Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa,

dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder,

tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif.

Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal

fungsi fisik maupun psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah

bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada

masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik

(Dieny, 2014).

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) menyebutkan pada 2016, penduduk remaja berusia 10-24 tahun

berjumlah 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta sehingga satu

diantara empat penduduk adalah remaja.

Payudara atau mammae merupakan organ reproduksi pada wanita

yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara mulai berkembang ketika

seseorang memasuki masa pubertas. Pada masa pubertas ini hormon estrogen

yang dihasilkan oleh siklus bulanan setiap wanita akan merangsang

pertumbuhan kelenjar payudara (Handayani dkk, 2011). Gaya hidup dan

waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi remaja

putri terkena risiko kanker payudara (Setiyaningrum, 2014).

1
2

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di jaringan

payudara. Kanker payudara bisa didalam kelenjar susu, jaringan lemak

ataupun dalam jaringan ikat yang terdapat pada payudara. Kanker itu

merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol akibat perubahan

yang tidak normal dari gen yang tidak bertanggung jawab atas pengaturan

pertumbuhan sel. Pada kasus kanker yang bertumbuh pada payudara gen yang

bertanggung jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi. Hal itulah yang

menyebabkan terjadinya kanker payudara (Saydam, 2012).

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health

Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi

di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari

total 348.809 kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis

kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia sebanyak 32.469 kasus

atau 9,3% dari total kasus. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan,

angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu

penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100

ribu penduduk (Kemenkes RI, 2019).

Seiring perkembangan zaman, jumlah penderita kanker payudara di

Indonesia terus bertambah. Pada awalnya kanker payudara menyerang

perempuan yang sudah berusia di atas 30 tahun akan tetapi kini usia penderita

kanker payudara menjadi ke perempuan yang berusia muda atau remaja (Fres,

2015 dalam Cristra, 2016).


3

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan

cara yang mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah yaitu dengan Sadari.

Tindakan ini sangat penting karena hampir 85 % benjolan payudara

ditemukan oleh penderita sendiri. Namun minat masyarakat untuk melakukan

Sadari masih sangat rendah, hal ini banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan

perempuan tentang bahaya kanker payudara, sedangkan pengetahuan masih

dipengaruhi oleh pendidikan maupun sosial ekonomi. Selain itu masih adanya

anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada rasa

takut untuk melakukan Sadari. Adanya cerita yang disampaikan oleh orang

lain bahwa Sadari tidak cukup berguna dan hanya membuang waktu. Tidak

adanya perempuan yang ingin melakukan Sadari karena bisa muncul suatu

bayangan yang menakutkan menemukan suatu benjolan atau sesuatu yang

tidak dimengerti apa itu maknanya (Fajriani, 2014).

Sadari merupakan pemeriksaan untuk melihat adanya benjolan atau

perubahan pada bentuk payudara. Hal tersebut dapat menjadi petunjuk akan

adanya kanker (Djauzi, 2010). Banyak diantara wanita yang tidak melakukan

SADARI, sebab takut malah menemukan sesuatu di payudaranya.

Sebenarnya pendeteksian awal akan meningkatkan keberhasilan perawatan.

Jika seandainya menemukan benjolan belum tentu benjolan yang ditemukan

merupakan tumor ganas, bisa saja benjolan tersebut merupakan kelenjar susu

yang membengkak atau tumor jinak yang tidak perlu dikhawatirkan (Sallika,

2010).
4

Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan

benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang

sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu

yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari

pertama menstruasi (Suryo, 2010).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu

perilaku kesehatan, dimana perilaku tersebut terjadi jika remaja putri tahu

mengenai cara melakukan SADARI. Sehingga memunculkan suatu persepsi

atau anggapan yang positif ataupun negatif tentang SADARI sesuai dengan

pengetahuan yang mereka dapat. Dengan adanya persepsi tersebut,

terbentuklah suatu sikap untuk ingin melakukan SADARI (Notoadmojo,

2010)

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam

menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari. Menurut Notoadmodjo (2011),

sikap terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan (ide dan

konsep terhadap objek), kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap

objek (bagaimana penilaian yang terkandung didalamnya faktor emosi) dan

kecenderungan untuk bertindak. Bentuk sikap yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai suatu penyaluran frustasi atau pengalihan mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan dapat

segera berlalu. Dengan kata lain, dalam menentukan sikap yang utuh,

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran penting

(Cristra, 2016).
5

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Jambi

menunjukkan bahwa pada tahun 2018 didapat tumor/benjolan sebanyak 136

orang, curiga kanker sebanyak 6 orang, kelainan payudara lainnya sebanyak 6

orang dan kanker payudara sebanyak 5 orang. Sedangkan pada tahun 2019

didapatkan bahwa sebanyak 100 orang, kelainan payudara lainnya sebanyak

10 orang dan kanker payudara sebanyak 1 orang

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Jambi,

menunjukkan bahwa jumlah siswa terbanyak yaitu SMA Negeri 8 Kota

Jambi, dimana jumlah siswanya sebanyak 1.621 orang terdiri dari kelas X

sebanyak 474 orang, kelas XI sebanyak 471 orang dan kelas XII sebanyak

676 orang.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 8 Kota

Jambi terhadap 10 siswi, didapat hasil sebanyak 70% siswi tidak mengetahui

apa itu SADARI, manfaat dan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri

serta menganggap SADARI tidak terlalu penting dilakukan, karena masih

kurangnya buku tentang kesehatan reproduksi di perpustakaan khususnya

tentang SADARI.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri

Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8

Kota Jambi Tahun 2020”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, menunjukkan bahwa dari

International Agency Research on Cancer (IARC) didapatkan estimasi

insiden kanker payudara di Indonesia 36 per 100.000 perempuan, padahal

kejadian kanker payudara dapat bisa dilakukan pendeteksian dini dengan cara

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) tetapi masih banyak diantara

wanita yang tidak melakukan SADARI, sebab takut malah menemukan

sesuatu.

Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8 Kota Jambi Tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan

perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8

Kota Jambi tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang

perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8

Kota Jambi tahun 2020.

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) di SMA Negeri 8 Kota Jambi tahun 2020.


7

c.Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan

perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8

Kota Jambi tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMA Negeri 8 Kota Jambi

Sebagai bahan masukan informasi mengenai Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) bekerjasama dengan petugas kesehatan

yang berada di wilayah kerjanya.

2. Bagi Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan mengenai Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) agar mahasiswi dapat menggali informasi

yang lebih mendalam tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

dan membantu memecahkan masalah kesehatan khususnya tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya

yang akan melakukan penelitian tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) dengan desain variabel yang berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan remaja putri


8

dengan perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Negeri 8

Kota Jambi tahun 2020. Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 8 Kota

Jambi pada bulan April tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini yaitu

seluruh siswi kelas X dan XI SMA Negeri 8 Kota Jambi. Teknik yang

diambil secara proportional random sampling. Pengumpulan menggunakan

data kuesioner yang diisi langsung oleh respoden. Analisis data yang

digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji

chi-squere.

Anda mungkin juga menyukai