Anda di halaman 1dari 9

NOTULENSI REFLEKSI KASUS

ISLAM DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN


KELOMPOK 8
PENGAMPU : dr. Yusriani Mangarengi M.Kes
Hari / Tanggal : Sabtu, 06 Maret 2021

Pembacaan Al-Qurán:

Q.S Ar-Rahman 1-5

Artinya:

1. (Allah) Yang Maha Pengasih


2. Yang telah mengajarkan Al-Qur'an,
3. Dia menciptakan manusia,
4. mengajarnya pandai berbicara.
5. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,

Kasus 1:

Arsyad Fadli:

Pasangan suami istri melakukan pemeriksaan tes antigen COVID-19 di Klinik 1.


dari hasil pemeriksaan Suami hasilnya positif dan hasil tes istrinya negatif. Si
suami mengeluh karena perbedaan hasilnya antara Suami dan Istri. Setelah itu
suami istri melakukan pengecekan ulang kembali ke klinik ke-2 dan hasilnya
pasangan suami istri adalah negatif. sehingga suami tersebut tidak mau lagi
melakukan kunjungan ke Klinik 1.

Tanggapan:
1. Suci Ramadhani

Dari segi bioetik sebenarnya pasien sudah menerapkan prinsip autonomy, tetapi
tetap dalam IDIK hubungan sesama manusia (hablun minannas), kita tidak boleh
menjatuhkan pekerjaan orang lain, apalagi sampai menyebutkan tempat kerja
tersebut. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 10 dijelaskan

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat”

2. Anastasia Nugraha Pratiwi

Menurut saya, kita harus menghormati hak-hak pasien dalam menentukan


keputusan, dan kita sebagai dokter seharusnya melakukan informed consent
kepada pasien, menjelaskan dan memberi pemahaman dan informasi kepada
pasien mengenai hasil yang bisa saja menyebabkan positif palsu ataupun negatif
palsu. Sebagai seorang dokter harus mempunyai ilmu dan kemampuan dalam
komunikasi untuk menyampaikan informasi hal tersebut dan sebaiknya kita
meningkatkan profesionalisme sebagai dokter. Kita harus memberikan informasi
yang sebaik-baiknya kepada pasien agar tidak terjadi miss comunication, dan
pasien mendapatkan haknya.

3. Rifka Misbah Syarifah

Untuk kasus hasil tes rapid yang negative dan postif, seperti yg diketahui bahwa
ada kasus posif palsu dan negative palsu. Maka ketika didapatkan dua hasil yang
berbeda maka kita terima hasil yg posistif.

Dari perspektif islam, jika ragu-ragu maka kita tinggalkan. Maka pasien tetap
harus melakukan isolasi mandiri karena hasilnya ragu-ragu.

4. Fitri Alfiah Zahrah

Sebaiknya sebelum tes dilakukan kita harus memberikan infrorm consent kepada
pasien bahwa ada kemungkinan hasil test false positif dan false negatif. Menurut
saya, pasangan suami istri tersebut sebaiknya tidak perlu terlalu cepat mengambil
kesimpulan dan menjelek-jelekkan atau bahkan menjatuhkan klinik tersebut.
Pasien sebaiknya tidak menyebarkan berita hoax dan apabila dirasa bahwa
terjadi suatu kesalahan maka sebaiknya pasien melaporkan ke pihak yang
berwenang, bukan menyebarkan berita yang tidak benar

5. Rifka Yusraeni

Menurut saya, pasangan suami istri tersebut sebaiknya tidak perlu menceritakan
dan menjelek-jelekkan atau bahkan menjatuhkan klinik tersebut. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa perbedaan hasil pemeriksaan Laboratorium antara klinik
A dan B tersebut bisa saja dikarenakan oleh pada saat pengambilan sampelnya,
dan waktu pengambilannya sehingga menghasilkan hasil yang berbeda. Diluar itu
kita harus percaya terhadap klinik yang ditempati dan kita harus punya dasar
pemikiran bahwa tidak mungkin ada klinik yang membuat hasil yang palsu
ataupun dibuat-buat. Sehingga sebaiknya kalaupun mau melakukan pemeriksaan
diklinik lain tidak tidak boleh menjatuhkan klinik sebelumnya.

6. Andi Nurul Hikmah R. Agussalim.

Untuk dokter di klinik tersebut baiknya memberikan inform konsen yang baik
mengenai mengapa terjadi perbedaan hasil, karena inform consent yang baik
merupakan hak untuk pasien. Sementara untuk pasien, baiknya jika memberikan
informasi seharusnya melampirkan bukti tesnya. Karena jika tidak memberikan
bukti maka akan dianggap sebagai penyebaran berita palsu (hoax). Penyebaran
hoax juga akan dikenakan undang-uudang bagi penyebar hoax tersebut.

Dalam perspektif islam juga dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159:

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Kasus 2:

Suci Ramadhani : Vaksinasi merupakan tindakan yang paling efisien untuk


mencegah penyebaran penyakit Covid-19, tetapi di masyarakat banyak yang
menolak untuk dilakukannya vaksinasi karena mempertanyakan kehalalan
dan efek samping dari vaksin tersebut

Tanggapan:

1. Suci Ramadhani
Banyaknya Masyarakat di Indonesia ini yang menolak dilakukannya vaksinasi
diakibatkan oleh stigma masyarakat mengenai covid ini sendiri. Bahkan
saking takutnya dengan vaksin dan tidak ingin untuk divaksinasi sampai
masyarakat menghindari dokter. Sehingga disini kita sebagai seorang dokter
harus memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat mengenai vaksin
ini.
2. Anastasia Nugraha Pratiwi
Menurut kaidah islam, terkait dengan covid 19. Islam. Seseorang muslim
sebaiknya melakukan ikhtiar dan pencegahan. Berdasarkan Hadist Riwayat “
ya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan
sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit
yaitu penyakit tua”
Sebagai seorang muslim juga harus memperhatikan aspek kehalalan pada
vaksin tersebut seperti pada Q.S Al. Baqarah ayat 173

Arti: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

3. Rifka Misbah Syarifah


Untuk vaksin sebaiknya kita menyerahkan kepada 2 pihak. Kita serahkan
kepada alim ulama untuk memutuskan halal-haramnya vaksin tersebut dan
kepada tim medis yang meneliti vaksin tersebut. Menurut HR bukhari:

“Rasulullah saw pernah bersabda, “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu


saja kehancuran terjadi.” Seorang sahabat lalu bertanya, “Bagaimana maksud
amanat yang disia-siakan?” Rasulullah menjawab, “Jika urusan diserahkan
bukan kepada ahlinya maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari).

Maka kita harus untuk keamanan dan kehalalan dari vaksin COVID-19 ini kita
harus mempercayakan kepada ahlinya yaitu peneliti dan kepada para ulama.

4. Arsyad Fadli
Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 ini disebabkan
oleh kurangnya edukasi kepada masyarakat. Sehingga disini dibutuhkan
kemampuan seorang dokter dalam berkomunikasi secara efektif dengan
masyarakat. Dokter harus dapat memberikan edukasi mengenai vaksin
Covid-19 itu sendiri mengenai prosedur yang dilakukan, manfaatnya dan efek
samping yang dapat terjadi dan efek yang akan terjadi apabila tidak dilakukan
vaksinasi, tentunya dengan kalimat yang mudah dipahami untuk menghindari
kesalah pahaman lebih lanjut.
5. Rifka Yusraeni :
Berdasarkan HR tirmidzi, “wahai hamba alah berobatlah, sesungguhnya allah
tdk membuat penyakit kecuali membuat obatnya,”
Banyak yang masih merasa bahwa vaksin ini haram padahal vaksin ini sendiri
telah dikeluarkan statement oleh MUI bahwa vaksin ini halal dan boleh
digunakan oleh umat islam. Selain itu, tugas kita sebagai seorang dokter
sebaiknya memberikan inform consent sejelas mungkin kepada pasien
mengenai vaksin ini. Dan sebagai umat islam, vaksin ini merupakan bentuk
ikhtiar kita untuk melindungi diri dari virus COVID 19 ini.
6. Fitri Alfiah Zahrah
Banyaknya Masyarakat di Indonesia ini yang menolak dilakukannya vaksinasi
diakibatkan oleh stigma masyarakat mengenai covid ini sendiri. Sehingga
disini diperlukan peran dari pemerintah untuk menjelaskan tentang keamanan
vaksin agar masyarakat bisa percaya terhadap vaksin tersebut. sebagai
tenaga medis harus terlebih dahulu tahu apa manfaat dari vaksin covid
tersebut, kita harus tahu kandungannya dan cara kerjanya bagaimana.
Kemudian kita harus membantu dalam mensosialisasikan atau memberikan
edukasi kepada masyarakat terutama yang paling penting itu orang-orang
disekitar kita yang secara terang-terangan menolak vaksin
7. A. Nurul Hikmah R. Agussalim

Banyaknya masyarakat yang belum mempercayai vaksin covid disebabkan


kurangnya edukasi. Maka disini peran kita sebagai seorang dokter untuk
memberikan pengertian dan edukasi kepada masyarakat. Jika ada orang
awam yang bertanya, ada baiknya jika kita memberikan informasi mengenai
vaksin tersebut dengan Bahasa yang mudah untuk dipahami dan memberikan
keyakinan bahwa telah dilakukan penelitian dan tingkat keamanannya telah
teruji.

ABSENSI REFLEKSI KASUS IDIK

No. Nama Stambuk Bagian


1 Suci Ramadhani 11120192122 Orthopedi

2 Arsyad Fadli 11120192151 Orthopedi


3 Rifka Misbah Syarifah 11120192172 Orthopedi
4 Fitri Alfiah Zahrah 11120202032 Radiologi
5 Oryza camilia salsabila 11120202054 Radiologi
6 Anastasia Nugraha Pratiwi 11120202028 Radiologi
7 Rifka Yusraeni 11120202082 Radiologi
8 Andi Nurul Hikmah R. Agussalim 11120202083 Radiologi

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai