Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MATA KULIAH ETIK LEGAL DAN PROFESIONALISME KEBIDANAN

KELOMPOK 5

KELAS C

1. HERTY MUSTIKA WATY (FB22015)


2. ERLINA ISTIQIMAH (FB22012)
3. MAYANG SEPTININGTIAS (FB22023)
4. SRI RAHAYU
5. DIA SHAFIRA ULFA (FB22010)

PRODI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

2023
Kasus 1

Di suatu desa terpencil ditempatkan seorang Bidan PTT, sebut saja Bidan A. Bidan A ini jarang
sekali berada di tempat. Sehingga di masa kerjanya bidan yang harusnya dibutuhkan ini tidak
memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Hal ini terdengar oleh organisasi profesi (IBI)
dan bidan PTT ini bisa di kenakan sanksi yang setimpal atas pelanggaran yang ia lakukan.
Apakah tindakan Bidan ini melanggar etika? Jelaskan secara rinci

Jawaban Kasus 1

Kode etik merupakan suatu aturan yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh
setiap anggota profesi. Dalam hal ini adalah bidan. Di dalamnya juga berisi larangan dan juga
ketentuan yang harus diikuti oleh anggota profesi, termasuk bidan. Kode etik bidan ini harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.

Berkaitan dengan kasus 1 tersebut bidan tersebut melanggar kode etik bisa dilihat di kode etik
bidan mengenai

Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat

Kode etik tentang kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat terdiri atas 6 butir, yaitu
salahsatunya yang berkaitan dengan kasus tersebut adalah:
 Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada: peran, tugas, dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien, dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Pada kasus diatas tentu bidan melanggar kode etik tersebut dengan tidak senatiasa berada
ditempat ketika masyarakat membutuhkan pelayanan sehingga bidan tersebut tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik dan tidak mendahulukan kepentingan klien.
Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya
Kode etik tentang kewajiban bidan terhadap tugasnya terdiri atas 3 butir, yaitu salahsatunya yang
berkaitan dengan kasus tersebut adalah
 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga, dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat.
Begitu juga tertuang pada point diatas bidan tersebut tidak senantiasa memberikan pelayanan
yang paripura berdasarkan kebutuhan klien/masyarakat

Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya


Kode etik kewajiban seorang bidan terhadap profesinya terdiri dari 3 butir, yaitu salahsatunya
yang berkaitan dengan kasus tersebut adalah
 Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Berkaitan dengan point diatas bidan tersebut menjadikan penilaian yang kurang bagus sehingga
menjadikan citra yang kurang baik di masyarakat dengan pelayanan yang kurang baik dengan
tidak senantiasa ditempat saat dibutuhkan.

Kasus 2
Ada seorang wanita muda berusia 20 tahun datang ke salah satu bidan. Wanita tersebut
mengatakan telat haid sudah 8 minggu dan setelah dicek hasilnya positif hamil. Karena
pasangan muda tersebut masih sangat muda dan mereka tidak ingin mengecewakan
orangtuanya, akhirnya mereka memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Lalu
terjadilah perdarahan yang hebat, sehingga wanita tersebut di bawa ke RS. Namun malang
nyawanya tidak dapat tertolong. Apakah yang dilakukan pasangan muda tersebut salah?
Jelaskan

Jawaban Kasus 2
Aborsi yang dilakukan kasus diatas adalah termasuk klasifikasi kriminal (Abortus Provocatus
Criminalistis) yaitu tindakan aborsi yang tidak dibenarkan karena dalam KUHP tindakan aborsi
diatur tentu saja yang dilakukan pasangan tersebut adalah SALAH
Dasar Hukum Tindakan Aborsi yang Melawan Hukum menurut KUHP Pembahasan kasus ini
mempergunakan beberapa dasar hukum yang menjadi dasar untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Dasar hukum untuk tindakan aborsi yang
melawan hukum menurut KUHP antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Pasal 347 dan 348 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang
perempuan tidak/ ijin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun.
2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama
lamanya lima belas tahun.

Namun terlepas dari kesalahan pasien tersebut ada pula peranan bidan untuk mencegah
terjadinya Tindakan tersebut
Berdasarkan pedoman klinis dari National Abortion Federation Amerika Serikat pada tahun
2020, pasien yang meminta aborsi harus mendapatkan layanan konseling yang memadai tanpa
ada kesan menghakimi atau menggurui. 
Beberapa tahap konseling antara lain sebagai berikut:
 Lakukan anamnesis yang memadai untuk memastikan riwayat seksual, riwayat
kehamilan, riwayat penggunaan kontrasepsi, ada tidaknya percobaan abortus provokatus
yang dilakukan sendiri maupun tenaga kesehatan, dan lainnya.
 Pada fase ini bidan mencoba menggali perasaan pasien dan memastikan pasien merasa
nyaman agar berani lebih terbuka akan apa yang dialami sebenarnya, selama fase
mendengarkan ini diharapkan bidan tidak menginterupsi pasien, sampai pasien selesai
bicara. bidan diharapkan dapat menunjukkan empati pada pasien.
 Setelah itu, bidan memberikan opsi untuk pasien tetap melanjutkan kehamilannya,
nantinya setelah melahirkan, pasien bisa memilih untuk tetap merawat bayinya atau
memberikan bayinya untuk diadopsi.
 Jika pasien bersikeras untuk melakukan aborsi, diskusikan kembali dengan pasien terkait
resiko kesehatan yang dapat terjadi dari abortus provokatus.

Kasus 3
Dokter Andi menerima pasien seorang laki-laki setengah baya, tampak tertatih tatih dan terus
batuk di depannya. Pasien ditemani oleh anak perempuannya yang tampak kurus. Dokter
tersebut enggan melakukan anamnesis dan langsung memeriksa pasien. Ketika si anak bertanya
tentang penyakit ayahnya, dokter hanya menyarankan untuk meminum obat secara teratur dan
memberikan resep. Si anak bertanya lagi tentang cara minum obat, tapi dokter menyarankan
bertanya pada petugas apotek. Merasa di remehkan, sang anak dan ayahnya keluar dari ruangan
dokter tanpa mengucapkan salam. Apa sajakah pelanggaran yang terjadi pada kasus tersebut?
Apakah ada pelanggaran kode etik dan pelanggaran terhadap hak dan tanggung jawab antara
pasien dan tenaga kesehatan? Jelaskan secara rinci

Jawaban Kasus 3
Dokter Andi melakukan beberapa pelanggaran etik dan hak pasien dalam kasus tersebut.
Pertama, dia enggan melakukan anamnesis pada pasien, yang merupakan langkah penting dalam
mengetahui kondisi kesehatan pasien dan membuat diagnosis yang tepat.
Kedua, dia tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran dengan hanya
menyarankan untuk meminum obat tanpa memberikan informasi tentang dosis, efek samping,
dan cara minum yang tepat. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak pasien untuk mendapatkan
informasi yang jelas dan memadai tentang kondisi kesehatan mereka. Sebagai tenaga kesehatan,
dokter Andi seharusnya memberikan perhatian dan perawatan yang adekuat kepada pasien,
termasuk melakukan anamnesis secara lengkap, memberikan penjelasan yang jelas dan
memadai tentang kondisi pasien, serta memberikan perawatan yang sesuai dengan standar
medis yang berlaku. Dia juga seharusnya menunjukkan sikap empati dan menghargai hak pasien
untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas dan memadai.

Anda mungkin juga menyukai