Anda di halaman 1dari 13

PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA


DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPUPOK KECAMATAN
INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR

OLEH :

AYU ISNANI
NPM : 1807210001

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH swt yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah “KEBUDAYAAN” yang berjudul “HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN
DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LAMPUPOK KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR”
ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam saya curahkan kepada nabiyullah Muhammad SAW,


yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh
dengan lmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas, karena itu saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkait, terutama Dosen pembimbing, orang tua dan sahabat yang telah
berpatisipasi demi penyusunan makalah ini.

. Saya menyadari dengan segala keterbatasan yang saya miliki makalah ini
jauh dari kesempurnaan seperti yang telah diharapkan. Semoga makalah ini bisa
memberikan ilmu kepada saya khususnya dan kepada semua mahasiswa
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Aceh .

Banda Aceh, 15 Juni 2019

(AYU ISNANI)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 1

A. Faktor Yang Mendorong Munculnya Masalah ............................... 4


1. Perspektif Sosial ....................................................................... 4
2. Perspektif Budaya .................................................................... 5
3. Perspektif Agama ..................................................................... 6
B. Jalan Keluar .................................................................................... 6
1. Perspektif Sosial ..................................................................... 6
2. Perspektif Budaya ................................................................... 7
3. Perspektif Agama ................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang seringkali dikaitkan


dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Insidens dan prevalensi dari
DM semakin meningkat dan pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi DM di
seluruh dunia akan meningkat. menjadi dua kali lipat (Wild S, 2004 dalam
Khairani, 2016). Komplikasi pada DM terlihat spesifik, yaitu adanya
hiperlipidemia dan diperkirakan kenaikan kadar lemak pada penderita DM kira-
kira 40-90%, keadaan ini mengakibatkan pasien DM mengalami riesiko kematian
2-3 kali lipat akibat kelainan jantung dibandingkan pasien non Diabetes (WHO,
1980).

Estimasi terakhir yang dilakukan oleh IDF (International Diabetes


Federation) terdapat 382 juta orang yang hidup dengan menderita penyakit
diabetes pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan
meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut,
175 juta di antaranya belum terdiagnosis sehingga terancam berkembang
progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Riskesdas,
2013).

Indonesia menempati urutan keempat sebagai penderita diabetes


terbesar di dunia yaitu 8,5 juta pada tahun 2000 dan akan meningkat 21,3 juta
pada tahun 2030 setelah India dengan jumlah penderita diabetes 30 juta pada
tahun 2000 dan akan meningkat 79 juta pada tahun 2030, China 21 juta
penduduk menderita diabetes pada tahun 2000 dan akan meningkat 42,3 juta
pada tahun 2030 dan Amerika 17,7 juta penduduk menderita diabetes dan akan
terus meningkat pada menjadi 30,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan prevalensi DM
pada umur di atas 15 tahun di Indonesia berdasarkan diagnosa dokter adalah
2,0%, di provinsi Aceh adalah 2,4%, sedangkan Diabetes Mellitus berdasarkan
kreteria gejala gejala di indonesia adalah 2,1% dan di Provinsi Aceh adalah 2,6%
(Depkes, 2013). Berdasarkan jumlah kunjungan pasien DM di Puskesmas
Lampupok Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar yaitu pada tahun 2017
penderita Diabetes Mellitus berjumlah 368 kasus diabetes dan meningkat pada
awal tahun 2018 yaitu 560 kasus diabetes (Laporan Puskesmas Lampupok, 2018).

B. Permasalahan

Jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan signifikan dari tahun


ke tahun. Diabetes Atlas edisi ke-8 yang diterbitkan oleh Federasi Diabetes
Internasional 2017 menyatakan bahwa 425 juta dari total populasi seluruh dunia,
atau sekitar 8,8 persen orang dewasa berumur 20-79 tahun merupakan
penderita diabetes. Biaya pengobatan sangat mahal, apalagi penderita DM terus
menerus berobat supaya tidak terjadi komplikasi-komplikasi atau paling tidak
memperlambat komplikasi yang sangat merugikan kehidupan penderita DM.
Semakin meningkatkannya penderita diabetes, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia secara aktif mencanangkan berbagai program, untuk
menurunkan jumlah penderita diabetes seperti Cerdik dan gentas. Selain itu,
Kemenkes membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu (Pospindu) Untuk
melakukan deteksi dini penyakit diabetes.. Di Indonesia, Novo Nordisk
merealisasikan berbagai program guna melawan penyakit diabetes diantaranya
seperti publikasi ilmiah Blueprint for change 2013 (Studi untuk menemukan
permasalahan diabetes di suata negera) dan IOT HAT 2018 (Studi mengenai
kasus hipoglikemia pada pasien diabetes terapi inslulin), dan masih banyak lagi.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang dapat


menyebabkan komplikasi pada organ vital tubuh yang lain sehingga memiliki
resiko kematian pada penderitanya 2-3 kali lipat jika dibandingkan dengan
penyakit lainnya. Kasus DM di Puskesmas Lampupok Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar menunjukkan peningkatan yang signifikan, tercatat dari
tahun 2015 kasus Diabetes melitus sebanyak 254 kasus, tahun 2016 sebanyak
281 kasus, tahun 2017 sebanyak 368 kasus, dan pada tahun 2018 mengalami
peningkatan menjadi 597 kasus. Melihat keadaan tersebut peneliti tertarik
untuk Mengetahui pengaruh literasi kesehatan terhadap kualitas hidup penderita
Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Lampupok Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Mendorong Munculnya Masalah

1. Perspektif Sosial

Masih kurangnya pengetahuan dan tingkat kesadaran yang rendah di


kalangan masyarakat sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap
kualiatas kesadaran masyarakat. Aspek sosial yang sangat mempengaruhi
kehidupan dalam bermasyarakat, jika kehidupan sosial penderita diabetes
melitus masih dianggap negatif di sekitar masyarakat. Penyakit diabetes mellitus
adalah penyakit menahun dan progresif ditandai dengan kenaikan kadar gula
darah terus menahun yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin, baik
secara relatif maupun absolut didalam tubuh. Kadar insulin tersebut memang
benar-benar berkurang atau jumlahnya cukup tetapi fungsinya menurun karena
adanya zat-zat anti insulin . Insulin diprodusi oleh sel –sel Betha pulau-pulau
Langerhans organ pankreas. Ada beberapa faktor tertentu diduga dapat
mengganggu produksi insulin oleh pankreas. Faktor-faktor yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah
keturunan, obat-obatan tertentu, penyakit - penyakit lain tertentu disertai kadar
gula darah yang meningkat, suku bangsa, kegemukan, keadaan sosial ekonomi,
nutrisi, infeksi, geografis dan lain – lain.
2. Perspektif Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni (Kresno, 2005).
Budaya adalah kebiasaan yang ada didalam sekelompok orang atau
masyarakat yang sudah dilakukan dari zaman dahulu dan diturunkan dari
generasi ke generasi selanjutnya sehingga menjadi kebiasaan dalam kelompok
tersebut. Budaya juga terbagi dua yaitu budaya tradisional yang artinya budaya
tersebut masih asli dan belum termodifikasi sejak dari diturunkan hingga saat ini
sedangkan budaya modern adalah budaya yang sudah di modifikasi dan diikuti
sesuai perkembangan zaman (Suela & Herdiyanto, 2016).
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya
adapun masalah kesehatan yang sering terjadi sekarang ini salah satunya karena
budaya masyarakat itu sendiri. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Pada tingkat awal proses sosialisasi
(Keloko, 2015). Pola makan berkaitan erat dengan berbagai penyakit degeneratif,
seperti DM. Aceh menduduki urutan ke sembilan di antara sepuluh besar
provinsi dengan angka DM tertinggi di Indonesia.
Prevalensi DM di Aceh (2,6%) pada umur di atas 15 tahun yang
didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang merasakan gejala
diabetes melebihi angka nasional (2,1%). WHO menyebutkan pengurangan
konsumsi gula dapat mencegah obesitas dan diabetes melitus tipe 2. Dodoi,
meuseukat dan asoe kaya merupakan penganan khas Aceh dengan rasa manis.
Pembuatan dodoi, meuseukat, dan asoe kaya menambahkan gula pasir sebanyak
> 50 % sebagai bahan baku utama dibandingkan dengan bahan lainnya. Konsumsi
gula yang tinggi dalam makanan khas Aceh dan tingginya angka diabetes melitus
di Aceh (Nur & Puetri, 2016).
3. Perspektif Agama
Terganggunya aktifitas beribadah secara sempurna bukan berarti tidak
mengerjakan ibadah. Menerima suatu penyakit bagi seorang penderita tidaklah
terjadi dengan begitu saja. Seorang penderita haruslah punya pikiran yang posilif
terhadap penyakitnya. Pikiran positif adalah suatu pikiran di mana penderita
menganggap bahwa penyakitnya bukanlah suatu kutukan, tetapi merupakan
lmplementasl rasa sayang Sang Pencipta kepada dirinya.
Penderita juga menjadikan penyakitnya sebagai sandang yang menutupi
tubuhnya yang akan mempercantik dirinya. Sehingga timbul suatu keyakinan
bahwa dirlnya berbeda dengan orang 1aln. Perbedaan ini adalah perbedaan
dalam arti yag positif. Perbedaan dirinya dengan orang lain harus mampu
diterima penderita sepertl apa adanya. Penderita mampu untuk menerima
kodratnya dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara tawakal untuk
menumbuhkan sikap penerimaan terhadap sesuatu, untuk itu penderita harus
mempunyai bekal pengetahuan agama dan suatu keyakinan bahwa di luar
dirinya ada suatu ketakutan yang oleh para ahli psikologi agama disebut religious
instinct atau naluri keberagamaan (Subandi. 1988).

B. Jalan Keluar

1. Perspektif Sosial
Menghadapi permasalahan kesehatan penyakit tidak menular diabetes
melitus bukan lah suatu yang asing didengar. Perspektif sosial dalam menangani
penyakit diabetes melitus adanya dukungan sosial dari suami, keluarga dan
lingkungan sosial dilingkungan tempat tinggal. Bertemu dan berkumpul dengan
penderita lain sesama diabetes sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes. Hal
ini dapat mengurangi stress yang mereka alami, karena mereka akan saling
berbagi pengalaman dan merasakan bahwa tidak hanya dirinya yang menderita
diabetes. Dukungan keluarga juga besar pengaruhnya untuk meminimalkan
stress yang timbul selama penderita sakit. Membawa penderita rutin
keposyandu lansia untuk memeriksa kesehatan secara rutin. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat disaat posyandu atau posbindu di desa, guna
untuk memberikan informasi tentang diabetes melitus (Agus Widodo, 2012).

2. Perspektif Budaya
Perspektif budaya tentang masalah kesehatan mengenai penyakit
diabetes melitus sering didapatkan dikalangan kehidupan kita. Hal ini masih
sangat banyak masyarakat yang menganut keyakinan pada hal-hal yang
menyangkut tahayyul. Tetapi dengan adanya ilmu pengetahuan yang semakin
maju, bukan berarti kita tidak mempercayai yang ada dikalangan masyarakat.
Budaya lokal dan nilai-nilai kebijakan lokal dipandang sebagai kekuatan
sosial yang mempengaruhi keefektifan pengendalian penyakit di masyarakat.
Penyakit tidak menular diabetes melitus sudah sangat populer dikangan
masyarakat. Penyakit ini menyerang semua usia, karena gaya hidup yang
semakin berubah pola makan yang tidak terkontrol menyebabkan semakin tinggi
penyakit diabetes melitus.

3. Perspektif Agama
Berbagai penelitian dilakukan berkaitan dengan penderita diabetes
mellitus (selanjutnya disingkat DM), diantaranya pada pola hidup penderita,
seperti diit yang tepat, gerak badan atau olahraga yang tepat, penggunaan obat
sampai dengan faktor psikologis para penderita. Salah satu penelitian itu adatah
penelitian pada The Joumal of American Medical Association yang melaporkan
sebuah penemuan hasil studi 21 ribu orang dokter. Hal sepertl ini dapat dllihat
dari sulitnya para penderita dalam mengontrol gula darahnya.
Kerapkali pasien yang datang ke dokter adalah pasien yang gula
darahnya sudah tinggi. Bagi seorang penderita dibetes mellitus sikap optimis
sangatlah dibutuhkan berkaitan dengan penyesuaian diri dengan pola hidupnya.
Seorang penderita DM merupakan seseorang yang menderita suatu penyakit
yang akan terus menerus diidap seumur hidupnya. Penyesuaian pola hidup yang
mencakup perubahan pola makan, olah raga, dan minum obat atau harus
menyuntikkan insulin bagi penderita tipe satu setiap harinya dan seumur
hidupnya. Tidak semua penderita mampu dan mau melakukan perubahan pada
pola hidupnya.
Bagi pendertta DM apalagi yang masih muda, melakukan perubahan pola
hidup seperti yang sudah ditetapkan sangatlah susah bahkan bisa jadi hal itu
menimbulkan suatu keputusan. Rasa putus asa itu timbul jika tanpa disertai oleh
keyakinan agama dari penderita itu sendiri. Menurut (Ramayulis, 2010)
Selanjutnya dijelaskan bahwa hal seperti itu memang sudah menjadi
fitrah manusia seperti yang diungkapkan dalam Al Qu’ran surat Yunus ayat 22
dan surat AI An'am ayat 63 yang dapat disimpulkan bahwa jika manusia mulai
mengalami kesusahan, musibah atau bahaya, mereka dengan suara merendah
memohon agar Allah SWT menyelamatkan mereka dan menolong mereka. Bila
dalam meminta kepada Sang Pencipta disertai dengan keyakinan, rasa percaya
dan kepasrahan yang tulus, maka akan timbul keyakinan bahwa apa yang dialami
individu adalah sesuatu yang memang ditakdirkan kepadanya dan lama
kelamaan keyakinan itu akan menimbulkan suatu sikap diri untuk menerima
segala ketentuan sang pencipta terutama pada penyakit yang dideritanya.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes saat ini telah menjadi
ancaman serius kesehatan global. Dikutip WHO 2016, 70% dari total kematian di
dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus diabetes adalah
diabetes tipe 2 sebagai besar dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat. Pengaruh sosial, budaya dan agama masyarakat merupakan
faktor utama yang mendasari dalam kepatuhan penderita diabetes melitus.
Diketahui juga bahwa rasa kekhawatiran tentang penyakit diabetes melitus pada
penderita di Puskesmas Lampupok semakin hari semakin meningkat. Karena
masih ditemukan anak-anak dibawah umur dengan jajanan yang tidak sehat.
Merubah pola pikir dan sudut pandang kita dengan cara membantu pemerintah
dalam mensukseskan berbagai program kesehatan. Hubungan tingkat
pendidikan, pengetahuan dan pertisipasi masyarakat dalam pencegahan
penyakit tidak menular diabetes melitus di Puskesmas Lampupok Kecamatan
Indrapuri Kabuaten Aceh Besar.
DAFTAR PUSTAKA

Kresno S., Aspek sosial budaya dalam kesehatan, Universitas Indonesia, Depok,
2005.

Riskesdas. Data Penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia, Jakarta: Riset


Kesehatan Dasar; 2013.

WHO, WHO Expert Committee On Diabetes Mellitus [ Meeting Held in Geneva],


2003.

WHO. Introduction the WHOQOL Instrument, Geneva: World Health


Organization; 2004.

WHO, Diabetes Mellitus, Jurnal Of International Health, 2013.

WHO W.H.O., WHO Expert Committee on Diabetes Mellitus [meeting held in


Geneva from 25 September to 1 October 1979]: second report, 1980.

http://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-
prevent-the-voice- of-the-world-fight-diabetes.html

Anda mungkin juga menyukai