Anda di halaman 1dari 41

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK TENTANG TERAPI HEMODIALISIS


DI RSUD TOTO KABILA

PROPOSAL PENELITIAN

FEBRIANI HINUR
NIM. C01418047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan pada penulis, karena dengan kuasa dan izin-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan judul ”
Gambaran pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang hemodialisis di RSUD
Toto Kabila”. Sholawat serta salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW,
semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
melalui kesempatan ini menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Kadim Masaong, M.Pd. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum. Selaku Wakil Rektor I
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH.Selaku Wakil Rektor II Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
4. Dr. Apris Ara Tilome, S.Ag, M.Si. Selaku Wakil Rektor III Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Sekaligus sebagai
pembimbing II.
6. Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
7. Ns. Pipin Yunus, S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing I Bapak yang telah
meluangkan waktu dan telah berbagi ilmu untuk membimbing penyusunan
proposal ini.
8. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Kesehatan khususnya prodi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan
semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis.
9. Kedua orangtua yang selalu mendoakan dengan sabar dan selalu
mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.
10. Teman seperjuangan Ilmu Keperawatan Angkatan 2018 dengan penuh
keikhlasan membantu penulis dan selalu menemani dalam menyelesaikan
proposal ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan
bacaan guna untuk menambah wawasan bagi pembaca.

Gorontalo, Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVE

R...............................................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR.................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN...............................................Error! Bookmark not defined.i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................4
1.3 RumusanMasalah...................................................................................4
1.4 TujuanPenelitian.....................................................................................4
1.5 ManfaatPenelitian...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan..................................................6
2.2 Tinjauan Umun Tentang Gagal Ginjal Kronik..........................................8
2.3 Tinjauan Umum Tentang Hemodialisis.................................................14
2.4 Penelitian Relevan................................................................................18
2.6 Kerangka Teori.....................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................20
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................................20
3.2 Desain Penelitian..................................................................................20
3.3 Variabel Penelitian................................................................................20
3.4 Definisi Operasional..............................................................................20
3.5 Populasi Dan Sampel..............................Error! Bookmark not defined.
3.6 Instrumen Penelitian.............................................................................22
3.7 Teknik Pengumpulan Data......................Error! Bookmark not defined.
3.8 Teknik Pengololaan Data........................Error! Bookmark not defined.
3.9 Tekhnik Analisis Data..............................Error! Bookmark not defined.
3.10 Etika Penelitian........................................Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka...................................................................................................26

iv
v
DAFTAR TABEL

Halama

n
Tabel 2.1 Penelitian Relevan..............................................................................18
Tabel 3.1 Tabel Operasional...............................................................................20
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrument penelitian pengetahuan........................................22

vi
DAFTAR GAMBAR

Halama

n
Gambar 2.1 Kerangka Teori...............................................................................19

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden..................................................28
Lampiran 2 Infomend Consent..........................................................................29
Lampiran 3 Kuisioner Penelitian.......................................................................30

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak
mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya untuk
mempertahankan homeostatis. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan
masalah kesehatan utama yang kini tumbuh secara cepat (Unga, 2019).
Jumlah penderita penyakit ini sangat banyak dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) merilis data pertumbuhan
jumlah penderita gagal ginjal kronik (GGK) di dunia pada tahun 2014 meningkat
sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Data di Amerika terdapat sekitar 30 juta
orang yang mengalami kerusakan ginjal (American Nephrology Nurses
Asosiation, 2018).
Prevalensi CKD (Chronic Kidney Disease) meningkat dengan
meningkatnya populasi lansia dan kejadian diabetes mellitus dan hipertensi.
Sekitar 1 dari 10 populasi global menderita CKD di stadion tertentu. Hasil
tinjauan sistematis dan analisis meta menunjukkan bahwa prevalensi global CKD
adalah 13,4% (Fitria, 2019).
Angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2013 adalah
2,0% permil dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 3,8% permil. Hal ini
membuktikan bahwa penyakit ini semakin meningkat disebabkan oleh beberapa
penyakit penyerta sebelumnya diantaranya adalah hipertensi dan diabetes
melitus yang merupakan kasus tersering di Indonesia (Herlina, 2020).
Di Provinsi Gorontalo penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2019
mencapai 442 orang, pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu sebanyak
201 orang dan pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebanyak 241 orang
(Dikes Prov Gorontalo, 2020). Berdasarkan data dari RSUD Toto Kabila pada
tahun 2021 sebanyak 202 orang menderita gagal ginjal kronik, sedangkan pada
tahun 2022 bulan Januari-Februari jumlah penderita sebanyak 22 orang (RSUD
Toto Kabila).
Bila seseorang mengalami penyakit ginjal dimana ginjal sudah tidak mampu
lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik dan untuk mempertahankan
hidupnya diperlukan terapi sementara berupa dialisis. Terapi dialisis ini ada dua
yaitu dialisis peritoneal dan hemodialisis, tetapi terapi yang sering dianjurkan
pada pasien PGK adalah hemodialisis, karenaproses pembersihan pada dialisis
peritonel sangat lambat dibandingkan dengan hemodiliasis (Fitria, 2019).
Hemodialisa merupakan salah satu terapi untuk pengganti fungsi ginjal,
selain itu terdapat terapi pengganti seperti peritonial dialisa, dan transplantasi
ginjal. Hemodialisa merupakan terapi yang berfungsi untuk menggantikan peran
ginjal yang beroperasinya menggunakan sebuah alat yang khusus untuk
mengeluarkan toksik uremik dan mengatur cairan elektrolit tindakan ini juga
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal
kronik (Priyatman, 2020).
Salah satu masalah besar yang berkonstribusi pada kegagalan
hemodialisis adalah masalah penolakan pasien dan keluarga. Dari 80 orang
pasien gagal ginjal, sebanyak 32 orang (40%) menunda melakukan inisiasi
hemodialisa setelah didiagnosa gagal ginjal. Prognosis yang tidak baik dari
penolakan terhadap tindakan hemodialisa yaitu terjadinya peningkatan kadar
ureum kreatinin didalam tubuh yang berpotensi menyebabkan kematian (Herlina,
2020).
Penolakan pasien ataupun keluarga pasien diketahui berkaitan dengan
pengetahuan tentang hemodialisis rendah. Pengetahuan tentang hemodialisa
penting untuk penyandang PGK karena pengetahuan seseorang erat kaitannya
dengan sikap yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut
seseorang memiliki landasan untuk menentukan suatu pilihan dalam bertindak
(Herlina, 2020).
Pengetahuan dapat menjadi tolak ukur sesesorang untuk dapat mengambil
keputusan atas tindakan yang akan diambilnya atau yang disarankan
kepadanya. Pengetahuan tentang hemodialisa penting untuk penyandang PGK
karena pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan sikap yang akan
diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut seseorang memiliki landasan
untuk menentukan suatu pilihan dalam bertindak (Fitria, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2019). Hasil penelitian
menunjukan bahwa responden mayoritas usia 46-65 thn 60%, pengetahuan baik
30%. Pekerjaan mayoritas wiraswasta 42,5%, pendidikan mayoritas SMA 35%
dan mayoritas berpengetahuan baik pada pendidikan yaitu sarjana sebanyak 4

2
responden (33,3%) serta berdasarkan pekerjaan yaitu mayoritas responden
berpengetahuan baik pekerja sebagai wiraswasta sebanyak 9 responden
(41,7%) dan berdasarkan mmur berpengetahuan baik dengan umur 46-65 tahun
sebanyak 9 responden (75,0%).
Dalam Islam Rasulullah mengingatkan bahwa semua penyakit ada
obatnya, yaitu dalam hadits HR.Muslim:

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf dan Abu Ath
Thahir serta Ahmad bin ‘Isa mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Wahb: Telah mengabarkan kepadaku ‘Amru yaitu Ibnu Al Harits dari Abdu
Rabbih bin Sa’id dari Abu Az Zubair dari Zabir dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, beliau berdabd: Setiap penyakit ada obatnya. Apabila
ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit
itu dengan izin Allah ‘azza wajalla” (HR.Muslim).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Toto
Kabila sebanyak 22 orang penderita gagal ginjal kronik pada bulan Januari-
Februari tahun 2022, selain itu peneliti mewawancarai tiga orang pasien yang
baru didiagnosa memiliki penyakit gagal ginjal kronis, dari hasil keterangan
responden bahwa dokter menyarankan untuk melakukan hemodialisis, hasil
wawancara diketahui bahwa dua orang pasien mengatakan merasa takut dengan
efek samping yang akan ditimbulkan nanti serta merasa bahwa tindakan
hemodialisis tidak aman hanya akan membuat pasien menjadi ketergantung
terhadap tindakan hemodialisis sedangkan satu orang pasien mengatakan masih
belum dapat mengambil keputusan untuk melakukan hemodialisis atau
menolaknya, berdasarkan keterangan dari tiga orang pasien diketahui bahwa
pasien belum begitu memahami dengan benar tujuan hemodialisis dan
menganggap bahwa hemodialisis hanya akan menimbulkan penyakit yang
lainnya sehingga baik pasien maupun keluarga pasien memilih pengobatan yang
lain atau menggunakan obat tradisional seperti daun kumis kucing, daun
binahong, buah delima, kulit buah manggis dan sayur seledri. Berdasarkan

3
ulasan diatas maka tertarik melakukan penelitian “Gambaran pengetahuan
pasien gagal ginjal kronik tentang hemodialisis di RSUD Toto Kabila”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka yang dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Salah satu masalah besar yang berkonstribusi pada kegagalan
hemodialisis adalah masalah penolakan pasien dan keluarga.
2. Penolakan pasien ataupun keluarga pasien berkaitan dengan pengetahuan
tentang hemodialisis rendah.
3. Dampak yang akan dialami oleh pasien apabila tidak melakukan
hemodialisis yaitu terjadinya peningkatan kadar ureum kreatinin didalam
tubuh yang berpotensi menyebabkan kematian.
4. Berdasarkan keterangan dari tiga orang pasien yang telah diwawancara
diketahui bahwa pasien belum begitu memahami dengan benar tujuan
hemodialisis dan menganggap bahwa hemodialisis hanya akan
menimbulkan penyakit yang lainnya sehingga baik pasien maupun keluarga
pasien memilih pengobatan yang lain atau menggunakan obat tradisional.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu “Bagaimanakah gambaran pengetahuan pasien gagal ginjal
kronik tentang hemodialisis di RSUD toto Kabila?”
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis gambaran pengetahuan pasien gagal ginjal kronik
tentang hemodialisis di RSUD toto Kabila.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan (akademik) agar dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
di aplikasikan dalam asuhan keprofesian.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan
khususnya perawat di Rumah Sakit tentang penolakan pasien gagal ginjal
kronik melakukan hemodialisis, sehingga perawat dapat meningkatkan

4
strategi pelayanannya seperti memberikan edukasi pada pasien dan
keluarga.
2. Bagi Pasien
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan bagi
pasien, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan
tentang hemodialisis dan pencegahan agar tidak mengalami gagal ginjal
kronik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam melakukan
penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel
penelitian seperti usia atau jenis kelamin pasien dengan penolakan
hemodialisis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan peginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman,rasa dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi, 2018).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Almida, 2021).
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek tertentu, dapat dikatakan bahwa pengetahuan juga
merupakan suatu pengalaman yang kemudian pengalaman tersebut dapat
menjadi sebuah pelajaran bagi individu tersebut (Widia, 2018).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
(Almida, 2021) yaitu:
1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan.
2. Memahami (Comprehention) artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan.
3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip.
4. Analisis (Analysis) adalah susatu kemampuan untuk menyatakan materi
ataupun suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis) yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2018), antara
lain:
1. Faktor internal
a. Pendidikan, diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk
sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan merupakan keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c. Umur atau usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

7
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2. Faktor eksternal
a. Faktor Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto dalam (Wawan dan Dewi, 2018) mengemukakan bahwa
pengetahuan seseorang diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif yaitu:
1. Baik : Hasil presentasi 76%-100%
2. Cukup : Hasil presentasi 56%-75%
3. Kurang : Hasil presentasi >56%

2.2 Tinjauan Umum Tentang Gagal Ginjal Kronik


2.2.1 Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis adalah proses kerusakan ginjal selama rentang waktu
lebih dari tiga bulan. Gagal ginjal kronis dapat menimbulkan simtoma,yaitu laju
filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml/men/1.73 m2, atau diatas nilai tersebut
yang disertai dengan kelainan sedimen urine. Selain itu, adanya batu ginjal juga
dapat menjadi indikasi gagal ginjal kronis pada penderita kelainan bawaan,
seperti hioeroksaluria dan sistinuria (As’adi, 2019).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible (tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit),
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). Gagal ginjal kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun) (Almida, 2021).
Penyakit ginjal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan
prevalensi dan insiden gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan
pembiayaan yang tinggi. Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penyakit
yang menyebabkan fungsi dari organ ginjal mengalami penurunan hingga

8
akhirnya tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik (Ali, Masi & Kallo,
2017).
2.2.2 Etiologi
Etiologi gagal ginjal kronik dalam (Priyatman, 2020), yaitu:
1. Penyakit peradangan (glomerulonephritis) primer dan sekunder.
Glomerulonephritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul
pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut, gangguan fisiologis
utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air, natrium dan zat-zat nitrogen
berkurang sehingga timbul edema dan azotemia, peningkatan aldosteron
menyebabkan retensi air dan natrium. Untuk glomerulonephritis kronik,
ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan
tampak ginjal mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan
bergranula. Ini disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena
tubulus mengalami atropi, fibrosis intestrisial dan penebalan dinding arteri.
2. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis), dapat disebabkan oleh beberapa
jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada
traktus urinarius bakteri. Akteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau
yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius. Bahwa lewat
ureter ke ginjal sehingga menimbulkan kerusakan irreversible ginjal.
3. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal). Penyakit ginjal polikistik yang ditandai dengan kista multipel,
bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Asidosis tubulus
ginjal merupakan gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan
HCO3 dalam kemih walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan,
akibatnya timbul asidosis metabolik.
4. Gangguan metabolik: DM yang menyebabkan mobilisai lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut
dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang
disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding
pembuluh darah secara serius merusak glomerulus.
5. Kelainan kongenital dan herediter.
6. Gangguan tubulus primer: terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.

9
2.2.3 Patofiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih
bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal
turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin
minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang
rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan
sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron
yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat
sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari
siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron
yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan
progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah
ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan
kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Almida, 2021).
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar
terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk
dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan
nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi
penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi
sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
manifestasi pada setiap organ tubuh. Dampak dari gagal ginjal kronik
memberikan berbagai masalah keperawatan (Almida, 2021).
2.2.4 Perjalanan klinis gagal ginjal
Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis, dalam (Priyatman, 2020)
perjalanan klinis gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu:
1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%). Tahap inilah yang
paling ringan; faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum
merasakan gejala-gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN
(Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.
Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan

10
memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang
lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
2. Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan
cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian
obat-obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah ini
dilakukan secepatnya dengan tepat, dapat mencegah penederita masuk ke
tahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak.Kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas
normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari
kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada
penyakit yang terutama menyerang tubulus meskipun poliuria bersifat
sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada
gagal ginjal dengan faal ginjal di antara 5%-25%. Faal ginjal jelas sangat
menurun dan timbul gejala-gejala kekurang darah, tekanan darah akan
naik, aktivitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah jelas
dan penderita masuk dalam keadaan tak dapat melakukan tugas sehari-
hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual,
muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air
kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90%
dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal
dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10ml/menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita
biasanya menjadi oliguria (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena
kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang

11
tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memengaruhi
setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti
akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
2.2.5 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala (Harmilah, 2020), antara lain:
1. Lebih sering ingin buang air kecil, terutama dimalam hari.
2. Kulit terasa gatal
3. Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urine
4. Mengalami kram otot
5. Berat badan turun atau kehilangan berat badan
6. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan menurun
7. Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada
pergelangan kaki dan tangan
8. Nyeri pada dada akibat cairan menumpuk disekitar jantung
9. Mengalami mual dan muntah
10. Mengalami gangguan tidur
11. Terjadi disfungsi ereksi pada pria (Harmilah, 2020)
2.2.6 Komplikasi
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi menurut
smletzer dalam (Almida, 2021):
1. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan eksresi asidosis
metabolik.
2. Perikarditis, efusi perincardial dan temponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta mal
fungsi sistem renin angioaldosteron.
4. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel
darah merah dan pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan
kehilangan darah selama hemodialisa.
5. Penyakit tulang. Hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar.

12
2.2.7 Pemeriksaan Dianostik
Pemeriksaan dianostik penderita gagal ginjal dalam (Priyatman, 2020),
antara lain:
1. Urine
a. Volume: biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau tidak ada (anuria).
b. Warna: secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan oleh
virus bakteri, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin dan porfirin.
c. Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
d. Osmolalitas: kurang dari 350 mOms/ kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urine/ serum sering 1:1.
e. Klirens Kreatinin : mungkin agak menurun
f. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
g. Protein: derajat tingi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada, pH, kekeruhan,
glukosa dan SDP dan SDM
2. Darah
a. BUN/ kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
b. Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/ dl
c. SDM: menurun, defisiensi, eritropoitin
d. GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
e. Natrium serum : rendah
f. Magnesium : meningkat
g. Kalsium : menurun
h. Protein (albumin) : menurun
i. Elektrolit : Natrium, kalium, kalsium dan phosfat.
j. Hematologi : Hb, thrombosit, Ht dan leukosit
3. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif.

13
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa.
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam dan basa.
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Dialisis
2. Obat-obatan Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemide (membantu berkemih), transfusi darah.
3. Intake Cairan dan Makanan
a. Minum yang cukup
b. Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
c. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema
(penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.
d. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat
atau menjalani dialisa.
e. Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya
kadar garam (natrium) dalam darah.
f. Makanan kaya kalium harus dihindari. Hiperkalemia (tingginya kadar
kalium daram darah) sangat berbahaya karena meningkatkan risiko
terjadinya gangguan irama jantung dan cardiac arrest.
g. Jika kadar kalium terlalu tinggi maka diberikan natrium polisteren
sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang
bersama tinja.
h. Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan
makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong
kacang-kacangan dan minuman ringan).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Hemodialisis


2.3.1 Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati
membran semipermiabel (dializer) kedalam dialisat. Dializer juga dapat
dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Hemodialisis
biasanya dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari azotemia, simtomatis berupa ensefalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia

14
berat, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, asidosis yang tidak
bisa diatasii,batu ginjal dan sindrom hepatorenal (Harmila, 2020).
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
Prosedur ini dilakukan menggunakan mesin yang dilengkapi membran penyaring
semipermiabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin
atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
atau menyebabkan kematian (Almida, 2021).
Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti untuk menghentikan
sebagian kerja ginjal dalam menggantikan sebagian kerja ginjal dalam
mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh. Frekuensi pasien yang menjalani tindakan hemodialisa
bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata penderita
menjalani 1 dan 2 sampai kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan
hemodialisa paling sedikit 4 sampai 5 jam setiap sekali tindakan terapi
hemodialisa. Penderita yang telah menjalani hemodialisa akan terus menerus
melakukan hemodialisa secara rutin untuk menyambung hidupnya (Padlilah,
2018).
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Hemodialisis
1. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dari hemodialisis adalah memindahkan produk-produk limbah yang
terakumulasi dalam sirkulasi pasien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis
(Harmila, 2020).
2. Fungsi Hemodialisis
Menurut Havens dan Terra dalam (Harmila, 2020) fungsi hemodialisis
antara lain:
a. Mengantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin dan sisa
metabolisme lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urine saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal

15
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.
2.3.3 Prinsip Hemodialisis
Prinsip Hemodialisa dalam (Priyatman, 2020), yaitu:
1. Difusi dihubungkan dengan pergeseran partikel-partikel dari daerah
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah oleh tenaga yang di timbulkan
oleh perbedaan konsentrasi zat–zat terlarut di kedua sisi membran dialisis,
difusi menyebabkan pergeseran urea, kreatinin dan asam urat dari darah
klien ke larutan dialisis.
2. Osmosis Menggangkut pergeseran cairan lewat membran semi permiable
dari daerah yang kadar partikel-partikel rendah ke daerah yang kadar
partikel lebih tinggi, osmosa bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari
klien.
3. Ultrafiltrasi Terdiri dari pergeseran cairan lewat membran semi permiable
dampak dari bertambahnya tekanan yang dideviasikan secara buatan.
2.3.4 Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi hemodialisa berdasarkan Smeltzer & Bare dalam (Anggraeni,
2021) yaitu hipotensi, sakit kepala (headache), mual, muntah, sindrom
disequilibrium, demam, menggigil, kram otot, emboli, hemolisis, nyeri dada.
Komplikasi akut hemodialisa adalah komplikasi yang terjadi selama proses terapi
berlangsung, adapun komplikasi hemodialisa yaitu:
1. Komplikasi yang sering terjadi
a. Hipotensi, merupakan komplikasi yang sering terjadi dengan
insidensinya mencapai 15-30%. Hal ini disebabkan karena terjadinya
penurunan volume plasma, disfungsi otonom, pelebaran pembuluh
darah akibat energi panas, obat anti hipertensi.
b. Kram otot, komplikasi ini terjadi pada 20% pasien hemodialisa. Akibat
dari idiopatik namun diduga karena adanya kontraksi akut yang dipicu
oleh peningkatan volume ekstraseluler
2. Komplikasi yang jarang terjadi
a. Dialysis disequilibrium syndrome (DDS), keadaan ini ditandai dengan
mual dan muntah disertai sakit kepala, nyeri dada, sakit punggung. Hal
tersebut disebabkan karena konsentrasi elektrolit dan Ph di sistem saraf
pusat mengalami perubahan yang mendadak.

16
b. Aritmia dan angina, keadaan ini disebabkan karena konsentrasi
potassium mengalami perubahan, hipotensi, penyakit jantung.
c. Perdarahan, akibat dari trombositopenia karena adanya sindroma
uremia, efek samping penggunaan antikoagulan heparin yang lama dan
pemberian antihypertensive agents.
d. Hipertensi, akibat dari cairan berlebih, obat-obat hipotensi, kecemasan
meningkat dan DDS.
2.4.6 Proses Hemodialisis
Menurut (Cahyaningsih, 2019) proses hemodialisa sebagai berikut: Mesin
dialisis mempunyai monitor untuk menjaga jangan sampai udara masuk dalam
darah, serta menjaga temperatur, tingkat tekanan dan setting lalu dializer
mengeluarkan produk sampah & cairan berlebihan dari tubuh darah dipompa
melewati dializer dengan kecepatan konstan. Blood line atau selang membawa
darah keluar dan tubuh melewati dializer dan kembali ke tubuh, selang ini
tersambung dengan jarum pada akses darah meninggalkan tubuh melalui akses
vaskular, dua buah jarum ditusuk pada akses setiap kali tindakan HD. Satu jarum
membawa darah kotor keluar tubuh jarum yang lain membawa darah bersih
kembali ke tubuh
2.4.7 Kelebihan dan Kelemahan Hemodialisis
Menurut (Rahman dkk, 2016) hemodialisa memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan antara lain:
1. Kelebihan
a. Memerlukan bantuan tenaga medis yang profesional untuk melakukan
terapi hemodialisa.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk hemodialisa selama empat sampai lima
jam dalam periode dua sampai tiga kali setiap minggu.
c. Hemodialisa dilakukan di rumah sakit.
d. Menjaga asupan makanan dan minuman.
2. Kelemahan: Sering terjadi hipotensi, Kram otot, DDS saat terapi
berlangsung.

17
2.4 Penelitian Relevan
Tabel 2.1 Penelitian Relevan
Nama dan
No Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Judul Penelitian
1. (Situmorang F, Hasil penelitian responden 1. Variabel 1. Variabel
2019). mayoritas usia 46-65 thn 60%, kepatuhan Pengetahuan
Gambaran pengetahuan baik 30%. 2. Tempat Pasien Gagal
Pengetahuan Pekerjaan mayoritas Penelitian Ginjal Kronik
Pasien Gagal wiraswasta 42,5%, pendidikan 3. Jumlah sampel 2. Hemodialisis
Ginjal Kronik mayoritas SMA 35% dan penelitian 3. Jenis penelitian
Tentang mayoritas berpengetahuan deskriptif
Kepatuhan baik pada pendidikan Sarjana
Menjalani sebanyak 4 responden
Hemodialisis Di (33,3%), berdasarkan
Ruang pekerjaan mayoritas
Hemodialisa responden berpengetahuan
Rsup H. Adam baik pekerja wiraswasta
Malik Medan sebanyak 9 responden
(41,7%), berdasarkan Umur
berpengetahuan baik dengan
umur 46-65 tahun sebanyak 9
responden (75,0%).
2. (Widia T, 2018). Pengetahuan tentang 1. Tahun 1. Pengetahuan
Gambaran hemodialisa dalam kategori penelitian 2. Subjek pasien
Pengetahuan baik sangat didukung oleh 2. Tempat gagal ginjal
Pasien Gagal umur yang semakin bertambah Penelitian kronik cross
Ginjal kronik maka pengetahuan juga 3. Jumlah sampel sectional
tentang semakin baik. Pekerjaan juga penelitian 3. Hemodialisis
hemodialisa Di mendukung seseorang dalam 4. Jenis penelitian
Rumah Sakit mendapatkan informasi yang deskriptif
Santa Elisabeth lebih luas lagi. Pendidikan
Medan. yang sangat mendukung
proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang semakin
mudah menerima infromasi
baik dari orang maupun media
massa, serta lama menjalani
hemodialisa yang dianggap
memiliki pengetahuan yang
baik akibat pengalaman yang
sudah didapatkan.
3. (Almida, 2021). Hasil penelitian menunjukkan 1. Kepatuhan 1. Variabel
Hubungan kategori pengetahuan, 2. Penelitian pengetahuan
Pengetahuan terdapat 5 artikel dengan literature rivew 2. Pasien gagal
Dengan mayoritas pengetahuan tinggi 3. Tahun ginjal kronik
Kepatuhan dan rendah. Terdapat 10 penelitian
Pasien Gagal artikel yang menyatakan
Ginjal Kronik adanya hubungan
Dalam Menjalani pengetahuan dengan
Terapi kepatuhan pasien gagal ginjal
Hemodialisa kronik dalam menjalani terapi
hemodialisa, dan semua artikel
membahas adanya hubungan.

18
2.5 Kerangka Teori

Gagal ginjal kronik

Tujuan utama dari terapi hemodialisa


Tanda dan gejala:
adalah memindahkan produk-produk
1. Lebih sering ingin buang air kecil, terutama
limbah yang terakumulasi dalam
dimalam hari.
sirkulasi pasien dan dikeluarkan
2. Kulit terasa gatal
kedalam mesin dialisis
3. Adanya darah atau protein dalam urine yang
dideteksi saat tes urine
4. Mengalami kram otot
5. Berat badan turun atau kehilangan berat
badan Hemodialisis
6. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan
Hemodialisis adalah suatu
menurun
metode terapi dialisis yang
7. Penumpukan cairan yang mengakibatkan
digunakan untuk mengeluarkan
pembengkakan pada pergelangan kaki dan
cairan dan produk limbah dari
tangan
dalam tubuh ketika secara akut
8. Nyeri pada dada akibat cairan menumpuk
ataupun secara progresif ginjal
disekitar jantung
tidak mampu melaksanakan
9. Mengalami mual dan muntah
proses tersebut
10. Mengalami gangguan tidur
11. Terjadi disfungsi ereksi pada pria

Pengetahuan pasien

Tingkat pengetahuan:
Tahu (know)
Memahami (camprehension)
Aplikasi (application)
Analisis (analysis)
Sintesis (synthesis)
Evaluasi (evaluation)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Harmilah (2020), Almida (2021), Harahap (2020) dan Siregar (2020)

19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan di RSUD Toto Kabila, Kabupaten Bone
Bolango, ruangan HD, pada bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2022
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
variable dalam penelitian. Adapun dalam penelitian ini akan menggambarkan
bagaimana pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang hemodialisis di
RSUD toto Kabila.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hasil tersebut, variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan pasien gagal ginjal
kronik tentang hemodialisis.
3.4 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Kategori Skala
Pengetahuan Pengetahuan 1. Pasien mengetahui Kuisioner 1. Baik, bila Ordinal
pasien pasien tentang penyakit nilai 76-
merupakan hasil ginjal kronik dan 100%
dari tahu setelah hemodialisis
pasien tersebut 2. Pasien memahami 2. Cukup,
mengadakan tentang tujuan bila nilai
peginderaan hemodialisis 56-75%
terhadap suatu 3. Pasien mampu
objek tertentu mengaitkan antara 3. Kurang,
penyakit ginjal kronik bila nilai
dan hemodialisis <55%
4. Pasien mampu
mengaitkan penyakit
ginjal dan efek
samping tidak
melakukan
hemodialisis
5. Pasien mampu
mengambil
keputusan dalam
pengobatan penyakit
ginjal kronik

20
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik yaitu sebanyak 224 pasien sejak tahun 2021
sampai tahun 2022 di RSUD Toto Kabila.
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristiknya yang dimiliki
oleh populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Sloving yaitu:
N
n= 2
1+ N . e
Keterangan :
n = benar sampel
N = benar populasi
e = taraf kesalahan 0,10%
Penyelesaian :
224
n=
1+ 224.0,10 2
224
n=
1+ 224.0,01
224
n= = 69,1 dibulatkan menjadi 69
3,24
dari perhitungan rumus diatas sampel dalam penelitian ini adalah sebesar
69 responden.
3.5.3 Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probality sampling jenis accidental sampling, yaitu mengambil kasus atau
sampel yang kebetulan ada atau tersedia saat penelitian sedang berlangsung.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang tercatat di RSUD Toto Kabila.
b. Pasien mengalami gagal ginjal kronik.
c. Pasien sudah disarankan melakukan terapi hemodialisis.
d. Pasien yang masih dapat merespon dengan baik

21
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang sedang kesakitan atau terlihat sedang merintih menahan
sakit
b. Pasien yang mengalami hipertensi, DM, jantung dll.
c. Menolak menjadi responden
3.6 Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar kuisioner
untuk untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang
hemodialisis. Adapun kuisioner dalam penelitian ini merupakan kuisioner yang
disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian yang dimaksud dan
direncanakan akan dilakukan uji validitas dilokasi penelitian yang berbeda.
Adapun skala yang digunakan yaitu skala Guadman dimana kuisioner dalam
bentuk pertanyaan dengan pilihan jawaban BENAR dan SALAH, jawaban benar
diberikan skor (1) dan jawaban yang salah diberikan skor (0), untuk lebih
jelasnya kisi-kisi kuisioner telah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner
Nomor Jumlah
No Indikator Sub-Indikator
Pertanyaan Pertanyaan
Pasien mengetahui tentang
1 Tahu penyakit ginjal kronik dan 1,2,3,4
4
hemodialisis
Pasien memahami tentang tujuan
2 Memahami 5,6,7,8 3
hemodialisis
Pasien mampu mengaitkan
3 Aplikasi antara penyakit ginjal kronik dan 9,10,11 3
hemodialisis
Pasien mampu mengaitkan
4 Analisis penyakit ginjal dan efek samping
tidak melakukan hemodialisis
13,14,15 3
Pasien mampu mengaitkan
5 Sintesis penyakit ginjal dan efek samping
tidak melakukan hemodialisis
Pasien mampu mengambil
6 Evaluasi keputusan dalam pengobatan 16,17,18,19,20 5
penyakit ginjal kronik

3.7 Teknik Pengumpulan Data


3.7.1 Data Primer

22
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti itu sendiri.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
responden melalui wawancara atau observasi langsung kepada responden.
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu strategi untuk mengumpulkan informasi,
dalam eksplorasi ini beberapa informasi dikumpulkan melalui teknik bicara.
2. Observasi
Observasi adalah sebelum pemeriksaan selesai, ahli menyebutkan fakta-
fakta objektif yang berhubungan dengan masalah yang akan ditemukan di di
RSUD Toto Kabila. Dalam penelitian ini mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penyakit gagal ginjal kronik dan hemodialisis.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil survey di lapangan
dan data yang dikumpulkan dari wilayah kerja tempat penelitian. Data sekunder
dalam penelitian ini, adalah data yang diperoleh dari RSUD Toto Kabila.
3.7.3 Tahapan Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian ke
Badan KESBANGPOL Provinsi Gorontalo.
2. Peneliti mengajukan surat permohonan data informasi mengenai penyakit
gagal ginjal kronik dan hemodialisis di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
3. Peneliti mengajukan surat permohonan data informasi mengenai penyakit
gagal ginjal kronik dan hemodialisis di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango dan RSUD Toto Kabila.
4. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria sampel dalam
penelitian.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
komputer dengan program SPSS. Pengolahan data ini dapat dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pemeriksaan
kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data saat

23
penelitian berlangsung. Jika terdapat ketidaklengkapan data maka
diklarifikasi langsung dengan responden yang bersangkutan saat itu juga.

2. Pengkodean atau coding


Pemberian simbol serta menyederhanakan data dengan pemberian kode.
Kegunaan dari koding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis
data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Proccessing proses/entri data Processing adalah memproses data agar
data yang sudah di enti dapat dianalisis. Pemprosesan data dapat
dilakukan dengan cara meng-entri data. Pada tahap ini data diproses untuk
keperluan analisa data. Data diproses menggunakan aplikasi komputer
dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).
4. Tabulating (Tabulasi)
Tabulating atau penyusunan data ini menjadi sangat penting karena akan
mempermudah dalam analisis data secara statistik, baik menggunakan
statistic deskriptif maupun analisis dengan statistik inferensial. Tabulasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara manual dan tabulasi
menggunakan beberapa software atau program yang telah ada di komputer
maupun software yang dapat di unduh dan di install di komputer. Setelah
data diproses menggunakan program SPSS kemudian data dikelompokkan
ke dalam tabel kerja, seperti tabel distribusi karakteristik responden,
distribusi jawaban kuesioner responden.
3.9 Teknik Analisa Data
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan
cara mendekripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan melihat
distribusi frekuensinya dengan menggunakan rumus.

ƒ
P = x 100 %
n
Keterangan :
P : Presentasi
F : Jumlah penerapan yang sesuai prosedur (nilai 1)
N : Jumlah item observasi
100% : Bilangan konstanta

24
3.10 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting
mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, maka segi etik
penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi. Peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada pihak RSUD Toto Kabila terlebih dahulu,
kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Surat Permohonan
Responden Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi
penjelasan tentang penelitian meliputi topik penelitian, tujuan penelitian
serta ketentuan-ketentuan menjadi responden
2. Informed Concent atau informasi untuk responden
Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan tidak
memaksa.
3. Anonimity atau tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti
tidak mencantumkan namanya pada lembar dan kuesioner data, cukup
dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya
diketahui oleh peneliti.
4. Confidentiality atau Kerahasiaan
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data
tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
5. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidak pedulian secara teratur
catat pekerjaan yang anda kerjakan, misalnya kapan dan dimana
pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat kerespondensi responden,
jurnal atau agen publikasi lainnya.

25
DAFTAR PUSTAKA
Almida. (2021). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien Gagal
Ginjal Kronik Dalam Menjalani Terapi Hemodialisa. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Prodi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan. Skripsi.

Ali, Masi dan Kallo. (2017). Compliance Therapy Of Patients With Chronic Kidney
Failure (CKF) In Hemodialysis Room of Puri Husada General Hospital.
International Journal Of Scientific & Technology Research ,Vol 8, ISSUE
11.

Anggraeni. (2021). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Menjalani Terapi Hemodialisa Pada Penyakit Ginjal Kronik Di Ruangan
Dahlia Dan Melati RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. e-journal
Keperawatan (e-Kp) ,Volume 4 No 2.

American Nephrology Nurses Asosiation, (ANNA). (2018). Factors influencing


dialysis withdrawal: a scoping review. BMC Nephrology. Available from
Nursing Journal.

Andarmoyo. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Faktor Lainnya Dengan


Keaktifan Lanjut Usia (Lansia) Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia.
Medan: Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Skripsi.

As’adi. (2019). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal


Ginjal Kronik dalam Menjalani Program Therapi Hemodialisa di RS PKU
Muhammadiyah Gombong. URECOL- University Research Colloqium.
Skripsi.

Cahyaningsih. (2019). Hemodialisa (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan


Gagal Ginjal. Jakarta : Mitra Medika,

Fitria, A. (2019). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien


Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Mercusuar. Vol 2 No 2 E-ISSN - 2654-
9751.

Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

Harahap. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan


Posyandu Lansia. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan
Keperawatan Prodi D-IV. Skripsi.

Herlina. (2020). Penolakan Hemodialisis Pada Pasien dengan Gagal Ginjal


Kronis. Indonesian Nursing Scientific Volume 10, Nomer 01 DOI :10.33221.

Padlilah. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Yogyakarta: Nuha


Medika.

Priyatman. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Kecemasan Pasien


Dengan Tindakan Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisis. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan Prodi DIV. Skripsi.

26
Rahman, Sari, I.M., Prajayanti, E.D. (2016). Faktor-Faktor yang Berkontribusi
Terhadap Kepatuhan Pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa. IJMS-
Indonesian Journal On Medical Science – Vol 6 No. 2.

Riswahyuni, W. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan Cairan


terhadap Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien Hemodialisis. Faletehan
Health Journal, 8 (2). SSN 2088-673X e-ISSN 2597-8667.

Siregar. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Sosial Media


Terhadap Tingkat Kepatuhan Asupan Cairan Pasien Hemodialisis Di
Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Situmorang F, 2019. Gambaran Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik


Tentang Kepatuhan Menjalani Hemodialisis Di Ruang Hemodialisa Rsup H.
Adam Malik Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 1 4 No.2.

Solihatin. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


Pengetahuan Self Management Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Di
Ruang Hemodialisa RSUD SMC Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan &
Kebidanan Volume 5 Nomor 2 P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987.

Toleu, E. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pada Pasien Skizofrenia Di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang.
Universitas Citra Bangsa. Ners. Skripsi.

Unga, H. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien


Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Terapi Hemodialisa Di Sulawesi
Tenggara. Jurnal keperawatan Volume02 Nomor 03 P-ISSN: 2407-4801
E-ISSN: 2686-2093.

Wawan,A., Dewi,M. (2018). Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Widia, T. (2018). Gambaran Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal kronik tentang


hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Program Studi D3
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.
Skripsi.

27
Lampiran 1.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat: Jl. Prof. DR, H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab. Gorontalo
Website: http//www. umgo.ac.id/Email: info@umgo.ac.id Tlp/fax (0435)8811358811136

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Febriani Hinur
NIM : C01418047
Mahasiswa Program Studi Program Keperawatan Muhammadiyah Gorontalo,
melakukan penelitian tentang:

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TENTANG


HEMODIALISIS DI RSUD TOTO KABILA

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi


responden. Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan,
saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

(Febriani Hinur)

28
Lampiran 2.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat: Jl. Prof. DR, H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab. Gorontalo
Website: http//www. umgo.ac.id/Email: info@umgo.ac.id Tlp/fax (0435)8811358811136

FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI RESPONDEN


PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial Nama :

Alamat :

Umur :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul


“GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TENTANG
HEMODIALISIS DI RSUD TOTO KABILA” yang dilakukan oleh:
Nama : Febriani Hinur
NIM : C01418047
Program Studi : Program Keperawatan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Responden

(……………………)

29
Lampiran 3.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat: Jl. Prof. DR, H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab. Gorontalo
Website: http//www. umgo.ac.id/Email: info@umgo.ac.id Tlp/fax (0435)8811358811136

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TENTANG


HEMODIALISIS DI RSUD TOTO KABILA

A. Biodata Responden

Isilah data identitas Anda di bawah ini dengan sebenar-benarnya:

No.Responden : (Diisi oleh peneliti)


Nama Responden : (Inisial Nama)
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Sarjana

Pekerjaan : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
B. Kuisioner Pengetahuan
Petunjuk :
Isilah pilihan jawaban dengan mencontreng (√) kolom yang telah disediakan.
Pilih jawaban berikut ini:
1. Penyakit gagal ginjal kronik adalah penyakit yang ditandai dengan
rusaknya ginjal berdasarkan hasil pemeriksaan dari dokter
( ) Benar
( ) Salah

30
2. Salah satu tanda dari penyakit gagal ginjal kronik yaitu lebih sering ingin
buang air kecil, terutama dimalam hari
( ) Benar
( ) Salah
3. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang sulit untuk
disembuhkan
( ) Benar
( ) Salah
4. Pengobatan atau terapi untuk orang yang mengalami gagal ginjal kronik
adalah hemodialisis
( ) Benar
( ) Salah
5. Hemodialisis adalah terapi yang dilakukan untuk menggantikan kerja ginjal
sementara karena ginjal belum dapat berfungsi dengan baik
( ) Benar
( ) Salah
6. Tujuan dilakukannya hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik yaitu
untuk membantu tubuh mengeluarkan zat atau racun dalam tubuh karena
ginjal belum dapat berfungsi
( ) Benar
( ) Salah
7. Hemodialisis yang bisa dilakukan dirumah sakit dengan pengawasan
dokter dan perawat yang professional
( ) Benar
( ) Salah
8. Hemodialisis dapat dilakukan 2 sampai 3 kali dalam seminggu
( ) Benar
( ) Salah
9. Cara kerja hemodialisis sama seperti ginjal yaitu mengeluarkan zat yang
beracun dalam tubuh
( ) Benar
( ) Salah
10. Jika ginjal mengeluarkan zat beracun dalam tubuh melalui urine (kencing)
maka hemodialisis melalui alat yang digunakan khusus hemodialisis

31
( ) Benar
( ) Salah
11. Tindakan dalam mengambil keputusan untuk melakukan hemodialisis saat
terkena penyakit gagal ginjal kronik adalah tindakan yang tepat
( ) Benar
( ) Salah
12. Tidak ada terapi lain yang bisa dilakukan dalam untuk pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik selain hemodialisis
( ) Benar
( ) Salah
13. Saat zat racun dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan maka dapat
menimbulkan penyakit lain
( ) Benar
( ) Salah
14. Tidak melakukan hemodialisis ketika sudah mengalami gagal ginjal kronik
dapat menyebabkan kematian pada pasien
( ) Benar
( ) Salah
15. Hemodialisis dilakukan agar zat beracun dalam tubuh dapat dikeluarkan
sehingga tidak menyebar
( ) Benar
( ) Salah
16. Melakukan hemodialisis dapat mempermudah tubuh mengeluarkan zat
beracun dan melindungi tubuh terkena penyakit yang lain atau penyakit
yang timbul akibat zat beracun
( ) Benar
( ) Salah
17. Segera mengambil keputusan melakukan hemodialisis dapat membantu
ginjal
( ) Benar
( ) Salah
18. Hemodialisis dapat memperpanjang hidup pasien sehingga pasien memiliki
kesempatan untuk melakukan ibadah
( ) Benar

32
( ) Salah
19. Terapi hemodialisis merupakan terapi yang dianjurkan oleh dokter dan
terapi ini tidak membutuhkan biaya yang mahal
( ) Benar
( ) Salah
20. Mengatur pola makan, komsumsi air putih serta melakukan olahraga
secara rutin merupakan tindakan yang dapat mencegah terjadinya penyakit
ginjal
( ) Benar
( ) Salah

33

Anda mungkin juga menyukai