Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mual dan muntah adalah gejala umum dan biasanya jinak terutama trimester
pertama kehamilan. Timbulnya mual berkorelasi dengan tingkat human chorionic
gonadotropin (hCG), yang biasanya meningkat dalam waktu 4 minggu setelah
periode menstruasi terakhir, memuncak pada sekitar 9 minggu kehamilan. Enam
puluh persen kasus mual menyelesaikan pada akhir trimester pertama dan 91% oleh
20 minggu kehamilan. Hiperemesis gravidarum adalah pada akhir parah dari
spektrum mual dan menurut The International statistik Klasifikasi Penyakit dan
Masalah Kesehatan Terkait (ICD-9), didefinisikan sebagai gigih dan berlebihan
muntah awal.
Beberapa kondisi rumit kehamilan yang Dilaporkan dua pengaruh pola
penyakit selanjutnya pada wanita. Kehamilan dianggap sebagai tes stres fisiologis
terutama untuk sistem kardiovaskular; item peningkatan volume darah, denyut
jantung, dan cardiac output perubahan Diperlukan pada kehamilan normal. 1.2
Kebanyakan wanita adapter dengan baik untuk negara hamil, tetapi pada beberapa
wanita Maret adaptasi tidak memadai occure dan menjadi tanda cadangan jantung
terganggu. Hiperemesis gravidarum (HG), Wencelas mual ekstrim dan Muntah pada
awal kehamilan, terkait dengan hipertensi gestasional, pre-eklampsia serta solusio
plasenta. Prevalensi HG bervariasi antara 0,3 dan 3,2%, tergantung pada negara ibu
kelahiran.
Hiperemesis gravidarum secara klinis tergolong ringan atau berat, tergantung
pada gangguan metabolik yang berhubungan seperti penipisan karbohidrat,
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. insiden diperkirakan 0,3-1,5% dari
semua kelahiran hidup namun tidak merata pada tingkat global. Wanita Asia,
misalnya lebih mungkin untuk menderita hiperemesis daripada wanita Kaukasia.
Hiperemesis sangat mempengaruhi ibu kesejahteraan dan kualitas hidup dan

1
merupakan salah satu alasan paling umum untuk rawat inap pregnancyassociated.
Relatif sedikit yang diketahui tentang etiologi hiperemesis. peran kausal hormon
seks, hormon tiroid, H. pylori infeksi dan gen ayah telah disarankan, meskipun
belum tercapai.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Memberikan pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum yaitu mual
muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum.
b. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum.
c. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum.
d. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum.
e. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum.
f. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum.
h. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum.

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Hiperemesis gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah
yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan
nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta
memiliki konsekuensi yang merugikan janin. Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan tremister I, yaitu pada
minggu 1 sampai minggu ke 12 selama masa kehamilan. Hiperemesis
gravidarum juga bisa terjadi sebelum akhir minggu ke 22 kehamilan atau pada
trimester II kehamilan (Pudiastuti, 2012:34).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada ibu
hamil sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk (Norma dan Dwi, 2013).
2. Kriteria Diagnosis
Ada kriteria diagnosis hiperemesis gravidarum yaitu antara lain :
a. Sering muntah (lebih dari 10 kali per 24 jam).
b. Tenggorokan terasa kering dan teru menerus merasa haus.
c. Kulit menjadi keriput (dehidrasi).
d. Berat badan mengalami penyusutan.
e. Pada keadaan yang berat dapat terjadi ikterus sampai dengan
gangguan syaraf atau kesadaran.
Menurut Pudiastuti (2012), gejala-gejala ibu hamil mengalami
hiperemesis gravidarum yaitu antara lain :
a. Muntah yang hebat.
b. Haus.
c. Dehidrasi (exxikkose).
d. Bau mulut.

3
e. Berat badan menurun.
f. Keadaan umum mundur.
g. Kenaikan suhu.
h. Ikterus.
i. Gangguan serebral (kesadaran menurun, delirium).
j. Laboratorium : protein, aceton, uribilinogen, porphyrin dalam urine
bertambah, silinder +.
3. Etiologi
Menurut Norma dan Dwi (2013), penyebab hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan
oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Penyebab
kemungkinan terjadi hiperemesis gravidarum antara lain :
a. Faktor predisposisi
1) Primigravida
2) Mola hidatidosa
3) Kehamilan ganda
b. Faktor organik
1) Masuknya villi korealis dalam sirkulasi maternal
2) Perubahan metabolik karena hamil.
3) Alergi sebagai salah satu respon jaringan ibu terhadap anak.
c. Faktor psikologis
1) Rumah tangga yang retak
2) Kehilangan pekerjaan
3) Takut terhadap kehamilan dan persalinan
4) Takut terhadap tanggung jawab seorang ibu.
Menurut Hidayati (2009), ada beberapa hal yang menjadi penyebab
hiperemesis gravidarum yaitu antara lain :
a. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa,
dan kehamilan ibu akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
4
c. Faktor psikologis, keretakan rumah tangga,
kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan sebagainya.
d. Faktor endokrin misalnya hipertiroid, diabetes dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis gravidarum yaitu :
a. Predisposisi
1) Primigravida
2) Overdistensi rahim :
a) Hidramnion
b) Hamil gemelli
c) Estrogen dan HCG tinggi mola hidatidosa
b. Kemungkinan villi korealis masuk dalam darah.
c. Faktor alergi
d. Faktor psikologis
1) Rumah tangga retak.
2) Hamil yang tidak diinginkan.
3) Takut hamil (Manuaba, 2009:42).
4. Tingkatan Hiperemesis gravidarum
Menurut Manuaba (2009:41), tingkat manifestasi keluhan ibu hamil
sampai yang terberat hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut:
a. Hipersalivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa.
Hipersalivasi berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan pada ibu hamil,
terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
hormon estrogen dan human chorionic gonadotrophin. Selain itu, ibu hamil
sulit menelan air ludah karena mual dan muntah. Pengobatannya tidak ada
dan ptialismus akan menghilang dengan tuanya kehamilan. Jika simtomatik
dapat diberikan vitamin B kompleks dan vitamin C.
b. Morning sickness. Terjadi sekitar 80-95%, paling ringan, kepala pusing
saat bangun pagi, dan terasa mual tetapi tanpa muntah. Pengobatannya

5
hindari bangun tiba-tiba atau berjalan, duduk terlebih dahulu di tempat tidur
sebelum berdiri.
c. Emesis gravidarum. Mungkin masih terdapat sisa morning sickness.
Disertai muntah ringan tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah pengobatan psikologis agar
tenang, vitamin B6, B2 dan B kompleks serta vitamin C dan diberi obat
penenang ringan.
d. Hiperemesis gravidarum, terjadi sekitar 10-15%. Mual dan muntah
berlebihan dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi
gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi dan menurunnya berat badan
sebesar 5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk
pengobatan psikologis.
Sampai saat ini tidak ada kesepakatan mengenai batasan seberapa banyak
mual dan muntah yang dikeluarkan pada hiperemesis gravidarum. Akan tetapi,
apabila mual muntah berpengaruh terhadap keadaan umum ibu sudah dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum (Hidayati, 2009).
Menurut Indriyani (2013:130), tingkat hiperemesis gravidarum antara lain :
a. Hiperemesis gravidarum tingkat I
1) Termasuk tingkat ringan.
2) Mual muntah terus menerus
menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan
nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun,
turgor kulit kurang, lidah kering serta mata cekung.
b. Hiperemesis gravidarum tingkat II
1) Termasuk tingkat sedang.
2) Mual dan muntah yang hebat
menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatis, turgor kulit,
mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat, suhu
badan naik (dehidrasi0, ikterus ringan, berat badan menurun, mata
cekung, tekanan darah menurun, homokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
serta napas bau aseton.
6
c. Hiperemesis gravidarum tingkat III
1) Termasuk tingkat berat.
2) Keadaan umum buruk, kesaadaran
sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi teraba lemah dan cepat,
dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah menurun serta terjadi
ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa
mempengaruhi susunan saraf pusat, ansefalopati dan perubahan mental.
5. Pencegahan
Mual dan muntah yang dialami akan mempengaruhi pada perkembangan
janin sehingga harus mempunyai cara untuk mengatasi mual muntah yang
berlebihan yang terjadi, berikut cara-caranya :
a. Makan dengan porsi kecil.
Ketika sedang hamil pada trimester pertama gangguan dari morning
sickness akan mempengaruhi pada asupan nutrisi sehingga jika dibiarkan
akan mengganggu perkembangan janin, yang harus dilakukan adalah dengan
membuat  jadwal makan. Pada saat kehamilan usahakan makan dengan
jumlah yang sedikit tetapi terjadwal sehingga pencernaan dapat
menerimanya. Pilih makanan dengan nutrisi yang dibutuhkan untuk
memberikan manfaat lebih selama kandungan apalagi di trimester pertama
untuk memperkuat janin.
b. Bangun pagi dengan jeda istirahat terlebih dahulu.
Ketika bangun pagi jangan langsung beranjak dari tempat tidur ada
baiknya melakukan beberapa menit untuk duduk dan bangun secara
perlahan. Beberapa wanita yang sedang hamil melakukan cara mengatasi
morning sickness dengan menyediakan beberapa biskuit sebelum beranjak di
tempat tidurnya untuk mengurangi mual yang berlebih di pagi hari. Sehingga
hal yang terbaik untuk yang tidak terbiasa dengan makanan langsung setelah
bangun pagi adalah memberikan jeda istirahat terlebih dahulu.
c. Menghindari makanan pedas dan berlemak.
Meskipun dirasa sudah membaik ketika siang hari bukan berarti
dapat memberikan asupan makanan tanpa kontrol disiang hari, mengingat
7
selama masa kehamilan sangat diperlukan pemilihan makanan yang justru
akan menimbulkan beberapa gangguan kesehatan. Makanan pedas dan
berlemak selain menggangu pencernaan juga akan menggangu karena
memicu morning sickness. Perbanyak minum air putih sehingga terhindar
dari dehidrasi pada saat kehamilan.
Ada beberapa tips untuk membantu mencegah dan mengatasi hiperemesis
gravidarum atau mual-muntah selama awal kehamilan :
a. Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau
porsi besar hanya akan membuat bertambah mual. Berusahalah makan
sewaktu dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
b. Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk
membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran
dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dan lain-
lain.
c. Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun,
cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila merasa sangat
mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau biskuit didekat tempat
tidur, dan dapat memakannya dahulu sebelum mencoba untuk berdiri.
d. Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan
memperburuk rasa mual.
e. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah
air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan
karbonat.
f. Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi tetap memerlukan
folat untuk kehamilan ini. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke
dokter sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan
konsumsi, dan dokter mungkin akan memberikan obat untuk mual bila
memang diperlukan.
g. Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.  Sebaiknya
Konsultasikan dahulu dengan dokter untuk pemakaiannya.

8
h. Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam
mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Pada beberapa
wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk
menbantu mengatasi rasa mualnya.
i. Istirahat dan relax akan sangat membantu mengatasi rasa mual muntah.
Karena bila stress hanya akan memperburuk rasa mual. cobalah beristirahat
yang cukup dan santai, dengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah.
Menurut Romauli (2011), pencegahan hiperemesis gravidarum pada masa
kehamilan antara lain :
a. Mengkonsumsi susu dan vitamin
Rasa mual dan muntah yang berlebih dapat dikendalikan dengan
mengkonsumsi vitamin B6 yang umumnya terdapat pada daging ayam,
kentang, sawi, lobak dan kembang kol. Ibu dapat berkonsultasi kepada dokter
untuk mendapatkan tambahan vitamin B6. Begitupula dengan susu khusus
ibu hamil yang biasanya terdapat kandungan untuk mengurangi mual dan
muntah yang berlebih. Ibu dapat memperhatikan kandungan vitamin B6 dan
kandungan protein di dalam susu khusus ibu hamil yang mampu memberikan
manfaat lebih untuk ibu hamil .
b. Menu makan yang sedikit akan tetapi sering
Ibu hamil yang sering kali mengalami mual dan muntah lebih banyak
menolak jenis makanan, bagi yang mengalami kejadian demikian sebaiknya
melakukan makan dengan menu yang sedikit akan tetapi dalam jangka waktu
yang berdekatan. Ibu dapat mendapatkan cemilan seperti puding atau roti
bakar.
c. Mengurangi pusing saat bangun tidur
Bagi ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum seringkali
mengalami pusing pada saat bangun tidur diakibatkan tekanan darah yang
menurun. Dalam mengurangi rasa pusing ketika bangun tidur dapat
memiringkan badan kesebelah kanan ataupun kiri kemudian duduk secara
perlahan, setelah merasa kuat dapat berdiri. Disarankan untuk minum satu
gelas air hangat setelah bangun tidur.
9
6. Penatalaksanaan Hiperemesis gravidarum
Pengobatan yang baik pada emesis dapat mencegah terjadinya
hiperemesis gravidarum. Keadaan muntah yang berlebih dan dehidrasi ringan
pada emesis gravidarum sebaiknya segera dilakukan perawatan, sehingga dapat
mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum. Konsep pengobatan yang
diberikan antara lain sebagai berikut :
a. Isolasi dan Terapi Psikologis
1) Isolasi di ruangan yang dilakukan
dengan baik dapat meringankan hiperemesis gravidarum karena
perubahan suasana rumah tangga.
2) Konseling dan edukasi (KIE)
tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan faktor psikis
rasa takut.
3) Memberi informasi tentang diet ibu
hamil dengan makan tidak sekaligus banyak, tetapi dalam porsi yang
sedikit namun sering.
4) Jangan tiba-tiba berdiri waktu
bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil mengalami pusing, mual
dan muntah.
b. Pemberian cairan pengganti
Pada keadaan darurat dapat diberikan cairan pengganti, sehingga
dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang dapat diberikan antara lain :
1) Cairan glukosa 5-10%.
2) Cairan yang ditambah vitamin C, B
kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama dehidrasi keseimbangan cairan (baik yang masuk dan keluar),
nilai tekanan darah, jumlah nadi, suhu dan rata-rata pernapasan harus
dipantau. Lancarnya pengeluaran urin memberikan petunjuk bahwa keadaan
ibu mulai berangsur-angsur membaik.
c. Obat yang dapat diberikan

10
Sediaan obat yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum diantaranya sebagai berikut :
1) Sedatif ringan.
2) Fenobarbital (liminal) 30 mg.
3) Valium.
4) Antihistamin.
5) Dramamin.
6) Avopreg.
7) Vitamin, terutama vitamin B
kompleks.
8) Vitamin C.
9) Anti alergi
d. Menghentikan kehamilan
Beberapa kasus pengobatan ibu dengan hiperemesis gravidarum yang
tidak berhasil menjadi kemunduran dan kondisi ibu semakin menurun
(Hidayati, 2009:65).
King menyampaikan rumus tentang pengobatan hiperemesis gravidarum
sebagai berikut :
a. Rumus keseimbangan tentang upaya penyembuhan
hiperemesis gravidarum.
b. Dasar pengobatan
1) Fisik ditandai dengan keton bodi
dan berat badan menurun.
2) Faktor psikologis dapat memegang
peranan penting dalam penyembuhan.
c. Tujuan penyembuhan
1) Menghilangkan faktor psikologis dengan KIE/KIEM.
2) Memberikan pengobatan gangguan fisik diantaranya keberadaan keton
bodi (asetan) dan turunnya berat badan.
d. Rumus yang dikemukakan :
W+P+T
11
F+Ps
W : Waktu kehamilan, makin tua makin cepat sembuh.
P : Faktor psikologis kehamilan.
T : Terapi keseimbangan fisik :
1) Keseimbangan cairan dengan subsitusi cairan.
2) Pengobatan dengan antiemesis dan psikologis dengan obat
penenang
e. Faktor penghambat :
F : faktor gangguan keseimbangan fisik dan metabolisme yang menjurus
pembentukan keton bodi.
Ps : faktor gangguan keseimbangan psikologis yang mempengaruhi
kehamilan :
1) Dalam memberikan terapi hiperemesis gravidarum, tidak didapatkan
angka yang dimasukkan dalam rumus.
2) Pengobatan hiperemesis gravidarum merupakan pengobatan fisik dan
psikologis yang seharusnya diberikan secara seimbang.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun akan menjadi
buruk. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia muda
pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester ke dua,
begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum ibu yang sedang hamil dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit
seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya namun karena adanya ketidak normalan
ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada
kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada
saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan perkembangan
janin terganggu.

B. Saran
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

13

Anda mungkin juga menyukai