STROKE HEMORAGIK
Oleh :
Pembimbing
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan CBD
ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi penugasan dalam menempuh kepaniteraan
klinik di bagian SMF Saraf RSU Bangli.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu izinkan penulis untuk
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Ni Made Yuli Artini,Sp.S selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Case Base
Discussion.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun
laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.9 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................... 25
3.10 Diagnosis Kerja ................................................................................................................ 29
3.11 Penatalaksanaan................................................................................................................ 29
3.13 Laporan Follow Up Pasien ...................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Stoke in evolution
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat dan
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya penyakit selain
daripada gangguan vaskular. Stroke hemoragik adalah defisit neurologik fokal atau
general yang terjadi mendadak atau cepat dalam beberapa detik atau jam yang disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral (Mahayani,2019).
2.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung
koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian
disebabkan oleh stroke. Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat stroke. Menurut data Riskesdes pada tahun 2018 dinyatakan bahwa prevalensi
stroke (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15tahun provinsi
dengan pasien stroke tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 14,7% dan
terendah ada di Provinsi Papua sebesar 4,1%. Prevalensi pasien stroke berdasarkan
diagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tertinggi ada pada usia ≥75
tahun yaitu sebesar 50,2% (Setiawan, 2021). Sebanyak 28,5% penderita meninggal dunia
dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat
sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan (Qurbany & Adityo, 2016).
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi stroke yang dianjurkan adalah (Ngoerah, 2017) :
1. TIA (Transient Ischemic Attack) atau S.I.S (Serangan Iskhemia Sejenak), stroke ini
dimana gejala-gejala nya mengilang dalam < 24 jamdan dapat timbuul berulang.
2. Stroke In Evolution, stroke ini dapat berkembang menjadi completed stroke. Stroke ini
adalah suatu stroke yang semakin bertambah kegawatdaruratannya. Misalnya
penderita awalnya monoparese tidak lama kemudian menjadi hemiplegik.
a. Non Haemorrhagic Completed Stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh trombus
dan emboli
2.6 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi karena kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di
otak sehingga menggenangi atau menutupiruang-ruang jaringan sel di dalam otak.
Hipertensi menjadi faktor risiko terpenting pada kejadian stroke hemoragik baik bagi laki-
laki ataupun perempuan (Setiawan, 2021).
Tekanan darah sistemik yang meningkat akan membuat pembuluh darah serebral
berkontraksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan
darah meningkat cukup tinggi selama berbulan‐bulan atau bertahun‐tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral yang mengakibatkan
diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya, karena
pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi denganleluasa untuk mengatasi
fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka
tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat, sehingga akan mengakibatkan iskemik
serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi
pada dinding kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan
kemungkinan perdarahan pada otak akibat pecah atau bocornya pembuluh darah (Qurbany
& Adtiyo, 2016).
4
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur
otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya hal ini
juga menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (Mahmudah, 2014). Stroke
hemoragik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Pada
perdarahan intraserebral, perdarahan terjadi pada parenkim otak itu sendiri. Penyebab
perdarahan intraserebral, antara lain hipertensi, aneurisma, malformasi arteroivenous,
neoplasma, gangguan koagulasi, antikoagulan, vaskulitis, trauma, dan idiopatik. Pada
perdarahan subarachnoid, perdarahan terjadi di sekeliling otak hingga ke ruang
subarachnoid dan ruang cairan serebrospinal. Penyebab perdarahan subarachnoid, antara
lain aneurisma, malformasi arteriovenous, antikoagulan, tumor, vaskulitis, dan ideopatik
(Mahmudah, 2014).
Untuk membedakan stroke hemoragik dengan stroke non hemoragik dapat dilihat
dibawah ini (Ngoerah, 2017; Mansjoer, 2000) :
5
STROKE STROKE NON
HEMORAGIK HEMORAGIK
2.8 Diagnosis
Penegakan diagnosis stroke memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan neurologis
lainnya, dilakukan pemeriksaan nervus kranalis, serta pemeriksaan refleks fisilogis dan
refleks patologis dan GCS (Glasgow Coma Scale). Pemeriksaan neurologis dilakukan
dengan membandingkan sisi kanan dan kiri, serta sisi atas dan bawah untuk menentukan
luas dan lokasi lesi (Setiawan, 2021).
6
Pada anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak, lateralisasi atau bicara
pelo yang terjadi secara tiba-tiba pada saat sedang beraktivitas. Selain itu, pada anamnesa
juga perlu ditanyakan penyakit-penyakit tedahulu seperti diabetes mellitus atau kelainan
jantung. Obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat penyakit dalam keluarga juga perlu
ditanyakan pada anamnesa (Misbach, 2011).
Penilaian kekuatan otot dalam derajat tenaga 0 sampai 5 secara praktis mempunyai
kepentingan dalam penilaian kemajuan atau kemunduran orang sakit dalam perawatan dan
bukan suatu tindakan 14 pemeriksaan yang semata-mata menentukan suatu kelumpuhan.
Refleks patologis dapat dijumpai pada sisi yang hemiparetik. Refleks patologis yang dapat
dilakukan pada tangan ialah refleks Hoffmann–Tromner. Sedangkan refleks patologis
yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinsky, Chaddock, Oppenheim, Gordon,
Schaefer dan Gonda. Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang keluar
melalui otak, berbeda dari saraf spinal yang keluar melalui sumsum tulang belakang. Saraf
kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki
jenis sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4
pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X) (Setiawan,2021).
Di mana A adalah diameter terbesar hematom pada salah satu potongan CT. B
adalah diameter tegak lurus terhadap potongan CT. C adalah ketinggian vertikal
hematoma. Perdarahan intraserebral dengan volume lebih dari 60 cc dikaitkan dengan
kematian yang tinggi (Setiawan, 2021).
7
perdarahan intraserebral pada stroke hemoragik sehingga di anggap sebagai standar emas
dalam mendiagnosis perdarahan intraserebral. Selain untuk mendiagnosis perdarahan
intraserebral, NCCT dapat memberikan elemen yang berguna seperti lokasi perdarahan
intraserebral, ekstensi intraventrikular, hidrosefalus, derajat edema, dan kompresi batang
otak sekunder akibat efek massa dari hematoma. Pencitraan Gradient Echo (GRE) sama
baiknya dengan CT dalam mendeteksi perdarahan akut. MRI dapat membedakan antara
transformasi hemoragik infark dan perdarahan primer, dan dapat mendeteksi penyebab
yang mendasari perdarahan sekunder, seperti malformasi vaskular, termasuk kavernoma,
tumor, dan trombosis vena serebral (Setiawan, 2021).
2.9 Penatalaksaan
Pasien dengan stroke hemoragik mengalami hal tersebut karena adanya
peningkatan tekanan intrakranial serta kompresi thalamus dan batang otak Implementasi
yang dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial yaitu elevasi kepala atau head up 30 derajat. Elevasi kepala atau head up 30
derajat merupakan perawatan awal pada pasien dengan peningkatan TIK. Pemberian posisi
kepala tersebut dapat memperlancar dan meningkatkan aliran darah serta oksigenisasi
serebral yang maksimal sehingga dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial dan
memberikan pengaruh pada tingkat kesadaran (Yusnita,2022).
Kontrol tekanan darah yang tepat dan tepat diperlukan tanpa menginduksi
hipotensi, sehingga agen titrasi kerja cepat seperti nicardipine digunakan dalam
manajemen awal. Pada fase akut, sebaiknya menghindari obat antihipertensi yang
meningkatkan tekanan intrakranial, terutama hydralazine, nitroprusside, dan nitrogliserin
(Yusnita,2022).
8
Penatalaksanaan bedah untuk stroke hemoragik adalah kraniotomi, kraniektomi
dekompresi, aspirasi stereotaktik, aspirasi endoskopi, dan aspirasi kateter. Pasien dengan
perdarahan serebelar dengan diameter >3 cm akan memiliki hasil yang lebih baik dengan
pembedahan. 8 Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol
tekanan darah, menghentikan kebiasaan merokok, alkoholisme, dan penggunaan kokain
karena hal tersebut dapat memicu resiko perdarahan intraserebral berulang (Yusnita,2022).
Salah satu gejala yang terjadi pada pasien stroke hemoragik yaitu kelumpuhan
sebelah anggota badan (hemiparesis), implementasi yang diberikan yaitu terapi Range of
Motion (ROM) pasif. Keefektifan dari pemberian terapi ROM pasif dapat dilihat setelah
pemberian ≥ 1 bulan. Hosseini et al (2019) menyatakan bahwa terdapat peningkatan fungsi
motorik pada ekstremitas atas dan bawah setelah pemberian terapi ROM pasif yang mulai
terlihat di bulan pertama dan terus meningkat sampai bulan ketiga dilakukannya
observasi. Terapi diberikan setiap hari dengan mengikutsertakan keluarga dalam pemberian
terapi dan memberikan leaflet cara melakukan terapi ROMpasif agar terapi dapat dilakukan
secara mandiri oleh keluarga kepada pasien saat pasien pulang ke rumah (Yusnita, 2022).
2.10 Prognosis
Banyak kasus stroke hemoragik membutuhkan perawatan jangka panjang, hanya
20% penderita yang dapat hidup secara independen, sedangkan 40% kasus meninggal
dalam 30 hari dan sekitar separuhnya akan meninggal dalam 48 jam (Darotin dkk., 2017).
9
BAB III
LAPORAN KASUS
11
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Tanda Vital
Tekanan Darah : 153/93 mmHg
Nadi : 103x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,0o C
SpO2 : 98%
Status Generalis
Kepala : Normochepali
Mata : Pupil (+/+) bulat isokor 3/3 mm, anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek cahaya
pada kedua pupil mata (+/+).
Hidung : discharge (-/-), pernafasan cuping hidung (-),deviasi Septum (-),
deformitas (-)
Mulut : Dalam batas normal
Telinga : Normal, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-).
12
Pemeriksaan Thorac Pulmonal
Inspeksi : Normochest, dinding dada simestris kanan dan kiri, tidak ada
gerakan nafas tertinggal, tidak ada massa dan tidak ada tanda-tanda peradangan.
Palpasi : Nyeri tekan (-), palpasi pengembangan kedua lapang paru
simetris, vocal premitus kedua lapang paru teraba simetris
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, distensi tidak ada, asites tidak ada, tidak tampak a
danya massa, tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan.
Auskultasi : Bising usus (+), Normal
Perkusi : Timpani pada empat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
13
Ekstremitas
Atas Bawah
- Hangat - Akral Hangat
+ +
+ +
+ +
+ +
Nervus Cranialis
1 Nervus 1 D S
. (Olfaktorius)
Subjektif
Nomal Normal
Objektif
2 Nervus II (Optikus) OD OS
.
Visus 6/6 6/6
Lapang Pandang Normal Normal
Tes warna Normal Normal
14
Funduskopi Tidak dapat di evaluasi
3 Nervus III, IV, VI OD OS
.
Kedudukan Normal Normal
bolamata
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pupil Bulat, Isokor ODS 3 mm Bulat, Isokor ODS 3mm
Refleks Pupil
- Refleks cahaya + +
Langsung
- Refleks + +
Konsensuil
- Refleks + +
Akomodasi
Gerakan Bola Mata Kesegala arah Kesegala arah
4 Nervus V Kanan Kiri
.
Sensorik :
15
5 Nervus VII Kanan Kiri
. (Fasialis)
Otot-otot wajah dalam keadaan istirahat
Dahi simetris Normal, Simetris Normal, Simetris
16
Uji Garputala
17
Ujung lidah saat istirahat
(-) (+)
Ujung lidah saat di julurkan (+)
(-)
Disartria (-)
(-)
18
Pemeriksaan Motorik Anggota Gerak Atas
Tenaga : Kanan Kiri
- M. Deltoid (Abduksi 1 5
- M. Bisep (Fleksi) 1 5
- M. Trisep (Ekstensi) 1 5
- Fleksi pergelangan tangan 1 5
- Abduksi jari-jari
1 5
- Adduksi jari-jari
1 5
Tonus Flaksid Normal
Refleks fisiologis :
Bisep + +
Trisep + +
Radius + +
Ulna + +
Reflex patologis :
19
Sensibilitas :
Uji telunjuk-hidung
Uji hidung-telunjukhidung
Tidak dapat di Tidak dapat di
Uji diadokhokinesis evaluasi evaluasi
Uji tepuk lutut
Dismetri Stewart-Holmes
Vegetatif
Gerakan involunter:
20
Pemeriksaan Badan
Keadaan tulang punggung Normal
Keadaan otot-otot Normal
Refleks :
Abdominal atas + +
Abdominal bawah + +
Kremaster Tidak dapat dievaluasi
Anus Tidak dapat dievaluasi
Sensibilitas
Perasa raba Normal
Perasa nyeri Normal
Perasa suhu Normal
Koordinasi :
Asinergia serebelar Tidak Ada
Vegetatif :
Kandung kencing Normal
Rectum Normal
Genitalia Normal
Gerakan involunter Tidak Ada
21
Pemeriksaan Motorik Anggota Gerak Bawah
Tenaga: Kanan Kiri
Gerakan fleksi sendi panggul 1 5
Gerakan ekstensi sendi panggul 1 5
Gerakan fleksi sendi lutut 1 5
Gerakan ekstensi sendi lutut 1 5
Gerakan dorsofleksi sendi kaki 1 5
Gerakan plantarfleksi sendi 1 5
Kaki
Refleks fisiologis :
KPR + ++
APR + ++
Plantar + ++
Reflex patologis :
Klonus:
Paha (-) (-)
Kaki (-) (-)
22
Sensibilitas :
Koordinasi
Uji tumit-lutut :
Romberg test
Tidak dapat dievaluasi
Tandem Gait
Tandem Gait dipertajam
Vegetatif :
Vasomotorik Normal Normal
Sudomotorik Normal Normal
Pilo erektor Normal Normal
Gerakan Involunter :
Tremor Tidak ada Tidak ada
Khorea Tidak ada Tidak ada
Ballismus Tidak ada Tidak ada
23
SIRIRAJ Stroke Score
= (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) – (3 x A) – 12
= (2,5 X 1) + (2 X 1) + (2 X 0) + (0.1 X 93) – (3X0) – 12
= 2,5 + 2 + 0+ 9,3 – 0 - 12
= 1.8
Interpretasi :
3.5 Resume
Perempuan 80 tahun dengan keluhan lemah separuh tubuh kanan, pasien mengalami
kejang mendadak selama 5 menit di jam 12.00 WITA lalu setelah kejang pasien tidak dapat
berbicara, kemudian setelah itu pasien pingsan namun pada saat perjalanan menuju IGD sudah
sadar, ada kejang susulan di jam 18.05 WITA selama 5 menit.
Dari pemeriksaan fisik umum adanya peningkatan tekanan darah 153/93 mmHg, nadi
103x/menit, suhu 36,0 C, RR 20x/menit, SpO2 98%.
24
Berdasarkan pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E4V1M6, paresis N. VII
dextra supranuklear, paresis N.XII Dextra Supra Nuklear,dan Hemiparesis flaksid dextra
grade 1/1 dan refleks fisiologis dalam batas normal serta didapatkan refleks patologis
beruba bakinski (-)
25
MON# H 0.68 10*9/L 0.1-0.6
EOS% N 0.6 % 0.4-8
EOS# N 0.05 10*9/L 0.02-0.52
BAS% N 0.2 % 0-1
BAS# N 0.02 10*9/L 0-0.06
RBC N 4.68 10*12/L 4.3-5.8
RDW-CV N 12.2 % 11-16
RDW-SD N 45.1 fL 35-56
HGB N 14 g/dL 13-17.5
HCT N 41.6 % 40-50
MCV N 88.9 fL 82-100
MCHC N 33.7 g/dL 31.6-35.4
PLT N 193 % 150-350
P-LCR N 27.6 fL 11-45
P-LCC N 53 g/dL 30-90
MPV N 8.7 10*9/L 6.5-12
PDW N 11.1 % 9-17
PCT N 0.168 fL 0.1-0.28
26
2) Pemeriksaan Radiologi
Ct-Scan Kepala tanpa kontras
Kesan :
- Intracerebral hemorrhage dengan volume +/- 15.6 cc pada subcortical lobus parietal kiri
dengan perifocal edema di sekitarnya
- Chronic lacunar cerebral infarction pada nucleus caudatus kanan
- Brain atrofi
- Hipertrofi konka nasi inferior kanan kiri
- Fokal atrofi cerebri
27
Foto thorax AP
Interpretasi :
Corakann bronchovascular kesan normal,kalsifikasi pada tracheobronchial tree sedikit lesi
fibrosis di lapanga tengah paru kanan
Tidak tampak bercak berawan, cavitas, fibrosis maupun kalsifikasi di apex
Cor ratio kesan membesar dengan apex tertanam, pinggang ramping.
Aorta tidak dilatasi.
Kedua sinus lancip,diafragma kesan baik
Tulang yang tervisualisasi kesan intak.
Kesan:
Kalsifikasip pada atracheobronchial tree .
Sedikit lesi fibrosis dilapangan tengah parukanan
Cardiomegaly(LVH)
28
3.10 Diagnosis Kerja
o SH
o Hipertensi grade 1
3.11 Penatalaksanaan
1. Terapi Umum
Breathing : airway dan saturasi >95%
IVFD NaCL 0,9% 20tpn
Brain : elevasi kepala pasien 30º
Bladder : pasien memakai pampers
Bowel : pemberian nutrisi per oral setelah fungsi menelan membaik
Bone and body skin : mengubah posisi tubuh secara reguler (imobilisasi) dan
pemantauan terhadap kulit (decubitus) akibat penekanan yang lama
2. Farmakologi
Mannitol Bolus 200 cc (hari 1)-> 6x100cc (hari berikutnya tappering off 1x100 cc per hari
Paracetamol 3x1 fl IV
Citicolin 2x500cc IV
Omeprazol 2 x 40 iv
Phenytoin 2x100mg PO
Clobazam 1x10mgPO
Inj Diazepam k/p kejang 10 mg
3. Non Farmakologi
Pasien harus bed rest
KIE keadaan pasien ke keluarga pasien serta perintahkan keluarga pasien untuk membantu
melatih otot-otot yang parese
29
3.13 Laporan Follow Up Pasien
Kamis, 7 September 2023
S Keluhan: lemah separuh tubuh kanan
Keadaan umum: Tampak Sakit Sedang
Tanda-tanda vital:
- TD: 149/82 mmHg
- N: 81×/menit
- RR: 18×/menit
- SpO2: 99%
- Suhu: 36.2℃
StatusGeneralis :
- Dalam batas normal
Diagnosis Klinis Neurologis
- GCS : E4V5M6 (Composmentis)
- N. Cranialis :
Parase N. VII Dextra Supra Nuklear
O Paresis N. XII Dextra Supra Nuklear
Hemiparesis Dextra grade 1/1
Meningeal sign(-)
Refleks Fisiologi :
++ +
++ +
30
Hipertensi grade 1
Dislipedemia
Farmakologi :
- IVFD NS 20 tpm
- Mannitol tapp of 4x100
P - Parecetamol fls 3x1 IV
- Citicoline 2x500 IV
- Omeprazole 2x40 IV
- Phenytoin 2x100 PO
- Clobazam 1x10 IV
- Diazepam k/p bilang kejang 5-010 mg IV
32
Keadaan umum: Tampak Sakit Sedang
Tanda-tanda vital:
- TD: 167/87 mmHg
- N: 61×/menit
- RR: 18×/menit
- SpO2: 99%
- Suhu: 36.3℃
StatusGeneralis :
- Dalam batas normal
Diagnosis Klinis Neurologis
- GCS : E4V5M6 (Composmentis)
- N. Cranialis :
Parase N. VII Dextra Supra Nuklear
O Paresis N. XII Dextra Supra Nuklear
Hemiparesis Dextra grade 1/1
Meningeal sign(-)
Refleks Fisiologi :
++ +
++ +
Refleks Patologis : Babinski (-)
Sensibilitas :
N N
N N
Bangkitan umum tonik klonik
(riwayat)
Cephalgia tipe vaskular
- Diagnosis topis : Cortex Serebri
A Stroke Hemoragik (onset H-5)
Hipertensi grade 1
Dislipedemia
Cardiomegaly
33
P Farmakologi :
- IVFD NS 20 tpm
- Mannitol tapp of 2x100
- Parecetamol fls 3x1 IV
- Citicoline 2x500 IV
- Omeprazole 1x40 IV
- Phenytoin 2x100 PO
- Clobazam 1x10 IV
- Laxadyn syr 3x10cc
- Diazepam k/p bilang kejang 5-010 mg IV
34
++ +
++ +
Refleks Patologis : Babinski (-)
Sensibilitas :
N N
N N
Bangkitan umum tonik klonik
(riwayat)
Cephalgia tipe vaskular
- Diagnosis topis : Cortex Serebri
A Stroke Hemoragik (ICB) (onset H-7)
Hipertensi grade 1
Dislipedemia
Cardiomegali
Epilepsi Symtomatik
P Farmakologi :
- IVFD NS 20 tpm
- Mannitol tapp of 1x100
- Parecetamol fls 3x1 IV
- Citicoline 2x500 IV
- Omeprazole 1x40 IV
- Phenytoin 2x100 PO
- Clobazam 1x10 IV
- Laxadyn syr 3x10cc
- Atorvastatin 1x20mg
- Dexametason 3x10mg IV D-2
- Diazepam k/p bilang kejang 5-010 mg IV
35
Rabu, 13 September 2023
S Keluhan: lemah separuh tubuh kanan & BAB (-)
Keadaan umum: Lemah
Tanda-tanda vital:
- TD: 152/73 mmHg
- N: 70×/menit
- RR: 18×/menit
- SpO2: 98%
- Suhu: 36.5℃
StatusGeneralis :
- Dalam batas normal
Diagnosis Klinis Neurologis
- GCS : E4VxM6 (Afasia)
- N. Cranialis :
Parase N. VII Dextra Supra Nuklear
O Paresis N. XII Dextra Supra Nuklear
Hemiparesis Dextra grade 1/1
Meningeal sign(-)
Refleks Fisiologi :
++ +
++ +
Refleks Patologis : Babinski (-)
Sensibilitas :
N N
N N
Bangkitan umum tonik klonik
(riwayat)
Cephalgia tipe vaskular
- Diagnosis topis : Cortex Serebri
A Stroke Hemoragik (ICB) (onset H-9)
36
Hipertensi grade 1
Dislipedemia
Cardiomegali
Epilepsi Symtomatik
P Farmakologi :
- IVFD NS 20 tpm
- Parecetamol fls 3x1 IV
- Citicoline 2x500 IV
- Omeprazole 1x40 IV
- Phenytoin 2x100 PO
- Clobazam 1x10 IV
- Laxadyn syr 3x10cc PO
- Atorvastatin 1x20mg PO
- Dexametason 3x10mg IV D-4
- Gentamicin salep 2x1 ODS
- Mikrolax supp k/p
- Diazepam k/p bilang kejang 5-010 mg IV
37
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis kasus ini yaitu Stroke Hemoragik pada ny. NNB, perempuan, usia 80 tahun
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neuologis dan pemeriksaan
penunjang .
Berdasarkan pemantauan tanda vital, didapatkan tekanan darah fluktiatif. Terdapat
adanya gambaran mengesankan cardiomegaly (LVH) dengan tracheobronchial tree.
Berdasarkan diagnosis klinis neurologis, didaptkan GCS E4VxM6 (afasia), parese N.VII
dextra supra nuklear, paresis N. XII destra supra nuclear hemiparesis dextra grade 1/1, , tonus
dan refleks dalam batas normal serta refleks patologis babinski sinistra (-).
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu IVFD NS 20 tpm, parecetamol fls 3x1 IV,
citicoline 2x500 IV, omeprazole 1x40 IV, phenytoin 2x100 PO, clobazam 1x10 IV, laxadyn
syr 3x10cc PO, atorvastatin 1x20mg PO, dexametason 3x10mg IV, gentamicin salep 2x1
ODS, mikrolax supp k/p dan diazepam k/p bilang kejang 5-010 mg IV.
38
DAFTAR PUSTAKA
Darotin, Rida., Nurdiani., Tina Handayani Nasution., (2017). Analisis Faktro Prediktor
Mortalitas Stroke Hemoragik di RSD dr. Soebandi Jember. NurseLine Journal.2(2).
Katzung, BG. Basic &Clinical Pharmacology. Edisi ke-10. USA: McGrawHill. 2018
Misbach, Jusuf. 2011. Stroke: Aspek Diagnosis, patofisiologi, Manajemen. Jakarta:
Mahayani, N. K. D., & Putra, I. K. (2019). Karakteristik penderita stroke hemoragik di
RSUP Sanglah Denpasar. Medicina, 50(1), 210-213.Mahmudah, Raisa. (2014). Left
Hemiparesis e.c. Hemorrhagic Stroke. Medula. 2(4). Ngoerah, I Gst Ngr Gede.,
(2017). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Universitas Udayana.
Qurbani, Zuryati Toiyiba & Aditya Wibowo., (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi
Grade II. J Medula Unila. 5(2).
Que, Bertha Jean, and Zadrach Ch Van Afflen. 2019. “Stroke Iskemik Emboli Dengan
Transformasi Hemoragik.” Molucca Medica 10: 83–93.
https://doi.org/10.30598/molmed.2017.10.2.83.
Razdiq, Zayyan Misykati & Yudhisman Imran. (2020). Hubungan antara tekanan darah
dengan keparahan stroke menggunakan National Institute Health Stroke Scale. Jurnal
Biomedika dan Kesehatan 3(1).
Setiawan, Putri Ayundari. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Stroke Hemoragik. Jurnal
Medika Hutama. 3(1)
Soewarno, S. A., & Annisa, Y. (2017). Pengaruh hipertensi terhadap terjadinya stroke
hemoragik berdasarkan hasil ct-scan kepala di instalasi radiologi RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo. MEDISAINS, 15(1), 39-46.
Yusnita, E. D., Darliana, D., & Amalia, R. (2022). MANAJEMEN KEPERAWATAN
PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG SARAF: SUATU STUDI
KASUS. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(1).
39