Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTIK STASE KOMUNITAS

DI DUSUN CIWALEN RT 01 RW 05 DESA BANJARANGSANA


KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

Disusun Oleh :
Reinaldy Qadarsyah
190721029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Profesi Pelayanan dan Asuhan Keperawatan
Komunitas di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis ini tepat pada waktunya

Penyusun menyadari dalam melaksanakan praktek keperawatan komunitas


di Dusun CIwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan,
Kabupaten Ciamis dalam mengaplikasikan teori-teori dengan kenyataan di
lapangan tidaklah mudah, hambatan, dan rintangan silih berganti menghampiri
mencoba mematahkan semangat. Namun akhirnya dengan motivasi yang tinggi,
kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak praktik keperawatan komunitas ini
dapat dilalui dan dituangkan dalam bentuk laporan

Banyak pihak secara langsung dan tidak langsung berperan dalam


pelaksanaan praktik keperawatan komunitas dan penyusunan laporan ini. Pada
kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan penyusun
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang dihasilkan manusia dalam bentuk yang
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan maklum bagi yang membaca
atas kekurangan dari laporan ini. Amin

Ciamis, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR DIAGRAM........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................................. 3
D. Ruang Lingkup...................................................................................... 4
E. Waktu dan Tempat................................................................................ 4
F. Metode Penulisan.................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep COVID-19............................................................................... 6
B. Kosep Asuhan Keperawatan Komunitas.............................................. 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Pengkajian............................................................................................. 15
B. Analisa Data.......................................................................................... 25
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 26
D. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................. 26
E. Implementasi dan Evaluasi................................................................... 27

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 30
B. Saran.......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Distribusi Frekuensi Usia..................................................... 15
Diagram 3.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin...................................... 16
Diagram 3.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan............................................. 17
Diagram 3.4 Distribusi Frekuensi Penjaringan dari Luar Kota/Negeri .... 18
Diagram 3.5 Distribusi Frekuensi Penjaringan Mengalami Gejala........... 19
Diagram 3.6 Distribusi Frekuensi Penjaringan Kontak dengan Orang
Terduga Covid-19................................................................. 19

Diagram 3.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan........................................ 20


Diagram 3.8 Distribusi Frekuensi Sikap................................................... 21
Diagram 3.9 Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan......................... 22
Diagram 3.10 Distribusi Frekuensi Resiko Tertular................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan


keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep
kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi.
Upaya pencapaian derajat kesehatan optimal dilakukan melalui
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di
semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Depkes, 2006).
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran
serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut 
(Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer,
sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam
mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan

1
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan keperawatan
diberikan secara langsung atau tidak langsung kepada seluruh masyarakat
dalam rentang sehat sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh
masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan
kelompok maupun masyarakat.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pertemuan ini agar
masyarakat dapat mengetahui dan memahami masalah kesehatan yang
muncul di desanya dan diharapkan masyarakat dapat mengambil
alternatif tindakan segera untuk mencegah dan mengurangi masalah
kesehatan yang muncul. Masalah Kesehatan yang saat ini menjadi
pandemi Internasional adalah Penyebaran Virus Corona (Covid 19) yang
sangat meningkat tajam. Selain proses menularnya sangat cepat , virus ini
juga sangat mematikan. Jumlah Pasien yang meninggal yang
disampaikan oleh pemerintah sampai dengan tanggal 23 April 2020,
sudah mencapai 647 dari 34 provinsi di Indonesia (WHO Indonesia,
2020).

Perawat komunitas merupakan mata, telinga dan hidung dari setiap


kejadian dalam suatu komunitas (Anderson &Mc.Farlane, 2004),karena
perawat komunitas harus dapat berperan dalam pencegahan terhadap
penyakit menular dengan melakukan pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pencegahan primer, sekunder, dan tersier terutama
terhadap populasi berisiko. Untuk mencapai hal tersebut tentu tidak
mudah sehingga dibutuhkan suatu penggalian yang mendalam dalam
menyelesaikan suatu masalah yang ada di komunitas. Dengan perannya
ini diharapkan perawat komunitas bersama masyarakat dapat mencegah
atau menanggulangi penyebaran masalah kesehatan dimasyarakat
khususnya covid-19. Berdasarkan latar belakang diatas, maka saya

2
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Cirebon, Program Studi Profesi Ners diharapkan mampu memberikan
pengalaman, pengetahuan yang dapat mencegah wabah Covid-19 dan
meningkatkan pola hidup sehat kepada masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengenal, mengumpulkan data dan mengkaji masalah
Kesehatan di wilayah Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis
2. Tujuan Khusus
a. Mengumpulkan data mengenai masalah Kesehatan yaitu
mengenai penjaringan, pengetahuan, sikap, prilaku pencegahan,
dan resiko terpaparnya virus covid-19.
b. Mengkaji dan menganalisa masalahg Kesehatan yaitu mengenai
penjaringan, pengetahuan, sikap, prilaku pencegahan, dan resiko
terpaparnya virus covid-19.
c. Merencanakan program penyelesaian masalah dengan
mempertimbangkan intervensi keperawatan yang dapat
meningkatkan Kesehatan masyarakat mengenai wabah covid-19
d. Mengimplementasikan program pencegahan resiko tertular virus
covid-19
e. Mengevaluasi program pencegahan resiko tertularnya covid-19
dengan harapan masyarakat menjadi tahu, mau, dan mampu
berprilaku hidup bersih dan sehat agar dapat terhindar dari
wabah virus covid-19 dan mewujudkan derajat Kesehatan yang
optimal.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat pemahaman tentang
asuhan keperawatan komunitas yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

3
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep Asuhan
Keperawatan Komunitas mengenai wabah virus covid-19.
b. Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan Komunitas di masyarakat
c. Diharapkan masyarakat mampu mengerti dan memahami serta
mengatasi permasalahan-permasalahan Kesehatan mengenai
civid-19 di Dusun Pajagan RT 15 RW 05 Desa Mekarwangi
Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis.
D. Ruang Lingkup
Dalam laporan ini saya membatasi masalah yang kami bahas
yaitu mengenai pandemic wabah virus covid-19 di Dusun Ciwalen RT
01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten
Ciamis
E. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Waktu kegiatan praktek keperawatan komunitas ini yaitu mulai
tanggal 9 Mei – 20 Mei 2020.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan praktek keperawatan komunitas dilakukan
di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis.
F. Metode penulisan
Adapun metode penulisan laporan ini adalah analitik deskrifit
dengan teknik pengumpulan data.
1. Teknik Objektif
Pengumpulan data dilakukan langsung terhadap warga Dusun
Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis dengan melakukan wawancara

4
yang di lakukan kepada Bapak RT dam ketua pemuda di wilayah
tersebut.

2. Teknik Observasi
Dilakukan pengamatan secara wawancara terhadap keadaan
lingkungan dan pola perilaku yang biasa dilakukan oleh warga
Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis.
3. Teknik survey
Mahasiswa melakukan survey dengan quesioner secara dor to
dor langsung ke rumah warga untuk mendapatkan hasil data dari
tiap warga.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep COVID-19
1. Pengertian
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang system pernafasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19, virus ini juga bisa
menyebabkan gangguan pada system pernafasan, pneumoniaakut, sampai
kematian.
2. Etiologi
Infeksi virus corona atau COVID-19 disebabkan oleh corona virus,
yaitu kelompok virus yang menginfeksi system pernafasan. Pada
sebagian besar kasus, corona virus hanya menyebabkan infeksi
pernafasan ringan sampai sedang seperti flu. Akan tetapi, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernafasan berat seperti pneumonia,
middle east respiratory syndrome (MERS), dan severe acute
respiratory syndrome (SARS).
Penularan Covid-19 melalui droplet diantaranya:
a. Secara tidak langsung
Droplet tumpah ke permukaan benda, kemudian menyentuh
dengan tangan, dan menyentuh wajah (mata, hidung, mulut)
tanpa mencuci tangan.
b. Secara langsung
Percikan langsung dan jarak 1-2 meter dari orang yang
batuk/bersin tanpa ditutup.
3. Tanda dan Gejala
a. Demam > 38 c
b. Nyeri kepala
c. Nyeri otot
d. Anosmia

6
e. Hipogeusia (penurunan pengecapan)
f. Nyeri tenggorokan
g. Batuk
h. Gangguan pernafasan (kesulitan bernafas)
i. Gangguan gastrointestinal
Klasifikasi derajat keparahan gejala
a. Gejala ringan
a) Demam > 38
b) Batuk
c) Nyeri tenggorokan
d) Gidung tersumbat
e) Malaise
f) (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)
b. Gejala sedang
a) Demam > 38
b) Sesak nafas
c) Batuk persisten dan sakit tenggorokan
d) Pada pasien anak: batuk dengan takipnea
c. Gejala berat
a) Demam > 38 yang menetap
b) ISPA berat / pneumonia berat
c) Ditemukan leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan
limfosit atipik
d) Pasien remaja / dewasa: demam atau gejala ISPA disertai salah
satu RR > 30x/menit, distres nafas berat, Spo2 <90% pada udara
kamar
e) Pasien anak: batuk atau kesulitan bernafas disertai salah satu
dari : sianosis sntral atau SPO2 < 90% pada udara kamar, distres
nafas berat (ada tanda snoring, retraksi dada berat), tanda
pneumoni berat.

7
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus corona tenaga
medis akan menanyakan gejala yang dialamipasien, tenaga medis juga
akan bertanya apakah pasien bepergian ke daerah yang terinfeksi virus
corona sebelum gejala muncul.
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Uji sampel darah
b. Test usap tenggorokan untuk uji sampel dahak
c. Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrate atau cairan di paru-
paru.
5. Penatalaksanaan Medis
Infeksi virus corona atau COVID-19 belum bisa diobati tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan tenaga medis untuk meredakan
gejalanya dan mencegah penyebaran virus yaitu:
a. Merujuk penderita untuk menjalani perawatan dan karantina di rumah
sakit.
b. Memberikan obat Pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai
kondisi penderita
c. Menganjurkan penderita untuk istirahat yang cukup.
d. Menganjurkan penderita untuk banyak minum air putih untuk menjaga
kadar cairan tubuh
6. Pencegahan Virus Covid-19
a. Melakukan CTPS setiap dan sesudah melakukan aktifitas
b. Memakai masker
c. Tidak meroko
d. Makan dengan menu gizi seimbang
e. Olahraga yang teratur
f. Istirahat cukup
g. Banyak minum air putih yang hangat

8
h. Sosial distancing

B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan
pelayanan kesehatan (di rumah, di Puskesmas), perawat melakukan praktik
keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan
komunitas.Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat
sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan,
yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang


bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu
dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :

a. Core atau inti merupakan data demografi kelompok atau komunitas


yang terdiri dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman)
yaitu:
1) Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi dan kepadatan.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal:
Apakah tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan:
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

9
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional),
dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran
untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan
vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR,
MMR, serta cakupan imunisasi.

2. Analisa data dan diagnose keperawatan komunitas atau kelompok

Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang


dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar
stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari masalah
kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan.

3. Perencanaan (Intervensi)

Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan


menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam

10
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama
dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui


tahapan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan
untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam
masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu
wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong
royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c. Tahap pendidikan dan latihan


1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose
keperawatan
4) Melatih kader

11
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan
masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan
kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih
singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut :

a) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi


b) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
c) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi
melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
d) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk
mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari
lingkungan
e) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan (Implementasi)

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah


direncanakan yang sifatnya:

a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,


mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :

12
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,
penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit.
Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak,
memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti
mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah


dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar
untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada


dengan target pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian
dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan
jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber
dana dan penggunaannya serta keuntungan program.

13
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah
klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat
setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6
bulan atau 1 tahun.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Jumlah Responden
Jumlah data yang di peroleh pada saat bersosialisasi Bersama pak
RT dan ketua pemuda di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Sebanyak
59 KK yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2020. Jumlah responden
yang di ambil untuk pengkajian Covid-19 adalah sebanyak 40
responden.
b. Usia
Diagram 1.1
Distribusi
USIA frekuensi

13% usia di
18%
18%
Dusun
Ciwalen
28%
RT 01
25%
RW 05
Desa
21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun
51-60 Tahun >60 Tahun

Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Tahun


2020

Berdasarkan diagram 1.1 menunjukan bahwa distribusi


frekuensi dari 40 responden usia 31-40 tahun lebih banyak di RT 01
RW 005 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu 21-30 tahun
dengan frekuensi 7 orang sebanyak 17%, 31-40 tahun dengan
frekuensi 11 orang sebanyak 27%, 41-50 tahun dengan frekuensi 10
orang sebanyak 25%, 51-60 tahun dengan frekuensi 7 orang sebanyak
18%, >60 tahun dengan frekuensi 5 orang sebanyak 13%, jumlah
keseluruhan data menurut usia 100%
c. Jenis kelamin
Diagram 1.2
Distribusi frekuensi jenis kelamin di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05
Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis
Tahun 2020

Jenis Kelamin

Perempuan Laki - laki


55% 45%

Laki - laki Perempuan

Berdasarakan diagram 1.2 menunjukan bahwa distribusi


frekuensi jenis kelamin dari 40 responden yang di ambil perempuan
lebih banyak di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana,
Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu laki-
laki dengan Frekuensi 18 orang sebanyak 45% dan perempuan dengan
frekuensi 22 orang sebanyak 55%, jumlah data menururt jenis kelamin
dalam 100%.

16
d. Pekerjaan
Diagram 1.3
Distribusi frekuensi pekerjaan di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun
2020

PEKERJAAN

28% pns
honorer
38% karyawan swasta
wiraswasta
petani

13%

15% 8%

Berdasarakan diagram 1.3 menunjukan bahwa distribusi


frekuensi pekerjaan dari 40 responden yang di ambil petani lebih
banyak di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana,
Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu PNS dengan
frekuensi 11 orang sebanyak 27%, honorer dengan frekuensi 5 orang
sebanyak 12%, karyawan swasta dengan frekuensi 3 orang sebanyak
8%, wiraswasta dengan frekuensi 6 orang sebanyak 15%, dan petani
dengan frekuensi 15 orang sebanyak 38%, jumlah data menurut
pekerjaan dalam 100%

17
2. Laporan pengkajian covid-19

a. Penjaringan

Diagram 1.4
Distribusi frekuensi penjaringan sudah dari luar kota/luar negeri di Dusun
Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan,
Kabupaten Ciamis Tahun 2020

Baru dari luar kota/luar negeri

5%

95%

ya tidak

Berdasarakan diagram 1.4 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


penjaringan sudah dari luar kota/luar negeri dari 40 responden yang di
ambil tidak dari luar kota/luar negeri lebih banyak di RT 01 RW 05
Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan,
Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu yang baru datang dari luar kota
dengan frekuensi 2 orang sebanyak 5%, dan yang tidak bepergian dengan
frekuensi 38 orang sebanyak 95%, jumlah data menurut penjaringan dari
luar kota/luar negeri dalam 100%.

Diagram 1.5

18
Distribusi frekuensi penjaringan mengalami gejala di Dusun Ciwalen RT
01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten
Ciamis Tahun 2020

Mengalami Gejala

40
35
30
25
20
15
10
5
0

Ya Tidak
Berdasarakan diagram 1.5 menunjukan bahwa distribusi frekuensi
penjaringan mengalami gejala dari 40 responden yang di ambil di RT 01
RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan,
Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu tidak mengalami gejala dengan
frekuensi 40 orang sebanyak 100%

19
Diagram 1.6
Distribusi frekuensi penjaringan kontak dengan orang terduga covid-19 di
Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020

Kontak dengan orang terduga/positif covid-19

40
35
30
25
20
15
10
5
0

Ya Tidak
Berdasarakan diagram 1.6 menunjukan bahwa distribusi frekuensi
penjaringan pernah kontak dengan orang terduga/positif covid-19 dari 40
responden yang di ambil di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Tahun 2020
yaitu tidak mengalami atau pernah kontak langsung dengan orang
terduga/positif covid-19 dengan frekuensi 40 orang sebanyak 100%

20
b. Pengetahuan

Diagram 1.7
Distribusi frekuensi pengetahuan di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020

Pengetahuan
Kurang Baik
10%

Baik
Kurang Baik

Baik
90%

Berdasarakan diagram 1.7 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


Pengetahuan dari 40 responden yang di ambil, pengetahuan baik lebih
banyak di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana,
Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu
pengetahuan baik dengan frekuensi 36 orang sebanyak 90%, dan
pengetahuan kurang baik dengan frekuensi 4 orang sebanyak 10%, jumlah
data menurut pengetahuan dalam 100%.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis di
dapatkan bahwa Sebagian kecil warga memiliki pengetahuan kurang,
dari beberapa pertanyaan yang telah diberikan kepada responden
terdapat pertanyaan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mengatasi dampak COVID-19 yang masih menjawabnya kurang tepat,
dan dari sebagian kecil kurangnya pengetahuan tentang langkah-

21
langkah cara mencuci tangan dengan benar, warga di Dusun Ciwalen
RT 01 RW 05 Desa Banjarangsana hanya mengetahui cara mencuci
tangan biasa bukan dengan standar dari kemenkes/WHO (World
Health Organization).

c. Sikap

Diagram 1.8
Distribusi frekuensi sikap di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020

SIKAP

BAIK

100%

Berdasarakan diagram 1.8 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


Sikap terhadap Covid-19 dari 40 responden yang di ambil, memiliki sikap
yang baik di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana,
Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020 yaitu sikap
yang baik mengenai Covid-19 dengan frekuensi 40 orang sebanyak 100%.

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05
Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis
didapakan bahwa rata-rata dari sikap warga di Dusun Ciwalen RT 01 RW

22
05 Desa Banjarangsana (100%) memiliki sikap yang baik mengenai
COVID-19 warga di RT tersebut sudah mengaplikasikan penggunaan
handsanitizer (alkoho) setiap berpergian.

d. Tindakan pencegahan
Diagram 1.9
Distribusi frekuensi Tindakan pencegahan di Dusun Ciwalen RT 01 RW
05 Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis
Tahun 2020

Tindakan Pencegahan

15%
Baik
Kurang Baik

85%

Berdasarakan diagram 1.7 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


Tindakan Pencegahan dari 40 responden yang di ambil, Tindakan
pencegahan baik lebih banyak di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen, Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020
yaitu Tindakan pencegahan baik dengan frekuensi 34 orang sebanyak
85%, dan Tindakan pencegahan kurang baik dengan frekuensi 6 orang
sebanyak 15%, jumlah data menurut pengetahuan dalam 100%.

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Ciwalen RT 01 RT
05 Desa Banjarangsana didapakan bahwa sebagian kecil 6 orang (15%)
yang memiliki tindakan kurang mengenai COVID-19 yaitu tidak

23
melakukan salam pengganti dan ketika batuk tidak menggunakan etika
batuk.

e. Resiko tertular

Diagram 1.9
Distribusi frekuensi resiko tertular di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05 Desa
Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun 2020

Resiko Tertular

Resiko Rendah
Resiko Sedang
43% Resiko Tinggi
58%

Berdasarakan diagram 1.9 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


resiko tertular terhadap Covid-19 dari 40 responden yang di ambil,
memiliki resiko rendah lebih banyak di RT 01 RW 05 Dusun Ciwalen,
Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Tahun
2020 yaitu resiko rendah terhadap Covid-19 dengan frekuensi 23 orang
sebanyak 57%, memiliki resiko sedang terhadap covid-19 dengan
frekuensi 17 orang sebanyak 43%.

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Ciwalen RT 01 RW 05
Desa Banjarangsana didapakan bahwa sebagian kecil 17 orang (43%)
memiliki resiko sedang tertularnya COVID-19 disebabkan karena
beberapa orang masih pergi keluar rumah, tidak memakai masker pada

24
saat berkumpul dengan orang lain dan tidak mencuci tangan dengan sabun
setelah tiba di rumah.

25
B. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 Deteksi dini CoVID-19 Kurangnya pemahaman informasi tentang Perilaku Kesehatan
Ds: Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan bahaya wabah virus COVID-19 Cenderung Beresiko
bahwa masih kurangnya tingkat kesadaran dalam
menyikapi pandemi COVID-19 warga Dusun Ciwalen Masyarakat tidak mengetahui pentingnya
RT 01/ RW 05 isolasi diri untuk tetap di rumah
Do:
a. Menurut data hasil pengkajian bahwa didapatkan Masyarkat tidak memahami bahaya virus
pengetahuan warga Dusun Ciwalen RT 01 / RW 05 COVID-19 ketika beriteraksi dengan orang
dengan katagori kurang baik sebanyak (10 %) lain
b. Menurut data hasil pengkajian bahwa Tindakan warga
Dusun Ciwalen RT 01 / RW 05 terhadap pandemic Minimnya penggunaan APD terutama masker
COVID-19 dalam kategorik mempunyai perilaku kurang saat keluar rumah
baik terhadap tindakan pencegahan sebanyak (15%)
c. Menurut data hasil pengkajian bahwan resiko warga Kurangnya kesadaran untuk selalu mencuci
Dusun Ciwalen RT 01 / RW 05 terhadap pandemik tangan
COVID-19 dalam kategorik resiko sedang sebanyak
(43%) Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

25
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (NANDA domain 1 kelas 2)
D. Rencana Asuhan Keperawatan
N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Perilaku kesehatan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan Terapeutik:
tindakan komunitas
cenderung beresiko Terapeutik: 1. Untuk mempersiapkan
selama 1x24 jam
berhubungan dengan pengetahuan 1. Sediakan materi dan materi yang akan
meningkat dengan
kurang terpapar media pendidikan dipaparkan
kriteria hasil:
informasi 1. kemampuan kesehatan 2. Untuk memberikan waktu
melakukan 2. Jadwalkan pendidikan yang tepat untuk
Tindakan kesehatan sesuai pemaparan
pencegahan kesepakatan Edukasi:
meningkat Edukasi: 1. Untuk memberikan
2. pengetahuan 1. Jelaskan materi cara informasi dan wawasan
meningkat penyebaran dan cara tentang COVID-19
3. kemampuan pencegahan mengenai 2. Untuk memberikan langkah

26
meningkatkan COVID-19 yang benar tentang hidup
Kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat bersih dan sehat

E. Implementasi dan Evaluasi

Waktu TTD &


Diagnosa
No & Implementasi Evaluasi Nama
Keperawatan
Tanggal Perawat
1. Perilaku kesehatan 17 Mei 1. Menyediakan materi dan media Tanggal 17 Mei 2020 Pukul: 15.00 Reinaldy
cenderung beresiko 2020 S:
pendidikan kesehatan
berhubungan 08:00 -
dengan kurang R: Materi dan media sudah ada O:
terpapar informasi - Warga dapat memahami cara
2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
pencegahan tentang COVID-19
sesuai kesepakatan - Warga dapat menjawab
pertanyaan dengan benar dan
R: Tn. I, Tn. A, Tn. A, Ny. Y, Tn. H,
tepat
Ny, A dan Tn. A meminta waktu pukul A:
Masalah teratasi sebagian
14:00.
I:
14.00 3. Menjelaskan materi cara penyebaran Intervensi no 3 dan 4 dilanjutkan
dan cara pencegahan mengenai
COVID-19

27
R: Tn. I, , Tn. A, Ny. Y, Tn. H, Ny, A
dan Tn. A Tanggal 17 Mei 2020 pukul
15:35 dapat memahaminya, dan pada
saat diberikan pertanyaan warga dapat
menjawab dengan benar dan tepat.
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan
15:40
sehat
R: Warga dapat mengikuti langkah-
langkah mencuci tangan dengan baik
dan benar.

2. 18 Mei 1. Menjelaskan materi cara penyebaran Tanggal 18 Mei 2020 Pukul: 15:10 Reinaldy
2020 S:
dan cara pencegahan mengenai
-
COVID-19 O:
- Warga dapat memahami cara
R: Tn. A dapat memahami materi
14:30 pencegahan tentang COVID-19
tersebut, dan menjawab pertanyaan - Warga dapat menjawab
pertanyaan dengan benar dan
dengan benar.
tepat
14:40 2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan A:
Masalah teratasi
sehat
I:

28
R: Tn. A dapat mengikuti langkah- Intervensi dihentikan
langkah mencuci tangan dengan baik
dan benar.

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pendataan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9 Mei – 20 Mei 2020 di
RT 01/RW 05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan,
didapatkan data sebagai berikut:
a. Angka pengetahuan warga tentang pentingnya cuci tangan kurang
b. Kurangnya kesadaran warga terhadap resiko terhadap Covid-19

Berdasarkan permasalahan di atas maka didapatkan diagnosa keperawatan sebagai


berikut:

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar


informasi .
Permasalahan keperawatan yang ada, diatasi dengan diadakannya pendidikan
kesehatan dan pemberian masker beserta observasi di sekitar RT 01 didapatkan
kesepakatan dengan warga mengenai beberapa rencana tindakan untuk menangani
masalah yang muncul di RT 01 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan
Panumbangan.

1. Memberikan materi penyuluhan tentang penggunaan Covid-19


2. Memberikan materi penyuluhan cuci tangan yang baik dan benar

A. Saran
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat RT 01
Warga RT 01 diharapkan dapat mengerti dan memahami akan
pentingnya pencegahan dan mengenal masalah kesehatan secara dini
sehingga masalah kesehatan yang ada dapat segera ditanggulangi dan
terhindar dari kondisi yang lebih berat. Warga harus mampu menjalankan
program kesehatan yang telah diberikan sehingga dapat memutus mata rantai
penyebaran Covid-19.Di samping itu, diharapkan warga dapat bekerjasama
dan mengaplikasikan hasil maupun pengetahuan yang didapat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, E., Isbaniah, F., dkk. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan
Di Indonesia. Jakarta: PDPI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi


MERSCoV di Indonesia. diakses pada tanggal 07 Mei 2020 pukul: 14:00
https://covid19.kemkes.go.id/

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

32
LAMPIRAN

Dokumentasi Sosialisasi

33
Dokumentasi Pengkajian

34
Dokumentasi MMD 2

35
Dokumentasi Implementasi

36
37
38
Pengolahan Data
NO NAMA Pekerjaan USIA JENIS KELAMIN PENGETAHUAN keterangan SIKAP keterangan PENCEGAHAN keterangan RESIKO keterangan
1 Ny.Tia honorer 27 P 25 BAIK 10 BAIK 31 BAIK 1 RESIKO RENDAH
2 Ny.Mamah petani 50 P 21 BAIK 9 BAIK 23 BAIK 8 RESIKO SEDANG
3 Tn.Dodi petani 40 L 26 BAIK 8 BAIK 26 BAIK 4 RESIKO RENDAH
4 Ny. Enok pns 38 P 24 BAIK 11 BAIK 29 BAIK 1 RESIKO RENDAH
5 Ny. Juju pns 52 P 24 BAIK 10 BAIK 18 BAIK 5 RESIKO RENDAH
6 Ny. Dwi Honorer 26 P 29 BAIK 10 BAIK 30 BAIK 5 RESIKO RENDAH
7 Tn. Nandang wiraswasta 28 L 18 BAIK 10 BAIK 25 BAIK 6 RESIKO RENDAH
8 Tn. Gani honorer 29 L 26 BAIK 11 BAIK 23 BAIK 3 RESIKO RENDAH
9 Tn. Dudung Petani 50 L 20 BAIK 6 BAIK 11 KURANG BAIK 11 RESIKO SEDANG
10 Tn. Diki Pns 55 L 28 BAIK 10 BAIK 23 BAIK 9 RESIKO SEDANG
11 Tn. Riyan Wiraswasta 33 L 21 BAIK 9 BAIK 18 BAIK 10 RESIKO SEDANG
12 Ny. Teti pns 38 P 23 BAIK 10 BAIK 30 BAIK 11 RESIKO SEDANG
13 Ny. Atin pns 56 P 26 BAIK 10 BAIK 26 BAIK 2 RESIKO RENDAH
14 Tn. Aep pns 43 L 22 BAIK 10 BAIK 30 BAIK 11 RESIKO SEDANG
15 Tn. Dana petani 61 L 24 BAIK 10 BAIK 23 BAIK 4 RESIKO RENDAH
16 Tn. Opik Petani 65 L 16 KURANG BAIK 8 BAIK 15 KURANG BAIK 11 RESIKO SEDANG
17 Tn. Barma Wiraswasta 63 L 17 KURANG BAIK 11 BAIK 22 BAIK 8 RESIKO SEDANG
18 Ny. Yanti Honorer 36 P 21 BAIK 10 BAIK 30 BAIK 11 RESIKO SEDANG
19 Ny. Iis pns 39 P 18 BAIK 8 BAIK 16 BAIK 9 RESIKO SEDANG
20 Ny. Adah pns 48 P 24 BAIK 11 BAIK 26 BAIK 6 RESIKO RENDAH
21 Tn. Agus petani 52 L 25 BAIK 11 BAIK 27 BAIK 4 RESIKO RENDAH
22 Tn. Kiki Karyawan swasta 28 L 24 BAIK 11 BAIK 30 BAIK 3 RESIKO RENDAH
23 Tn. Upan pns 55 L 25 BAIK 11 BAIK 30 BAIK 3 RESIKO RENDAH
24 Ny. Risma wiraswasta 26 P 25 BAIK 9 BAIK 30 BAIK 3 RESIKO RENDAH
25 Tn. Iman Wiraswasta 44 L 19 BAIK 10 BAIK 25 BAIK 3 RESIKO RENDAH
26 Tn. Iwan Petani 46 L 27 BAIK 11 BAIK 31 BAIK 3 RESIKO RENDAH
27 Ny. Siti Zaenab honorer 27 P 30 BAIK 11 BAIK 24 BAIK 9 RESIKO SEDANG
28 Tn. Elan pns 42 L 23 BAIK 10 BAIK 31 BAIK 1 RESIKO RENDAH
29 Ny.Wiwi petani 36 P 27 BAIK 9 BAIK 31 BAIK 1 RESIKO RENDAH
30 Ny. Ernawati Petani 36 P 23 BAIK 9 BAIK 14 KURANG BAIK 10 RESIKO SEDANG
31 Ny. Nanih wiraswasta 49 P 16 KURANG BAIK 7 BAIK 26 BAIK 13 RESIKO SEDANG
32 Ny. Nurjanah Karyawan swasta 33 P 29 BAIK 10 BAIK 28 BAIK 6 RESIKO RENDAH
33 Ny. Tuti Petani 53 P 18 BAIK 7 BAIK 16 BAIK 11 RESIKO SEDANG
34 Ny. Siti ainun Karyawan swasta 32 P 30 BAIK 10 BAIK 31 BAIK 1 RESIKO RENDAH
35 Tn. Aas pns 41 L 26 BAIK 10 BAIK 28 BAIK 4 RESIKO RENDAH
36 Ny. eni Petani 39 P 21 BAIK 11 BAIK 23 BAIK 11 RESIKO SEDANG
37 Ny. Titin Petani 46 P 20 BAIK 6 BAIK 11 KURANG BAIK 11 RESIKO SEDANG
38 Tn. Saptari Petani 62 L 15 KURANG BAIK 10 BAIK 14 KURANG BAIK 7 RESIKO RENDAH
39 Ny. Isah Petani 58 P 20 BAIK 8 BAIK 16 BAIK 9 RESIKO SEDANG
40 Ny. Ebah Petani 64 P 19 BAIK 9 BAIK 15 KURANG BAIK 5 RESIKO RENDAH

39
Planning Of Action

No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana P


1 Perilaku Setelah dilakukan 1. Memberikan Warga (tanggal di bale - Rein
kesehatan tindakan pendidikan Dusun 17 Mei Dusun
cenderung komunitas, warga kesehatan Ciwalen 2020) Ciwalen
beresiko mampu: tentang RT 01 14.00 RT 15
berhubungan 1. kemampuan penyebaran RW 05 Rw 05
dengan melakukan dan cara
kurang Tindakan pencegahan
terpapar pencegahan virus
informasi meningkat COVID-19
2. pengetahuan 2. Memberikan
meningkat penyuluhan
3. kemampuan tentang
meningkatkan perilaku
Kesehatan hidup bersih
meningkat dan sehat (6
langkah
mencuci
tangan
menurut
Kemenkes)
1. Memberikan Warga (tanggal Halaman - Rein
pendidikan Dusun 18 Mei Rumah
kesehatan Ciwalen 2020) Tn.A
tentang RT 01 14.30 Dusun
penyebaran RW 05 Ciwalen
dan cara RT 01
pencegahan RW 05
virus
COVID-19

40
2. Memberikan
penyuluhan
tentang
perilaku
hidup bersih
dan sehat (6
langkah
mencuci
tangan
menurut
Kemenkes)

Poster

Leafleat

41
42
Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

COVID-19

Oleh :

Reinaldy Qadarsyah

(190721029)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020

43
SATUAN ACARA PENYULUHAN

COVID-19

Topik               : Virus Corona

Sasaran          : Warga RT 01/RW05 Dusun Ciwalen, Desa Banjarangsana, Kecamatan


Panumbangan Kabupaten Ciamis

Tempat           : Wilayah RT 01/RW 05 Ciwalen

Hari/Tanggal : Minggu, 17 Mei 2020

Waktu : 14:00-15:00

A. LATAR BELAKANG

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai


dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus merupakan virus RNA yang
mempunyai strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus
tergolong Ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Adapun Coronaviridae
dibagi dua sub keluarga yaitu dibedakan berdasarkan serotype dan karakteristik
genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus, dan gamma coronavirus.
COVID-19 merupakan jenis coronavirus tipe baru yaitu tipe ketujuh yang
diketahui di manusia. SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada genus betaCoronavirus.
SARS-CoV-2 merupakan genom sekuensing pertama yang teridentifikasi dengan 5
subsekuens dari sekuens genom virus. Sekuens genom dari Coronavirus baru
(SARS-CoV-2) diketahui hampir mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Secara
pohon evolusi sama dengan SARS-CoV dan MERS-CoV tetapi tidak tepat sama.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus

44
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.

B. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah di berikan penyuluhan selama ± 30 menit, tentang Pengenalan,
Pegetahuan dan Pecegahan tentang COVID-19 di Wilayah RT15/RW05 Dusun
Pajagan Desa Mekarwangi, di harapkan masyarakay paham mengenai Virus
Corona.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, masyarakat mampu:
a. Mengetahui pengertian Coronavirus
b. Mengetahui penyebab adanya Coronavirus
c. Mengetahui tanda dan gejala dari Coronavirus
d. Mengetahui siapa saja yang rentan terkena Coronavirus
e. Mengetahui pencegahan agar tidak terpapar Coronavirus

C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian dari Coronavirus
2. Penyebab adanya Coronavirus
3. Tanda dan gejala dari Coronavirus
4. Orang yang rentan terkena Coronavirus
5. Pencegahan dari Coronavirus

D. METODE
1. Ceramah

45
E. MEDIA & ALAT
1. Materi (terlampir)
2. Poster
3. Leaflet
4. Kamera untuk dokumentasi
F. KEGIATAN PENYULUHAN

WAKTU TAHAP RESPON


Pembukaan :
- Mengucapkan salam.
Peserta menjawab salam
- Memperkenalkan diri
Peserta mengenal perawat
10 menit - Menjelaskan maksud dan tujuan
Peserta mengerti tujuan
- Menyebutkan materi yang
Peserta sudah siap
diberikan.
- Menanyakan kesiapan peserta
Pelaksanaan :
Peserta mengetahui tentang
- Penyampaian materi
- Manfaat pengertian
- Menjelaskan tentang pengertian
Coronavirus
Coronavirus
- Dapat menjelaskan
- Menjelaskan penyebab dari
penyebab dari Coronavirus
Coronavirus
- Dapat Menjelaskan tanda
- Menjelaskan tanda dan gejala dari
15-30 dan gejala dari Coronavirus
Coronavirus
menit - Dapat menjelaskan siapa
- Menjelaskan siapa saja yang
saja yang rentan terkena
rentan terkena Coronavirus
Coronavirus
- Menjelaskan pencegahan dari
- Dapat Menjelaskan
Coronavirus
pencegahan dari
- Tanya Jawab :
Coronavirus
- Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya

46
Evaluasi : Peserta dapat menjawab
10 menit
- Menanyakan kembali hal-hal yang pertanyaan.
sudah dijelaskan mengenai apa Peserta mendengarkan.
pengertian dari Coronavirus. Peserta menjawab salam.
Penutup :
- Menutup pertemuan dengan
5 menit menyimpulkan materi yang telah
dibahas
- Memberikan salam penutup
G. EVALUASI
1. Persiapan :
a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Tempat sudah siap 1 jam sebelum penkes
d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
2. Proses :
a. Peserta  datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta  aktif bertanya atau memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara efektif
3. Hasil :
a. Peserta dapat menjelaskan pentingnya mengenal coronavirus
b. Peserta dapat menjelaskan pencegahan untuk coronavirus

H. MATERI TERLAMPIR
A. KONSEP TEORI
1. Definisi

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus merupakan virus RNA yang
mempunyai strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus

47
tergolong Ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Adapun Coronaviridae
dibagi dua sub keluarga yaitu dibedakan berdasarkan serotype dan karakteristik
genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus, dan gamma coronavirus.
COVID-19 merupakan jenis coronavirus tipe baru yaitu tipe ketujuh
yang diketahui di manusia. SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada genus
betaCoronavirus. SARS-CoV-2 merupakan genom sekuensing pertama yang
teridentifikasi dengan 5 subsekuens dari sekuens genom virus. Sekuens genom
dari Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui hampir mirip dengan SARS-
CoV dan MERS-CoV. Secara pohon evolusi sama dengan SARS-CoV dan MERS-
CoV tetapi tidak tepat sama.

Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan


penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum
diketahui.

2. Etiologi

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips,


sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo
Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta
memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur
seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau
spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan

48
dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di
sel inang.

Coronavirus disebabkan oleh terinfeksinya hewan dan bersikulasi


didalamnya sehingga menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan. Contoh hewannya
yaitu babi, sapi, kuda, ayam, dan kucing. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotic yaitu virus yang akan bertransmisi dari hewan ke manusia. Evolusi
group dari SARS-CoV-2 atau COVID-19 ini ditemukan di kelelawar sehingga
diduga host alami atau utama dari SARS-CoV-2 mungkin melalui kelelawar.
COVID-19 memproduksi variasi antigen baru dan populasi tidak memiliki
imunitas terhadap strain mutan virus sehingga dapat menyebabkan pneumonia.
Adapun dalam kasus ini ditemukan kasus “super-spreader” yaitu virus yang
bermutasi atau beradaptasi didalam tubuh manusia sehingga memiliki kekuatan
transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu pasien dapat menginfeksi
lebih dari 3 orang dianggap super-spreader.

Gambar 1 : Gambaran mikroskopik COVID-19 menggunakan

transmission electron microscopy

3. Manifestasi klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau


berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu : demam dengan suhu >38°C, sakit

49
kepala, batuk dan kesulitan bernafas. Selain itu juga dapat disertai dengan sesak
memberat, sakit tenggorokan, hidung tersumbat (flu), fatigue, myalgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan
pendarahan atau disfungsi system koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang akan muncul ringan bahkan tidak disertai dengan demam
akan tetapi kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil
dalam kondisi kritis bahkan meninggal.

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14


hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala
klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru

Gambar 2 : Perbedaan Gejala Corona, Influenza, dan Selesma

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:

1) Pemeriksaan radiologi

50
Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan ground-glass. Pada stage awal, terlihat
bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan
multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat
dietemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal).
3) Pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2 (sequencing bila
tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang
tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab
viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan media transport virus.
Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi
COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel tunggal saluran
napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis dan tambahan saluran
napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil
sampel saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan
intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan risiko
transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat
diperiksakan jenis patogen lain.

Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi. Pada


kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari
saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi
pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua sampel serta
secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk
keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil
sesering mungkin yaitu harian.

51
4) Bronkoskopi
5) Pungsi pleura sesuai kondisi
6) Pemeriksaan kimia darah
Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau
menurun; hitung jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan
CRP meningkat.

a) Analisis gas darah.


b) Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
c) Fungsi ginjal
d) Gula darah sewaktu
e) Elektrolit
f) Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat
g) Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
h) Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis).
7) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah 26,27 Kultur darah
untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun,
jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)
8) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)
5. Komplikasi

Komplikasi yg klasifikasi klinis :

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau


berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu > 38° C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan

52
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom
klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

a. Klasifikasi Klinis
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
1) Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa
gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam,
batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise,
sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus
ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada
kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
2) Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia
tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas.
3) Pneumonia berat
Pada pasien dewasa :
a) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
b) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien.
4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset: baru atau
perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi
klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi
oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg. Pemeriksaan

53
penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT
Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat
ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar
atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan
pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko.
Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen
darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi. Berikut
rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
a) Dewasa :
(1) ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
(2) ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan
PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
(3) ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
(4) Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS
(termasuk pasien tanpa ventilasi)
b) Anak :
Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah :
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤ 264.

(1) ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) <


8 or 5 ≤ OSI < 7.5
(2) ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤
oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
(3) ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.326
5) Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai
disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah

54
bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran
urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral
dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti
laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau
hiperbilirubinemia. 26 Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan
diagnosis sepsis dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu
respirasi (hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen),
koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular
(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan
Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi
kreatinin).
Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-related)
Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin. 26 Pada anak-anak
didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria
systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya
harus suhu abnormal atau hitung leukosit. 26 f. Syok septik Definisi
syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat
sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.

6) Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi
volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan
MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik
pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2
SD dibawah rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau
diikuti dengan 2-3 kondisi berikut :
a) Perubahan status mental
b) Bradikardia atau takikardia
(1) Pada balita :Frekuensi nadi 160x/menit
(2) Pada anak-anak :Frekuensi nadi 150x/menit

55
c) Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat
dengan bounding pulse
d) Takipnea
e) Kulit mottled atau petekia atau purpura
f) Peningkatan laktat
g) Oliguria
h) Hipertemia atau hipotermia

6. Pencegahan Komplikasi
a. Kurangi durasi ventilasi mekanis
1) Gunakan protokol penyapihan yang mencakup penilaian harian
untuk kesiapan bernapas secara spontan
2) Meminimalkan sedasi terus menerus atau intermiten, menargetkan
titik akhir titrasi spesifik (sedasi ringan kecuali kontraindikasi) atau
dengan interupsi harian continuous sedative infusion
b. Mengurangi insiden ventilator-associated pneumonia
1) Intubasi oral lebih disukai daripada intubasi hidung pada remaja
dan orang dewasa
2) Jaga pasien dalam posisi semi-telentang (ketinggian kepala tempat
tidur 30-45º)
3) Gunakan sistem pengisapan tertutup; tiriskan secara berkala dan
buang kondensat dalam tabung
4) Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien; setelah
terpasang ganti sirkuit jika kotor atau rusak tetapi tidak secara rutin
5) Ganti exchanger panas dan kelembapan saat terjadi malfungsi, saat
kotor, atau setiap 5-7 hari.
c. Mengurangi insiden tromboembolisme vena Gunakan profilaksis
farmakologis (low molecular weight heparin [lebih disukai jika
tersedia] atau heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari) pada remaja
dan dewasa tanpa kontraindikasi. Untuk mereka yang kontraindikasi,
gunakan profilaksis mekanik (alat kompresi pneumatik intermiten).

56
d. Mengurangi insiden infeksi dalam darah yang disebabkan oleh
pemasangan kateter Gunakan checklist yang penyelesaiannya
diverifikasi oleh pengamat secara real-time sebagai pengingat setiap
langkah yang diperlukan untuk insersi steril dan sebagai pengingat
harian untuk melepas kateter jika tidak diperlukan lagi.
e. Mengurangi insiden ulkus dekubitus Balik posisi pasien setiap 2 jam.
f. Mengurangi insiden stress ulcer dan perdarahan gastrointestinal Berikan
nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak admisi). Berikan
penghambat reseptor histamin-2 atau inhibitor pompa proton pada
pasien dengan faktor risiko perdarahan GI. Faktor risiko untuk
perdarahan gastrointestinal meliputi ventilasi mekanis selama> 48 jam,
koagulopati, Renal Replacement Therapy, penyakit hati, komorbiditas
multipel, dan skor kegagalan organ yang lebih tinggi.
g. Mengurangi insiden ICU-related weakness Mobilisasi dini
7. Penatalaksanaan Medis

Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi


COVID-19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase
merupakan garda terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit
sehingga penting dalam deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu,
Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI) merupakan bagian vital terintegrasi
dalam managemen klinis dan harus diterapkan dari mulai triase dan selama
perawatan pasien.NPada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi pasien di
rumah atau isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan. Pada kasus yang ringan
mungkin tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan
perburukan cepat. Semua pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk kembali
ke rumah jika sakit memberat atau memburuk.

Berikut penjelasan singkat terkait kewaspadaan pencegahan penularan di


Rumah Sakit.

57
Gambar 3 : Implementasi dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

a. Terapi dan Monitoring


1) Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik
ringan maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari perpindahan ruangan
atau pasien.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan SARI,
distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar
5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-
95% pada pasien hamil. Tidak ada napas atau obstruksi, distress respirasi
berat, sianosis sentral, syok, koma dan kejang merupakan tanda gawat
pada anak. Kondisi tersebut harus diberikan terapi oksigen selama

58
resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi gawat
target SpO2 ≥ 90%.

Semua area pasien SARI ditatalaksana harus dilengkapi dengan


oksimetri, sistem oksigen yang berfungsi, disposable, alat pemberian
oksigen seperti nasal kanul, masker simple wajah, dan masker dengan
reservoir. Perhatikan pencegahan infeksi atau penularan droplet atau
peralatan ketika mentataksana atau memberikan alat pemberian oksigen
kepada pasien.

5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat


Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar
oksigen termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih
menunjukkan usaha napas yang berat walaupun sudah diberikan oksigen
dengan masker dengan reservoir (kecepatan aliran 10-15 liter/menit).
Gagal napas hipoksemia pada ARDS biasanya gagalnya ventilasi-perfusi
intrapulmonar dan biasanya harus mendapatkan ventilasi mekanik.
Penggunaan high-flow nasal oxygen (HFNO) atau noninvasive
ventilation (NIV) hanya digunakan untuk pasien tertentu.

Pada kasus MERS banyak kasus gagal dengan NIV dan pasien
dengan HFNO atau NIV harus dimonitoring ketat terkait perburukan
klinis. Jika membandingkan terapi oksigen standar dengan HFNO,
HFNO mengurangi kebutuhan ventilasi mekanik atau intubasi HFNO
seharusnya tidak diberikan kepada pasien dengan hiperkapnia,
hemodinamik tidak stabil, kegagalan multiorgan, atau status mental
abnormal. HFNO mungkin aman untuk pasien dengan derajat ringan-
sedang dan hiperkapni tidak perburukan. Jika pasien digunakan HFNO,
perlu dimonitor ketat serta peralatan intubasi yang siap jika perburukan
atau tidak ada perbaikan dengan percobaan diberikan (1 jam). Bukti
terkait penggunaan HFNO belum ada dan laporan dari kasus MERS
terbatas. Oleh karena itu pemberian HFNO perlu dipertimbangkan.

59
Berdasarkan panduan NIV, NIV tidak direkomendasikan
digunakan pada pasien gagal napas hipoksemia atau kesakitan virus
pandemi (berdasarkan studi kasus SARS dan pandemic influenza).
Adapun beberapa risiko terkait penggunaan NIV yaitu delay intubasi,
volume tidal luas, dan injury tekanan transpulmonar. Jika pasien
digunakan NIV, perlu dimonitor ketat serta peralatan intubasi yang siap
jika perburukan atau tidak ada perbaikan dengan percobaan diberikan (1
jam). NIV tidak diberikan kepada pasien hemodinamik tidak stabil, gagal
multiorgan, atau status mental abnormal. Jenis HFNO dan NIV baru
dikatakan menurunkan risiko transmisi melalui udara.

a) Intubasi endotrakeal Intubasi dilakukan dengan memperhatikan


pencegahan penularan via udara. Intubasi dipasang sesuai dengan
panduan. Rapid sequence intubation perlu dilakukan segera. Sangat
direkomendasikan ventilasi mekanik menggunakan volume tidal yang
lebih rendah (4-8 ml / kg prediksi berat badan, predicted body weight)
dan tekanan inspirasi yang lebih rendah (tekanan plateau 12 jam per
hari (perlu sumber daya yang terlatih).
b) Pada pasien dengan ARDS sedang atau parah. PEEP yang lebih tinggi
lebih disarankan dibandingkan PEEP yang lebih rendah. Titrasi PEEP
membutuhkan pertimbangan manfaat (mengurangi atelektrauma dan
meningkatkan rekrutmen alveolar) vs. Risiko (overdistensi
endinspirasi yang menyebabkan cedera paru-paru dan resistensi
vaskular paru yang lebih tinggi). Intervensi manuver perekrutan (RM)
diberikan melalui periode episodik dari tekanan jalan napas positif
yang tinggi terus menerus [30-40 cm H2O], peningkatan progresif
bertahap dalam PEEP dengan driving pressure konstan, atau driving
pressure yang tinggi; pertimbangan manfaat vs risiko serupa.
Pemantauan pasien diperlukan untuk mengidentifikasi mereka yang
merespons aplikasi awal PEEP yang lebih tinggi atau protokol RM
yang berbeda, dan menghentikan intervensi ini pada non-responder.

60
c) Blockade neuromuscular melalui infus continuous tidak disarankan
untuk rutin dilakukan.
d) Hindari melepas ventilator dari pasien. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya PEEP dan atelektasis. Gunakan in-line catheter untuk
melakukan suctioning dan klem endotrakeal pipa jika ventilasi perlu
dilepas (misalnya untuk memindahkan ke transport ventilator).
6) Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok
Pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena
jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress
napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit.
a) Kenali syok sepsis
Pada orang dewasa saat infeksi dicurigai atau dikonfirmasi
DAN vasopressor diperlukan untuk mempertahankan mean arterial
pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat ≥2 mmol/L tanpa
hipovolemi merupakan tanda syok sepsis.
Pada anak, kenali syok sepsis ditandai hipotensi (tekanan
darah sistolik (SBP) SD dibawah normal untuk usia yang sesuai)
atau terdapat 2- 3 dari:
(1) Perubahan status mental
(2) Takikardi atau bradikardi (160 kali per menit pada bayi dan
denyut jantung 150 kali per menit pada anak)
(3) Capillary refill time memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi
hangat dengan denyut nadi yang keras (bounding pulse)
(4) Takipneu
(5) Mottled skin atau petekhie atau lesi purpura - Peningkatan
laktat
(6) Oliguria
(7) Hipertermi
Pentingnya deteksi dini dan tatalaksana adekuat dalam kurun
waktu satu jam sejak deteksi syok meliputi: terapi antimikroba,

61
loading cairan, vasopressor untuk hipotensi. Jika tidak tersedia
pengukuran laktat, gunakan MAP dan tanda klinis perfusi untuk
mengidentifikasi syok. Jika dibutuhkan dan sumber daya tersedia
dapat dilakukan pemasangan CVC.

b) Resusitasi cairan
(1) Pada pasien dewasa berikan paling sedikit cairan isotonik
kristaloid sebanyak 30ml/kgBB dalam kurun waktu 3 jam
pertama. Tentukan kebutuhan cairan tambahan pada dewasa
yaitu 250-1000 ml berdasarkan respons klinis dan perbaikan
perfusi. Target perfusi:
(a) MAP (>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (>0,5 ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time
(d) Tingkat kesadaran
(e) Lakta
(2) Pada pasien anak berikan 20ml/kgBB bolus cepat dan lanjutkan
dengan 40-60 ml/kgBB dalam 1 jam pertama. Tentukan
kebutuhan cairan tambahan yaitu 10-20ml/kgBB berdasarkan
respons klinis dan perbaikan perfusi. Target perfusi:
(a) MAP (>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (1ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time, skin mottling
(d) Tingkat kesadaran
(e) Laktat
(3) Cairan yang digunakan yaitu normal salin dan ringer laktat.
Jangan menggunakan cairan kristaloid hipotonik, starches, atau
gelatin untuk resusitasi. Surviving sepsis juga
merekomendasikan albumin jika pasien membutuhkan kristaloid
dalam jumlah besar.

62
(4) Resusitasi cairan dapat menyebabkan overload volume,
termasuk kegagalan respirasi. Jika tidak ada respons terhadap
loading cairan dan terdapat tanda overload volume (misalnya
distensi vena jugular, ronkhi pada auskultasi paru, edema
pulmonar pada rontgen, atau hepatomegali pada anak), maka
kurangi atau hentikan pemberian cairan.
c) Pemberian Vasopressor
Vasopressor jika syok menetap setelah resusitasi cairan
Obat-obatan vasopresor diantaranya norepinefrin, epinefrin,
vasopresin, dan dopamin. Target awal MAP ≥65mmHg, disesuaikan
dengan usia. Vasopressor paling aman diberikan melalui CVC pada
tingkat yang dikontrol ketat. Jika CVC tidak tersedia, vasopressor
dapat diberikan melalui IV perifer, dengan melalui vena besar dan
pantau tanda ekstravasasi (stop jika terjadi) dan nekrosis jaringan
lokal. Jika tanda-tanda perfusi yang buruk dan disfungsi jantung
tetap ada meskipun mencapai target MAP dengan cairan dan
vasopresor, pertimbangkan inotrop seperti dobutamin.
Pantau tekanan darah sesering mungkin dan titrasi
vasopressor ke dosis minimum yang diperlukan untuk
mempertahankanperfusi dan mencegah efek samping. Norepinefrin
dianggap sebagai lini pertama pada pasien dewasa; epinefrin atau
vasopresin dapat ditambahkan untuk mencapai target MAP. Pada
anak-anak dengan syok dingin (lebih umum), epinefrin dianggap
sebagai lini pertama, sedangkan norepinefrin digunakan pada pasien
dengan syok hangat (kurang umum).
7) Pemberian antibiotik empiris
Berikut tabel pilihan antibiotik untuk terapi awal pasien rawat jalan
dengan Community-acquired pneumonia (CAP).

63
Gambar 5 : Pilihan Antibiotik Pasien Rawat Jalan dengan CAP

8) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.

9) Pemberian kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
Berdasarkan penelitian kortikosteroid yang diberikan pada pasien SARS
dilaporkan tidak ada manfaat dan kemungkinan bahaya. Pada studi lain
terkait dengan influenza, pemberian kortikosteroid justru meningkatkan
risiko kematian dan infeksi sekunder.

Namun, tingkat kekuatan penelitian tersebut dinilai lemah karena


banyaknya faktor perancu. Studi terbaru, pada kasus MERS ditemukan
pemberian kortikosteroid sistemik tidak memiliki efek dalam tingkat
kematian tetapi memperlama masa klirens virus MERS-CoV dari saluran
napas bawah. Oleh karena itu, disimpulkan kurangnya efikasi dan

64
kemungkinan berbahaya sehingga pemberian kortikosteroid sistemik
sebaiknya dihindari, jika tidak diindikasikan oleh alasan lain.

10) Observasi ketat


Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda perburukan
klinis, kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan sepsis sehingga
penanganan intervensi suportif dapat dilakukan dengan cepat.
11) Pahami komorbid pasien
Kondisi komorbid pasien harus dipahami dalam tatalaksana kondisi kritis
dan menentukan prognosis. Selama tatalaksana intensif, tentukan terapi
kronik mana yang perlu dilanjutkan dan mana yang harus dihentikan
sementara. Jangan lupakan keluarga pasien harus selalu diinformasikan,
memberi dukungan, informed consent serta informasi prognosis.

b. Tatalaksana Spesifik untuk COVID-19


Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang
terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi lopinavir dan
ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan
lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada
infeksi COVID-19.

Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam


situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored
Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan
pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah
pneumonia COVID-19 ini.

c. Kondisi Khusus
Perempuan yang sedang mengandung dengan dugaan atau
terkonfirmasi COVID-19 perlu mendapatkan perawatan terapi suportif seperti

65
yang telah dijelaskan di atas dengan mempertimbangkan adaptasi fisiologis
pada kehamilan. Penggunaan agen terapeutik di luar penelitian harus
mempertimbangkan analisis risk-benefit dengan menimbang potensi
keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin.

Diperlukan konsultasi ke spesialis obstetri dan komite etik. Keputusan


untuk melakukan persalinan gawat darurat dan terminasi kehamilan cukup
menantang untuk ditentukan dan perlu mempertimbangkan beberapa faktor:
usia kehamilan, kondisi ibu, dan stabilitas janin. Konsultasi dengan spesialis
obstetrik, spesialis neonates, dan intensivist sangat penting.

d. Kriteria discharge atau keluar dari ruang isolasi


Beberapa kondisi berikut dapat menjadi acuan untuk kriteria pasien
discharge atau keluar dari ruang isolasi :
1) Kondisi stabil
2) Tanda vital: kompos mentis; pernapasan stabil; komunikasi normal; bebas
demam selama 3 hari
3) Gejala respirasi perbaikan
4) Tidak ada disfungsi organ
5) Perbaikan secara pencitraan
6) Dua hasil negatif dari test asam nukleat pathogen COVID19 (interval
setidaknya 1 hari)

e. Rekomendasi Untuk Pasien Rawat Jalan


1) Triase dan identifikasi dini
2) Prinsip hand hygiene, etika batuk atau bersin dan masker bedah
digunakan pada pasien dengan gejala infeksi saluran napas
3) Penerapan kewaspadaan kontak dan droplet pada semua kasus suspek
4) Prioritas penanganan gejala pasien
5) Jika pasien harus menunggu, pastikan terdapat ruang tunggu terpisah

66
6) Edukasi pasien dan keluarga terkait deteksi dini gejala, kewaspadaan
dasar yang dilakukan dan kunjungan ke fasilitas layanan kesehatan

f. Pasien Home Care


Pada kasus infeksi COVID-19 dengan gejala ringan dan tanpa kondisi
penyakit penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromised) mungkin dapat dilakukan perawatan atau isolasi di
rumah. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah diantaranya, kondisi
perawatan tidak tersedia atau tidak aman (mungkin menimbulkan komplikasi)
atau pasien menolak dirawat di rumah sakit. Namun, hal tersebut harus
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya keputusan klinis dan keamanan
lingkungan pasien. Perlu dilakukan informed consent dengan pasien terkait
dengan perawatan di rumah. Petugas medis juga harus mengikuti perjalanan
penyakit dengan menghubungi via telepon atau jika memungkinkan
kunjungan tatap muka secararegular (setiap hari) dan melakukan tes
pemeriksaan diagnostik spesifik jika diperlukan.

Pasien dan seluruh anggota keluarga harus diedukasi terkait


kebersihan personal, pencegahan infeksi dasar, bagaimana merawat pasien
kasus suspek dengan aman dan mencegah penyebaran infeksi kontak anggota
rumah. Dukungan, edukasi dan pemantauan harus dilakukan terhadap pasien
dan keluarga. Berikut hal-hal yang harus dilakukan ketika pasien dilakukan
perawatan di rumah:

1) Pasien dengan curiga infeksi COVID-19 dengan gejala respirasi ringan


a) Lakukan cuci tangan sesering mungkin (dengan sabun atau alkohol)
b) Jaga jarak dengan individu sehat minimal 1 meter
c) Etika batuk dan bersin
d) Gunakan masker medis, jika tidak bisa, praktikkan etika batuk dan
bersin
e) Ventilasi rumah yang baik (buka jendela dan pintu), ruangan privat.

67
f) Batasi jumlah perawat yang merawat pasien, pastikan perawat sehat
serta tidak ada penyakit penyerta atau faktor risiko. Tidak boleh ada
pengunjung.
g) Batasi perpindahan pasien, pastikan ruangan bersama (seperti dapur)
memiliki ventilasi yang baik.
2) Keluarga atau perawat pasien yang curiga infeksi COVID19 dengan gejala
respirasi ringan
a) Lakukan hand hygiene
b) Jaga jarak minimal 1 meter, atau tinggal diruangan
berbeda dengan pasien
c) Gunakan masker bedah ketika satu ruangan sama
dengan pasien
d) Buang benda segera setelah digunakan, cuci tangan
setelah kontal dengan sekret saluran napas
e) Tingkatkan ventilasi ruangan dengan membuka
jendela sesering mungkin
f) Hindari kontak dengan cairan tubuh, secret mulut atau
saluran napas
g) Gunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan
mulut atau urin, feses dan lainnya.
h) Tissu sarung tangan, dan benda lain yang tidak
terpakai oleh pasien harus di masukkan ke wadah
linen diruangan pasien sebelum dibawa keluar
kamar.
i) Hindari pemakaian barang bersama seperti sikat gigi,
rokok, alat makan, minum, handuk dan lainnya.
j) Pembersihan dan desinfektan rutin area yang
tersentuh oleh pasien seperti furnitur kasur
menggunakan diluted bleach solution (5% sodium
hypochlorite).

68
k) Pembersihan dan desinfektan kamar dan toilet
setidaknya sehari sekali.
l) Pembersihan pakaian, sprei, alat mandi secara rutin
dengan sabun dan air dengan mesin bersuhu 60-
900C dengan deterjen biasa. Hindari kontak langsung
dengan kulit pakaian yang terkontaminasi.
m) Menggunakan sarung tangan dan baju pelindung
(apron) ketika mencuci baju dan membersihkan
lingkungan sekitar. Praktikan hand hygiene sebelum
dan sesudah melepas sarung tangan.
n) Seseorang dengan gejala harus tetap di rumah
sampai gejala menghilang berdasarkan klinis atau
pemeriksaan laboratorium (2 hasil negatif dari RTPCR
dengan jarak setidaknya 24 jam)
o) Semua anggota keluarga harus memperhatikan
kontak dan harus memantau kesehatan.
p) Jika anggota keluarga mengalami gejala infeksi
saluran napas akut, segera kontak atau datang ke
layanan kesehatan.

g. Monitoring Kasus Kontak dengan Kasus Terkonfirmasi atau Probable


1) Individu yang kontak harus dimonitoring selama 14 hari dari kontak
tidak terproteksi terakhir.
2) Individu yang kontak jika melakukan perjalanan atau pindah sebaiknya di
tindak lanjut melalui kunjungan atau telepon untuk mengecek apakah
terdapat gejala.
3) Individu yang kontak yang menjadi sakit dan sesuai dengan definisi
kasus menjadi kasus suspek dan harus dilakukan pemeriksaan. Terapkan
kewaspadaan kontak

69
a) Ketika menuju fasilitas layanan kesehatan, hindari transportasi
publik. Jika memungkinkan panggil ambulans atau memakai
kendaraan pribadi. Buka jendela kendaraan selama perjalanan.
b) Gunakan masker, terapkan hand hygiene dan etika batuk atau bersin.
4) Setiap kasus yang baru teridentifikasi terkonfirmasi atau probable harus
diidentifikasi riwayat kontak dan dimonitoring.

70

Anda mungkin juga menyukai