Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

STROKE HEMORAGIK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. DAHLIA PUTRI PRATAMA (2026010029)


2. SELA DWI PUTRI (2026010014)
3. DINI RISTI (2026010040)
4. MEFTI ANGGRIANI (2026010028)
5. ICHI SULKAISIH (2026010025)
6. SANTI KUMALASARI (2026010011)
7. NURUL DWI HANDAYANI (2026010035)
8. REZIQ INDRA RAMADHAN (20260100 )
9. ADE NILA SARI (2026010019)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stroke Hemoragik” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas presentasi kelompok mata kuliah Ilmu
Keperawatan Kritis.
Penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi semua hambatan yang dialami
dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak khususnya penulis.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
C. Manfaat............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
A. Konsep Stroke Hemoragik............................................................... 4
1. Definisi...................................................................................... 4
2. Klasifikasi................................................................................. 4
3. Etiologi...................................................................................... 6
4. Faktor Resiko............................................................................ 7
5. Patofisiolgi................................................................................ 9
6. Manifestasi Klinis..................................................................... 11
7. Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial................................. 13
8. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 14
9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non-Farmakologi.............. 16
10. Komplikasi................................................................................ 21
11. Web Of Causation (WOC)........................................................ 23
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 25
1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 25
2. Diagnosis keperawatan............................................................. 27
3. Intevensi Keperawatan.............................................................. 27
4. Implementasi keperawatan........................................................ 29
5. Evaluasi keperawatan................................................................ 29
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 29
A. Pengkajian....................................................................................... 29
B. Diagnosis Keperawatan.................................................................. 33
C. Rencana Keperawatan..................................................................... 37
D. Implementasi Keperawatan............................................................. 38
E. Evaluasi Keperawatan..................................................................... 39
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 41
A. Kesimpulan...................................................................................... 41
B. Saran................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke hemoragik adalah suatu kondisi ketika aliran darah otak terganggu

akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini dapat mengakibatkan disabilitas

dan kematian pada sebagian besar penderita stroke.1 Stroke adalah penyebab ketiga

kematian setelah penyakit jantung dan kanker dan penyebab ketiga terjadinya

kecacatan pada pasien.

Menurut World Stroke Organization tahun 2016, terdapat 13,7 juta kasus

stroke baru setiap tahun di seluruh dunia. Lebih dari 116 juta orang setiap tahun

meninggal dan cacat karena stroke.3 Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta

orang mengalami stroke. Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan

meninggal dikarenakan penyakit stroke ini.

Perdarahan intraserebral merupakan perdarahan di parenkim otak yang terjadi

8-13% dari semua kasus stroke. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas

lebih tinggi pada stroke hemoragik atau perdarahan intraserebral dibandingkan

dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat melakukan kegiatan mandiri

setelah serangan. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemoragik

mencapai 40-80%. Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama. Insidensi

global PIS berkisar 10-20 kasus per 100.000 penduduk dan meningkat dengan

pertambahan usia.

Hipertensi adalah faktor risiko tersering dan utama penyebab kejadian stroke

hemoragik nontraumatik atau perdarahan otak. Semakin tinggi derajat

hipertensi, semakin tinggi risiko perdarahan intraserebral (PIS) pada stroke

1
hemoragik. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia sehingga

hipertensi penyebab tersering perdarahan intraserebral spontan pada orang tua.

Perdarahan intraserebral yang disebabkan oleh hipertensi cenderung

mempengaruhi area tertentu di otak. Dalam sebuah penelitian pada 100 pasien

dengan hipertensi PIS, tempat paling umum dari perdarahan dari hasil CT scan

kepala yaitu di basal ganglia (55%), diikuti oleh thalamus (26%), belahan otak

(11%), batang otak (8%), dan serebelum (7%). Tekanan darah yang tinggi akan

menyebabkan terjadi perdarahan yang berkepanjangan dan lebih lama, sehingga

memperbesar volume perdarahan.

Volume dari hematoma atau perdarahan intraserebral sebanding dengan

tingkat kematian pada pasien.13 Pasien dengan volume pendarahan intraserebral

lebih dari 30 mL memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi yaitu sekitar 54,5%

dibandingkan dengan pasien dengan volume pendarahan intraserebral kurang dari 30

mL yaitu angka mortalitasnya sekitar 28,2%.

Penelitian yang menilai hubungan antara tekanan darah dengan volume

perdarahan intraserebral saat ini masih sangat kurang, dan hasil yang didapatkan

masih belum memuaskan karena masih banyak kontroversi yang ditemukan.

Penelitian yang dilakukan Kenny dkk menunjukkan tidak ada hubungan antara

volume pendarahan Rumusan Masalah

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah saat

masuk rumah sakit dengan volume perdarahan intraserebral pada pasien stroke

hemoragik berdasarkan hasil CT scan kepala.

2
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi usia pada pasien perdarahan intraserebral berdasarkan

hasil CT Scan kepala di IGD RSUP SANGLAH DENPASAR

b. Mengetahui distribusi jenis kelamin pada pasien perdarahan intraserebral

berdasarkan hasil CT Scan kepala di IGD RSUP SANGLAH DENPASAR.

c. Mengetahui gambaran tekanan darah saat masuk rumah sakit pada pasien

perdarahan intraserebral berdasarkan hasil CT Scan kepala di IGD RSUP

SANGLAH DENPASAR

d. Mengetahui volume perdarahan intraserebral berdasarkan hasil CT scan

kepala IGD RSUP SANGLAH DENPASAR.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman

peneliti mengenai hubungan tekanan darah saat masuk rumah sakit dengan

volume perdarahan intraserebral pada pasien stroke hemoragik berdasarkan hasil

CT scan kepala.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan data mengenai

hubungan tekanan darah dengan volume perdarahan intraserebral berdasarkan

hasil CT scan kepala dan dapat dijadikan sebagai bahan dasar dan literatur untuk

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

informasi bagi masyarakat terkait hubungan tekanan darah dengan kejadian

stroke hemoragik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stroke Hemoragik

1. Definisi

Stroke hemoragik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah di sekitar atau di dalam otak, sehingga

suplai darah ke jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa

membanjiri jaringan otak yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak

akan terganggu (Kanggeraldo, Sari, & Zul, 2018). Stroke hemoragik

terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh

darah yang ada di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau

menutupi ruang-ruang jaringan sel di dalam otak (Setiawan, 2021).

Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena

pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan darah di otak

mengalir ke rongga sekitar jaringan otak. Seseorang yang menderita

stroke hemoragik akan mengalam penurunan kesadaran, karena

kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah ke otak tidak

terpenuhi akibat pecahnya pembuluh darah (Ainy & Nurlaily, 2021).

2. Klasifikasi

Klasifikasi stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan intraserebral diakibatkan oleh pecahnya

pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh

4
darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Bila

perdarahan luas dan secara mendadak sehingga daerah otak yang

rusak cukup luas, maka keadaan ini biasa disebut ensepaloragia

(Junaidi, 2018).

Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10%-20%

dari semua stroke dan berhubungan dengan morbiditas dan

mortalitas yang lebih besar daripada stroke iskemik (Garg & Biller,

2022). Perdarahan Intraserebral diakibatkan oleh pecahnya

pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh

darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Penyebab

Perdarahan Intraserebral biasanya karena hipertensi yang

berlangsung lama lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah

dan salah satunya adalah terjadinya mikroaneurisma. Faktor

pencetus lain adalah stresfisik, emosi, peningkatan tekanan darah

mendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Sekitar

60-70% Perdarahan Intraserebral disebabkan oleh hipertensi.

Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan,

kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal, terutama

apabila perdarahannya luas (masif) (Setiawan, 2021).

b. Perdarahan subarachnoid (PSA)

Perdarahan subarachnoid adalah masuknya darah

keruang subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan

subarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga

subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer).

5
Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya

aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA

berupa aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan

koagulasi (iatrogenic/obat anti koagulan), kelainan hematologic

(misalnya trombositopenia, leukemia, anemia aplastik), tumor,

infeksi (missal vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks,

mikosis, TBC), serta trauma kepala (Junaidi, 2018)

Sebagian kasus Perdarahan subarachnoid terjadi tanpa

sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stres mental

dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol seperti :mengangkat beban,

menekuk, batuk atau bersin yang terlalu keras, mengejan dan

hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi penyebab (Junaidi, 2018).

3. Etiologi

Terjadinya penyakit stroke hemoragik dapat melalui beberapa

mekanisme. Stroke hemoragik yang berkaitan dengan penyakit

hipertensi terjadi pada stroke bagian otak dalam yang diperdarahi oleh

penetrating artery seperti pada area ganglia basalis (50%), lobus

serebral (10% hingga 20%), talamus (15%), pons dan batang otak

(10% hingga 20%), dan serebelum (10 %), stroke lobaris yang terjadi

pada pasien usia lanjut dikaitkan dengan cerebral amyloid angiopathy.

Selain diakibatkan oleh hipertensi, stroke hemoragik juga bisa

diakibatkan oleh tumor intrakranial, penyakit moyamoya, gangguan

pembekuan darah, leukimia, serta dipengaruhi juga oleh usia, jenis

kelamin, ras/suku, dan faktor genetik (Setiawan, 2021).

6
Pada umumnya stroke hemoragik terjadi pada lanjut usia,

dikarenakan penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang

sudah rapuh (aneurisma), pembuluh darah yang rapuh disebabkan oleh

factor usia (degeneratif), tetapi juga disebabkan oleh factor keturunan

(genetik) (Junaidi, 2018).

Menurut Junaidi (2018) Stroke hemoragik disebabkan oleh

arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Pembuluh darah pecah

umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang

disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik.

Penyebabnya terjadi peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi

dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang

mendadak tinggi juga disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan

lainnya seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban dan

sebagainya.

4. Faktor Resiko

Menurut (Haryono & Sari Utami, 2019) banyak faktor yang dapat

meeningkatkan resiko stroke yaitu :

a. Faktor resiko gaya hidup:

1) Kelebihan berat badan atau obesitas

2) Ketidakaktifan fisik

3) Minum berat atau pesta

4) Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan

metamfetamin

7
b. Faktor medis

1) Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 120/80 mmHg

2) Merokok atau terpapar asap rokok bekas

3) Kolesterol tinggi

4) Diabetes

5) Apnea tidur obstruktif

6) Penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, cacat jantuk,

infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal

7) Riwayat pribadi atau keluarga terkait stroke, serangan jantung,

atau serangan iskemik transien.

c. Faktor-faktor lain terkait stoke hemoragik adalah;

1) Usia. Orang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko stroke

yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

2) Hormon. Penggunaan pil KB atau terapi hormone yang

termasuk estrogen, serta peningkatan kadar estrogen dari

kehamilan dan persalinan.

Sedangkan menurut (Unnithan & Mehta, 2022) faktor resiko stroke

hemoragik yaitu:

a. Merokok dan konsumsi alkohol sedang atau berat dan alkoholisme

kronis.

b. Penyakit hati kronis meningkatkan kemungkinan ICH karena

koagulopati dan trombositopenia.

c. Penurunan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan trigliserida

rendah.

8
d. Simpatomimetik seperti kokain, heroin, amfetamin, efedrin, dan

fenilpropanolamin meningkatkan risiko perdarahan otak.

e. Microbleeds serebral (CMBs) yang terkait dengan hipertensi,

diabetes mellitus, dan merokok meningkatkan risiko ICH.

f. Usia tua dan jenis kelamin laki-laki. Insiden ICH meningkat setelah

usia 55 tahun. Risiko relatif setelah 70 tahun adalah 7.

g. Tumor yang lebih mudah berdarah adalah glioblastoma,

limfoma, metastasis, meningioma, adenoma hipofisis, dan

hemangioblastoma.

5. Patofisiolgi

Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

yang disertai ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab

nontraumatis. Stroke perdarahan sering terjadi pada pembuluh darah

yang melemah. Penyebab kelemahan pembuluh darah tersering pada

stroke adalah aneurisma dan malaformasi arteriovenous (AVM).

Ekstravasasi darah ke parenkim otak ini berpotensi merusak jaringan

sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari perluasan hematoma.

Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sering terjadi

adalah peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah

salah satu faktor hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh

darah mengalami perubahan struktur atau kerusakan vaskular.

Perubahan struktur yang terjadi meliputi lapisan elastik eksternal dan

lapisan adventisia yang membuat pembuluh darah mendadak dapat

membuat pembuluh darah pecah.

9
Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam

berlangsung selama beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan

memengaruhi jaringan sekitarnya melalui peningkatan tekanan

intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan hilangnya suplai

darah ke jaringan yang terkena dan pada akhirnya dapat menghasilkan

infark, selain itu, darah yang keluar selama ekstravasasi memiliki efek

toksik pada jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan jaringan

otak. Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap cedera otak

sekunder setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada stroke

perdarahan yang cepat, penanganan yang cepat dan menjadi hal yang

penting (Haryono & Sari Utami, 2019) .

Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah

didalam otak sehingga darah menutupi atau menggenangi ruang-ruang

pada jaringan sel otak, dengan adanya darah yang menggenangi dan

menutupi ruang-ruang pada jaringan sel otak tersebut maka akan

menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan fungsi

kontrol pada otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar

pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemoragie) atau juga dapat

terjadi genangan darah masuk kedalam ruang disekitar otak

(subarachnoid hemoragik) dan bila terjadi stroke bisa sangat luas dan

fatal dan bahkan sampai berujung kematian. Biasanya keadaan yang

sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh

darah akibat tertimbun plak atau arteriosclerosis bisa akan lebih parah

10
lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi (Setiawan,

2021).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Stroke hemoragik:

a. Tanda Stroke Hemoragik menurut (Setiyawan, Nurlely, & Hatati,

2019):

1) Sakit kepala hebat tiba-tiba

2) Kelemahan di lengan atau di kaki

3) Penurunan kesadaran

4) Kehilangan ketrampilan motorik (gerak) halus

5) Kehilangan keseimbangan tubuh

b. Gejala stroke hemoragik menurut (Tarwoto, 2017) meliputi:

1) Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya

2) Mual atau muntah

3) Gangguan penglihatan

4) Kelumpuhan pada wajah atau separuh anggota tubuh

(hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara

mendadak.

5) Kesulitan bicara (Afasia)

6) Bicara cadel atau pelo (Disatria)

7) Kesulitan menelan (Disfagia). Kesulitan menelan terjadi karena

kerusakan nervus cranial IX.

8) Kehilangan kesadaran

11
9) Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala terjadi karena peningkatan

tekanan intrakranial, edema serebri.

Menurut (Unnithan & Mehta, 2022) manifestasi klinis umum dari

stroke hemoragik:

a. Sakit kepala lebih sering terjadi pada hematoma besar.

b. Muntah menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial dan umum

terjadi pada hematoma sereblar.

c. Koma terjadi pada keterlibatan sistem aktivasi retikuler batang

otak.

d. Kejang, afasia, dan hemianopia terlihat pada perdarahan

lobar. Prodrom yang terdiri dari mati rasa, kesemutan, dan

kelemahan juga dapat terjadi pada perdarahan lobaris.

e. Defisit sensorimotor kontralateral merupakan gambaran perdarahan

ganglia basalis dan talamus.

f. Hilangnya semua modalitas sensorik adalah fitur utama dari

perdarahan thalamic.

g. Perluasan hematoma talamus ke otak tengah dapat menyebabkan

kelumpuhan tatapan vertikal, ptosis, dan pupil tidak reaktif.

h. Disfungsi saraf kranial dengan kelemahan kontralateral

menunjukkan hematoma batang otak.

i. Biasanya, hematoma pontine menghasilkan koma dan

quadriparesis.

12
7. Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial

Tekanan intrakranial normal berkisar pada 8-10 mmHg untuk bayi,

nilai kurang dari 15 mmHg untuk anak dan dewasa, sedangkan bila

lebih dari 20 mmHg dan sudah menetap dalam waktu lebih dari 20

menit dikatakan sebagai hipertensi intrakranial.

Gejala yang umum dijumpai pada peningkatan TIK menurut Amri, I.

(2017) yaitu:

a) Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit

kepala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan

duramater akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan

diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.

b) Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.

c) Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus

optikus yang berhubungan dengan rongga subarakhnoid di otak.

Hal ini merupakan indikator klinis yang baik untuk hipertensi

intrakranial.

d) Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat

kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi

motorik.

e) Kejang umum/fokal dapat terjadi pada 20-50% kasus tumor otak,

dan merupakan gejala permulaan pada lesi supratentorial pada anak

sebanyak 15%. Frekuensi kejang akan meningkat sesuai dengan

pertumbuhan tumor.

13
f) Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan

penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma herniasi dan

tandatanda umum Cushing’s triad (hipertensi, bradikardi, respirasi

ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi

level cedera.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut (Sutarwi, Bakhtiar, & Rochana,

2020)

a. Angiografiserebral

Identifikasi penyebab spesifik stroke, seperti pedarahan atau

penyumbatan arteri.

b. Single-photon emission computed tomography (SPECT)

Mendeteksi daerah abnormal dan daerah otak yang mendeteksi,

menemukan, dan mengukur stroke (sebelum muncul pada

pemindaian CTScan).

c. Computed tomography scan (CT-Scan)

Pemindaian ini menunjukkan lokasi edema, lokasi hematoma,

keberadaan dan lokasi pasti infark atau iskemia di jaringan otak.

Pemeriksaan ini harus segera kurang dari 12 jam dilakukan pada

kasus dugaan perdarahan subarachnoid. Bila hasil CT Scan tidak

menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid, maka langsung

dilanjutkan dengan tindakan fungsi lumbal untuk menganalisa hasil

cairan serebrospinal dalam kurun waktu 12 jam. Kemudian

14
dilanjutkan pemeriksaan spektrofotometri cairan serebrospinal

untuk mendeteksi adanya xanthochro xanthochromia.

d. MRI

Hasil yang diperoleh dengan menilai lokasi dan derajat perdarahan

otak menggunakan gelombang magnet adalah lesi dan infark

karena perdarahan. MRI tidak dianjurkan untuk mendeteksi

perdarahan dan tidak disarankn untuk mendeteksi perdarahn

subarachnoid.

e. Elektroencefalography

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau

mungkin memperlihatkan lesi yang spesifik

f. Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar pineal daerah yang

berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat

trhombus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisme pada

perdarahan subarchnoid.

g. Ultrasonography doopler

Mengidentifikasi penyakit ateriovena (masalah system kronis/aliran

darah, muncul plaque/aterosklerosis).

h. Pemeriksaan foto thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat

pembesaran ventrikel kiri yang merupakan tanda hipertensikronis

pada penderita stroke. Menggambarkan kelenjar pineal daerah

berlawanan dari massa yang meluas.

15
i. Pemeriksaan labolatorium

1) Fungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trhombosis,

emboli dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan

cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya

perdarahan subarchnoid atau intrakranial. Kadar protein total

meningkat pada kasus trhombosis sehubungan dengan proses

inflamasi.

2) Pemeriksaan darah rutin

3) Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia.

9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non-Farmakologi

Penanganan stroke merupakan salah satu kunci penting dalam

mengurangi kematian dan meminimalkan kerusakan otak yang

ditimbulkan oleh stroke adalah dengan memberikan penanganan yang

cepat dan tepat. Jika penanganan stroke diberikan lebih dari rentang

waktu (golden hour) maka kerusakan neorologis yang dialami pasien

stroke akan bersifat permanen. Fassbender (2017) menyatakan bahwa

waktu yang paling direkomendasikan pada pasien stroke adalah 3-4,5

jam yang disebut dengan golden hour.

a. Menurut (Unnithan & Mehta, 2022) Penatalaksanaan farmakologis

sebagai berikut:

1) Manajemen tekanan darah

Peningkatan tekanan darah adalah faktor risiko paling

umum untuk ICH. Hipertensi akut adalah pendorong utama

16
ekspansi hematoma dini, sehingga kontrol tekanan darah yang

agresif sangat diperlukan sebagai tindakan untuk mencegah

perluasan perdarahan dan menjadi fokus utama manajemen

awal ICH. Kontrol tekanan darah yang tepat dan tepat

diperlukan tanpa menginduksi hipotensi, sehingga agen titrasi

kerja cepat seperti nicardipine digunakan dalam manajemen

awal. Pada fase akut, sebaiknya menghindari obat

antihipertensi yang meningkatkan tekanan intrakranial,

terutama hydralazine, nitroprusside, dan nitro-gliserin.

Pengobatan antihipertensi akut untuk pasien dengan ICH

bermanfaat dan aman dengan kisaran target tekanan darah

sistolik atau Systolic Blood Pressure (SBP) yang optimal

antara 120 dan 160 mm Hg.

2) Penatalaksanaan Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)

Perawatan awal untuk peningkatan TIK adalah

meninggikan kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan agen

osmotik (manitol, salin hipertonik). Manitol 20% diberikan

dengan dosis 1,0 hingga 1,5 g/kg. Hiperventilasi setelah

intubasi dan sedasi, hingga pCO 28-32 mmHg akan diperlukan

jika TIK meningkat lebih lanjut.

ASA merekomendasikan pemantauan intracranial pressure

(ICP) dengan parenkim atau kateter ventrikel untuk semua

pasien dengan GCS <8 atau mereka dengan herniasi

transtentorial atau hidrosefalus. Kateter ventrikel memiliki

17
keuntungan untuk drainase cairan serebrospinal (CSF) pada

kasus hidrosefalus. Tujuannya adalah untuk menjaga tekanan

perfusi serebral (CPP) antara 50 hingga 70mmHg.

3) Terapi Hemostatik

Terapi hemostatik diberikan untuk mengurangi

perkembangan hematoma. Ini sangat penting untuk

membalikkan koagulopati pada pasien yang memakai

antikoagulan. Pada saat akan melakukan koreksi koagulopati,

diperlukan pemeriksaan hemostasis, misalnya Prothrombin

Time (PT), Activated Aartial Thrombin Time (APTT),

International Normalized Ratio (INR) dan trombosit.

Koreksi koagulopati bertujuan untuk mencegah perdarahan

yang lebih lanjut.17 Penghentian warfarin dan pemberian

vitamin K secara intravena (IV) adalah langkah terapi pertama.

Vitamin K harus diinfuskan perlahan (lebih dari 10 menit),

dengan dosis 10 mg dengan pemantauan ketat tanda-tanda

vital. Pada pasien yang mengalami peningkatan INR karena

penggunaan antagonis Vitamin K (VKA) padat diberikan

penambahan faktor emergent biasanya menggunakan Fresh

Freozen Plasma (FFP) dan Prothrombin Complex

Concentrates (PCC). Pedoman (AHA/ASA kelas IIb, level B)

lebih menganjurkan menggunakan PCC dibandingkan dengan

FFP karena tindakan yang lebih cepat dan memiliki efek

samping yang lebih sedikit. Pencapaian nilai INR di bawah 1,3

18
dalam waktu 4 jam sejak masuk dikaitkan dengan penurunan

risiko ekspansi hematoma.

4) Terapi Antiepilepsi

Sekitar 3- 17% pasien akan mengalami kejang dalam dua

minggu pertama, dan 30% pasien akan menunjukkan aktivitas

kejang listrik pada pemantauan EEG. Mereka yang mengalami

kejang klinis atau kejang elektrografik harus diobati dengan

obat antiepilepsi. Hematoma lobaris dan pembesaran

hematoma menghasilkan kejang, yang berhubungan dengan

perburukan neurologis. Kejang subklinis dan status epilepsi

non-konvulsif juga dapat terjadi. Pemantauan EEG

berkelanjutan diindikasikan pada pasien dengan penurunan

tingkat kesadaran . Jika tidak, obat antikonvulsan profilaksis

tidak dianjurkan, menurut pedoman ASA.

5) Pembedahan

Penatalaksanaan bedah untuk stroke hemoragik adalah

kraniotomi, kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik,

aspirasi endoskopi, dan aspirasi kateter. Beberapa percobaan

yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak didapatkan manfaat

secara keseluruhan dari operasi dini untuk perdarahan

intraserebral bila dibandingkan dengan pengobatan konservatif

awal. Pasien yang mengalami perdarahan lobaris dalam jarak 1

cm dari permukaan otak dan defisit klinis yang lebih ringan

(GCS>9) mendapatkan manfaat dari pembedahan dini.

19
Evakuasi bedah darurat diindikasikan pada perdarahan

serebral dengan hidrosefalus atau kompresi batang otak. Pasien

dengan perdarahan sereblar dengan diameter >3 cm akan

memiliki hasil yang lebih baik dengan pembedahan.

Hematoma serebelum dievakuasi dengan kraniektomi

suboksipital. Evakuasi perdarahan batang otak tidak

dianjurkan.

Kraniektomi dekompresi dan evakuasi hematoma sekarang

lebih sering dilakukan untuk stroke hemoragik. Tindakan ini

menunjukkan peningkatan hasil yang diperoleh dengan

menambahkan kraniektomi dekompresi dengan duraplasti

ekspansif untuk evakuasi ICH hemisfer hipertensi.

Hemikraniektomi dekompresi dengan evakuasi hematoma

dilakukan pada pasien dengan skor GCS ≤8 dan hematoma

besar dengan volume lebih besar dari 60 ml dapat menghindari

kejadian kematian dan dapat meningkatkan hasil fungsional.

b. Penatalaksanaan terapi non-farmakologis menurut (Saidi &

Andrianti, 2021)

1) Posisi tubuh dan kepala pada 15-30 derajat. Gerakan bertahap

dapat dimulai setelah pasien berada di sisinya dengan muntah

dan hemodinamik stabil.

2) Jaga agar jalan nafas tetap bersih dan ventilasi memadai

3) Mempertahankan tanda-tanda vital stabil

4) Istirahat di tempat tidur

20
5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

6) Hindari demam, batuk, sembelit dan minum berlebihan

10. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut (Mutiarasari, 2019) yaitu:

a. Hipoksi Serebral

Hipoksia merupakan keadaan dimana saturasi oksigen dalam darah

<96% selama 5 menit., keadaan ini sering muncul setelah stroke.

Dalam satu studi kecil dengan pasien hemiparresis, 63%

berkembang hipoksia dalam waktu 48 jam setelah terjadi stroke.

Umumnya hipoksia disebabkan obstruksi jalan napas,

hipoventilasi, aspirasi, atelektasis, dan pneumonia. Pasien dengan

penurunan kesadaran atau disfungsi batang otak memiliki

peningkatan risiko hipoksia karena gerakan orofaring yang lemah

dan hilangnya refleks perlindungan. (Guidelines, 2015)

b. Penurunan aliran darah serebral

Tergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas

vascular.

c. Emboli Serebral

Dapat terjadi setelah infark atau fibrilasi atrium, atau dapat terjadi

akibat katup jantung buatan

d. Disritmia

Dapat menyebabkan fluktasi curah jantung dan henti trombotik

lokal.

21
Sedangkan komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut yaitu:

a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan

biasanya terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus,

kontraktur, thrombosis vena dalam, atropi, inkontinensia urine dan

bowl.

b. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas litrik

otak.

c. Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri

kepala clauster.

d. Malnutrisi, karena intake yang tidak adekuat.

22
11. Web Of Causation (WOC)

Menjadi kapur/mengandung kolesterol dengan infiltrasi limfosit (trombus)


Lemak yang sudah nekrotik dan berdegenerasi
Penimbunan
Faktor lemak/kolester
Pencetus/Etiolo ol yang
gi meningkat

Pembuluh darah menjadi kaku dan pecah


Penyempitan pembuluh darah (oklusi vaskuler)

Aliran
darah
Stroke hemoragik Kompresi jaringan
otak Eritrosit bergumpal, endotel rusak
Penurunan Suplai darah dan O2metabolisme
Proses ke Otak dalam otak terganggu
Heriasi
Cairan plasma hilang

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral


Peningkatan TIK Edema cerebral

Intervensi:
Manajemen Peningkatan TIK
Arteri carotis interna Arteri vertebra basilaris Aretri cerebri mediaPemantauan TIK

23
Disfungsi N.II (optikus) Kerusakan neurocerebrospinal N.VIIDisfungsi N.IX (assesoris)
(facialis),N.IX (glossofaringeus)

Penurunan kemampuan retina untuk menangkap Penurunan fungsi motorik dan muskuskeletal

Kontrol otot facial/oral menjadi lemah


Hemiparase/plegi
Kebutaan kanan&kiri

Resiko jatuh Kerusakan artikular, tidak dapat berbicara (disatria)


Intervensi:
Konstipasi
- Pencegahan Jatuh

Intervensi: Manajemen
Proses menelan
tidak efektif Gangguan Komunikasi VerbalIntervensi:
Promosi Fisik Tirah baring lama
Gangguan Mobilitas
Komunikasi:
Intervensi: Dukungan Mobilisasi
Penurunan fungsi Defisit Bicara
N.X (vagus), N.IX (glosofaringeus)
Gangguan integritas kulit/jaringan
Luka dekubitus

Refluks Resiko Defisit Nutrisi Intervensi: Manajemen gangguan Makan


Anoreksia Intervensi: Perawatan Integritas Kulit
Gambar 1 Pathway Stroke
Disfagia Hemoragik Sumber: Junaidi (2018),
SDKI (2017), SIKI (2018)

24
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat

dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2021).

a. Identitas

Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama

penanggung jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan

darah, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, agama, status perkawinan,

pekerjaan, nomor register,dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan

pengkajian yang menyebabkan pasien berobat (Hidayat, 2021). Pengkajian

primer

1) Airway

Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai

control servikal jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii.

2) Breathing

Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar

oksigenasi adekuat.

3) Circulation

Mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. Kaji adanya

kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,

tekanan darah menurun.Pada pasien stroke biasanya terjadi peningkatan

tekanan darah dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 200

25
mmHg).

4) Disability

Kaji status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek GCS dan

cek reflek pupil.

5) Exposure

Kaji adanya trauma pada seluruh tubuh pasien. Kaji tanda vital pasien.

c. Pengkajian sekunder

1) Riwayat penyakit

Menurut Hidayat (2021) yang perlu dikaji pada riwayat penyakit diantaranya:

a) Riwayat penyakit terdahulu : catatan tentang penyakit yang pernah

dialami pasien sebelum masuk rumah sakit.

b) Riwayat penyakit sekarang : catatan tentang riwayat penyakit pasien

saat dilakukan pengkajian.

c) Riwayat penyakit keluarga : catatan tentang penyakit keluarga

yang berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.

2) Pemeriksaan fisik

Pada pengkajian fisik menurut Hidayat (2021) meliputi pemeriksaan pada :

a) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,

lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah

goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /

ganda, diplopia, lensa mata keruh.

b) Sistem integument

26
Turgor kulit menurun, adanya luka akibat bed rest yang lama ,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

c) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

d) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

e) Sistem gastrointestinal

Terdapat adanya kesulitan menelan , nafsu makan menurun , mual

muntah pada fase akut .

f) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine.

g) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri.

h) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi

2. Diagnosis keperawatan

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan Hipertensi

b. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler

c. Resiko defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan menelanmakanan

d. Resiko jatuh

e. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral

27
3. Intevensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,

tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa

pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif H,

2016). Adapun intervensi keperawatan pada pasien stroke hemoragik sesuai dengan

Standar Luaran Keperawatan dan Standar Intervensi Keperawatan

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Hidayat, 2021).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan.

Evaluasi untuk setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S), data objektif

(O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P)

berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses.

Evaluasi mengharuskan perawat melakukan pemeriksaan

28
BAB III
Kasus

Kasus
Tn.A beralamat di kampung bali,kota bengkulu,pada tanggal 05 Oktober
2023 pukul 6.00 Wib.Suku bali beragam hindu. Tn.A diantar keluarga
karena mengalami penurunan kesadaran sebelum RS kelemahan terjadi
tubuh kiri tiba-tiba saat sedang duduk bersembayang dipura.keluarga
pasien mengatakan sulit mengkat lengan kiri maupun menggerakan kaki
kiri saat itu pasien bicara ngelantur dan selama perjalanan ke RS pasien
Mengantuk dan mulai tidak sadarkan diri GCS : E(2),V(2),M(2),RR
28x/m pola nafas cepat & dangkal ,nadi 2x/m,TD 80/00 mmHg,Suhu
39̊c,CRT ≤ 2 detik,SaO2n 82%,terdengar suara snooring,bicara
pelo,sudah beberapahari tapi tidak diperhatikan oleh
keluarga,muntah,kejang,keluhan nyeri kepala sebelumnya juga disangkal
oleh keluarga ,setahun yang lalu pasien masuk RS karena
hipertensi,kelurga pasien jga mengatakan pasien pasien kadang lupa
minum obat hipetensi(amlodipin)& suka makan sembarangan

BAGIAN KEPERAWATAN KRITIS

Nama Pasien : Tn. A Umur : 63 Tahun Jenis Kelamin : L

I. Pengkajian Primer

A : Airway
- Jalan nafas tidak paten
adanya sumbatan jalan nafas
- Tidak ada pendarahan
- Tidak ada edema &sputum bersih
- terdapat pangkal lidah jatuh kebelakang
-terdengar suara snoring

B : Breating
- Frekuensi pernafasan 28x/m
- Pola nafas : sesak nafas cepat & dangkal
- bunyi nafas :wheezing
-pemgunaan cuping hidung : tidak ada
29
- penggunaa otot bantu nafas : tidak ada
- pemasangan OPA

C : Circulation
- Tekanan Darah : 180/100 mmHg
- Nadi : 121x/m
- suhu : 39̊c
- CRT : ≤ 2 detik
- SaO2 : 82%

D : Disability
-E:2
-V:2
-M:2
Tingkat kesadaran : Sopor

II. Data Demografi


Nama Lengkap : Tn.A Tanggal masuk RS: 05 Okt 2023

Agama : Hindu Suku : Bali


Pendidikan : S1
Pekerjaan :Pensiunan Lama Bekerja : 40 Tahun
Alamat : Kampung Bali Kota Bengkulu
...........................................................................
Sumber Informasi: Anak pasien

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi :


Nama : Ny. S
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung Bali Kota bengkulu

30
III. Status Kesehatan Saat Ini
Alasan Kunjungan/Keluhan utama : penurunan kesadaran
Faktor pencetus :
Hipertensi
.....................................................................................................
Lama keluhan : ± 6 jam Bertahap
Faktor yang memperberat : Tidak ada
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Minum Obat Hipertensi

Diagnosa Medik : Stroke Hemoragik

IV. Riwayat Kesehatan yang Lalu


masuk Rs kurang lebih satu tahun yang lalu karena hipertensi
Alergi : Tidak ada
Kebiasaan : suka makan sembarangan
Obat-obatan yang sering digunakan
Amlodipine

Pola nutrisi :
Berat badan : 87 kg Tinggi badan : 167 cm
Frekwensi makan : ≤ 3 x sehari
Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna
Makanan yang disukai : sayuran & daging
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
Nafsu makan dalam 6 bulan terakhir : Sedang
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : 85 Kg Bertambah
Pola Eliminasi :
Buang air besar
Frekwensi :Normal Waktu : Pagi
Warna : Kuning Konsistensi:Lembek
Kesulitan : Tidak ada
Buang air kecil
31
Frekwensi :Normal Warna : Kuning Jernih
Kesulitan : Tidak ada
Pola tidur dan istirahat
Lama tidur : 6 jam Waktu : 22.00- 04.00 wib
Kesulitan dalam hal tidur : kadang- kadang
Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : PNS
Olah raga rutin (jenis dan frekwensi) : jalan sehat

.................................................................................................
Kegiatan di waktu luang : berkebun
Keluhan dalam beraktivitas : sesak nafas
Pola Bekerja :
Jenis pekerjaan: PNS
Lama bekerja : 9 Jam
Jadwal kerja :Senin- Jumat
Jumlah jam kerja : 45 jam
V. Riwayat Keluarga
Genogram beserta penyakit yang dialami oleh anggota keluarga lain.

VI. Pengkajian Sekunder


Kepala
Inspeksi/Palpasi :
Keluhan : nyeri kepala
Mata
Fungsi penglihatan :
Palpebra : Terbuka / Tertutup
Ukuran pupil : Isokor
Akomodasi : Isokor
Konjungtiva : normal Sklera : Normal
Edema Palpebra : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
Telinga
32
Fungsi pendengaran : Normal
Fungsi keseimbangan : Normal
Keluhan : Tidak ada
Hidung dan sinus
Inspeksi : Tidak ada secret
Pembengkakan : tidak ada Pendarahan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada

Mulut dan Tenggorok


Inspeksi : Tidak ada sputum
Keadaan gigi : Normal
Keadaan membran mukosa :
Kesulitan menelan: ada
Leher
Inspeksi/palpasi : Tidak ada pembekakan kelejar getah bening
Auskultasi : terdengar suara snoring
Thoraks
Inspeksi : Tampak simetris,tidak terdapat otot bantu napas
Palpasi : tidak ada
Perkusi paru : Sonor
Perkusi jantung :
Auskultasi paru :......................................................................
Pola ventilator : .......................................................................
Deskripsi ventilator :................................................................
.......................................................................
Auskultasi Jantung :.................................................................
Gambaran EKG :.............................. JVD : ............................
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 121x/M SaO2 : 82%
Tekanan darah : 180/100 mmHg MAP : ……………..CVP :
PA Sistolik : 180 PA Diastolik : 100 . PAP : ..........
Suhu Tubuh : 39c Suhu ekstremitas : ......................
Sianosis : Bibir/kuku............Pucat : ..............................
33
Turgor : .......................................................................
Abdomen
Inspeksi : Tidak Ada jejas
Auskultasi : Bising Usus 10x/m
Palpasi : tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi : Timpani
Jenis diet : - Nafsu makan : berkurang
Pengeluaran NGT: tidak ada
Frekwensi BAB : ...............................Konsisten feses : .............
Keluhan makan dan BAB : .......................................................
Frekwensi BAK : Normal Volume urin :
Penggunaan tester............................: Hematuri.........:
Keluhan BAK : Tidak Ada
Riwayat kehamilan : Tidak Ada
Perdarahan pervaginam : Tidak ada
Keluhan sistem reproduksi : Tidak ada
Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada injury
Masa otot : lemah Tonus otot : lemah
Kekakuan : kaku Kejang : ada

VII.Data Laboratorium
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan

Pemeriksaan Rujukan
3
Darah Lengkap WBC 13.12 10 /uL 4.1-11.0 Tinggi
(DL) RBC 5.78 103/uL 4.5-5.9 Normal
HGB 16.70 g/dL 13.5-17.5 Normal
HCT 51.70 % 41.0-53.0 Rendah
PLT 253.00 103/uL 150-440 Normal
Kimia Klinik SGOT 27.9 u/L 5-34 Normal
SGPT 25.90 u/L 11-50 Normal
GDS 120 mg/dL 70-140 Normal
BUN 17.10 mg/dL 8.00-23.00 Normal
Kreatinin 1.20 mg/dL 0.72-1.25 Normal
Cl-serum 104 mmol/L 94-110 Normal
K-serum 4.46 mmol/L 3.5-5.10 Normal
34
Na-serum 139 mmol/L 136-145 Normal
Analisa Gas pH 7.30 7.35-7.45 Rendah
Darah PCO2 52.0 mmHg 35-45 Tinggi
PO2 170.0 mmHg 80-100 Tinggi
HCO3- 25.60 mmol/L 22-26 Tinggi

35
VIII. Hasil Pemeriksaan Diagnostik Lain
Hasil bacaan CT-scan kepala :
Intracerebral hemorrage dengan volume perdarahan
± 4,7 cc disertai perifokal edema.
IX. Pengobatan:
IVFD NaCl 0,9% 12 tpm
Oksigen NRM 12 lpm
Citicholin 250 gram tiap 12 jam
Paracetamol 1000 mg tiap 8 jam
Omeprazol 40 mg tiap 12 jam

BAGIAN KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

LEMBAR OBSERVASI

Nama Mahasiswa : Tanggal Praktek. .:


NPM : ........................... Tempat Praktek...........................:

Nama Pasien : .................................. Umur : ........................ L/P

Tanggal : Jam

36
Tingkat kesadaranSopor
Ukuran Pupil
Sistem Neurologi
Reaksi Pupil
GCS 6
Jenis Ventilator
PEEP
Sistem Frekwensi nafas 24
Pernafasan Tekanan darah 180/100
MAP
Frekwensi Nadi
CVP
Suhu tubuh 39c
Sistem PA Sistolik 180
KardiovaskulePA Diastolik 100
r PA Mean
Sat O2 82%

Enteral
Cairan Masuk Parenteral
Lain
Urin
Cairan Keluar Enteral
Lain
Analisa Gas Pa H 7.30
Darah Pa O2 170.0
Pa CO2 52.0
HCO3 25.60
Sa O2 82%

37
BE
Na
Elektrolit K
Cl

B. Analisa Data

Data fokus Etilogi Masalah


DS : Keluarga mengatakan mengeluh sakit Hipertensi Resiko perfusi serebral
kepala tidak efektif
Keluarga mengatakan pasien memiliki
riwayat hipertensi
DO :
- Tingkat kesadaran sopor
- GCS : E2V2M2 (6)
- Tekanan darah : 180/100 mmHG
- MAP : 120 mmHg Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan neuromuskukar
- Tampak cukup gelisah
- Skala nyeri : 7 (Behavior Pain Scale)
- Hasil CT-scan : Intracerebral
hemorrage dengan volume perdarahan ±
3 4,7 cc disertai perifokal edema. Gang
DS: -keluarga pasien mengatakan sulit g
mengangkat tangan kiri maupun kaki u
kiri Penurunan sirkulasi
a
serebral
DO : TTV :Tekanan Darah: 180/100 mmHg n
Suhu : 39c K
Nadi : 121x/m o
Pernafasan :24x/m m
u
ni
DS : Keluarga mengatakan pasien bicara k
pelo sudah beberapa hari as
DO : DO : TTV :Tekanan Darah: 180/100 i
mmHg V
Suhu : 39c er
Nadi : 121x/m b
Pernafasan :24x/m al

38
C. Diagnosa Keperawatan
1 Resiko Perfusi Serbral tidak Efektif b/d Hipertensi
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Neuromuskular
3. Gangguan Komunikasi verbal b/d Penurunan Sirkulasi Serebral

D . Intervensi
No Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhanManajemen Peningkatan


serebral tidak keperawatan selama 1 x 24 Tekanan Intrakranial
efektif b/d jam maka Perfusi Serebral Observasi
hipertensi
Meningkat dengan kriteria 4. Monitor tanda /gejala
hasil : peningkatan TIK (mis.
7. Tingkat Tekanan darah meningkat,
kesadaran tekanan nadi melebar,
meningkat (5) bradikardi, pola nafas
8. Sakit kepala menurun (5) ireguler, kesadaran menurun)
9. Gelisah menurun (5) 5. Monitor MAP (Mean Arterial
10. Tekanan arteri rata-rata Pressure)
membaik (5) 6. Monitor status pernapasan
11. Tekanan darah sistolik
membaik (5) Terapeutik
12. Tekanan darah diastolic 4. Minimalkan stimulus dengan
membaik (5) menyediakan lingkungan
yang tenang
5. Berikan posisi head up 30o
6. Hindari pemberian cairan IV
G hipotonik
Kolaborasi
2. Setelah dilakukan asuhan
3. Kolaborasi pemberian
keperawatan selama 3x 24

39
jam maka Perfusi Serebral pemberian citicholin 250 mg
Meningkat dengan kriteria tiap 12 jam
hasil :
1. Pergerakan eksremitas
meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak meningkat Dukungan Mobilitas
4. Kaku sendi menurun 1. Identifikasi adanya nyeri atau
5. Gerakan terbatas menurun keluhan fisik lainya.
6. Kelemahan fisik menurun 2. identifikasi toleransi fisik
melakukan gerakan
3. monitor keadaan umum
selama mobilisasi
4. fasilitas aktifitas mobilisasi
dengan alat bantu
5. libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
6. anjurkanmelakukan mobilisasi
dini
7. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
( mis.duduk ditempat
tidur,pindah dari tempat tidur
pindah dari tempat tidur ke
kursi
Gangguan
Komunikasi verbal
3 b/d Penurunan
Sirkulasi Serebral
Setelah 1.Buat suasana tenang
dilakuk
an 2. Anjurkan pasien untuk berbicara
asuhan pelan, tenang dan jelas
kepera
3. Gunakan bahasa yang mudah dan
watan konsistensaat berinteraksi
3x24
jam 4. Gunakan teknik validasi dan
Klarifikasi
diharapkan
pasien 5. Fokuskan
mampu pembicaraan hanya pada satu topik
berkom
unikasi
secara
verbal

40
dengan
baik
dengan
kriteria
hasil:

1. Kata
kalimat
yang
diguna
kan
dengan
pembic
araan
sesuai
topik

2. Pasien
dapat
berkom
unikasi
dengan
jelas

41
42
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan subarakhnoid
yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu
(Hudak Gallow, 1996 ). Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi 3 macam
yaitu perdarahan sub dural (PSD), perdarahan sub araknoid (PSA) dan
perdarahan intra serebral (PIS).
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi
serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam
jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalahpenghentian
suplai darah ke otak. Oleh karena itu, masalah stroke hemoragik harus
mendapatkan perhatian lebih agar tidak mengakibatkan kematian.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas penyusun menyarankan kepada beberapa
pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Keluarga klien atau pasien
................Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan
perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya
yang mengalami Stroke hemoragik, selain itu dapat memperbaiki pola
hidup agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Mahasiswa
................Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep Stroke
hemoragik utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
intensif pada pasien dengan Stroke hemoragik dan memberikan
penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa
dapat menjalin kerja sama dengan perawat lainnya, agar dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

43
DAFTAR PUSTAKA

American Hearth Assosiation. 2010. Heart Deaeas And Stroke Statistic : Our
Guide To Current Statistics And The Supplement To Our Heart And
Stroke Fact-2010 Update. diakses pada 19 september 2018 dari
http://american heartassosiation.org

Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 12. Jakarta. EGC

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Republic Indonesia Tahun 2012. Diakses
tanggal Pada 13 November 2018 dari http://www.depkes.go.id

Felgin, V. 2006. Stroke. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta

Goldstein L.B., Adams R., Alberts M.J. Appel L.J., Brass L.M., Cheryl D.,
Bushnell., Culebras A., Degraba T.J., Gorelick P.B., Guyton J.R., Hart
R.G., Howard G., American Heart Association. 37 : Diakses tanggal 7
November 2018 dari http://stroke.ahajournals.org/

Liebeskind, D.S. (2013).IntraSerebral Haemorhage. Available from:


http://emedicine.mescape.com/article/1163977-overview

Magistris, F., Bazak, S and martin, J. 2013. Intracerebral Hemorrhage :


Pathophysiology, diagnosis and Management. Mc Master University
Medical Journal.

Misbach J. 2011. Stroke, Aspek Diagnostic, Patofisologi Manajemen. Jakarta :


Balai Penerbit Fkui

Nursalam. (2006). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Price, S. A., & Wilson L.M. 2002 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta : EGC

Purwani, D.Rahayu. 2017. Stroke’s Home Care. Pencegahan, Penanganan, Dan


Perawatan Stroke Dalam Keluarga. Yogyakarta : Healthy

Rekam Medik. 2018. Prevalensi Stroke. Rsud Dr. Harjono Ponorogo

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan RI : Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

44
Smetlzer, & Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 Vol 1 Alih Bahasa : Kuncara Monica Ester. Jakarta : EGC

Sudoyo. A. W., dkk . 2009 . Buku Ajar Penyakit Dalam . Edisi 4. Jakarta : Pusat
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Wijaya, A.S Dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medical Bedah 2,


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika

45

Anda mungkin juga menyukai