lebih banyak
memanfaatkan puskesmas
72,4% dengan p value 0,014.
3 (Pitang Faktor-faktor Jumlah 1. Pekerjaan Pemilihan Metode Hasil penelitian berdasarkan
dan yang sampel 2. Pendidikan pengobatan penelitian ini uji chi square didapatkan nilai
HKeytim Mempengaruhi sebanyak 32 3. Pengetahuan tradisional menggunaka variable pendidikan p value
u, 2018) Pasien Fraktur orang 4. Ekonomi n rancangan 0,01, pengetahuan 0,341,
memilh 5. Dukungan penelitian ekonomi 0,126, dan
Pengobatan Keluarga kuantitatif dukungan keluarga 0,850.
Tradisional di dengan Berdasarkan hasil nilai
RSUD DR. T. C desain cross analisa multivariate dengan
Hillers sectional uji regresi logistic didapatkan
Maumere nilai signifikan pendidikan
0,996>0,25 dan 0,997>0,25
untuk ekonomi.
4 (Doko, Determinan Jumlah 1. Pengetahuan Pemanfaatan Jenis Hasil penelitian menunjukkan
Kenjam Pemanfaatan Sampel 2. Penghasilan Kartu JKN di penelitian bahwa faktor yang
dan Kartu Jaminan dalam 3. Dukungan Wiliyah kuantitatif berhubungan dengan
Ndoen, Kesehatan penelitian Keluarga Kerja dengan pemanfaatan kartu JKN
2019) Nasional (JKN) ini 4. Sarana dan Puskesmas pendekatan adalah pengetahuan (ρ=
di Wilayah sebanyak 85 Prasarana Manutapen observasional 0,023), penghasilan (ρ=
Kerja orang 5. Keluhan menggunaka 0,037), ketersediaan sarana
Puskesmas Penyakit n rancangan dan prasarana (ρ= 0,043), dan
Manutapen peserta JKN Cross keluhan penyakit (ρ= 0,041),
Kecamatan Alak Sectional sedangkan faktor yang tidak
Kota Kupang berhubungan adalah
dukungan keluarga (ρ=
0,662).
5 (Suharmi Pemanfaatan Jumlah 1. Usia pemanfaatan Jenis Hasil penelitian ini
ati, Pelayanan sampel 2. Jenis pelayanan penelitian menunjukkan bahwa
Handaya Kesehatan ditentukan kelamin kesehatan deskriptif yankestrad integrasi sudah
ni, L , Tradisional secara 3. Lama dan tradisional dengan dimanfaatkan oleh pasien
Khaqiqi, Integrasi di purposive frekuensi integrasi di desain potong yang sebagian besar berusia
2020) Rumah Sakit yaitu total berobat RS lintang antara 20–50 tahun. Sumber
Pemerintah sebanyak 50 4. Jarak pemerintah informasi tentang keberadaan
(Studi di 5 orang. 5. Sumber oleh yankestrad utamanya dari
Provinsi informasi masyarakat di dokter atau tenaga kesehatan.
Indonesia) 6. Pelaksana 5 provinsi di Sebagian besar responden
pelayanan Indonesia bertempat tinggal tidak jauh
dari RS sehingga akses ke RS
mudah dijangkau. Pelaksana
yankestrad adalah dokter.
Sebagian responden merasa
puas dengan pelayanan yang
diberikan. Di sisi lain,
sebagian responden
mengatakan bahwa biaya
pengobatan yankestrad mahal
karena tidak ditanggung
Jaminan Kesehatan Nasional.
6 (Rahayu Hubungan Jumlah 1. Umur Penggunaan Jenis Dari uji analisis
dan Tingkat sampel 2. Pendidikan terapi bekam penelitian menggunakan korelasi
Satria, Penghasilan sebanyak 66 3. Pekerjaan menggunaka Gamma. Hasil analisa
2020b) dengan responden 4. Penghasilan n deskriptif korelasi Gamma
Penggunaan correlation menunjukkan nilai p value
Terapi Bekam di dengan 0,000 < 0,05, yang berarti
Klinik Cendana pendekatan terdapat hubungan yang
Herbal cross signifikan antara tingkat
Samarinda sectional dan penghasilan dan penggunaan
teknik terapi bekam.
purposive
sampling
7 (Sovia et Determinan Jumlah 1. Tingkat Pemilihan Jenis Berdasarkan hasil penelitian
al., Pemilihan sampel keparahan pengobatan penelitian ini terdapat hubungan antara
2020) Pengobatan sebanyak 64 2. Keyakinan fraktur adalah tingkat keparahan, keyakinan,
Pasien Fraktur secara 3. Budaya deskriptif dan biaya dengan pemilihan
di RSUD Raden purposive 4. Efek analitik pengobatan pasien fraktur di
Mattaher Jambi sampling. samping dengan RSUD Raden Mattaher
Tahun 2018 5. Biaya desain cross- Jambi.
pengobatan sectional.
8 (Muharra Faktor-faktor Jumlah 1. Faktor Sikap Jenis Hasil penelitian berdasarkan
m, yang sampel ekonomi masyarakat penelitian nilai mean menunjukkan
Kasmaw Mempengaruhi sebanyak 33 2. Faktor dalam deskriptif bahwa terdapat pengaruh
ati dan Sikap responden budaya memilih kuantitatif faktor pribadi masyarakat
Musdalip Masyarakat dengan 3. Faktor pengobatan menggunaka terhadap sikap masyarakat
a, 2019) dalam Memilih teknik psikologis alternative n survey dalam memilih pengobatan
Pengobatan sampling 4. Faktor bekam analitik alternatif bekam dengan nilai
Alternatif accidental pribadi dengan mean 13,88; faktor budaya
Bekam sampling. masyarakat rancangan dengan nilai mean 13,79;
5. Faktor Sosial cross faktor sosial dengan nilai
6. Faktor sectional mean 13,61; faktor psikologis
pengetahuan study. dengan nilai mean 13,48;
faktor pengetahuan dengan
nilai mean 13,24; dan faktor
ekonomi dengan nilai mean
12,33. Adapun faktor
tertinggi yang mempengaruhi
sikap masyarakat dalam
metode penyembuhan
alternatif bekam adalah faktor
pribadi masyarakat dengan
nilai mean 13,88 dan SD
2,46.
E. Kerangka Teori

Demografi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Kawin
4. Besarnya keluarga

Struktur Sosial:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Kebangsaan

Sosial Psikologis:
1. Sikap
2. Keyakinan

Sumber Keluarga:
1. Pendapatan Keluarga
2. Asuransi Keluarga Penggunaan
3. Pihak yang membiayai Pelayanan Kesehatan
pelayanan kesehatan

Sumber daya masyarakat:


1. Penyediaan Layanan Kesehatan
2. Ketercapaian layanan kesehatan
3. Sumber kesehatan pada
masyarakat

Organisasi:
1. Sarana & prasarana kesehatan
2. Jarak fasilitas kesehatan
3. Petugas Kesehatan

Gambar 2.1
Model dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan oleh Andersen & Anderson
dalam (Notoatmodjo, 2012)
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Pelayanan kesehatan tradisional Makassar merupakan pelayanan


kesehatan tradisional dengan menggunakan keterampilan sesuai dengan
norma-norma yang ada. Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional serta
tingginya minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar tidaklah
berdiri sendiri. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
menjadi dasar penentu atas permintaan tersebut.
Perilaku konsumen adalag kegiatan individu yang terlihat secara
langsung dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang/jasa yang
didalamnya terdapat proses pengambilan keputusan. Dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, konsumen mengambil banyak keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen dalam
mengambil keputusan untuk memanfaatkan suatu jasa atau layanan menurut
(Lawrance Green dalam (Notoatmodjo, 2013) yaitu faktor perilaku dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan terdiri dari 3 faktor yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Sedangkan menurut
Andersen dan Anderson (1979) yang menjelaskan bahwa ada tujuh model
dalam penggunaan pelayanan kesehatan yaitu Model demografi, model
struktur sosial, sosial psikologis, model sumber keluarga, model sumber daya
masyarakat, model organisasi, dan model system kesehatan.
Dari beberapa teori yang telah diuraikan pada Bab 2 dapat
disimpulkan bahwa terdapat banyak determinan yang berhubungan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adapun kerangka konseptual pada
penelitian ini berdasarkan Model penggunaan pelayanan kesehatan oleh
Andersen dan Anderson (1979) dalam (Notoatmodjo, 2014b) menjelaskan
mengenai tujuh model dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Sehingga
peneliti menggunakan variabel Determinan penggunaan layanan kesehatan
yang terdiri dari:
1. Model Demografi, yaitu menyangkut umur. Umur merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi seseorang memanfaatkan pengobatan
tradisional. Dimana Umur yang lebih cenderung menggunakan
pengobatan tradisional dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
2. Model Struktur Sosial, yaitu mengakut pendidikan dan pekerjaan.
a. Pendidikan merupakan proses belajar dan mengajarkan
pengetahuan baik secara formal maupun informal. Pendidikan
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari pendidikan
dasar, menegah, hingga perguruan tinggi dan pendidikan
professional.
b. Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan, mencari pengalaman, serta
membangun karir dan masa depan. Pekerjaan yang dijalani
seseorang akan mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan tradisional.
3. Model Sosial Psikologi, yaitu menyangkut sikap dan keyakinan.
a. Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam
komponen sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan
bertindak dan berpersepsi (Notoatmodjo, 2014). Pemanfaatan
pengobatan tradisional ditentukan dari sikap seseorang
terhadap pengobatan tradisional seperti budaya, informasi,
pengalaman pribadi dan lain sebagainya.
b. Keyakinan
Keyakinan merupakan kepercayaan seseorang bahwa
pengobatan tradisional memiliki nilai yang sama dengan
pengobatan modern dan dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan.
4. Model Sumber Keluarga, yaitu menyangkut pendapatan keluarga.
Pendapatan keluarga memiliki hubungan yang sangat erat dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan karena seseorang mungkin tidak
menggunakan pelayanan kesehatan dan tidak menjaga kesehatannya
karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, semakin besar pendapatan
maka semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
5. Model organisasi, yaitu menyangkut jarak fasilitas kesehatan.
Jarak merupakan salah satu faktor yang penting bagi masyarakat guna
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pada umumnya seseorang akan
mengunjungi sarana pelayanan kesehatan jika merasa kondisi
kesehatannya sudah jauh menurun, tetapi juga yang sudah mengalami
penurunan daya tahan tubuh namun tetap tidak ingin mengunjungi
saranan pelayanan kesehatan yang tersedia, mereka memilih untuk
melakukan pengobatan sendiri dengan cara tradisional.
B. Kerangka Konsep

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Sikap Pemanfaatan
pengobatan tradisional
Keyakinan

Pendapatan keluarga

Jarak Fasilitas Kesehatan

Keterangan :

Variabel Independen :

Variabel Dependen :

Gambar 3.1Kerangka Konsep


C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional adalah responden
yang terdaftar sebagai pengunjung dan menerima pelayanan kesehatan
tradisional ≥2 kali.
Kriteria Objektif :
a. Cukup Memanfaatkan : Apabila pasien menerima pelayanan
kesehatan tradisional ≥2 kali.
b. Kurang memanfaatkan : Apabila pasien menerima pelayanan
kesehatan tradisional <2 kali.
(Ayupia, 2019)
2. Umur
Umur adalah lamanya hidup responden dihitung dari tahun
lahir sampai pada saat penelitian. Umur diukur dalam satuan tahun.
Umur diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu Usia muda (15-64
tahun) dan Usia Tua (>64 Tahun) (BPS, 2013).
a. Usia Muda : Apabila umur responden 15-64 tahun
b. Usia Tua : Apabila umur responden >64 tahun

3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenis pendidikan yang telah diselesaikan
oleh responden diukur menggunakan kuesioner. Variabel pendidikan
dibagi dalam 5 kategori dengan memakai skala ordinal, yaitu :
1) Tidak sekolah/tidak tamat SD
2) Tamat SD
3) Tamat SMP
4) Tamat SMA
5) Tamat Perguruan Tinggi (D1/D3/S1/S2/S3)
Kriteria Objektif:
a. Tinggi : Jika responden Tamat SMA/Tamat perguruan tinggi
b. Rendah : Jika responden Tidak sekolah/tidak tamat SD, atau
Tamat SMP
(UU Sisdiknas No 12 Tahun 2005)
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sebagai profesi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Variabel pekerjaan pada
penelitian ini dibagi menjadi tujuh kategori dengan memakai skala
Nominal, yaitu :
a. Tidak bekerja
b. PNS/ TNI/ POLRI
c. Pegawai/ Karyawan Swasta
d. Wiraswasta/ Pedagang
e. Lain-lain
Kriteria Objektif:
a. Bekerja : Jika responden memiliki sebagai PNS/TNI?
POLRI, Karyawan Swasta, Pedagang, dan lain-lain
b. Tidak Bekerja : Jika responden tidak bekerja aktif (tidak
bekerja, pensiunan, dan/ibu rumah tangga)
(Widiantari, 2015)

5. Sikap
Sikap adalah respon atau penilaian responden tentang
pengobatan tradisional. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek. Sikap ini diukur dengan skala likert dengan
menggunakan 4 kategori dimana jawaban sangat setuju diberi skor 4,
jawaban setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat
tidak setuju diberi skor 1.
Skoring :
I = R/K
Jumlah pertanyaan = 8
a. Skor tertinggi = 8 × 4 = 32 (100%)
b. Skor terendah =8×1=8 (25%)
c. Range = Skor tertinggi – Skor terendah
= 100% - 25%
= 75%
Jumlah Kategori : 2
Interval (I) = R/K
= 75%/2
= 37,5%
Maka skor standar : 100% - 37,5% = 62,5%
Kriteria Objektif:
a. Positif : Jika jawaban responden mencapai ≥ 62,5%
b. Negatif : Jika jawaban responden mencapai <62,5%
(Ayupia, 2019)

6. Keyakinan
Keyakinan adalah kepercayaan seseorang dalam memilih
pengobatan tradisional dengan melihat manfaat, tingkat kesembuhan,
dan keamanan dari pengobatan tradisional. Keyakinan diukur dengan
skala likert dengan menggunakan 4 kategori dimana jawaban sangat
setuju diberi skor 4, jawaban setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi
skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
Skoring
I = R/K
Jumlah pertanyaan = 7
a. Skor tertinggi = 7 × 4 = 28 (100%)
b. Skor terendah =7×1=7 (25%)
c. Range = Skor tertinggi – Skor terendah
= 100% - 25%
= 75%
Jumlah Kategori : 2
Interval (I) = R/K
= 75%/2
= 37,5%
Maka skor standar : 100% - 37,5% = 62,5%
Kriteria Objektif:
a. Yakin : Jika jawaban responden mencapai ≥ 62,5%
b. Tidak Yakin : Jika jawaban responden mencapai <62,5%
(Amin, 2010)

7. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang dihasilkan oleh
anggota keluarga yang dihitung dalam satuan rupiah. Variabel
pekerjaan pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori dengan
memakai skala ordinal. Pendapatan berdasarkan pendapatan Upah
Minimum Karyawan (UMK) di kota Makassar tahun 2023 yaitu
sebesar Rp.3.523.219 yang mulai berlaku Desember 2022.
Kriteria Objektif:
a. Tinggi : Apabila responden menerima upah ≥
Rp.3.523.219
b. Rendah : Apabila responden menerima upah <
Rp.3.523.219
(Maga, 2022)
8. Jarak fasilitas kesehatan
Jarak adalah kemudahan responden dalam memperoleh akses
ke BKTM Makassar yang diukur dari jarak tempuh dan waktu.
Pengukuran variabel digunakan skala Guttman penelitian dibagi
menjadi dua dengan memakai skala nominal, jawaban positif diberi
skor 1 dan jawaban negatif diberi skor 0. Pertanyaan yang diajukan
sebanyak 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, yaitu:
a. Ya
b. Tidak
Jumlah kategori : 2
a. Skor tertinggi = 1 × 5 = 5 (100%)
b. Skor terendah = 0 × 5 = 0 (0%)
c. Range = Skor tertinggi – Skor terendah
= 100% - 0% = 100%
Interval (I) = R/K
= 100/2
= 50%
Maka Skor standar : 100% - 50% = 50%
Kriteria Objektif :
a. Terjangkau : Jika skor responden mencapai ≥50%
b. Tidak terjangkau : Jika skor responden mencapai <50%
(Rahmiyanti, 2015)

D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan


pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
b. Tidak ada hubungan antara Pendidikan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
c. Tidak ada hubungan antara Pekerjaan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
d. Tidak ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
e. Tidak ada hubungan antara keyakinan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
f. Tidak ada hubungan antara Pendapatan keluarga dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
g. Tidak ada hubungan antara jarak fasilitas kesehatan dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar

2. Hipotesis Alternatif (H1)

a. Ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pengobatan


tradisional di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)
Makassar
b. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
c. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
d. Ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan pengobatan
tradisional di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)
Makassar
e. Ada hubungan antara keyakinan dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
f. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan
pengobatan tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar
g. Ada hubungan antara jarak fasilitas kesehatan dengan
pemanfaatan pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar
a.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan


survey analitik dengan Cross sectional, dimana pengumpulan data dan
pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada waktu
yang bersamaan (Sugiyono, 2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat


(BKTM) Makassar yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan KM.11
Tamalanrea Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret-Mei 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional Akupuntur, Herbal dan
Akupresur di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)
Makassar yaitu sebanyak 3490 pasien tahun 2022.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang
berkunjung pada saat dilakukan penelitian di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar. Kriteria responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien yang memanfaatkan pengobatan tradisional
(Akupuntur, Herbal, dan Akupresur).
b. Responden dapat berkomunikasi dengan baik.
c. Responden bersedia diwawancarai.
Berdasarkan jumlah populasi, maka penentuan jumlah sampel
Isaac dan Michael dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%,
5%, dan 10% adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Tabel Isaac dan Michael
Berdasarkan gambaran table tersebut, maka jumlah sampel
dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan taraf kesalahan
10% yaitu sebanyak 251 responden di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makassar.
Dari keseluruhan sampel akan diambil secara proposional pada
masing-masing pelayanan tradisionnal yang menjadi sampel pada
penelitian yaitu pelayanan akupuntur, herbal, dan akupresur dengan
teknik Proportionate stratified random sampling yaitu menggunakan
rumus alokasi proposional, adapun rumusnya sebagai berikut:
¿= ¿ ×n
N

Keterangan :
ni = Jumlah sampel per pelayanan tradisional
n = Jumlah sampel (251 Responden)
Ni = Jumlah populasi per pelayanan tradisional
N = Jumlah populasi seluruhnya (3.490)

Maka perhitungan untuk jumlah sampel pada masing-masing


pelayanan tradisional, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Pelayanan Kesehatan Tradisional di BKTM Makassar

Pelayanan Tradisional Populasi Sampel


Akupuntur 1.699 1699
×251=123
3490
Herbal 168 168
×251=12
3490
Akupresur 1.623 1623
×251=116
3490
Total 3.490 251
D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam bentuk


penyebaran kuesioner secara langsung di lokasi penelitian yaitu di Balai
Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar. Kuesioner yang
digunakan dimodifikasi dan bersumber dari (Ayupia, 2019) yakni variabel
pemanfaatan pelayanan, (Matana, 2016) yakni variabel jarak fasilitas kesehatan dan
(Amin, 2010) yakni variabel sikap dan keyakinan.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data Primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian dengan metode wawancara dan
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden dalam
bentuk pertanyaan yang telah disusun berdasarkan dengan tujuan
penelitian dan hasil observasi langsung dengan melihat keadaan di
BKTM.
2. Data Sekunder
Data Sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dan
dicatat dari BKTM berupa profil BKTM. Laporan Tahunan berupa
rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dimasing-masing pelayanan, serta referensi lainnya bisa
berasal dari buku, jurnal, yang berhubungan dengan penelitian dan
pendukung lainnya.

F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer untuk
dikategorikan sesuai dengan kerangka konsep dan definisi operasional dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa hasil wawancara, angket, atau
pengamatan langsung di lapangan. Secara umum editing merupakan
kegiatan unyuk mengecek perbaikan isian kuesioner.
2. Coding
Coding memberi kode nomor jawaban dari kuesioner responden untuk
memudahkan entry data. Coding dimlai dengen pembuatan daftar
variabel, lalu membuat daftar coding yang disesuaikan dengan daftar
variabel, kemudian memindahkan data pada daftar coding.
3. Entry Data
Entry Data, memasukkan data yang telah di dapatkan melalui
kuesioner yang diisi responden ke dalam software SPSS untuk
mempermudah proses analisis hasil penelitian. Data-data yang telah
terkumpul dimasukkan ke dalam komputer berdasarkan program entry
yang telah dibuat sebelumnya.
4. Cleaning
Cleaning, memeriksa kembali data yang telah di entry untuk
memastikan tidak ada kesalahan. Hal ini dimaksudkan pada saat entry
peneliti mungkin melakukan kesalahan melihat dan membaca karena
itu perlu dilakukan cleaning sebelum dilakukan analisis data.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan sebagai berikut:


1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan setiap variabel yang diteliti, baik variabel independen
yaitu demografi, struktur sosial, psikologis, Sumber keluarga, dan
Organisasi maupun variabel dependen yaitu pemanfaatan pengobatan
tradisional.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan dependen dalam bentuk tabulasi silang
menggunakan program SPSS dengan uji Chi Square. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara melihat nilai probabilitas (p), jika
nilai p<0,05 maka dikatakan terdapat pengaruh antara variabel
tersebut.

H. Penyajian Data

Data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan penjelasan atau interpretasi dalam
bentuk narasi untuk mempermudah dalam penyampaian informasi dan
mempermudah data yang dihasilkan telah didapatkan untuk disajikan agar
mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, A. (2020) Sejarah Akupuntur dan Perkembangannya di Indonesia,


YakinSehat.Id. Tersedia pada: https://yakinsehat.id/sejarah-akupuntur-dan-
perkembangannya-di-indonesia/ .

Agustina, B. (2015) “Kewenangan Pemerintah Dalam Perlindungan Hukum


Pelayanan Kesehatan Tradisional ditinjau Dari Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,” Wawasan Hukum,
32(1), hal. 82–98.

Amin, M.. (2010a) Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien Terhadap


Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu di Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Universitas Sumatera
Utara: Medan.

Amin, M.. (2010b) Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien Terhadap


Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu di Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

Amisim, A., Kusen, A.W.S. dan Mamosey, W.. (2020) “Persepsi Sakit dan Sistem
Pengobatan Tradisional dan Modern Pada Orang Amungme (Studi Kasus di
Kecamatan Alama Kabupaten Mimika),” Jurnal Holistik, 13(1), hal. 1–18.

Anwar, F. (2022) WHO Mulai Lirik Manfaat Obat Tradisional, Resmikan Pusat Riset
Global Pertama, detikHealth. Tersedia pada: https://health.detik.com/berita-
detikhealth/detik-6041193/who-mlai-lirik-manfaat-obat-tradisional-resmikan-
pusat-riset-global-pertama.

Ariyanti, K.S., Sariyani, M.D. dan Pemayun, C.I.M. (2020) “Kepercayaan


Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Akupuntur di Praktik
Perawat Mandiri Latu Usadha Abiansemal Badung,” Ilmu Kesehatan MAKIA,
10(2), hal. 107–116.

Ayupia, N. (2019) Hubungan Perilaku Konsumen dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar Tahun
2020.

Basith, Z.. dan Prameswati, G.. (2020) “Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas,” Higeia Journal of Public Health, 4(1), hal. 52–63.
Berto (2019) Pemanfaatan Pengobatan Tradisional, BeringinMedia.com.

BKTM, M. (2022) Profil BKTM Makassar, Bayu.

BPS (2013) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Damanti, E.. (2017) “Kepercayaan Masyarakat memilih Obat Herbal sebagai


Alternatif dalam Pengobatan.”

Doko, H., Kenjam, Y. dan Ndoen, E.. (2019) “Determinan Pemanfaatan Kartu
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Wilayah Kerja Puskesmas Manutapen
Kecamatan Alak Kota Kupang,” Media Kesehatan Masyarakat, 1(2), hal. 68–
75.

Emiliana et al. (2022) Akupresure untuk Mengurangi Nyeri Haid pada Remaja Putri
di Desa Lengkong RT04 RW03 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang. Semarang.

Fatimah, S. dan Indrawati, F. (2019) “Faktor Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas,” Higeia Journal of Public Health, 3(1), hal. 121–131.

Heriani, I. dan Munajah (2019) “Aspek Legalitas Terhadap Pelayanan Kesehatan


Tradisional di Indonesia,” Al’ Adl, XI(2), hal. 197–206.

Hutauruk, R., Barus, T.. dan Gintiing, S. (2021) “Hubungan Sosiopsikologi Dan
Karakter Pasien Dengan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional (BATRA)
Akupuntur,” BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology), 4(2),
hal. 138–144.

Ilham, D. (2019) “Menggagas Pendidikan Nilai dalam Sistem Pendidikan Nasional,”


8(3), hal. 109–122.

Kemenkes, R.. (2015) Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina pelayanan


Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer.

Maga, A. (2022) Pemkot Makassar tetapkan UMK 2023 sebesar Rp.3,5 Juta,
ANTARA News Makassar. Tersedia pada:
https://www.google.com/amp/s/makassar.antaranews.com/amp/berita/447775/
pemkot-makassar-tetapkan-umk-2023-sebesar-rp3,5-juta.

Mahfud, A.. dan Hayati, R. (2018) “Determinan Perilaku Kepala Keluarga Terhadap
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Puskesmas,” Jurnal Langsat, 5(2), hal. 23–
28.

Matana, K.. (2016) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar
Tahun 2016. Universitas Hasanuddin.

Muharram, S., Kasmawati dan Musdalipa (2019) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Sikap Masyarakat dalam Memilih Pengobatan Alternatif Bekam,” BIMIKI,
7(1), hal. 19–30.

Mutmainna, Amalia, N. dan Irianti, C.. (2022) “Pengobatan Tradisional,” Kesehatan


USIMAR, 1, hal. 32–41.

Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014a) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014b) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revi.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Parwati, D. dan Pithaloka, D. (2022) “Perilaku Komunikasi Kepala Desa Dalam


Pembangunan Desa Suka Makmur Kabupaten Kampar,” Journal of Political
Communication and Media, 1(1), hal. 50–60.

Pitang, Y. dan HKeytimu, Y. (2018) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien


Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Di RSUD DR. T.C Hillers
Maumere,” Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, V(1), hal. 22–42.

Putra, R.., Ratnasari, D. dan Septiwi, R.. (2019) “Persepsi Masyarakat Terhadap
Kinerja Lembaga Kesehatan Pada Sektor Pelayanan Pengobatan Tradisional
Di Kabupaten Purwakarta,” Journal of Holistic and Health Sciences, 3(1), hal.
1–13.

Rahayu, N. dan Satria, A.. (2020a) “Hubungan Tingkat Penghasilan dengan


Penggunaan Terapi Bekam di Klinik Cendana Herbal Samarinda,” Borneo
Student Research, 1(03), hal. 1634–1640.

Rahayu, N. dan Satria, A.. (2020b) “Hubungan Tingkat Penghasilan dengan


Penggunaan Terapi Bekam di Klinik Cendana Herbal Samarinda,” Borneo
Student Research, 1(3), hal. 1634–1640.

Rahmisyah (2022) “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kepala Keluarga


Terhadap Pengambilan Keputusan Pengobatan Tradisional di Desa Pasi
Kecamatan Julok Kabupaten Aceh Timur Tahun 2021,” Getsempena Health
Science, 1(1), hal. 44–51.

Rahmiyanti, A. (2015) Hubungan Pemanfaatan Antenatal Care pada Ibu Hamil


Puskesmas Tamamaung Kota Makassar.

Retnaningsih, E. (2013) Akses Layanan Kesehatan.

Riskesdas (2019) Laporan Provinsi Sulawesi Selatan. Jakarta.

Sapitri, A., Asfianti, V. dan Marbun, E.. (2022) “Pengelolahan Tanaman Herbal
menjadi Simplisia sebagai Obat Tradisional,” Jurnal Abdimas Mutiara, 3(1),
hal. 94–102.

Saubani, A., Posumah, J.. dan Kolondam, H.. (2022) “Kualitas Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Lanjut Usia di Puskesmas Duono Kecamatan Ibu Tabaru
Kabupaten Halmahera Barat,” Administrasi Publik, VIII(117), hal. 1–9.

Sovia et al. (2020) “Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD


Raden Mattaher Jambi Tahun 2018,” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 20(1), hal. 207–212.

Sugiyono (2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Suharmiati, Handayani, L , Khaqiqi, Z.. (2020) “Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Tradisional Integrasi di Rumah Sakit Pemerintah (Studi di 5 Provinsi
Indonesia) Utilization of Integrated Traditional Health Service at Public
Hospitas ( A Study in 5 Provinces, Indonesia),” Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 23(2), hal. 126–134.

Syukur, S.. dan Asnawati, R. (2014) “No Title,” Jurnal Zaitun Universitas
Muhammadiyah Gorontalo [Preprint].

Tamalonggehe, Y.. (2021) “Pengobatan Tradisional Akupresur di Era Modern Pada


Masyarakat Abepura Kota Jayapura Papua,” Jurnal Holistik, 14(4), hal. 1–15.

Triratnawati, A. (2010) “Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya


Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa,” Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, 13, hal. 69–73.

Umar, M. et al. (2017) “Utilization of Traditional Medicine in South Sulawesi


Province, Indonesia,” Journal of Health Research, 31(05).

Utami, N.A.. dan Alawiya, N. (2018) “Perlindungan Hukum Terhadap Pelayanan


Kesehatan Tradisional di Indonesia,” volksgeist, 1(1), hal. 11–20.

Widiantari, N.K. (2015) Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Sosial Suami
dengan Partisipasi Ibu Mengikuti Kelas Ibu Hamil di Kota Denpasar.
Universitas Udayana: Denpasar.
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

Determianan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional di Balai Kesehatan


Tradisional Masyarakat Makassar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.


Selamat Pagi/siang/sore.

Perkenalkan saya Nur Resky Anugerah , Mahasiswi S1 Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Hasanuddin. Saya sedang melakukan penelitian mengenai
Determinan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional di Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat Makassar. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan tradisional di Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon untuk mengisi kuisioner
dengan jujur dan apa adanya tanpa dipengaruhi orang lain. Saya akan menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu.
Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Makassar, ……………2023

Responden
Petunjuk : Isilah sesuai dengan identitas Anda

A. Identitas Responden

No. Responden
Nama Responden
Alamat
Nomor Handphone (HP)
Umur Responden ……… Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan
Pendidikan Terakhir 1. Tidak sekolah/Tidak Tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi (D1, D3,
S1,S2, S3)
Pekerjaan 1. Tidak Bekerja
2. Pegawai Negeri Sipil atau TNI atau
POLRI
3. Pegawai/ Karyawan Swasta
4. Wiraswasta/Pedagang
5. Buruh/pekerja kasar
6. Pensiunan
7. Lain-lain
Pendapatan Keluarga 1. > Rp.3.523.219
2. < Rp.3.523.219
B. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda telah berkunjung ≥2 kali untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional
(Akupuntur, Ramuan Herbal,atau Akupresur) di BKTM
Makassar?
2 Apakah anda rutin melakukan pengobatan di BKTM
Makassar sesuai dengan anjuran dokter?
3 Anda mendapatkan rekomendasi dari keluarga dan
teman terdekat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional di BKTM Makassar
4 Selain di BKTM, anda pernah berkunjung ke tempat
pelayanan kesehatan lainnya seperti RS dan
Puskesmas?

C. Jarak Fasilitas Kesehatan


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda menggunakan alat transportasi untuk
menuju ke tempat pelayanan kesehatan
2 Apakah anda merasa mudah untuk menjangkau tempat
pelayanan kesehatan
3 Transportasi apa yang anda gunakan untuk pergi ke
tempat pelayanan kesehatan?
a. Kendaraan Pribadi
b. Kendaraan Umum
4 Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk pergi ke
tempat pelayanan kesehatan ?
a. <1/2 jam
b. ≥1/2 jam
5 Berapa jarak tempat pelayanan kesehatan dengan
tempat tinggal anda ....km?
a. <1,5 Km
b. ≥1,5 Km
D. Sikap
No Pernyataan STS TS S SS
E.
1 Pengobatan tradisional lebih murah dari
pengobatan medis
2 Pengobatan Tradisional seharusnya lebih
dikembangkan menjadi pilihan utama untuk
berobat
2 Pengobatan tradisional lebih cepat terasa
efek sembuhnya dibandingkan pengobatan
medis
3 Pengobatan tradisional tidak memiliki efek
samping yang berbahaya bagi tubuh
4 Pengobatan tradisional lebih terasa
manfaatnya jika dilakukan lebih dari 3 kali
5 Pengobatan tradisional melibatkan langsung
pasien dalam penanganan penyakitnya
6 Dalam melakukan tindakan pengobatan
tradisional sebaiknya pasien mendapatkan
dukungan keluarga.
7 Pengobatan tradisional sebaiknya hanya
dilakukan jika pengobatan medis tidak dapat
menyembuhkan penyakit
8 Sebelum dilakukan pengobatan tradisional
sebaiknya terlebih dahulu diadakan
konsultasi oleh petugas
Keyakinan
No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya memilih pengobatan tradisional untuk


mengobati penyakit saya karena lebih cepat
sembuh dibandingkan medis
2 Saya memilih pengobatan tradisional karena
dapat menyembuhkan segala jenis penyakit
3 Saya memilih pengobatan tradisional karena
tidak ada efek sampingnya
4 Saya memilih pengobatan tradisional karena
sudah lebih lama dikenal dibandingakan
pengobatan medis
5 Saya memilih pengobatan tradisional di
BKTM Makassar karena keluarga saya
selalu berobat ke pengobatan akupuntur
6 Saya memilih pengobatan di BKTM
Makassar karena keahlian pengobat didapat
dari cara pendidikan sama seperti dokter
yang mendapat keahlian dari cara
pendidikan akademis.
7 Saya memilih pengobatan tradisional di
BKTM Makassar karena sudah diakui dan
dipakai oleh pengobatan medis walaupun
sifatnya hanya sebagai pelengkap

Anda mungkin juga menyukai